Laporan Tugas Besar Rekayasa Lalu Lintas STBS

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA LALU LINTAS

ANALISIS SIMPANG TAK BERSINYAL

Disusun Oleh :

DEVIT MALIKAS

22.51.026717

Dosen Pengampu :

NIRWANA PUSPASARI,ST., M.T,

NIDN.1102057301

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan Tugas Besar Rekayasa Lalulintas. Melalui kata pengantar ini, penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama
pengerjaan laporan ini, sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih antara lain kepada :

1. Orang Tua, atas doa dan kebutuhan materiil yang telah diberikan
2. Nirwana Puspasari, S.T., M.T, selaku dosen mata kuliah Pemrograman
Komputer
3. Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Harapan penyusun, semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk pengembangan


studi dalam bidang teknik sipil, terutama untuk kelanjutan studi penyusun.

Palangka Raya, 13 Mei 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5
BAB II STUDI PUSTAKA ......................................................................................... 7
2.1 Pengertian Simpang Tak Bersinyal .................................................................... 7
2.1.1 Kondisi Simpang ................................................................................................. 7
2.2 Kapasitas ............................................................................................................. 9
2.2 Tundaan ............................................................................................................. 10
2.3 Derajat Jenuh ..................................................................................................... 10
BAB III ANALISIS DATA....................................................................................... 12
3.1 Bagan Alir.......................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Khisty (2005), simpang adalah daerah di mana dua jalan atau lebih
bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan
lalu lintas di dalamnya. Menurut Hobbs (1995), persimpangan jalan merupakan simpul
transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat di mana arus kendaraan dari
beberapa pendekat tersebut bertemu dan memencar meninggalkan persimpangan. PKJI
(2014), mendefinisikan simpang (dalam MKJI 1997 dinamai simpang tak bersinyal)
sebagai salah satu jenis persimpangan yang merupakan pertemuan dua atau lebih ruas
jalan sebidang yang tidak diatur oleh Alat Pemberi Isyarat Lalu lintas (APILL).
Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014, menetapkan perhitungan untuk
keperluan perancanaan dan evaluasi kinerja simpang, meliputi kapasitas simpang (C),
dan kinerja lalu lintas simpang yang diukur oleh derajat kejenuhan (DJ), tundaan (T),
dan peluang antrian (PA), untuk Simpang-3 dan Simpang-4 yang berada di wilayah
perkotaan atau semi perkotaan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan rekayasa lalu lintas?
b. Apa saja komponen lalu lintas?
c. Bagaimana karakteristik jalan sebagai salah satu komponen lalu lintas?
d. Bagaimana prosedur perhitungan survey lalu lintas?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan rekayasa lalu lintas.
b. Mengetahui ruang lingkup rekayasa lalu lintas.
c. Mengetahui karakteristik jalan sebagai salah satu komponen lalu lintas.
d. Mengetahui prosedur perhitungan survey lalu lintas
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Pengertian Simpang Tak Bersinyal
Simpang tak bersinyal adalah jenis simpang yang paling banyak dijumpai di
daerah perkotaan. Jenis ini cocok diterapkan apabila arus lalu lintas dijalan minor
dan pergerakan membelok relatif kecil. Beberapa hal yang mempegaruhi simpang
tak bersinyal adalah sebagai berikut.

2.1.1 Kondisi Simpang


Hitungan pada pertemuan jalan satu atau simpang tak bersinyal menggunakan
MKJI 1997, yaitu melakukan analisis terhadap kapasitas, drajat kejenuhan, tundaan
dan peluang antrian.

1. Kondisi geometri
Kondisi geometri digambarkan dalam bentuk sketsa yang memberikan
informasi lebar jalan, batas sisi jalan, lebar bahu, lebar median dan petunjuk
arah. Approach untuk jalan minor harus diberi notasi A dan C, sedangkan
Approach untuk jalan mayor diberi notasi B dan D.
a. Lebar jalan pendekat (entry) WBD, WAC dan lebar jalan entry
persimpangan WE. Lebar jalan entry persimpangan (rerata Approach)
dirumuskan seperti dibawah ini:
WE = ……………………………......……….(2.1)

Lebar pendekat jalan dirumuskan sebagai berikut :


WBD = …………………...………………….........(2.2)
𝐶
WAC = 2
…………………...………………….........(2.3)

2. Tipe persimpangan ( Intersection Type, IT)


Tipe persimpangan ditentukan dari jumlah lengan dan jumlah jalur pada jalan
minor dan jalan mayor.
Tabel 2. 1 Tipe-Tipe Persimpangan

