Analisis Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN

SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH


(Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang)

RORO BELLA AYU WANDANI PRASETIO PUTRI


SRIKANDI KUMADJI
AGUNG DARONO
(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya,[email protected])

ABSTRACT
The Local Genuine Income (PAD) is a source of local income which may consist of local tax, local
retribution, separated local wealth management, and others. Hotel Tax, Restaurant Tax and Entertainment Tax are
local tax components. Hotel, restaurant and entertainment are a potential sector for the improvement of local
revenue. The objective of research is to understand the contribution, effectiveness and growth rates of hotel,
restaurant and entertainment taxes to local tax and Local Genuine Income. It is expected that research will provide
benefit and input for the local government of Malang City, especially to the Official of Local Income. Research
method is descriptive. Data are secondary which obtain from The Report of Target and Realization of Local Income
Revenue from the Period 2006-2013 made by The Official of Local Income. The Result of research indicates that
hotel, restaurant and entertainment taxes in Malang City have quite great potential compared to other tax types. It
is consistent to research objective which is to analyze and to explain the contribution, effectiveness and growth rates
of hotel, restaurant and entertainment taxes to Local Genuine Income. The average contribution rate of hotel tax to
Local Genuine Income is 5.81%, while those of restaurant tax and entertainment tax are 10.36 % and 1.77 %. The
average effectiveness rate of hotel tax is 106.94 %, while those of restaurant tax and entertainment tax are 105.31 %
and 113.74 %. The growth rates of hotel, restaurant and entertainment taxes are 22.77 %, 11.11 % and 21.54 %.
Keywords: Local Genuine Income, Local Tax, Hotel Tax, Entertainment Tax, Restaurant Tax, Contribution,
Effectiveness, Growth Rate

PENDAHULUAN daerah yang dibutuhkan dalam


Negara Republik Indonesia sebagai Negara menyelenggarakan pemerintahan daerah dan
Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam berhak untuk memperoleh sejumlah dana yang
berupa transfer dari pemerintah pusat (Halim
penyelenggaraan pemerintahan, dengan
dan Husein,2009:154). Semakin tinggi kekuatan
memberikan kesempatan dan keleluasaan
pengenaan pajak, semakin tinggi proporsi PAD
kepada daerah untuk menyelenggarakan terhadap total anggaran. Disamping itu daerah
otonomi daerah (Bratakusumah dan Solihin, tersebut menjadi lebih otonom (Khusaini,
2001:1). Undang-Undang Dasar 1945 merupakan 2006:222).
landasan yang kuat untuk menyelenggarakan Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan
otonomi dengan memberikan kewenangan yang desentralisasi berasal dari PAD, dana
perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain
luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada
penerimaan yang sah. Sumber PAD merupakan
daerah, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan sumber keuangan daerah yang digali dari dalam
MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 tentang wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri
Penyelenggaraan Otonomi Daerah. dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
Daerah berwenang mengelola sumber daya hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
nasional yang tersedia di wilayahnya dan dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Salah
bertanggung jawab memelihara kelestarian satu sumber keuangan daerah yang dapat
lingkungan sesuai dengan peraturan perundang- dioptimalkan penggaliannya adalah PAD
undangan. Kewenangan pemerintahan yang (Sobandi, 2005:26).
diserahkan kepada daerah dalam rangka PAD merupakan pendapatan daerah sendiri
desentralisasi harus disertai dengan penyerahan yang potensinya berada di daerah dan dikelola
dan pengalihan pembiayaan, sarana dan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
prasarana, serta sumber daya manusia sesuai Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 menjelaskan
dengan kewenangan yang diserahkan kepada sumber pendapatan daerah terdiri atas PAD,
daerah tersebut (Bratakusumah dan Solihin, yaitu hasil pajak daerah, retribusi daerah,
2001:11-12). Pemerintah daerah memiliki pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
kewenangan untuk melakukan pemungutan dan lain-lain PAD yang sah. PAD yang berasal
terhadap pajak-pajak tertentu (taxing power), dari sumber-sumber keuangan seperti yang telah
melakukan usaha-usaha tertentu untuk disebutkan, harus selalu diupayakan agar terus
mendapatkan sejumlah uang agar dapat meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan
membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran perkembangan pembangunan daerah.
pembangunan, membuat peraturan-peraturan

