Perpajakan Studentjournal Ub Ac Id

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

ANALISIS PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM PAJAK HIBURAN DI KOTA BLITAR

(Studi Pada Dinas Pendapatan Kota Blitar)

Angelia Maylinda Wahyu Anitasari


Topowijono
Achmad Husaini

(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya)
[email protected]

ABSTRACT

This study has the objective to found out and describe implementation of entertainment tax
collection system which is using self-assessment system, to found out supporting and inhibiting
factors in implementation of self-assessment system in Kota Blitar. This study is a descriptive study.
It is conducted in Dinas Pendapatan Kota Blitar Jl. Jawa No. 64 Kota Blitar. Data source in this
study would be primary data obtained from interview with employees of Dinas Pendapatan and
also taxpayer for entertainment tax in Kota Blitar, while secondary data obtained from documents
supporting primary data. Result of this study revealed that there were lots of ente rtainment
taxpayer within Kota Blitar who did not understand and comprehend self-assessment system such as
in calculating their own tax implemented by Dinas Pendapatan Kota Blitar, there were also lots of
taxpayer who did not attach and rather to conceal their financial report in reporting their taxes.
Tax knowledge awareness possessed by taxpayers related with this implementation is still low.
Suggestion from this study would be to held continuous briefing and socialization for taxpayers
concerning insight in taxation, better service for taxpayer is necessary so that awareness and
compliance of taxpayers can be improved. There should be audit team so that tax income results
and allocation was controlled in better way, thus decreasing tax avoidance and embez zlement as
minimum as possible.
Keywords: Implementation of self-assessment system, entertainment tax in Kota Blitar

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan sistem pemungutan pajak
hiburan yang menggunakan self assessment system, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam penerapan dan pelaksanaan self assessment system di Kota Blitar. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di Dinas Pendapatan Kota Blitar Jl. Jawa
No 64 C Kota Blitar. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dari wawancara oleh Pegawai
Dinas Pendapatan dan wajib pajak Hiburan Kota Blitar, sedangkan data sekunder diperoleh dari
dokumen yang dapat mendukung data primer. Hasil penelitian ini menunjukan masih banyak wajib
pajak hiburan di Kota Blitar yang tidak memahami dan mengerti self assessment system seperti
menghitung pajaknya sendiri dan mengisi SPTPD sendiri yang diterapkan Dinas Pendapatan Kota Blitar,
selain itu masih banyak wajib pajak yang tidak menyertakan dan menyembunyikan laporan keuangan
dalam melaporkan pajaknya. Kesadaran dan pengetahuan pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak dalam
penerapan ini masih rendah. Saran dari penelitian ini, yaitu penyuluhan dan sosialisasi harus
dilaksanakan terus menerus bagi wajib pajak tentang pengetahuan di bidang pajak, Pelayanan yang lebih
baik kepada wajib pajak sangat diperlukan agar kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dapat taerus
ditingkatkat. Perlu ada tim audit agar hasil penerimaan pajak dan alokasi terkontrol dengan baik,
sehingga adanya penghindaran dan penggelapan pajak dapat ditekan seminimal mungkin.
Kata Kunci : Penerapan self assessment system Pajak Hiburan di Kota Blitar

