Kel.7 Negosiasi
Kel.7 Negosiasi
Kel.7 Negosiasi
KELOMPOK 7
2. Negosiasi
• Mulai dengan membuka penawaran yang tinggi (memberikan ruang gerak yang lebih
leluasa).
• Gunakan penawaran/tawar-menawar tanpa memberikan (me ngalah) terlalu banyak.
• Tiba/berhenti pada kompromi
Senada dengan pendapat Said Faisal, Brian Watkins menyatakan bahwa Strategi yang
umum digunakan Mediator dalam Positional Nego tiation adalah:
1) Tuntutan awal yang tinggi. Mereka melakukan ini untuk mencipta kan keragu-
raguan di pihak lain, sehingga mau menurunkan/menaikkan penawarannya.
2) Pembatasan pada pengungkapan informasi, fakta dan preferensi Inilah tantangan
bagi seorang mediator untuk membuat para pihak berbicara dan saling bernegosiasi.
3) Tawaran yang kecil dan sedikit.
4) Menggunakan argumen dan ancaman. Seorang Positional Negotia tor akan
menggunakan segala macam intimidasi untuk mencipta kan keragu-raguan di pihak
lain.
5) Komitmen yang nyata pada suatu posisi.
Interest Based Negotiation
Yang menjadi fokus dalam Interest Based Negotiation adalah
kepen tingan dari masing-masing pihak, untuk memahami
pihak lawan. Pada interest based pihak lawan dianggap
sebagai partner, dicoba untuk me mecahkan masalah secara
bersama-sama. Pada umumnya para media tor memiliki
kecenderungan menggunakan interest-based negotiation.
Yang, dasarnya dengan pendekatan ini, kepentingan semua
pihak dapat terwakili. Tujuan proses mediasi dalam interest-
based negotiation ada lah suatu kesepakatan yang
memuaskan keperluan dan kepentingan dari seluruh pihak
yang berkaitan melalui proses identifikasi kepenting an dan
perumusan opsi serta alternatif yang sesuai dengan
kepentingan bersama.
Langkah atau Cara Dalam Interest Based Negotiation
William Ury mengemukakan 5 (lima) kendala utama menuju kerja sama "joint problem
solving", yang sering dihadapi oleh para negosiator beserta cara mengatasi kendala
tersebut, sebagai berikut:
Reaksi ini terjadi saat keadaan stres atau dalam keadaan diserang oleh negosiator lawan, secara umum manusia
terdapat kecenderungan bereaksi emosional atau membalas serangan (strike back) saat di serang oleh pihak
lawan.
Siklus "aksi-reaksi" ini cenderung mengakibatkan pihak-pihak yang bersengketa tidak mendapatkan apa-apa
(losers). Untuk mencegah siklus "aksi-reaksi", kita memiliki kekuatan untuk mematahkan siklus tersebut setiap
waktu dengan kekuatan diri sendiri. Cara pencegahannya dengan "tidak bereaksi". Dalam rumus fisika
didalilkan bahwa "untuk setiap aksi terdapat reaksi balik yang sama besarnya". Namun demikian, hukum
tersebut berlaku untuk objek (ben da mati) bukan benda hidup atau pikiran (minds) - object react- "minds can
choose not to".
Tidak melakukan reaksi dapat dilakukan dengan cara yang diformulasikan dengan metafor "go to the balcony",
yaitu metafor untuk sikap mental terhadap pemisahan antara diri kita dengan emosi (mental at fitude of
deteachment). Cara yang paling tepat untuk melakukan pencegahan reaksi ini adalah dengan cara berpikir
keluar dari masalah yang timbul di pikiran setelah tenang dan jernih kita dapat mengevaluasi sengketa tersebut
dengan berfikir yang lebih konstruktif , tenang, dan konteplatif sejenak . bahkan setelah itu dapat menghasilkan
gagasan baru yang lebih memuaskan bagi kedua belah pihak
2. Emosi Mereka (Their Emotions)
Kendala ini terletak pada pihak lawan, yaitu emosi yang bersifat negatif Sikap mereka yang
tidak kooperatif dan sikap bertahan pada posisinya dapat dilatar belakangi oleh sikap marah
(anger dan hostility), takut (fear), dan rasa curiga atau tidak percaya (distrust), sehingga
sering kali untuk mendengar kita saja mereka menolak. Prinsip mereka ini di dasarkan pada
asumsi bahwa dunia ini harus dilihat dalam konteks "memakan atau dimakan", sehingga
mereka merasa perlu menggunakan taktik yang tidak bersahabat. Cara mengatasi emosi
mereka ter sebut, dengan cara jangan berargumentasi dan lakukan taktik "step to their side".
