5310 16909 1 PB
5310 16909 1 PB
5310 16909 1 PB
Abstract
This study aims to determine the Tax evasion of the Moral Review of Taxation (Study of South
Makassar Pratama Tax Office). This research method uses descriptive qualitative research.The results
of the study have explained that in knowing how the government can improve tax morale so as to
minimize tax evasion at South Makassar KPP is to warn taxpayers about the importance of paying
taxes in order to avoid tax sanctions. This is also done in order to improve taxpayer tax morale as
seen from the sub-concepts of Pre-Conventional Stages, Conventional Stages, Post-conventional
Stages, Attitudes towards Behavior, Subjective Norms, and Behavioral Control. Whereas in discussing
the causes of taxpayers to commit tax evasion, it can be seen from financial statement analysis, sales
analysis, or contract analysis, then after finding an irregularity in the taxpayer's financial report, an
interview can be conducted with the taxpayer to find out the indication of fraud, namely the taxpayer
who is has indications of committing fraud based on pressure, opportunity, rationalization, ability, or
arrogance.
Keywords: Tax Evasion, Tax Morale
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penggelapan Pajak Tinjauan Moral Perpajakan (Studi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan). Metode penelitian ini menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian telah menjelaskan bahwa dalam mengetahui cara
pemerintah meningkatkan moral perpajakan sehingga meminimalisir tindakan penggelapan pajak
di KPP Makassar Selatan adalah dengan memperingatkan wajib pajak tentang pentingnya
membayar pajak agar terhindar dari sanksi – sanksi perpajakan. Hal ini dilakukan juga agar dapat
meningkatkan moral pajak wajib pajak yang dilihat dari sub konsep Tahapan Conventional,
Tahapan Pre-Conventional, Tahapan post-conventional, Norma subyektif, Sikap terhadap perilaku,
dan kontrol perilaku. Sedangkan dalam membahas penyebab wajib pajak melakukan penggelapan
pajak dapat dilihat dari analisa laporan keuangan, analisa penjualan, atau analisa kontrak lalu
setelah ditemukan adanya keganjalan pada laporan keuangan wajib pajak, maka dapat dilakukan
wawancara kepada wajib pajak tersebut untuk mengetahui indikasi dari fraud yaitu wajib pajak
yang memiliki indikasi melakukan fraud berdasarkan tekanan, kesempatan, rasionalisasi,
kemampuan, atau arogansi.
Kata Kunci: Penggelapan Pajak, Moral Perpajakan
86
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
87
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
88
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
89
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
90
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
(seperti hak individu dan standar yang sebagai Fungsional Pemeriksa Pajak
diakui secara sosial), atau membuat yaitu sebagai berikut:
keputusan pada tahap prinsip moral “intinya kita bisa liat dari laporan
universal (seperti kesadaran pribadi). yang wajib pajak laporkan kepada
Tahap ini adalah tahap tertinggi di mana petugas pajak dimana SPT yang
individu menggunakan konsep moral dilaporkan tepat waktu, laporannya
untuk membuat penilaian moral, dan lengkap, bayar pajaknya tepat
konsep keadilan berkembang seiring hitungannya tidak kurang sama sekali
dengan pertumbuhan manusia. Hal ini dan tidak terlambat sama sekali”
lebih lanjut dijelaskan oleh FF sebagai
Fungsional Pemeriksa Pajak yaitu Berdasaran penjelasan tersebut,
sebagai berikut: FF menjelaskan hal ini terlihat dari sikap
“Dengan cara melihat pelaporannya wajib pajak yang akan melaporkan SPT
tepat waktu, laporannya lengkap, dan secara lengkap, membayar pajak tepat
rapih, dengan itu kita bisa tau bahwa waktu, dan melaporkannya tepat waktu.
wajib pajak ini sadar secara individu.
1) Norma subyektif
Biasanya atas dasar ketakutan karena
Ajzen dalam Setiawan et al. (2020)
sanki pajak, dan kesadaran atas diri
meyakini bahwa norma subjektif
untuk membayar pajak”
merupakan pandangan atau persepsi
Berdasarkan penjelasan tersebut, seseorang terhadap keyakinan orang
FF menjelaskan bahwa pertimbangan lain yang mempengaruhi niat seseorang
etis dapat membuat wajib pajak sadar untuk melakukan perilaku tersebut.