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 1


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
Data dari Direktorat Jenderal Perimbangan dituntut untuk meningkatkan sarana dan
dan Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan prasarana serta pelayanan yang baik dalam
sampai dengan bulan mei tahun 2014 jumlah bidang pariwisata, yang secara otomatis tidak
transfer pusat ke daerah untuk provinsi/ terlepas dari peningkatan dan pengembangan
kabupaten/kota seluruh Indonesia selalu hotel, restoran dan hiburan sebagai penunjang
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada dari sektor wisata (BPS, 2011). Kota Malang
tahun 2006 jumlah transfer sebesar Rp 220,8 memiliki potensi yang besar di sektor jasa dan
triliun, meningkat pada tahun 2007 sebesar Rp pariwisata yang dapat dikembangkan, sehingga
253,26 triliun, tahun 2008 sebesar Rp 292,43 memberikan kontribusi terhadap penerimaan
triliun, 2009 sebesar Rp 308,59 triliun, meningkat pajak yang menambah PAD.
pada tahun 2010 menjadi Rp 344,73 triliun. Pada Data Dinas Pendapatan Daerah dari tahun
tahun 2011 daerah mendapatkan transfer sebesar 2006-2013, menunjukkan penerimaan Pajak
Rp 411, 32 triliun, meningkat pada tahun 2012 Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan di Kota
sebesar Rp 478,78 triliun dan terakhir di tahun Malang terus meningkat. Berdasarkan hal
2013 dana transfer dari pusat ke daerah sebesar tersebut, Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak
Rp 528,62 triliun Hiburan merupakan sumber pendapatan daerah
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, yang potensial untuk dikembangkan sesuai
setiap daerah yang ada di Indonesia dituntut dengan pertumbuhan pembangunan Kota
untuk selalu berupaya meningkatkan sumber Malang yang sangat strategis untuk berinvestasi
PAD (Nugraha dan Triantoro, 2004:379). jika dikelola dengan baik. Berikut data terkait
Peningkatan PAD akan tercapai apabila sumber- penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran dan
sumber yang mempengaruhinya mengalami Pajak Hiburan dari tahun 2006 sampai dengan
peningkatan, agar sumber-sumber tersebut tahun 2013 :
meningkat maka dalam pengelolaan dan
Tabel 1. Data terkait penerimaan Pajak Hotel,
pelaksanaan daerah haruslah optimal. Salah satu
Pajak Restoran dan Pajak Hiburan dari tahun
sumber yang dapat meningkatkan PAD adalah
2006-2013
pajak daerah. Apabila pemungutan pajak daerah
dapat dilaksanakan secara optimal maka PAD Tahun Pajak Pajak Pajak
dapat meningkat. Hotel Restoran Hiburan
Sehubungan dengan ditetapkannya Undang- 2006 3.315.721 6.653.121 1.380.141
undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak 2007 3.932.900 7.762.908 1.724.554
Daerah dan Retribusi Daerah selanjutnya disebut
2008 4.558.414 8.965.377 1.778.167
dengan UU PDRDpada tanggal 15 September
2009 5.204.343 10.769.904 1.792.499
2009, maka terdapat pedoman terkait
2010 7.335.306 14.933.511 2.043.895
pelaksanaan pemungutan maupun jenis pajak
2011 8.485.719 17.992.471 2.343.426
yang harus dibayar oleh masyarakat pada daerah
tersebut. Adanya Undang-Undang Pajak Daerah 2012 9.787.551 20.302.610 3.134.172
dan Retribusi Daerah sebagai pelengkap dan 2013 13.934.800 25.479.671 4.083.522
aturan yang diatur dalam peraturan daerah baik
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Salah satu upaya dalam meningkatkan pajak
Beberapa jenis pajak daerah yang dipungut oleh hotel, restoran dan hiburan dengan
daerah khususnya untuk kabupaten dan kota menggunakan electronic tax (E-Tax) yang mulai
yaitu: (1) Pajak Hotel; (2) Pajak Restoran; (3) diberlakukan di Kota Malang Oktober 2013.
Pajak Hiburan; (4) Pajak Reklame; (5) Pajak Sistem ini merupakan sistem terbaru yang
Penerangan Jalan; (6) Pajak Mineral Bukan digunakan untuk mengatasi kebocoran pajak
Logam dan Batuan; (7) Pajak Parkir; (8) Pajak Air daerah. Sistem e-tax baru digunakan pada 4 jenis
Tanah; (9) Pajak Sarang Burung Walet; (10) Pajak pajak saja, yaitu pajak hotel, restoran, hiburan
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan parkir (www.malangkota.go.id). Dengan
(PBB P2); dan (11) Bea Perolehan Hak atas Tanah adanya potensi daerah yang ada dapat
dan Bangunan (BPHTB). menghasilkan pemasukan besar kepada PAD
Dari data Badan Pusat Statistik tahun Kota Malang, maka pihak pemerintah daerah
2000, kontribusi yang cukup signifikan dalam Kota Malang melalui Dinas Pendapatan Daerah
membangun perekonomian Kota Malang yaitu berupaya untuk meningkatkan PAD Kota
sektor industri pengolahan sebesar 35,84%, Malang dengan jalan menggali sumber-sumber
kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, pendapatan daerah yang dimiliki dari potensi
restoran dan wisata sebesar 32,22%. Sektor daerah yang ada. Dari beberapa komponen pajak
pariwisata mempunyai peranan yang penting daerah yang dikelola Kota Malang yang menarik
dalam pembangunan nasional : meratakan dan untuk diteliti oleh penulis adalah Pajak Hotel,
meningkatkan kesempatan kerja dan Pajak Restoran dan Pajak Hiburan periode 2006-
pendapatan, memperkokoh persatuan dan 2013.
kesatuan, serta budaya bangsa (Yoeti, 2008:2).
Kota Malang merupakan kota terbesar kedua
setelah Surabaya, sebagai salah satu kota berbasis
pada sektor pariwisata dalam pengembangannya