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 1


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
PENDAHULUAN Retribusi Daerah, Pajak Daerah dibagi menjadi
Negara bertujuan untuk kesejahteraan dua yaitu Pajak Provinsi dan Pajak
rakyat serta mengangkat harkat dan martabat Kabupaten/Kota. Pajak Provinsi terdiri dari
bangsanya melalui pemerataan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
pembangunan. Pemerataan pembangunan Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar
yang ingin diwujudkan yaitu diperlukan kerja Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan
sama antara pemerintah pusat dan pemerintah Pajak Rokok. Sedangkan untuk Pajak
daerah. Pemerintah pusat memberi kewenangan Kabupaten/Kota diantaranya terdiri dari Pajak
kepada pemerintah daerah untuk menangani Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
urusan daerah serta membiayai pengeluaran Reklame.
daerah dan sesuai prinsip daerah otonom, Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 91
disebut sebagai desentralisasi fiskal. Hal yang Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang
penting dalam pelaksanaan desentralisasi yaitu dipungut oleh Kepala Daerah atau dibayar
bagaimana pemerintah daerah dapat sendiri oleh wajib pajak terhadap pajak daerah
melaksanakan dan mengatur wewenang yang tersebut, terdapat jenis pajak yang dibayarkan
diberikan oleh pemerintah pusat untuk sendiri oleh wajib pajak diantaranya adalah
mengurus rumah tangganya sendiri dan Pajak Hiburan, Hotel, Parkir dan Restoran.
kemampuan setiap daerah masing-masing Pungutan pajak yang dibayarkan sendiri ini
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah disebut dengan self assessment system. Undang-
Upaya yang dapat dilakukan oleh undang No 6 Tahun 1983 yang telah diubah
pemerintah daerah yaitu dengan cara terus- terakhir dengan Undang-undang No 16 Tahun
menerus menggali sumber-sumber baru, 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
pendapatan baru dan tidak lupa untuk Perpajakan telah diatur dari official assessment
meningkatkan segala sumber daya serta system menjadi self assessment system. Self
meningkatkan efektivitas dari kegiatan yang assessment system yaitu Sistem pemungutan
sudah ada (Arvian, 2004). Sumber-sumber dimana wajib pajak diberikan kewenangan dan
keuangan yang memadai untuk meningkatkan kepercayaan penuh untuk menghitung,
pendapatan daerah berasal dari Pendapatan menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak
Asli Daerah menurut pasal 6 ayat (1) Undang- yang terutang (Mardiasmo, 2009:7). Fiskus
undang No 33 tahun 2004 meliputi Pajak dalam hal ini hanya memberikan pengawasan
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan dasar-dasar perhitungan yang digunakan oleh
kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain- wajib pajak. Sistem pemungutan ini, diperlukan
lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Semakin kejujuran, ketaatan serta kesadaran wajib pajak
tinggi peranan Pendaptan Asli Daerah dalam saat menghitung dan melaporkan dalam
penerimaan daerah dapat dijadikan sebagai pengisian SPTPD.
ukuran keberhasilan suatu daerah dalam Kota Blitar adalah salah satu Kota yang
pembiayaan penyelenggaraan pemerintah. menggunakan pemungutan self assessment
Penerimaan daerah untuk membiayai system atas Pajak Daerahnya, salah satunya pada
seluruh pengeluaran daerah termasuk Pajak Hiburan. Hal ini dibuktikan pada
pembangunan dan segala keperluan rumah Peraturan Pemerintah Kota Blitar tentang Pajak
tangga daerah berasal dari berbagai sumber Daerah pasal 68 ayat 4 yang menyebutkan
Pendapatan Asli Daerah, salah satunya dari bahwa tata cara pemungutan dan pembayaran
Pajak Daerah. Meningkatkan Pendapatan Asli Pajak Hiburan menggunakan self assessment
Daerah, pemerintah daerah menggalakan system. Kota Blitar sering dikunjungi oleh para
pemungutan yang salah satunya berasal dari wisatawan, karena terdapat berbagai macam
Pajak Daerah. Berdasarkan Undang-undang No objek wisata ataupun Hiburan yang telah
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan disediakan seperti taman rekreasi, tempat

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 2


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
karaoke, konser musik, pameran dan masih ada negara (Rahayu dan Suhayati, 2010:3). Fungsi
yang lainnya. Reguleren adalah fungsi mengatur yaitu pajak
Dinas pendapatan Kota Blitar menungut sebagai alat kebijakan pemerintah untuk
dan memiliki kewenangan mengenai Pajak berandil dalam mencapai tujuan tertentu
Daerah, salah satunya Pajak Hiburan yang ada (Rahayu dan Suhayati, 2010:3).
di Kota Blitar. tantangan yang dihadapi Dinas
Pendapatan Kota Blitar yaitu menumbuhkan Jenis Pajak
kedisplinan, kesadaran, dan kejujuran wajib Jenis pajak menurut Rahayu dan Suhayati
pajak khususnya Pajak Hiburan dalam (2010:12)
menghitung, membayar dan melaporkan pajak 1. Menurut Golongannya
yang terutang. Masalah lain yang ditemukan a. Pajak Langsung
oleh Dinas Pendapatan Kota Blitar, pada sektor Pajak yang langsung dibebeankan kepada
Pajak Hiburan dengan self assessment system wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan
dilapangan yaitu kurangnya pemahaman dan kepada pihak lain. Contoh: PPh.
kesadaran wajib pajak dalam mekanisme b. Pajak Tidak Langsung
menghitung sendiri yang terdapat pada sistem Pajak yang dipukul oleh wajib pajak dapat
pemungutan Pajak Hiburan di Kota Blitar. dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: PPN
Penghitungan sendiri memungkinkan wajib 2. Menurut Sifatnya
pajak kurang terbuka dan jujur dalam a. Pajak subjektif
menentukan besarnya pajak yang terutang, Pajak yang dipengaruhi keadaan
selain itu wajib pajak hiburan Kota Blitar masih subjeknya.
dibantu oleh petugas pajak dalam menghitung b. Pajak Objektif
pajak terutangnya, dan masih ada wajib pajak Pajak yang besarnya jumlah pajak
yang menyembunyikan data omset untuk tergantung keadaan objek dan tidak
menghitung potensi Pajak Hiburan yang dipengaruhi keadaan subjeknya
sebenarnya. 3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat
TINJAUAN PUSTAKA Pajak yang pemungutannya dilakukan
Pengertian Pajak pemerintah pusat , yaitu Direktorat
Pajak adalah iuran wajib dari wajib pajak Jendral Pajak.
kepada kas negara yang bersifat memaksa, yang b. Pajak Daerah
terutang berdasar Undang-undang, tidak Pajak yang dikelola dsn dipungut
mendapatkan prestasi kembali yang digunakan pemerintah daerah.
untuk negara, untuk memlihara kesejahteraan
umum (Resmi 2011:1). Syarat Pemungutan Pajak
Syarat pemungutan pajak menurut
Wajib Pajak Mardiasmo (2011:2)
Wajib pajak dalah orang pribadi atau badan 1. Pemungutan pajak harus adil
yang membayar, memotong dan memungut Sesuai dengan tujuan yaitu mencapai
pajak, serta memiliki hak dan kewajiban keadilan serta pelaksanaan pemungutan
berdasarkan Undang-undang perpajakn yang harus adil.
berlaku (Waluyo, 2011:23). 2. Pemungutan harus berdasarkan Undang-
undang
Fungsi Pajak 3. Tidak menganggu perekonomian (Syarat
Fungsi Budgetair adalah fungsi utama pajak Ekonomis)
sebagai alat pendanaan secara optim al ke kas