3. Posisi Mereka ( Their Positions)
Dalam hal pihak lawan bersikukuh pada posisi (positional based bargainer) yang
ditawarkannya, sering kali kita tergoda serta-merta menolaknya. Sikap demikian dapat
mengakibatkan pihak lawan lebih dalam lagi mempertahankan posisinya. Caranya,
pahami apa yang mereka kemukakan dan atasi persoalan dengan cara "refraine" terhadap
apa yang telah dikemukakan oleh mereka dengan cara mengajukan perta nyaan-
pertanyaan yang bersifat pemecahan masalah (problem solving questions), seperti
"mengapa Anda menginginkan atau bertahan pada posisi tersebut?" atau "apa yang
akan kalian lakukan bila kalian dalam posisi seperti saya?". Dalam strategi "refraine"
ini cegah sifat menggunui dan biarkan persoalan menjadi guru mereka.
4. Kepuasan Mereka (Their Satisfactions)
Ketidakpuasan mereka terjadi di saat mereka atau pihak lawan tidak tertarik terhadap kesepakan yang di capai.
Pihak lawan tidak melihat kemanfaatan dari kesepakatan tersebut dan gagasan kesepakatan dari kita sering kali
ditolak pihak lawan, karena semata-mata gagasannya bukan berasal dari mereka.
Terdapat dua hal penting untuk mengatasi ketidak puasan mereka , yaitu :
1) Identifikasi dan penuhi kepentingan dan kebutuhan mereka, ter utama kebutuhan dasar mereka sebagai
manusia. Kebutuhan dasar manusia tecermin dalam teori segitiga kepuasan (triangle of satis faction, yaitu
kebutuhan substantif, psikologis, dan prosedural).
2)Membantu menyelamatkan muka (save face) pihak lawan dan ciptakan hasil yang juga dapat mencerminkan
keberhasilan dan ke menangan mereka. Strategi ini yang disebut dengan "build them a golden bridge", strategi
ini sebagai pilihan terhadap upaya memaksa lawan untuk sampai pada kesepakatan.
5. Kekuatan Mereka (Their Powers)
Sering kali terjadi pihak lawan melihat negosiasi sebagai suatu proses yang bertujuan menciptakan
"win-lose", sehingga mereka berkepentingan mengalahkan kita. Negosiator demikian berprinsip
"what's mine is mine-what's yours is negotiable".
Dengan perkataan lain, negosiator keras semacam itu berprinsip bila mereka bisa mendapatkan
yang di inginkan dengan power plays, mengapa perlu kerja sama dengan kita. Bila pihak lawan
bertahan dan berpikir bahwa tanpa negosiasi pun ia dapat menang, kita sebaiknya perlu
"mendidik" mereka. Caranya dengan meyakinkan mereka bahwa biaya (costs) yang dipikul
mereka bila tidak tercapai kesepakatan lebih besar dibandirigkan bila para pihak berhasil mencapai
kesepakatan. Tunjukkan Best Alternative To A Nego tiated Agreement (BATNA) yang kita miliki.
Dengan Best Alternative To A Negotiated Agreement (BATNA) kita dapat bergumam dalam hati
"saya tidak ada masalah apabila negosiasi tidak tercapai kesepakatan". Kita yakinkan kembali
bahwa tujuan kesepakatan itu memenuhi kepuasan mereka. Strategi ini dinamakan dengan "use
power to educate"
THANK YOU
UNE IMAGE VAUT MILLE MOTS