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 2


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
KAJIAN PUSTAKA Pajak Daerah
Otonomi Daerah Menurut Musgrave dan Musgrave (1989)
Menurut Undang-undang No. 32 tahun 2004 menjelaskan bahwa “Pajak merupakan suatu
tentang Pemerintah Daerah pengertian otonomi iuran yang wajib dibayar oleh rakyat kepada
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah yang sifatnya dapat dipaksakan dan
daerah otonom untuk mengatur dan mngurus tanpa balas jasa. Dengan kata lain, pajak adalah
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan suatu bentuk iuran kepada negara yang dapat
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan dipaksakan pemungutannya kepada wajib pajak
perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi atau yang wajib membayarnya tanpa balas jasa
daerah harus dapat meningkatkan kemandirian apapun”.
daerah. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
otonomi daerah didasarkan atas asas Pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun
desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, 2009 pasal 1 ayat 10 tentang Pajak Daerah dan
nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada
secara proporsional diwujudkan dengan Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
pembagian dan pemanfaatan sumber daya badan yang bersifat memaksa berdasarkan
nasional yang berkeadilan serta perimbangan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
keuangan pusat dan daerah. imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
Pendapatan Asli Daerah (PAD) kemakmuran rakyat.
PAD merupakan pendapatan yang berasal
dari pemanfaatan dan penggalian potensi yang Pajak Hotel
dimiliki oleh daerah. Di era otonomi daerah ini, Sesuai dengan Undang-Undang No. 28
daerah dituntut untuk mencari alternatif lain Tahun 2009 Pasal 1 angka 20 dan 21, Pajak Hotel
yang dapat dimanfaatkan sebagai bentuk inovasi adalah pajak atas pelayanan yang disediakan
sistem guna meningkatkan pendapatan daerah. oleh hotel. Sedangkan yang dimaksud dengan
Menurut Muluk (2006:77) PAD atau locally raised hotel adalah fasilitas penyedia jasa
revenue merupakan pendapatan yang ditentukan penginapan/peristirahatan termasuk jasa yang
dan dikumpulkan secara lokal. Sedangkan terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang
menurut Widjaya (1992:42) PAD merupakan mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,
salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
mendapatkan dana pembangunan dalam penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
memenuhi belanja daerah dan usaha daerah dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
guna memperkecil ketergantungan dalam Berdasarkan Perda Kota Malang No.16 Tahun
mendapatkan dana dari pemerintah tingkat atas 2010 tentang Pajak Daerah Pasal 4, Objek Pajak
(subsidi). Sementara itu, PAD menurut Halim Hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel
(2004:67) yaitu semua penerimaan daerah yang dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya
Adapun komponen dari PAD dibagi menjadi memberikan kemudahan dan kenyamanan,
empat jenis, yaitu: (1) Pajak daerah; (2) Retribusi termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
daerah; (3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah Sedangkan yang menjadi subjek pajak adalah
yang dipisahkan; (4) Lain-lain PAD yang sah. orang pribadi atau badan yang mengusahakan
Salah satu upaya untuk melihat kemampuan hotel. Tarif Pajak Hotel untuk yaitu motel,
daerah dalam rangka self supporting dari segi losemen, rumah penginapan dan kegiatan usaha
keuangan daerah dalam rangka mengurangi lainnya yang sejenis ditetapkan tarif sebesar 10 %
ketergantungan terhadap pemerintah pusat (sepuluh persen), sedangkan tarif Pajak Hotel
adalah dengan melihat komposisi dari untuk rumah kos dengan jumlah kamar lebih
penerimaan daerah yang ada. Semakin besar dari 10 (sepuluh) dikenakan tarif 5% (lima
komposisi PAD, semakin besar pula kemampuan persen).
daerah untuk memikul tanggung jawab yang
lebih besar. Namun semakin kecil komposisi Pajak Restoran
PAD terhadap penerimaan daerah, maka Sesuai dengan Undang-Undang No. 28
ketergantungan terhadap pusat juga semakin Tahun 2009 Pasal 1 angka 22 dan 23, pengertian
besar. Sedangkan dampak yang dirasakan Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang
masyarakat dengan adanya peningkatan disediakan oleh restoran. Yang dimaksudkan
penerimaan PAD adalah kelancaran restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan
pembangunan. Pembangunan ini meliputi atau minuman dengan dipungut bayaran, yang
berbagai sektor diantaranya pembangunan jalan, mencakup rumah makan, kafetaria, kantin,
pembangunan fasilitas umum dan fasilitas lain warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
(Ardiyansyah, 2005:61). boga/catering. Berdasarkan Perda No. 16 Tahun
2010 tentang Pajak Daerah, pada Pasal 12
menjelaskan pengertian objek Pajak Restoran
adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran,
meliputi makanan dan atau minuman yang