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 3


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Finansiil) 25%
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana g. Pajak Parkir 30%
sehingga dapat memudahkan dan h. Pajak Air Tanah 20%
mendorong masyarakat dalam memenuhi i. Pajak Sarang Burung Walet 10%
kewajiban perpajakan. j. BPHTB 5%
k. PBB P2 3%
Hambatan Pemungutan Pajak menurut
Mardiasmo, 2011:8 yaitu: Pemungutan Pajak Daerah
1. Perlawanan Pasif Dalam melakukan pemungutan pajak daerah,
a. Perkembanga inteletual serta moral dinas pendapatan Kota Blitar berpedoman pada:
masyarakat 1. Undang-undang No 33 Tahuin 2004 tentang
b. Sistem perpajakan yang sulit dipahami Perimbangan Pemerintan Pusat dan
masyarakat Pemerintah Daerah.
c. Sistem control tidak dilakukan dengan 2. Undang-undang No 28 Tahun 2007 tentang
baik Ketentuan Umum dan Tata Cara
2. Perlawanan Aktif Perpajakan.
a. Tax Avoidance : Usaha untuk 3. Undang-undang No 28 Tahun 2009 tentang
meringankan pajak yang tidak melanggar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang-undang 4. Peraturan Pemerintah Republik Indionesia
b. Tax Evasion : Usaha untuk meringankan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
pajak dengan melanggar Undang-undang. Pemberian Insentif Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
Pajak Daerah 5. Peraturan Pemerintah No 91 Tahun 2010
Pengertian Pajak Daerah tentang Jenis Pajak Yang Dipungut
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dikelola Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau
dan dipungut oleh pemerintah daerah serta Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak.
digunakan untuk membiayai pengeluaran 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
daerah (kurniawan: 2006:41). Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah.
Tarif Pajak Daerah 7. Peraturan Daerah Kota Blitar Nomor 7
Tarif Pajak Daerah menurut Undang-undang Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.
No 28 Tahun 2009, yaitu:
1. Pajak Provinsi Sistem pemungutan pajak daerah berdasarkan
a. Pajak Kendaraan Bermotor 10% PP 91 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 20% 1. Official Assessment system adalah
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor pemungutan pajak dimana kewenangannya
10% penentuan besarnya pajak terutang ada di
d. Pajak Air Permukaan 10% pemerintah daerah. Contoh: PKB, BBNKB,
e. Pajak Rokok 10% Pajak Air Pemrukaan.
2. Pajsak Kabupaten / Kota 2. Self Assessments System adalah pemungutan
a. Pajak Hotel 10 % pajak yang kewenangannya ada di wajib
b. Pajak Restoran 10% pajak dalam memenuhi kewajiban
c. Pajak Hiburan 75 % perpajakan. Contoh: Pajak Hotel, Pajak
d. Pajak Reklame 25% Hiburan, Pajak Restoran.
e. Pajak Penerangan Jalan 10%

