TS145393
TS145393
TS145393
LANDASAN TEORI
PKJI 2014, simpang tak bersinyal adalah jenis simpang yang paling banyak
terdapat di daerah perkotaan. Jenis simpang ini cocok untuk di terapkan apabila arus
lalu lintas di jalan minor dan pergerakan membelok relatif kecil, namun kondisi
PKJI 2014 yaitu melakukan analisis terhadap kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan
memberikan informasi lebar jalan, batas sisi jalan, lebar bahu, lebar median serta
petunjuk arah untuk setiap lengan simpang, jalan Mayor diberi notasi B dan D
sedangkan jalan Minor diberi notasi A dan C. Notasi ditunjukkan seperti gambar
15
16
dan akses terbatas. Pengkategorian tersebut berdasarkan fungsi tata guan lahan
tata guna lahan dan aksebilitas jalan dari aktivitas yang ada disekitar simpang.
daerah Simpang terhadap arus lalu lintas yang berangkat dari pendekat, misalnya
pejalan kaki berjalan atau menyeberangi jalur, angkutan kota dan Bus berhenti
halaman dan tempat parkir di luar jalur. Ketiga kategori tersebut ditetapkan
17
kota tersebut, ukuran kota sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
untuk suatu kondisi tertentu yang telah ditentukan sebelumnya (kondisi dasar).
Kapasitas dasar (skr/jam) ditentukan oleh tipe simpang. Untuk dapat menentukan
kapasitas harus melalui beberapa tahap maka terlebih dahulu menentukan kapasitas
dasar (C0), faktor koreksi lebar rata-rata pendekat (FLP), faktor koreksi tipe median
(FM), faktor koreksi ukuran kota (FUK), faktor koreksi lingkungan jalan, hambatan
samping, dan kendaraan tak bermotor (FHS) , faktor koreksi rasio arus belok kiri
(FBKi), faktor koreksi rasio belok kanan (FBKa), dan faktor koreksi rasio arus arus
dari jalan minor (FRmi). Kapasitas simpang dihitung menggunakan rumus (3-1).
PKJI 2014, kapasitas dasar ditetapkan secara empiris dari kondisi Simpang
yang ideal yaitu Simpang dengan lebar lajur pendekat rata-rata 2,75 m, tidak ada
median, ukuran kota 1 – 3 Juta jiwa, hambatan samping sedang, rasio belok kiri
10%, rasio belok kanan 10%, rasio arus dari jalan minor 20%, dan arus kendaraan
18
tak bermotor (qKTB) = 0. Penetapan tipe simpang dapat dilihat dalam tabel 3.1 dan
3.1. Pertama, harus dihitung lebar rata-rata pendekat jalan Mayor (LRP BD) dan lebar
rata-rata pendekat jalan Minor (LRP AC) yaitu rata-rata lebar pendekat dari setiap
PKJI 2014, faktor koreksi lebar pendekat (FLP) ini merupakan faktor koreki
untuk kapasitas dasar sehubungan dengan lebar masuk persimpangan jalan. FLP
dapat dihitung dari persamaan dibawah ini atau di peroleh dari Gambar 3.2, yang
besarnya tergantung dari lebar rata-rata pendekat simpang (LRP) yaitu lebar rata-
rata pendekat.
Untuk Tipe Simpang 424 dan 444: FLP = 0,62 + 0,0740 LRP.................... (3-3)
Untuk Tipe Simpang 324 atau 344: FLP = 0,70 + 0,0646 LRP.................... (3-5)
PKJI 2014, median disebut lebar jika kendaraan ringan dapat berlindung
dalam daerah median tanpa mengganggu arus lalu lintas, sehingga lebar median
20
≥ 3 m. Klasifikasi median berikut faktor koreksi median pada jalan Mayor diperoleh
dalam Tabel 3.4. Koreksi median hanya digunakan untuk jalan Mayor dengan 4
lajur.
PKJI 2014, faktor koreksi ukuran kota dipengaruhi oleh besar kecilnya
3.3.6. Faktor koreksi lingkungan jalan, kriteria hambatan samping (FHS) dan
dengan kriteria yang ditetapkan masing-masing pada Tabel 3.6 dan 3.7 yang
Sedang Arus berangkat pada tempat masuk dan keluar Simpang sedikit
terganggu dan sedikit berkurang akibat aktivitas samping jalan
di sepanjang pendekat.
Rendah Arus berangkat pada tempat masuk dan keluar Simpang tidak
terganggu dan tidak berkurang oleh hambatan samping.
Akses Terbatas Lahan tanpa jalan masuk langsung atau sangat terbatas,
misalnya karena adanya penghalang fisik; akses harus
melalui jalan samping.