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 3


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
dikonsumsi pembeli, baik dikonsumsi di tempat daerah pada tahun 2006 sebesar Rp
pelayanan maupun di tempat lain. Sedangkan 32.123.673.031,21. Pada tahun 2008
yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi pertumbuhannya menurun 3,3% menjadi 13,70%.
atau badan yang mengusahakan restoran. Tarif Sedangkan tahun 2009 pertumbuhannya (2,07)
Pajak Restoran yaitu apabila restoran dengan sebesar 15,77% dengan realisasinya Rp
nilai penjualannya diatas Rp 5.000.000,00 (lima 49.467.066.282,96. Pada tahun 2010 terdapat
juta rupiah) sampai dengan Rp 15.000.000,00 peningkatan 4,6% dari 17% menjadi 21,60%.
(lima belas juta rupiah) per bulan tarifnya Meningkat tajam pada tahun 2011 sebesar
sebesar 5% (lima persen). Apabila restoran 108,36%. Namun pada tahun 2012 menurun
dengan nilai penjualannya diatas Rp sebesar 81,4% dari 108,36% menjadi 26,96%.
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) per bulan Kemudian meningkat pada tahun 2013 yaitu
tarifnya sebesar 10% (sepuluh persen). sebesar 49,88%.
Jumlah realisasi PAD Kota Malang dari tahun
Pajak Hiburan 2006-2013 sebesar 1,182 triliun rupiah,
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun dibandingkan dengan hasil realisasi penerimaan
2009 Pasal 1 angka 24 dan 25, Pajak Hiburan dana perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi
adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Hiburan adalah semua jenis tontonan, Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diterima oleh
pertunjukkan, permainan, dan atau keramaian Kota Malang dari tahun 2006-2013 yaitu sebesar
yang dinikmati dengan dipungut bayaran dan 5,078 triliun rupiah menunjukkan ketimpangan
dinikmati oleh umum. Menurut Peraturan penerimaan yang besar dan ini menunjukkan
Daerah No.16 Tahun 2010 Pasal 22 objek pajak ketergantungan pemerintah Kota Malang masih
hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan sangat tinggi terhadap pemerintah pusat.
dengan dipungut bayaran. Disebutkan dalam
Peraturan Daerah No.16 Tahun 2010 Pasal 23 Hasil Analisis Data
bahwa subjek pajak hiburan adalah orang 1. Analisis Kontribusi
pribadi atau badan yang menikmati hiburan.
Menurut Halim (2004:163) Kontribusi
Wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau
Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan
badan yang menyelenggarakan hiburan. Tarif
Kota Malang untuk tahun 2006-2013 dapat
minimum yang dikenakan untuk Pajak Hiburan
diukur dengan rumus berikut:
adalah 5%. Dan untuk tarif tertinggi sebesar 35%.
- Kontribusi Pajak Hotel =
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐻𝑜𝑡𝑒𝑙
METODE PENELITIAN 𝑥 100%
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
Jenis Penelitian - Kontribusi Pajak Restoran =
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛
𝑥 100%
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Lokasi 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
penelitian di Kota Malang dan situs penelitian di - Kontribusi Pajak Hiburan =
Dinas Pendapatan Daerah yang merupakan 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐻𝑖𝑏𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑥 100%
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
a. Kontribusi Pajak Hotel
memiliki tugas pokok dan fungsi untuk
Kontribusi hotel bintang dan hotel tidak
melaksanakan kebijakan daerah di bidang
berbintang terhadap PAD Kota Malang dari
penerimaan dan pendapatan daerah. Data yang
tahun 2006 hingga tahun 2013 juga menunjukkan
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
trend fluktuatif. Untuk kontribusi hotel
sekunder dengan jenis data times series. Teknik
berbintang terdapat kontribusi tertinggi pada
pengumpulan data mengunakan studi
tahun 2013 yaitu sebesar 4,46% dan paling
dokumenter yaitu cara mengumpulkan data
rendah pada tahun 2007 yaitu 2,76%. Rata-rata
yang dilakukan dengan katagorisasi dan
kontribusi hotel berbintang terhadap PAD yaitu
klasifikasi bahan-bahan tertulis yang
3,58%, dimana terdapat hasil kontribusi yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
berada di atas rata-rata kontribusi yaitu pada
Sumber data yang digunakan data sekunder.
tahun 2008 yaitu 3,78%, tahun 2009 sebesar 4%,
Metode analisis data yang digunakan dalam
tahun 2010 sebesar 4,18% dan pada tahun 2013
menganalisis setiap aspek-aspek yang
dan merupakan hasil kontribusi tertinggi yaitu
dibutuhkan, yaitu kontribusi, tingkat efektivitas
sebesar 4,46%.
dan laju pertumbuhan Pajak Hotel, Pajak
Sementara itu, untuk kontribusi hotel tidak
Restoran dan Pajak Hiburan terhadap PAD.
berbintang terhadap PAD menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN kontribusi tertinggi pada tahun 2010 yaitu
Perkembangan PAD Kota Malang sebesar 2,29% dan kontribusi terendah pada
Pajak daerah Kota Malang dari tahun 2006 tahun 2007 yaitu sebesar 1,30%. Rata-rata hasil
sampai dengan tahun 2013 terus mengalami kontribusi hotel tidak berbintang terhadap PAD
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun yaitu sebesar 1,63%, dimana terdapat hasil
2007 pajak daerah mengalami peningkatan kontribusi yang berada di atas rata-rata yaitu
pertumbuhan sebesar 17,00% dari realisasi pajak pada tahun 2006 yaitu sebesar 1,80%, tahun 2008
sebesar 1,69%, pada tahun 2009 sebesar 1,66%

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 4


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
dan pada tahun 2010 sebesar 2,29%. Kontribusi Efektivitas
hotel berbintang dan tidak berbintang terhadap =
PAD menunjukkan hasil kriteria sangat kurang Realisasi Penerimaan Pajak Hotel,Pajak Restoran dan Pajak Hiburan
Target penerimaan Pajak Hotel,Pajak Restoran dan Pajak Hiburan
x 100%
berkontribusi karena rata-rata keduanya berada
dibawah 10% sesuai dengan kriteria kontribusi
dari Depdagri tahun 1996. a. Efektivitas Pajak Hotel