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 4


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Pajak Hiburan 1. Mendaftarkan ke kantor pajak
Pajak hiburan menurut Undang-undang No 2. Menghitung jumlah pajak
28 Tahun 2009 merupakan pajak atas 3. Menyetorkan pajak ke KPP/ Bank
penyelengaraan hiburan. Peraturan Daerah Persepsi
tersebut akan menjadi pedoman bagi 4. Melaporkan penyetoran
pemerintah untuk melakukan pengenaan dan 5. Mengisi SPTPD sendiri.
pemungutan atas Pajak Hiburan yang ada di
Kabupaten/Kota yang bersangkutan (Siahaan, Ciri self assessment system menurut Azhari
2005:245). (2005:58) yaitu:
1. Kewenangan menentukan besarnay
Objek Pajak Hiburan jumlah pajak yang terutang
Objek pajak hiburan meliputi: 2. Wajib pajak aktif
1. Tontonan Film 7. Bilyard,Golf 3. Fiskus hanya mengawasi dan tidak ikut
2. Pangelaran kesinian, 8. Pacuan Kuda, campur.
musik, tari permainan
3. Kontes kevcantikan, ketangkasan METODE PENELITIAN
binaraga 9. Panti Pijat, mandi
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah
4. Pameran Uap
5. Diskotik, karaoke, 10. Pertandingan
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
klab malam olahraga menuturkan pemecahan mengenai masalah
6. Sirkus, acrobat 11. Taman rekreasi yang ada dengan menggunakan data-data,
menyajikan data, menganalisis, dan
Cara Menghitung Pajak Hiburan menginterpretasi (Narbuko dan Achmad,
Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan 2007:44). Tujuan dalam penelitian ini yaitru
Pajak mendeskripsikan data-data yang akurat dan
=Tarif Pajak X jumlah mengenai fakta yang terjadi dilapangan dari
Pembayaran yang dilakukan penerapan self assessment system pajak hiburan
kepada hiburan yang dilaksakan di Dinas Pendapatan Kota
Blitar. Fokus penelitian dalam penelitian ini
Masa Pajak dan Saat Terutangnya Pajak yaitu:
Hiburan 1. Penerapan self assessment system pajak
1. Hiburan yang bersifdat tetap yaitu jangka hiburan di Kota Blitar
waktu yang lamanya satu bulan kalender, a. Tahap pendataan dan pendaftaran wajib
yaitu: Pertunjukan film, Klab malam, pajak
Karaoke, Panti pijat dan Mandi uap. b. Tahap menghitung pajak
2. Hiburan yang bersifat insidentil yaitu c. Tahap membayar atau menyetorkan pajak
jangka waktu yang lamanya sama dengan d. Tahap melaporkan pajak
waktu penyelenggaraan hiburan, yaitu: 2. Faktor penghambat dan faktor pendukung
Konser, Sirkus, Kontes Kecantikan dan dalam penerapan self assessment system pajak
Pameran. hiburan di Kota Blitar.
Lokasi penelitian ini yaitu di Kantor Dinas
Self Assessment System Secara Umum Pendapatan Kota Blitar yang berlamatkan di JL.
Self assessment system adalah sistem pemungutan Jawa No 64 C Kelurahan Sananwetan,
pajak yang memebeikan kepercayaaan serta Kecamatan Sananwetan. Situs penelitiannya di
kewenangan kepada wajib pajak untuk Dinas Pendapatan yaitu pada bidang
memenuhi kewajiban perpajakannya (Rahayu perpajakan khususnya sistem pemungutan
2010:101). Hal ini dikenal seperti: pajak hiburan di Kota Blitar. Jenis dan sumber

