Bab 5
Bab 5
Bab 5
Kelompok 6 :
1. Firdha Devi Oktaviana (B.131.15.0471)
2. Cynthia Novia Amir (B.131.15.0636)
3. Moch Rozaqta Mahardhika (B.131.16.0213)
Latar Belakang
Tawar menawar adalah suatu jenis negosiasi yang dilakukan oleh penjual dan pembeli
untuk menentukan harga suatu barang. Sedangkan tawar menawar distributif adalah negosiasi
yang berusaha membagi sumber daya yang jumlahnya tetap biasanya terjadi dalam situasi
menang-kalah. Tawar menawar distributif berbeda dengan tawar-menawar integratif, yaitu
negosiasi yang mencari satu penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan solusi menang-
menang atau saling menguntungkan.
Bagi kebanyakan orang, strategi dan taktik tawar-menawar distributif merupakan hal
terpenting dalam negosiasi. Banyak orang yang tertarik dengan pandangan negosiasi ini dan
mencari cara untuk belajar dan mempertajam keahlian tawar-menawar; sebagian orang keluar
dari tawar-menawar distributif dan lebih suka menjauh bukannya bernegosiasi dengan cara ini.
Mereka berpendapat bahwa tawar-menawar distributif itu kuno, bersifat konfrontatif, dan
destruktif.
Karena itulah kami membahas strategi dan taktik tawar-menawar distributif untuk
mengetahui lebih jelas perbedaan tawar menawar distributif dan tawar-menawar integratif agar
menemukan cara pandang baru mengenai tawar-menawar distributif yang dianggap kuno,
bersifat konfrontatif, dan destruktif ini bisa diaplikasikan dalam setiap situasi dengan
menggunakan strategi dan taktik yang tepat.
Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tulisan ini bertujuan untuk:
1. Memahami elemen dasar situasi tawar menawar distributif sebaik memahami strategi dan
taktik tawar menawar distributif.
2. Mengeksplorasi pilihan-pilihan untuk menutup kesepakatan dalam situasi distributif.
3. Mempertimbangkan dampak posisi strategis yang di ambil selama negosiasi dan peranan
konsesi.
4. Mendapatkan apresiasi untuk komitmen sebagai bentuk komunuikasi.
BAB II
PEMBASAHAN
Strategi dan Taktik Tawar-Menawar Distributif
Elemen dasar situasi tawar menawar distributif. Tawar menawar tersebut juga disebut
tawar menawar kompotitif,atau kalah-menang. Dalam situasi tawar menawar distributif,tujuan
satu pihak biasanya bertentangan langsung dengan tujuan pihak lain. Tawar menawar distributif
pada dasarnya adalah persaingan siapa yang akan mendapatkan sumber daya terbatas yang paling
banyak,sering kali berupa uang. Kemampuan kedua belah pihak untuk mencapai tujuan mereka
akan bergantung pada strategi dan taktik yang mereka gunakan (Walton dan Mckersie, 1965).
Bagi kebanyakan,strategi dan taktik tawar menawar distributif merupakan hal terpenting
dalam negosiasi. Ada tiga alasan mengapa negosiator harus mengenal tawar menawar distributif.
Pertama, negosiator menghadapi situasi saling ketergantungan yang bersifat distributive,dan agar
berhasil dalam situasi tersebut mereka perlu memahami bagaimana cara kerjanya. Kedua, karena
banyak orang yang menggunakan strategi taktik tawar menawar distributif secara
eksklusif,semua negosiator perlu memahami bagaimana mengatasi efek nya. Ketiga, setiap
negosiasi berpotensi membutuhkan keahlian tawar menawar distributif pada saat berada pada
tahap “mengklaim nilai” (Lax dan Sebenius, 1986). Pemahaman strategi dan taktik distributif
sangat penting dan bermanfaat, namun negosiator perlu tahu bahwa taktik ini juga dapat bersifat
kontraproduktif, beresiko, dan mungkin tidak akan membuahkan hasil. Taktik ini sering kali
menyebabkan para pihak yang bernegosiasi terlalu berfokus pada perbedaan, bukannya
kesamaan yang mereka miliki (Thompson dan Hrebec, 1996). Efek-efek negatif strategi dan
taktik tawar menawar distributif ini bermanfaat ketika negosiator ingin memaksimalkan nilai
yang diperoleh dalam satu kesepakatan,ketika hubungan dengan pihak lain tidak penting, dan
ketika mereka berada pada tahap mengklaim nilai dari negosiasi.