Tabel 2. Tingkat Efektivitas Pajak Hotel dari


b. Kontribusi Pajak Restoran
Tahun 2006-2013
Pada tahun 2006 tidak dijabarkan karena
tidak adanya informasi terkait realisasi restoran,
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase
rumah makan dan cafe, sehingga tidak dapat
(%)
diketahui kontribusinya. Kontribusi restoran,
2006 3.100.000.000,00 3.315.721.013,27 106,96
rumah makan dan cafe terhadap PAD
menunjukkan trend fluktuatif, begitu pula untuk 2007 3.892.500.000,00 3.932.900.034,71 101,04
rumah makan dan cafe. Kontribusi tertinggi 2008 4.398.700.000,00 4.558.413.834,00 103,63
untuk restoran terdapat pada tahun 2010 yaitu 2009 5.085.730.000,00 5.204.343.124,55 102,33
8,48% dan untuk kontribusi terendah terdapat 2010 6.600.928.510,40 7.328.195.695,95 111,02
pada tahun 2011 yaitu 6,04%. Kemudian rata-rata 2011 7.937.911.592,30 8.136.987.336,76 102,51
kontribusi restoran terhadap pajak daerah adalah 2012 8.913.290.057,77 9.787.551.997,94 109,81
sebesar 6,97%. 2013 11.115.346.405,15 13.934.800.659,87 125,37
Kontribusi rumah makan dan cafe mencapai Rata-rata 107,8
puncak kontribusi tertinggi pada tahun 2010
yaitu 4,68%. Kontribusi terendah pada tahun
Tabel efektivitas pajak hotel diatas
2008 yaitu 1,78%. Rata-rata kontribusi rumah
menunjukkan tingkat efektivitas pada tahun 2006
makan dan cafe yaitu 3,42% yang artinya sangat
hingga tahun 2013 sangat efektif. Persentase
kurang berkontribusi bagi pajak daerah. Pada
tertinggi ada di tahun 2013 dan persentase
tahun 2009, 2010, 2011 dan 2013 kontribusi
terendah ada di tahun 2007. Meskipun sudah
berada di atas rata-rata yaitu sebesar 4,22%,
sangat efektif karena berada diatas 100%, namun
4,68%, 3,65% dan 3,54%. Sehingga restoran,
persentasenya masih menunjukkan trend
rumah makan dan cafe menunjukkan hasil sangat
fluktuatif. Sedangkan target dan realisasi dari
kurang berkontribusi terhadap pajak daerah
tahun ke tahun cenderung meningkat setiap
karena berada dibawah 10%.
tahunnya.

c. Kontribusi Pajak Hiburan


b. Efektivitas Pajak Restoran
Kontribusi tertinggi hiburan tetap terhadap
PAD yaitu sebesar 1,87% pada tahun 2008. Untuk Tabel 3. Tingkat Efektivitas Pajak Restoran dari
kontribusi terendah yaitu sebesar 1,09% pada Tahun 2006-2013
tahun 2011. Terdapat 5 (empat) tahun yang hasil
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase
kontribusinya berada diatas rata-rata pada tahun
(%)
2007, 2008, 2009, 2010 dan 2013 yaitu sebesar
1,50%, 1,87%, 1,83%, 1,50% dan 1,66%. 2006 6.599.981.250,00 6.653.121.175,41 100,81
Kemudian untuk kontribusi tertinggi hiburan 2007 7.714.979.844,00 7.762.908.408,44 100,62
insidenstil terhadap PAD yaitu sebesar 0,95% 2008 8.718.680.000,00 8.965.376.803,28 102,82
pada tahun 2006. Dan kontribusi terendah yaitu 2009 10.590.548.000,00 10.769.903.845,71 101,69
sebesar 0,12% adalah pada tahun 2009. Rata-rata 2010 13.762.656.497,25 14.929.491.495,95 108,48
kontribusi hiburan insidentil yaitu sebesar 0,29%. 2011 16.551.035.303,41 16.888.172.394,13 102,04
Pada tahun 2006 dan 2010 hasil kontribusinya 2012 18.006.103.686,81 20.302.610.876,34 112,75
berada diatas rata-rata yaitu 0,95% dan 0,30%. 2013 21.437.718.910,80 25.479.671.734,31 118,85
Rata-rata hiburan tetap dan hiburan insidentil Rata-rata 106,01
menunjukkan hasil sangat kurang berkontribusi
terhadap PAD, karena berada dibawah 10%.
Tidak berbeda dengan tingkat efektivitas
pajak hotel, pajak restoran juga mengalami trend
2. Analisis Efektivitas
fluktuatif. Sedangkan hasilnya menunjukkan
Guna mengetahui efektivitas Pajak Hotel,
tingkat efektivitasnya sangat efektif dari tahun
Pajak Restoran dan Pajak Hiburan terlebih
2006 hingga tahun 2013. Persentase tertinggi ada
dahulu membandingkan antara realisasi
di tahun 2013 dan persentase terendah ada di
penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan pajak
tahun 2007. Meskipun di setiap tahunnya sudah
hiburan terhadap target yang ditetapkan,
baik, namun tetap harus ada peningkatan. Perlu
sehingga untuk menghitungkan tingkat
dilakukan langkah-langkah yang dapat
efektivitasnya menggunakan rumus berikut
membantu untuk peningkatan penerimaan pajak
(Halim,2001):
restoran.