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 5


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
data yaitu data primer dan data sekunder. Data fluktuasi yang dikarenakan adanya hiburan
primer yang diperoleh dari pengumpulan data yang ditutup oleh pengusaha kemungkinan
melalui wawancara secara langsung kepada masalah keuangan yang dialaminya. Sedangkan
pegawai pajak dan wajib pajak hiburan di Kota jumlah hiburan insidentil di Kota Blitar
Blitar. sedangkan data sekunder yang diperoleh menagalami kenaikan hal ini disebabkan banyak
dari dokumen-dokumen resmi, laporan, catatan hiburan insidentil yang diselenggarakan di Kota
dan data lain yang ditemukan di Dinas Blitar.
Pendapatan Kota Blitar yang berhubungan Berikut jumlah wajib pajak hiburan yang
dengan penelitian. Penelitian ini peneliti terdaftar di Dinas Pendapatan Kota Blitar.
menggunakan tehnik pengumpulan data Tabel 1: Jumlah wajib pajak hiburan permanen
melalui wawancara atau interview dan (15% : tempat rekreasi dan mainan anak-anak,
dokumentasi. 20% : Movie, 40 % : Karaoke)
Analisis data pada penelitian ini yaitu Tahun Jumlah Wp Berdasar Tarif Total
menganalisis data yang berkaitan dengan tujuan 15% 20% 40%
dan fokus dalam penelitian ini. mulai dari 2012 11 9 20
menganalisis dan mendeskripsikan tahap 2013 4 1 8 13
pendaftaran dan pendataan, tahap menghitung 2014 4 9 13
2015 4 1 8 13
pajak, tahap membayar pajak, tahap
melaporkan pajak. kemudian menganalisis dan Sumber: Data Diolah Dari Dinas Pendapatan Kota
mendeskripsikan faktor penghambat dan faktor Blitar
pendukung , setelah itu menarik kesimpulan. Tabel 2: jumlah wajib pajak hiburan insidentil
(15%: olahraga dan lomba-lomba, 20%: pameran
HASIL DAN PEMBAHASAN dan konser musik)
Tahun Jumlah Wp Berdasar Tarif Total
Penerapan Self Assessment System Pajak
15% 20% 40%
Hiburtan Di Kota Blitar
2012 5 - - 5
Tahap pendataan dan pendaftaran Wajib Pajak
2013 2 2 - 4
Pendaftaran adal;ah syarat pertama yang 2014 10 1 - 11
harus dipenuhi wajib pajak sebelum melakukan 2015 7 7 - 14
kewajiban pajaknya. Tahap ini, wajib pajak Sumber: Data Diolah Dari Dinas Pendapatan Kota
memiliki kewajiban untuk mendaftarkan Blitar
kegiatan usahanya ke Dinas Pendapatan Kota Tahap pendaftaran dan pendataan sebagai
Blitar. Sebelum mendaftarkan diri, wajib pajak wajib pajak masih mudah dan jelas. Namun
harus mendatangi Kantor Pelayanan Pratama masih ada wajib pajak yang tidak melakukan
Terpadu (KPPT) untuk mendapat izin tahap pendaftaran dan pendataan dengan baik.
mendirikan usaha. Masih adanya wajib pajak yang malas untuk
Wajib pajak hiburan yang tidak datang langsung ke Dinas Pendapatan Kota
mendaftarkan usaha ke Dinas Pendapatan Kota Blitar untuk mendaftaran dan mendatakan
Blitar dalam waktu yang ditentukan, maka usahanya. Kesadaran wajib pajak un tuk
kepala kantor akan menetapan usaha tersebut memenuhi kewajiban perpajakan masih belum
sebagai wajib pajak secara jabatan. Hal ini dibilang baik. Penerapan self assessment system di
dimaksudkan untuk menerbitkan Nomor Pokok Kota Blitar pada tahap ini belum sesuai dengan
Wajib Pajak dan Nomor pengukuhan. teori yang disampaikan Rahayu (2010:101) yaitu
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini, bahwa sebagai wajib pajak, wajib untuk mendaftarkan
jumlah pajak hiburan permanen jumlahnya usahanya ke Dinas Pendapatan atau Kantor
tetap dari 2012-2015. Namun apabila melihat Pelayanan Pajak. Namun masih ada wajib pajak
dari tariff pajak hiburan pemanen terdapat Kota Blitar belum mendaftarkan usahanya,