Jumlah Lengan Jumlah Jalur Jumlah Jalur


Kode IT
Persimpangan jalan minor Jalan Mayor
322 3 2 2
324 3 2 4
342 3 4 2
422 4 2 2
424 4 2 4
Sumber: MKJI (1997)
Jumlah lengan adalah jumlah dari lengan yang digunakan untuk entry atau
exit lalu lintas atau keduanya. Jumlah jalur ditentukan dari rata-rata lebar
entry WE, jika :
WBD < 5,5 m → 2 jalur
WAC ≥ 5,5 m → 4 jalur
3. Tipe Median untuk jalan Mayor
Jalan mayor harus mempunyai klasifikasi tipe median jika jalan mayor 4
jalur, yang diterangkan dibawah ini :

Tabel 2.2 Tipe Median untuk jalan Mayor

Tipe Median Keterangan

None Tidak ada median untuk jalan mayor


Narrow Median pada exit jalan mayor, tapi tidak diijinkan lebih
dari 2 langkah
Wide Median pada exit jalan mayor dan diijinkan lebih dari 2
langkah.
2.2 Kapasitas
Kapasitas didefiniskan sebagai arus maksimum yang melalui suatu titik di jalan
yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi 28 tertentu. Untuk jalan dua
lajur dua arah, kapasitas dipisahkan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi
untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan
per lajur, persamaan dasar menentukan kapasitas adalah sebagai berikut
(PKJI,2014). Nilai kapasitas jalan dihasilkan dari pengumpulan data arus lalu lintas
dan data geometrik jalan yang dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp).
Untuk jalan dua lajur – dua arah penentuan kapasitas berdasarkan arus lalu lintas
total, sedangkan untuk jalan dengan banyak lajur.
perhitungan dipisahkan secara per lajur. Persamaan untuk menentukan kapasitas
adalah sebagai berikut:

𝐶 = CO × FW × FM × FCS × FRSU × FLT × FRT × FSP

Dimana:
CO = nilai kapasitas dasar

FW = faktor koreksi nilai entry

FM = faktor koreksi median pada jalan mayor

FCS = faktor koreksi ukuran kota

FRSU = faktor koreksi tipe lingkungan jalan dan gangguan samping

FLT = faktor koreksi belok kiri

FRT = faktor koreksi belok kanan

FSP = faktor koreksi rasio arus jalan minor


2.2 Tundaan
Adalah rata-rata waktu tunggu tiap kendaraan yang masuk dalam approach.
Tundaan pada simpang dapat terjadi karena dua hal :
a. Tundaan lalu lintas (DT), yaitu akibat interaksi lalu lintas dengan gerakan
yang lain dalam simpang.
Tundaan lalu lintas terdiri atas :
1. Tundaan seluruh simpang (𝐷𝑇1), yaitu tundaan lalu lintas rata-rata untuk
semua kendaraan bermotor yang masuk simpang.
2. Tundaan pada jalan minor (𝐷𝑇𝑀𝐼), yaitu tundaan lalu lintas rata-rata
untuk semua kendaraan bermotor yang masuk simpang dari jalan minor.
3. Tundaan pada jalan mayor (𝐷𝑇𝑀𝐴), yaitu tundaan lalu lintas rata-rata
untuk semua kendaraan bermotor yang masuk simpang dari jalan mayor.

2.3 Derajat Jenuh


Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas.
Derajat kejenuhan digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja
simpang dan segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan (DS) menunjukkan apakah
segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan
dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan dalam smp/jam.
Besarnya derajat kejenuhan secara teoritis tidak bisa lebih nilai 1 (satu), yang artinya
apabila nilai tersebut mendekati nilai 1 maka kondisi lalu lintas sudah mendekati
jenuh, dan secara visual atau secara langsung bisa dilihat di lapangan kondisi lalu
lintas yang terjadi mendekati padat dengan kecepatan rendah.

Derajat Jenuh (DS) dihitung berdasarkan formula di bawah ini :


𝑄𝑉𝑋𝑃
𝐷𝑆= …………………...………………….........(2.4)
𝐶

Dimana :
𝑄𝑃 = total arus aktual (smp/jam)
𝑄𝑉 = total lalu lintas yang masuk (kend/jam)
P = faktor smp
C = kapasitas aktual
BAB III
ANALISIS DATA
3.1 Bagan Alir
Mulai

Persiapan
1. Studi Literatur
2. Penentuan Lokasi :
Jl. C.Mihing , Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Mendapatkan besar volume arus lalu lintas,kecepatan kendaraan dan
derajat kejenuhan pada ruas Jl.C.Mihing

Tinjauan Pustaka
Menggunakan teori-teori mengenai sistem transportasi dan
perencanaan transportasi

Pengumpulan data

Data Primer: Data Sekunder:


Survei lapangan langsung pada jam puncak Survei data kinerja Jl.C.Mihing melalui data
dihar kerja diruas Jl.C.Mihing Kota
dari dinas perhubungan kota palangkaraya
Palangkaraya

Pengolahan Data

Perhitungan berdasarkan (MKJI) 1997

Kesimpulan dan Saran

Anda mungkin juga menyukai