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 5


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
hotel di Kota Malang per tahun dari tahun 2006
hingga 2013. Laju pertumbuhan tertinggi pada
c. Efektivitas Pajak Hiburan tahun 2010 yaitu sebesar 19,27%. Dan laju
pertumbuhan terendah ada pada tahun 2009
Tabel 4. Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan dari sebesar 13,16%. Rata-rata laju pertumbuhan
Tahun 2006-2013 pajak hotel adalah sebesar 22,77%.

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase


b. Laju Pertumbuhan Pajak Restoran
(%)
2006 1.575.000.000,00 1.380.141.329,00 87,63 Tabel 6. Laju Pertumbuhan Pajak Restoran dari
2007 1.580.000.000,00 1.724.554.425,00 109,15
Tahun 2006-2013
2008 1.752.930.000,00 1.778.167.000,50 101,44
2009 1.787.988.600,00 1.792.499.083,70 100,25 Tahun Realisasi Tahun Realisasi Tahun Persentase
2010 1.807.988.600,00 2.041.298.212,05 112,90 Akhir (Rp) Awal (Rp) (%)
2011 1.897.988.600,00 2.359.059.325,80 124,29 2007 7.762.908.408,44 6.653.121.175,41 18,74
2012 1.972.989.350,00 3.134.172.824,60 158,85 2008 8.965.376.803,28 7.762.908.408,44 18,71
2013 3.451.736.261,10 4.083.522.176,70 118,30 2009 10.769.903.845,71 8.965.376.803,28 18,82
Rata-rata 114,10 2010 14.929.491.495,95 10.769.903.845,71 19,23
2011 16.888.172.394,13 14.929.491.495,95 13,14
2012 20.302.610.876,34 16.888.172.394,13 18,82
Berdasarkan tabel efektivitas pajak hiburan
2013 25.479.671.734,31 20.302.610.876,34 18,94
diatas, dapat dilihat tingkat persentase efektivitas Rata- 25.479.671.734,31 6.653.121.175,41 11,11
dari tahun 2006 hingga tahun 2013 hasilnya rata
sangat efektif, kecuali pada tahun 2006 yang
hasilnya efektif karena dibawah 100%. Persentase Berdasarkan tabel laju pertumbuhan pajak
tertinggi ada di tahun 2012 dan persentase retoran, dapat diketahui laju pertumbuhan pajak
terendah ada di tahun 2006. Rata-rata persentase restoran di Kota Malang per tahun dari tahun
2006 hingga 2013. Laju pertumbuhan pajk
efektivitas dari pajak hiburan adalah sebesar
restoran tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar
114,10% dan menunjukkan rata-rata paling tinggi
19,23%. Dan laju pertumbuhan terendah ada
dibandingkan dengan rata-rata pajak hotel dan pada tahun 2011 sebesar 13,14%. Rata-rata laju
pajak restoran. pertumbuhan pajak restoran adalah sebesar
11,11%.
3. Laju Pertumbuhan
Untuk menghitung laju pertumbuhan dapat c. Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan
menggunakan rumus berikut (Dajan, 2009:151) : Tabel 7. Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan dari
Tahun 2006-2013.
n−1 Xn
GM = √ −
Xo Tahun Realisasi Realisasi Persentase
1 x 100% Tahun Akhir Tahun Awal (%)
Keterangan : (Rp) (Rp)
GM = Jumlah rata-rata laju pertumbuhan 2007 1.724.554.425,00 1.380.141.329,00 13,34
N = Jumlah tahun (periode) 2008 1.778.167.000,50 1.724.554.425,00 18,39
Xn = Nilai pada periode akhir 2009 1.792.499.083,70 1.778.167.000,50 18,33
Xo = Nilai pada periode dasar 2010 2.041.298.212,05 1.792.499.083,70 18,67
2011 2.359.059.325,80 2.041.298.212,05 18,71
2012 3.134.172.824,60 2.359.059.325,80 19,11
a. Laju Pertumbuhan Pajak Hotel 2013 4.083.522.176,70 3.134.172.824,60 19,05
Rata- 4.083.522.176,70 1.380.141.329,00 21,54
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Pajak Hotel dari rata
Tahun 2006-2013
Tahun Realisasi Tahun Realisasi Persentase Berdasarkan tabel laju pertumbuhan pajak
Akhir Tahun Awal (%)
hiburan dapat diketahui laju pertumbuhan pajak
(Rp) (Rp)
hiburan di Kota Malang per tahun dari tahun
2007 3.932.900.034,71 3.315.721.013,27 18,78
2006 hingga 2013. Laju pertumbuhan tertinggi
2008 4.558.413.834,00 3.932.900.034,71 18,72
pada tahun 2011 yaitu sebesar 19,11%. Dan laju
2009 5.204.343.124,55 4.558.413.834,00 13,16
pertumbuhan terendah ada pada tahun 2007
2010 7.328.195.695,95 5.204.343.124,55 19,27
2011 8.136.987.336,76 7.328.195.695,95 18,60
sebesar 13,34%. Rata-rata laju pertumbuhan
2012 9.787.551.997,94 8.136.987.336,76 18,82
pajak hotel adalah sebesar 21,54%.
2013 13.934.800.659,87 9.787.551.997,94 19,31
Rata- 13.934.800.659,87 3.315.721.013,27 22,77 d. Upaya Dinas Pendapatan Daerah Untuk
rata Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Hotel,
Berdasarkan tabel laju pertumbuhan pajak Pajak Restoran dan Pajak Hiburan
hotel, dapat diketahui laju pertumbuhan pajak