Beberapa taktik yang dibahas umumnya diterima sebagai taktik yang beretika ketika
melakukan tawar menawar distributif (menggambarkan kesepakatan alternative terbaik dengan
lebih positif dari kenyataan nya), sedangkan taktik lain secara umum dianggap tidak etis.
Situasi Tawar-Menawar Distributif
Untuk menggambarkan cara kerja proses tawar menawar distributif , ada beberapa harga
disebutkan : (1) harga yang diminta, (2) harga yang ingin dibayarkan, dan (3) harga beli. Harga-
harga ini merepresentasikan poin-poin kecil dalam analisis situasi tawar menawar distributif.
Harga yang di inginkan adalah titik target, titik dimana negosiator ingin menutup
negosiasi-tujuan optimalnya. Target tersebut juga disebut sebagai aspirasi negosiator. Harga
yang tidak diinginkan adalah titik resistansi, inti milik negosiator-harga maksimal yang
dibayarnya sebagai pembeli (bagi penjual, jumlah tersebut adalah batas harga terendah yang
dapat diterima). Titik tersebut juga disebut sebagai harga reservasi. Terakhir, harga yang diminta
adalah harga awal yang di tentukan oleh pembeli ,untuk menawar harga yang diminta dengan
mengajukan penawaran awal-angka pertama yang ia berikan kepada penjual.
Bagaimana memutuskan penawaran awalnya? Ada banyak cara menjawab pertanyaan ini.
Tetapi pada dasarnya, untuk membuat penawaran awal yang baik, harus memahami sesuatu yang
berkaitan dengan proses negosiasi. Sementara itu , perlu diingat bahwa walaupun hanya
berkaitan dengan harga, semua permasalahan atau agenda lain untuk negosiasi memiliki titik
awal, titik akhir, dan titik resistansi.
Kedua belah pihak yang bernegosiasi harus menetapkan titik awal, titik target dan titik
resistensinya sebelum memulai negosiasi. Titik awal sering kali ada dalam pernyataan pembuka
yang dibuat oleh masing-masing pihak (misalkan,daftar harga penjual dan penawaran pertama
dari pembeli). Titik target biasanya diketahui dan disimpulkan seiring dengan berjalannya
negosiasi. Biasanya, kebanyakan orang menentukan margin di antara titik awal dan titik
targetnya ketika mereka melakukan konsesi. Titik resistansi, titik dimana seseorang tidak akan
melanjutkan dan cenderung menghentikan negosiasi, tidak diketahui oleh kedua belah pihak dan
harus dirahasiakan ( Raiffa,1982).
Satu pihak mungkin tidak mengetahui titik resistansi pihak lain meskipun setelah
negosiasi berakhir dengan sukses,dan seringkali meremehkan beberapa besar harga yang akan di
bayarkan atau di termia oleh pihak lain (Larric dan Wu,2007). Titik awal dan titik resistansi
negosiator biasanya tersusun dalam urutan terbalik, dimana titik resistansi menjadi harga tinggi
bagi pembeli dan harga rendah bagi penjual.
Persebaran antara titik resistansi, yang disebut rentang tawar menawar, rentang
kesepakatan, atau zona kesepakatan potensial, sangan lah penting. Di wilayah ini proses tawar
menawar sebenarnya terjadi karna hal-hal diluar titik-titik ini akan ditolak oleh salah satu
negosiator. Ketika titik resistansi pembeli berada di atas titik resistansi penjual minimal
membayar lebih dari minimal yang di jual – muncul rentang tawar menawar positif. Jika pesanan
benar – titik resistansi penjual berada di atas pembeli,dan pembeli tidak akan membayar lebih
dari jumlah minimal yang akan diterima oleh penjual – muncul rentang tawar menawar negatif.
Negosiasi yang dimulai dengan rentang tawar menawar negative biasanya menemui jalan buntu.
Negosiasi tersebut hanya dapat di selesaikan jika salah satu atau kedua pihak mau mengubah titik
resistansinya atau jika orang lain mengajukan solusi yang tidak disukai oleh salah satu atau
kedua pihak tersebut. Kedua belah pihak mungkin menyadari bahwa tidak ada tumpan tindih
dalam titik resistansi mereka hanya setelah negosiasi yang di perpanjang selesai; pada saat itu,
mereka harus memutuskan apakah harus mengakhiri negosiasi atau merevaluasi titik resistansi
mereka, proses yang dibahas secara rinci.