Tabel 3.8 FHS Sebagai Fungsi dari Tipe Lingkungan Jalan, HS dan RKTB
Tipe Kelas Hambatan Faktor Koreksi Hambatan Samping (FHS)
lingkungan Samping (HS)
RKTB:0,00 0,05 0,03 0,15 0,20 >0,25
jalan
Komersial Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,71
Rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71
Pemukiman Tinggi 0,96 0,91 0,87 0,82 0,77 0,72
Sedang 0,97 0,92 0,88 0,83 0,78 0,73
Rendah 0,98 0,93 0,89 0,84 0,79 0,74
Akses Tinggi /Sedang/ 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
Terbatas Rendah
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
22
Catatan: Nilai koreksi hambatan samping pada Tabel 3.5 disusun dengan
anggapan bahwa pengaruh KTB terhadap kapasitas dasar adalah sama dengan
pengaruh kendaraan ringan, sehingga ekr KTB=1,0.
PKJI 2014, untuk menghitung faktor koreksi rasio arus belok kiri (FBKi),
persamaan yang digunakan adalah persamaan (3-6) atau dapat ditentukan melalui
Keterangan:
PKJI 2014, karna simpang yang akan diteliti adalah Simpang empat maka
PKJI 2014, faktor koreksi rasio arus dari jalan minor (Fmi) dapat ditentukan
diperoleh secara grafis menggunakan diagram dalam Gambar 3.4. FRmi tergantung
dari rasio dari jalan Minor (RMi) dan tipe Simpang. Agar diperhatikan ketentuan
umum tentang keberlakuan rasio dari jalan Minor (RMi) untuk analisis kapasitas.
Tabel 3.9. Faktor Koreksi Rasio Arus Jalan Minor (Fmi) Dalam Bentuk Persamaan
TS Fmi Rmi
422 1,19 x Rmi2 - 1,19 x Rmi + 1,19 0,1-0,9
424& 16,6 x Rmi 4 – 33,3 x Rmi3 + 25,3 x Rmi2 – 8,6 x Rmi + 1,95 0,1-0,3
444 2
1,11 x Rmi - 1,11 x Rmi+ 1,11 0,3-0,9
322 1,19 x RMI2 - 1,19 x Rmi + 1,19 0,1-0,5
2
-0,595 x Rmi + 0,595 x Rmi + 0,74 0,5-0,9
324 16,6 x RMI4 - 33,3 x RMI3 + 25,3 x Rmi2 – 8,6 x Rmi + 1,95 0,1-0,3
2
& 1,11 x Rmi - 1,11 x Rmi + 1,11 0,3-0,5
344 2 3
-0,555 x Rmi + 0,555 x Rmi +0,69 0,5-0,9
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
Batas data empiris ini merupakan ketetapan dalam PKJI 2014 yang
DJ = q / C ......................................................................(3-7)
Keterangan:
q : Semua arus lalu lintas yang masuk Simpang dalam satuan skr/jam. q
ekrKR, ekrKS, ekrSM masing-masing adalah ekr untuk KR, KS, dan SM yang
dapat diperoleh dari Tabel 3.11. qKR, qKS, qSM masing-masing adalah q
C : Kapasitas (skr/jam)
25
PKJI 2014, tundaan terjadi karena dua hal, yaitu tundaan lalu lintas (TLL)
dan tundaan geometrik (TG). Tundaan lalu lintas adalah tundaan yang disebabkan
oleh interaksi antara kendaraan dalam arus lalu lintas. Tundaan lalu lintas
dibedakan dari seluruh simpang, dari jalan Mayor saja atau jalan Minor saja. Waktu
T = TLL + TG ..............................................................................................(3-10)
Keterangan:
TLL = Tundaan lalu lintas rata-rata untuk semua kendaraan bermotor yang
persamaan (3-11) dan (3-12) atau ditentukan dari kurva empiris sebagai
1,0504
Untuk DJ > 0,60: TLL = – (1 - DJ)2 ................................ (3-12)
(0,2742−0,2042 DJ)
26
Tundaan lalu lintas untuk jalan Mayor (TLLma) adalah tundaan lalu lintas
rata-rata untuk semua kendaraan bermotor yang masuk Simpang dari jalan Mayor,
dapat dihitung menggunakan persamaan (3-13) dan (3-14) atau ditentukan dari
1,0503
Untuk DJ > 0,60: TLLma = – (1 - DJ)1,8 ............................... (3-14)
(0,346−0,246𝐷𝐽)
27
Gambar 3.6 Tundaan Lalu Lintas Jalan Mayor Sebagai Fungsi dari DJ
Sumber : Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014)
Tundaan lalu lintas untuk jalan minor (TLLmi) adalah tundaan lalu lintas rata-
rata untuk semua kendaraan bermotor yang masuk Simpang dari jalan minor,
Keterangan:
Untuk DJ ≥ 1: TG = 4 dtk/skr
Keterangan:
DJ = Derajat kejenuhan
Peluang antrian (PA) dinyatakan dalam rentang kemungkinan (%) dan dapat
menggunakan Gambar 3.7. PA tergantung dari DJ. Nilai derajat kejenuhan (DJ)
digunakan sebagai salah satu dasar penilaian kinerja lalu lintas simpang.
Keterangan:
PA = Peluang antrian
DJ = Derajat Kejenuhan
29