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 6


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
Saat ini pemerintah daerah yang diwakili oleh 1. Tingkat kontribusi penerimaan pajak hotel
Dinas Pendapatan Daerah selaku SKPD telah dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun
melakukan upaya-upaya untuk mengurangi periode 2006-2013 terhadap pendapatan asli
daerah berturut-turut adalah 5,32%, 4,06%,
kebocoran pajak daerah, salah satunya dengan
5,47%, 5,66%, 6,46%, 4,38%, 4,25% dan 5,84%.
melaksanakan E-Tax (Electronic Tax). E-Tax mulai
Rata-rata kontribusi penerimaan pajak hotel
dilaksanakan pada bulan Oktober 2013, dengan terhadap pendapatan asli daerah yaitu
melakukan pemasangan alat yang terhubung sebesar 5,18%. Persentase rata-rata kontribusi
dengan Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang penerimaan yang telah di capai oleh Kota
untuk memantau transaksi yang ada pada wajib Malang dari tahun 2006-2013 berada pada
pajak. Sistem ini bekerja sama dengan bank BRI kriteria sangat kurang berkontribusi setiap
tahunnya. Kemudian untuk tingkat kontribusi
selaku penyedia jasa dan sampai saat ini baru 100
penerimaan pajak restoran dari tahun 2006
alat yang terpasang pada wajib pajak hingga 2013 berturut-turut adalah 10,68%,
(www.malangkota.go.id). Baru 4 (empat) pajak 8,00%, 10,75%, 11,71%, 13,16%, 9,09%, 8,82%,
daerah yang menggunakan sistem ini, yaitu dan 10,68%. Rata-rata kontribusi penerimaan
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan pajak restoran terhadap pendapatan asli
pajak parkir, karena melihat potensi yang besar daerah yaitu sebesar 10,36%. Persentase
kontribusi penerimaan yang telah dicapai
terhadap pajak daerah dan tidak sebanding
berada pada kriteria sangat kurang
dengan penerimaan yang diterima oleh
berkontribusi yaitu pada tahun 2007, 2011 dan
pemerintah. Upaya ini belum terlihat 2012. Pada tahun 2006, 2008, 2009, 2010 dan
dampaknya terhadap penerimaan pajak karena 2013 berada pada kriteria kurang
baru dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan berkontribusi. Sedangkan untuk tingkat
Daerah (Dispenda). Terdapat mekanisme online kontribusi penerimaan pajak hiburan dari
system E-Tax yaitu : tahun 2006 hingga 2013 berturut-turut adalah
2,21%, 1,78%, 2,13%, 1,95%, 1,80%, 1,24%,
1. Wajib Pajak mengirimkan data ke server
1,36% dan 1,71%. Rata-rata kontribusi
Dispenda.
penerimaan pajak hiburan terhadap
2. Data transaksi wajib pajak disimpan sebagai
pendapatan asli daerah adalah sebesar 1,77%.
data base Dispenda melalui CMS.
Persentase rata-rata kontribusi penerimaan
3. Pada setiap bulannya (maksimal tanggal 10
berada pada kriteria sangat kurang
setiap bulannya), melalui CMS wajib pajak
berkontribusi setiap tahunnya. Hal ini
mengirimkan format SPTPD elektronik ke
menggambarkan bahwa pemerintah Kota
Dispenda.
Malang belum mengoptimalkan potensi yang
4. Petugas Dispenda melakukan pengecekan
dimiliki oleh pajak hotel, pajak restoran dan
atas SPTPD elektronik yang dikirim oleh
pajak hiburan sebagai salah satu sumber
wajib pajak dengan melihat data base yang
penerimaan pendapatan asli daerah selama
dimiliki oleh Dispenda.
periode 2006-2013.
5. Apabila data sudah benar dan sesuai dengan
2. Tingkat efektivitas pajak hotel dalam kurun
data base, maka melalui CMS petugas
waktu 8 (delapan) tahun periode 2006-2013
Dispenda menyampaikan kepada wajib pajak
berturut-turut yaitu 106,96%, 101,04%,
bahwa SPTPD elektronik tidak dapat diterima
103,63%, 102,33%, 111,02%, 102,51%, 109,81%
dan disesuaikan kembali sesuai dengan data
dan 125,37%. Rata-rata efektivitas pajak hotel
base yang ada di Dispenda.
yaitu sebesar 107,8%. Persentase efektivitas
6. Atas ke tidak sesuaian data, maka wajib pajak
menunjukkan tingkat efektivitas berada pada
dapat melakukan konfirmasi pada petugas
kriteria sangat efektif dari tahun 2008-2013.
Dispenda.
Kemudian untuk tingkat efektivitas pajak
7. Atas data yang sudah sesuai, maka melalui
restoran periode 2006 hingga 2013 berturut-
CMS akan dikirimkan SKPD kepada wajib
turut yaitu 100,81%, 100,62%, 102,82%,
pajak, untuk kemudian melakukan proses
101,69%, 108,48%, 102,04%, 112,75% dan
Autodebet dengan menggunakan SSPD
118,85%. Rata-rata efektivitas pajak restoran
elektronik.
yaitu sebesar 106,01%. Persentase efektivitas
CMS atau Cash Management System adalah
menunjukkan tingkat efektivitas berada pada
aplikasi perbankan yang disiapkan oleh rekanan
kriteria sangat efektif kecuali pada tahun 2008
Dinas Pendapatan Daerah yaitu Bank BRI,
yang berada pada kriteria efektif karena di
sehingga wajib pajak dapat melakukan aktivitas
bawah 100%. Sedangkan tingkat efektivitas
pembayaran pajak atau aktivitas lain yang ada
pajak hiburan pada tahun 2006-2013 berturut-
hubungannya dengan bank. Contohnya transfer
turut adalah 87,63%, 109,15%, 101,44%,
atau aktivitas internet banking.
100,25%, 112,90%, 124,29%, 158,85% dan
KESIMPULAN DAN SARAN 118,30%. Rata-rata efektivitas pajak hiburan
Kesimpulan dari tahun 2006 hingga 2013 adalah sebesar
114,10%. Persentase ini menunjukkan kriteria
tingkat efektivitas pajak hiburan berada pada