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 6


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
sehingga petugaslah yang melakukan survey disampaikan oleh Waluyo (2011:56) bahwa
untuk melakukan pendaftaran dan pendataan wajib pajak harus menghitung dan
sebagai wajib pajak. seharusnya wajib pajak memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang
lebih aktif mendaftarkan sendiri, tanpa terutang. Hal ini belum sesuai dengan teiori
menunggu petugas mendatangnya. tersebut karena masih banyak wajib pajak yang
tidak menghitung sendiri pajaknya dan
Tahap Menghitung Pajak mengandalkan ke petugas pajak. Oleh karena
Tahap menghitng pajak adalah tahap yang itu diperlukan penyuluhan yang memberikan
dilakukan wajib pajak untuk menghitung pajak pengetahuan mengenai cara menghitung pajak
terutang dari usahanya sendiri. Ilustrasi yang seharusnya dilakukan sendiri oleh wajib
penghitungan pajak terutang pada pajak pajak.
hiburan yaitu, pajak hiburan yang harus dibayar
karaoke Y memiliki omzet Rp 2.931.199,00. Pajak Tabel 3: pemahaman wajib pajak dalam
yang harus dibayar: mengitung jumlah pajak
Pajak terutang: tariff pajak X jumlah Peran WP Jumlah Persentase
pembayaran yang dilakukan kepada WP (%)
hiburan a. Kemampuan
:40% X Rp 2.931.199,00 penghitungan sendiri
Mampu 3 30
:Rp 1.172.479,60
Tidak Mampu 7 70
Tahap ini wajib pajak harus mengerti dan
b. Pengetahuan tariff pajak
memahami pengitungan pajaknya. Berikut hasil
Mengetahui 7 70
wawancara yang dilakukan penelti kepada 10
Tidak Mengetahui 3 30
wajib pajak hiburan mengenai penghitungan c. Penghitungan jumnlah
sendiri. Dari wajib pajak hiburan yang peneliti pajak terutang
wawancarai dalam mengitung pajak terdapat 30
% wajb pajak yang mengitung mampu dan Wajib Pajak 3 30
menghitung sendiri dan 70% tidak mampu dan Petugas Pajak 7 70
d. Pengetahuan dan
menyerahkan kepada petugas pajak untuk
pemahaman peraturan
melakukan penghitungan pajaknya. Wajib pajak
perapajakan yang
yang mengetahui tariff pajak 30% dan 70% tidak berlaku
mengetahui tariff pajaknya. Pengetahuan Tahu dan Paham 4 40
peraturan perpajakan masih rendah, hanya Tidak Tahu dan tidak 6 60
sekitar 40% wajib pajak yang memahmi paham
peratuan dan 60% tidak memahami peraturan Sumber: Data Primer, 2016
perpajakan yang berlaku. Minimnya
pengetahuan tariff dan peraturan perapajakan Tahap Membayar Pajak
yang berlaku. Setelah tahap menghitung pajak wajib pajak
Pelaksanaan dan penerapan self assessment melakukan pembayaran pajak terutangnya.
system pada tahap menghitung pajak belum Dalam membayar pajak, wajib pajak mengisi
diterapkan sepenuhnya oleh Dinas Pendapatan SPTPD selanjutnya petugas pajak menerbitkan
kepada wajib pajak. Masih banyak wajib pajak SSPD. Membayar pajak wajib pajak harus
yang tidak melakukan penghitungan sendiri membayar pajak dengan datang langsung ke
melainkan masih dibantu oleh petugas pajak. Dinas Pendapatan atau melal bank persepsi.
Selain itu masih banyak wajib pajak yang harus Wajib pajak hibuan di Kota Blitar masih banyak
didatangi terlebih dahulu oleh petugas pajak yang tidak membayar langsung ke Dinas
untuk dihitung pajaknya. Dalam teori yang Pendapatan Kota Blitar melainkan menitipkan

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 7


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
pembayaran kepada petugas pajak yang ada petugas pajak. sebaiknya petugas pajak Dinas
dilapangan. Selanjutnya petugas pajak Pendapatan Kota Blitar memeberi pengarahan
memberikan kwitansi sementara sebagai tanda kepada wajib pajak dalam mengisi SPTPDnya
bukti pembayaran pajak. Kwitansi tersebut juga secara benar, dan bukannya selalu mengisikan
dikontol apakah sudah benar atau tidak. SPTPD dari wajib pajak.
Penerapan dan pelaksanaan self assessment
system yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Faktor Pendukung Penerapan Self Assessment
Blitar belum berjalan dengan maksimal. System
Pemungutan self assessment system ini petugas Penyuluhan atau Sosialisasi
pajak hanya mengawasi dan mendapingi wajib Penyuluhan atau sosialisasi diperlukan
pajak dan tidak ikut campur dalam tanggng untuk memberikan pemahaman dan
jawab perpajakan yang diselesaikan oleh wajib pengetahuan yang lebih dalam bidang
pajak seperti yang disampaikan oleh Azhari perpajakan. Penyuluhan atau sosialisasi
(2006:58) yaitu fiskus tidak ikut campr dan dilakukan untuk memberikan pengarahan
hanya mengawasi. Seharusnya wajib pajak kepada wajib pajak hiburan di Kota Blitar.
datang langsung ke Dinas Pendapatan Kota Penyuluhan atau sosialisasi ini dilakukan empat
Blitar untuk membayar pajaknya tanpa harus kali dalam setahun sesuai dengan kebutuan dan
menitipkan ke petugas pajak di lapangan. anggaran yang ada. Adanya penyuluhan dan
Sehingga meminimalisir ada persekongkolan sosialisasi dapat memberikan pengetahuan dan
yang dapat merugikan salah satu pihak anatar pemahaman kepada wajib pajak hiburan dalam
petugas pajak dan wajib pajak. memenuhi kewajiban perpajakannya.
Penyuluhan atau sosialisasi yang diadakan
Tahap Melaporkan Pajak oleh Dinas Pendapatan Kota Blitar dengan
Tahap melaporkan yaitu wajib pajak mengundang wajib pajak hiburan Kota Blitar.
melaporkan berapa jumlah pajak yang terutang sosialisasi ini sangat diperlukan untuk
dan besarnya pajak yang dibayarkan oleh wajib meningkatkan kesadaran dan pemahaman wajib
pajak. kesadaran dan kejujuran wajib pajak pajak dalam melaksakan kewajiban perpajakan.
adalah unsur penting dalam melaporkan pajak. Selama ini penyuluhan yang dilakasakan di
Melaporkan pajak, wajib pajak melaporkan dan Dinas Pendapatan Kota Blitar dengan cara
mengisi SPTPD. Melaporkan SPTPD harus bertatap langsung dengan wajib pajak. padahal
secara tepat waktu dan pengisian SPTPD yang penyuluhan dapat dilakukan dengan membuat
dilakukan oleh wajib pajak Kota Blitar masih website dan mengaksesnya ke website yang
belum berjalan dengan baik. Dari hasil dibuat.
wawancara yang peneliti lakukan sekitar 30%
saja yang mengisi SPTPDnya sendiri, sedangkan Pelayanan Petugas Pajak
70% belum melakukan pengisian sendiri Pelayanan yang baik dapat memberikan
melainkan diisi oleh petugas pajak, selanjutnya kenyamana kepada wajib pajak dalam
wajib pajak hanya mendatanganinya saja. Hal melaksanakan kewajiban perpajakan. Petugas
ini membuktikan bahwa penerapan self pajak harus sabar dalam memberikan
assessment system di Kota Blitar belum berjalan pelayaanan kepada wajib pajak. Pelayanan yang
dengan sepenuhnya. diberikan oleh petugas pajak di Kota Blitar
Menurut Rahayu (2010:101) yaitu wajib sudah baik dalam membantu wajib pajak
pajak menentukan sendiri jumlah pajak terutang memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga
dengan pengisian SPTPD. Namun wajib pajak di wajib pajak hiburan di Kota Blitar merasa puas
Kota Blitar belum seluruhnya mengisi dengan pelayanan yang diberikan.
SPTPDnya sendiri, dan masih diisikan oleh