akan kewajiban perpajakannya. Hal ini Norma subyektif melibatkan faktor
terjadi karena keyakinan perilaku pengaruh sosial, seperti yang ada di
adalah keyakinan tentang hasil perilaku sekitar individu. Hal ini lebih lanjut
yang membentuk sikap, di mana dijelaskan oleh FF sebagai Fungsional
keyakinan individu tentang hasil Pemeriksa Pajak yaitu sebagai berikut:
perilaku dan evaluasi hasil tersebut. “hal ini dapat dilihat dari perspektif
wajib pajak itu sendiri dimana wajib
b. Sikap terhadap perilaku pajak membayar pajaknya atas dasar
(Setiawan et al., 2020) meyakini keyakinan dan kepercayaan untuk
bahwa sikap terhadap perilaku diartikan orang lain atau masyarakat umum”
sebagai perasaan positif atau negatif
ketika seseorang harus mengambil Berdasaran penjelasan tersebut,
keputusan. Ajzen (2020) dalam FF menjelaskan bahwa terdapat tanda-
Setiawan menemukan bahwa banyak tanda wajib pajak membayar pajak
perilaku manusia yang berada di luar karena adanya norma subjektif, artinya
kendali mereka. Tingkah laku semacam hubungan antara norma subjektif
ini dinamakan tingkah laku wajib, dengan manfaat kinerja wajib pajak
tingkah laku wajib bukanlah dapat dilihat dari pengaruhnya terhadap
kehendaknya sendiri, melainkan karena orang penting bagi pejabat pajak (dalam
merupakan syarat atau kewajiban kerja. hal ini, (misalnya, teman, penasihat
Hal ini lebih lanjut dijelaskan oleh FF pajak atau manajer senior pajak), ini
membantu wajib pajak untuk mematuhi
91
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
92
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
Tax planning supaya pajak yang (kurs Rp 14 ribu) lebih rendah daripada
terutang lebih kecil terus yang ketiga yang seharusnya dibayarkan di
adanya potensi pajak yang Indonesia. Pengamat perpajakan
seharusnya terutang misalnya mereka Yustinus Prastowo menjelaskan, wajib
udah tau nih tarifnya sekian, pajak (WP) termasuk badan atau
potensinya sekian, nah mereka perusahaan lazim melakukan
melihat mungkin potensi pajak nya perencanaan pajak (tax planning).
seperti itu Jadi mereka rencanakan Namun upaya inilah yang sering muncul
apa namanya semaksimal mungkin upaya mengakali aturan pajak
untuk mengecilkan pajak terutang, (finance.detik.com, 2019).
mereka merencanakan agar pajaknya
e. Opportunity (Kesempatan)
tidak terlalu besar jadi ya lagi
Kesempatan untuk melakukan
sebenernya semuanya itu ada di apa
fraud itu hanya diketahui oleh wajib
namanya internal perusahaan itu
pajak itu sendiri. Hal dijelaskan lebih
sendiri Jadi bagaimana mereka
rinci oleh FF sebagai Fungsional
menentukan arah perusahaan sampai
Pemeriksa Pajak yaitu sebagai berikut:
ya terjadilah keputusan untuk
“Ya tentunya hanya si pelaku itu
melakukan fraud”
sendiri yang mengetahui... itu kembali
ke sudut pandang... kembali lagi
Berdasaran penjelasan tersebut,
hanya si pelaku tersebut yang
FF menjelaskan bahwa yang menjadi
mengetahui apakah ada peluang atau
tekanan wajib pajak melakukan fraud
Kesempatan Dalam melakukan fraud
adalah Tax planning dimana didalam
perpajakan”
perencanaan perusahaan memerlukan
adanya keuntungan sebanyak mungkin
Berdasarkan penjelasan tersebut,
dengan pajak serendah mungkin. Tujuan
FF menjelaskan bahwa dalam
utama perencanaan pajak adalah untuk
melakukan pelanggaran pelaku akan
mengurangi jumlah pajak atau total
menunggu adanya kesempatan atau
pajak yang harus dibayar oleh wajib
peluang untuk melakukan tindakan
pajak. Tapi ingat, ini ilegal secara
kecurangannya. Dengan menemukan
hukum. Perencanaan perpajakan
titik lemah aturan perpajakan, maka
merupakan tindakan hukum, karena
dapat menjadi salah satu peluang pelaku
pajak hanya dapat dihemat dengan
fraud untuk dapat melakukan tindak
memanfaatkan hal-hal yang tidak
kecurangan atas SPT nya.
tunduk pada hukum. Tujuannya bukan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
untuk menghindari pembayaran pajak,
mengakui bahwa pengawasan atas
tetapi untuk mengatur agar pajak yang
Wajib Pajak (WP) UMKM yang
dibayarkan tidak melebihi pajak yang
menikmati fasilitas PPh Final 0,5% dari
terutang.
omzet masih lemah. Setelah berjalan
Kasus mengenai Tax Planning ini
satu setengah tahun tarif PPh Final
dilakukan oleh PT Adaro Energy Tbk
UMKM diturunkan dari 1% omzet
pada periode tahun 2009-2017. Adaro
menjadi 0,5% omzet, penerimaan pajak
diduga telah mengatur sedemikian rupa
dari WP UMKM yang menggunakan
sehingga mereka bisa membayar pajak
skema PPh Final UMKM bukannya
US$ 125 juta atau setara Rp 1,75 triliun
93
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
94
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
95
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
96
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
97
Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan
p-ISSN: 2714-6308 e-ISSN: 2714-6294
Vol.4 Nomor 1 Mei 2021
98