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 7


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
kriteria sangat efektif dari tahun 2008-2013, Direktorat Jenderal Perimbangan dan Keuangan.
kecuali pada tahun 2006 yang hasil 2012. Transfer Pemerintah Pusat ke Pemerintah
menunjukkan berada di bawah 100%. Hal ini Daerah 2008 – 2012
menunjukkan bahwa pemerintah Kota Halim, Abdul.2001.Bunga Rampai Manajemen
Malang yang diwakili oleh Dinas Pendapatan Keuangan Daerah.Yogyakarta: UPP AMP
Daerah melakukan pemungutan pajak, baik YKPN.
pajak hotel, restoran dan hiburan dengan ___________.2004. Manajemen Keuangan
efektif, dibuktikan dengan hasil kriteria yang Daerah.Yogyakarta: UPP AMP YKPN
cenderung sangat efektif dimana realisasi
Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 tentang
selalu berada di atas target yang ditetapkan.
Penyelenggaraan Otonomi Daerah
Sementara itu melihat laju pertumbuhan rata-
rata untuk pajak hotel dari tahun 2006 hingga Muluk, M.R. Khairul.2009. Peta Konsep
2013 adalah sebesar 22,77%. Kemudian untuk Desentralisasi Dan Pemerintahan Daerah.
laju pertumbuhan rata-rata pajak restoran Surabaya: ITS Press.
dari tahun 2006 hingga 2013 adalah sebesar Musgrave, Richard A. And Peggy B.
21,15% dan rata-rata laju pertumbuhan pajak Musgrave.1989. Public Finance in Theory and
hiburan dari tahun 2006 hingga 2013 adalah Practice. New York: McGraw-Hill.
sebesar 16,76%. Nugraha dan Arvian Triantoro.2003. Analisis
Efektifitas Pajak Hotel dan Restoran Dan
Saran
Kontribusinya Terhadap PAD di Kota Bandung.
1. Pemerintah Kota Malang yang diwakili oleh Sobandi, Baban.2005.“Strategi Optimalisasi PAD
SKPD yaitu Dinas Pendapatan Daerah (PAD): Kasus Kota Banjarmasin”. (diakses
melakukan pendataan ulang wajib pajak tanggal 10 Januari 2014 dari
secara berkala tidak hanya dilihat dari wajib http://isjd.pdii.lipi.go.id)
pajak yang melaporkan SPTPD, tetapi juga Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
terjun ke lapangan untuk melihat wajib pajak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang
baru, sehingga data yang dimiliki itu benar Pajak Daerah danRetribusi Daerah
dan jelas, sehingga dapat langsung terlihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
potensi di masing-masing sektor pajak. Pemerintah Daerah
2. Dinas Pendapatan Daerah selaku SKPD yang Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
menangani penerimaan daerah khususnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
pajak, harus mempunyai data historis agar Widjaja, A.W. 1998. Titik Berat Otonomi
dalam menentukan target disetiap jenis pajak Daerah:Pada Daerah Tingkat II.Jakarta:PT. Raja
memiliki dasar penetapan target. Sehingga Grafindo.
dapat dilihat dan dihitung potensi pajak yang Yoeti, Oka A.2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta:
sebenarnya di Kota Malang. Penerbit Buku Kompas.
3. Dalam rangka meningkatkan penerimaan dari
sektor pajak khususnya pajak hotel, restoran
dan hiburan, Pemerintah Kota Malang
melakukan perbaikan sistem dengan
menggunakan E-Tax (Electronic Tax). Sistem
ini dapat digunakan untuk meminimalisir
kebocoran pajak serta dalam rangka
mengawasi kepatuhan wajib pajak sesuai
dengan tugas, pokok dan fungsi dari Dinas
Pendapatan Daerah.

Daftar Pustaka
Ardiyansyah, Indra Widhi. 2005. Analisis
Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran terhadap
PAD Kabupaten Purworejo Tahun 1989-2003.
Yogyakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS), 2000-2012. Malang
Dalam Angka.
Bratakusumah, Deddy Supriady dan Dadang
Solihin, 2001. Otonomi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Dajan, Anto.2009.Pengantar Metode Statistik Jilid I,
Jakarta:LP3ES.
Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang.2012-
2013. Info PAD. Malang :Dispenda Kota
Malang

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 8


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id

You might also like