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 8


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Fasilitas kantor yang memadai mendaftarkan usahanya, belum menghitung
Fasilitas kantor yang yang memadai dapat sendiri jumlah pajaknya, belum menyampaikan
membantu petugas pajak dalam menjalankan laporan keuangan dengan baik dan benar, serta
kewajibannya. Fasilitas yang dimiliki oleh Dinas adanya wajib pajak yang tidak mau untuk
Pendapatan Kota Blitar merupakan faktor membayar pajak. hal ini menunjukan
pendukung selanjutnya, fasilitas kantor yang kurangnya kesadaran dan kepatuhan wajib
dimiliki yaitu computer, mesing porporasi, pajak di Kota Blitar.
mesif fotocopy, printer, jaringan internet,alat ukur
dan mesin cetak SSPD. Sehingga tersedianya Kurangnya Kedisiplinan Wajib Pajak
fasilitas kantor yang memadai akan membantu Tax disciplin atau kedisiplinan membayar
petugas pajak dalam melaksakan pekerjaannya. pajak didasarkan pada tingkat pemahaman
Dapat disimpulkan bahwa fasilitas kantor yang wajib pajak yang sesuai terhadap hukum pajak
disediakan Dinas Pendapatan Kota Blitar sudah yang berlaku dalam suatu negara serta sanksi-
baik dalam membantu wajib pajak memenuhi sanksi yang menyertainya, dengan harapan
kewajiban perpajakannya. masyarakat tidak menunda-nunda dalam
membayar pajak yang seharusnya dibayar.
Pemasangan Spanduk atau Banner Slogan Faktor-faktor self assessment system dalam
Perpajakan perpajakan menurut Rahayu (2010: 160) yang
Slogan perpajakan dapat membantu salah satunya kedisiplinan wajib pajak dalam
masayarakat sebagai wajib pajak agar ingat dan membayar pajak dan melaporkan jumlah pajak
patuh dalam melaksakan kewajiban perpajakan. yang terutang.
Slogan perpajakan yang dibuat oleh Dinas Kurangnya kedisplinan ini ditunjukan
Pendapatan Kota Blitar secara tidak langsung masih adanya wajib pajak Kota Blitar yang
dapat memberikan kesadaran bagi wajib pajak. harus di datangi oleh petugas pajak untuk
Namun slogan perpajakan di Kota Blitar membayar pajak dan masih ada wajib pajak
mengenai self assessment system belum banyak hiburan yang bersifat insidentil, ketika akan
sehingga perlu adanya pemasangan banner mengadakan penyelenggaraan hiburantidak
yang diletakan ditempat yang mudah terbaca mau melakukan porporasi tiket terlebih dahulu.
oleh wajib pajak.
Kurangnya Kejujuran Wajib Pajak
Faktor Penghambat Penerapan Self Assessment Kejujuran yang ada pada diri wajib pajak
System Kota Blitar masih rendah hal itu dibuktikan
Kurangnya Kesadaran dan Kepatuhan Wajib bahwa masih ada wajib pajak hiburan yang
Pajak menyembunyikan laporan keuangan yang
Kesadaran dan kepatuhan wajib pajak sebenarnya. Wajib pajak sering
sangat diperlukan karena pajak merupakan menyembunyikan data-data omset untuk
salah satu sumber penerimaan negara. Self menghitung potensi pajak hiburan yang
assessment system memberikan kewenangan sebenarnya, supaya mereka membayar pajak
dan kepercayaan kep-ada wajib pajak. sedikit, laporan yang disampaikan sering tidak
Penerapan self assessment system belum didukung dengan bukti-bukti yang sah (buku
berjalan dengan lancar. Karena masih belum laporan, bill, bon penjualan). memenuhi
sesuai dengan ciri-ciri yang sebutkan oleh kewajiban perpajakan..
Rahayu (2010:101) yaitu mendaftarkan diri ke Kesimpulannya yaitu bahwa tingkat
kantor pajak dan menghitung sendiri jumlah kejujuran wajib pajak yang ada di Kota Blitar
pajak yang terutang, namun penyelenggara masih rendah mengenai self assessment system.
hiburan di Kota Blitar masih ada yang belum Kejujuran wajib pajak perlu ditingkatkan untuk

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 9


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
mewujudkan sistem pemungutan dan a. Faktor pendukung self assessment system
kewajiban perajakan yang sesuai dengan adalah sosialisasi/penyuluhan,
peraturan yang digunakan. Seharusnya wajib pelayanan petugas pajak, fasilitas
pajak khusunya Hiburan di Kota Blitar harus kantor, dan pemasangan slogan
terbuka kepada petugas pajak dalam memenuhi perpajakan yang strategis.
kewajiban perpajakan. b. Faktor penghambat self assessment system
adalah kurangnya kepatuhan dan
KESIMPULAN DAN SARAN kesadaran, kurangnya kedisiplinan,
Kesimpulan serta kurangnya kejujuran dalam
Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan membayar pajak.
mengenai penerapan self assessment system
pajak hiburan di Dinas Pendapatan Kota Blitar, Saran
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dinas Pendapatan Kota Blitarmelakukan
1. Penerapan self assessment system atas pajak sosialisasi dan pengarahan terkait dengan
hiburan di Kota Blitar self assessment system.
Penerapan self assessment system atas Pajak 2. Dinas Pendapatan Kota Blitar melakukan
daerah belum diterapkan secara, yaitu upaya dalam memberikan kesadaran,
mulai dari: kepatahuan, kedisiplin, dan kejujuran wajib
a. Tahap pendataan dan pendaftaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban
pajak, masih ditemukan wajib pajak perpajakan.
yang tidak melakukan pendaftaran ke 3. Perlu adanya Tim Audit agar penerimaan
Dinas Pendapatan Kota Blitar. Sehingga pajak dapat terkontrol dengan bai.
petugas pajak harus melakukan 4. Dinas Pendapatan Kota Blitar meningkatkan
pendataan setiap bulannya mengenai kinerja Sumber Daya Manusia dan
objek pajak hiburan baru dan lama. penambahan pegawai.
b. Tahap menghitung pajak, peneliti masih 5. Harus menambah pemasangan benner yang
menemukan wajib pajak yang tidak berisikan slogan perpajakan.
melakukan penghitungan pajaknya
sendiri, melainkan masih dihitungkan Daftar Pustaka
oleh petugas pajak. tahap menghitung Kurniawan, Panca dan Agus Purwanto. (2006).
pajak di Kota Blitar masih belum sesuai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia.
dengan peraturan yang berlaku. Malang: Bayumedia Publishing
c. Tahap membayar atau menyetorkan Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009.
pajak, masih ada wajib pajak yang tidak Yogyakarta: Andi Offset.
langsung membayarkan ke Dinas .2011.Perpajakan Edisi Revisi 2011.
Pendapatan atau bank presepsi, Yogyakarta: Andi Offset.
melainkan menitipkan kepada petugas Narbuko, Cholid, Abu Achmad. 2013. Metodologi
yang melakukan survey dilapangan. Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
d. Tahap melaporkan pajak, masih Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia
ditemukan bahwa wajib pajak belum Konsep dan Aspek Formal. Bandung: Graha
mampu untuk mengisis SPTPDnya Ilmu
sendiri, dan masih diisikan oleh petugas Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus.
pajak. Jakarta: Salemba Empat.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat Samudra, Azhari A. 2005. Perpajakan di
dalam penerapan self assessment system Pajak Indonesia, Keuangan, Pajak dan Retribusi.
Hiburan di Kota Blitar, yaitu: Jakarta: Hecca Publishing.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 10


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Waluyo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang
Perembangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi daerah.
Peraturan Pemerintah No 91 Tahun 2010
tentang Jenis Pajak Yang Dipungut
Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau
Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak.
Peraturan Daerah Kota Blitar No 7 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah di Kota Blitar.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 11


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

You might also like