Perencanaan Alinemen Horizontal
Perencanaan Alinemen Horizontal
Perencanaan Alinemen Horizontal
PENDAHULUAN
1
aman dan nyaman. pengguna jalan dapat merasa aman dan nyaman bila jalan
mempunyai ruang, bentuk dan ukuran jalan yang disyaratkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2.2 Klasifikasi menurut kelas jalan
Tabel 2.1 Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi
kendaraan maksimum dan muatan sumbu terberat ( MST )
Kelas Dimensi kendaraan maksimum Muatan sumbu
Fungsi Jalan
Jalan panjang (m) Lebar (m) terberat (Ton)
I 18 2,5 >10
II Arteri 18 2,5 10
IIIA 18 2,5 8
IIIA 18 2,5 8
Kolektor
IIIB 12 2,5 8
IIIC Lokal 9 2,1 8
Sumber : Pasal 11, PP. No.43/1993
2. Volume Jam Rencanaan (VJR), Yaitu volume kendaraan dalam satu jam
(saat arus lalu lintas berada dalam volume maksimal)digunakan untuk
4
menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lainnya yang dipersiapkan,
dengan rumus :
VJR = VLHR X K/F………………………….....................................(2.2)
Dimana :
K = Faktor volume lalu lintas jam sibuk
F = Faktor variasi tingkat lalu lintas per sepermpat jam dalam 1 jam
Tabel 2.3. Penentuan faktor K dan F berdasarkan Volume Lalu Lintas Harian
VLHR FAKTOR-K (%) FAKTOR-F (%)
> 50.000 4 s/d 6 0,9 – 1
30.000 - 50.000 6 s/d 8 0,8 – 1
10.000 - 30.000 6 s/d 8 0,8 – 1
5.000 - 10.000 8 s/d 10 0,6 - 0,8
1.000 - 5.000 10 s/d 12 0,6 - 0,8
< 1.000 12 s/d 16 < 0,6
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”
5
saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat suatu
halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi)
untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman. Dibedakan 2 jarak pandang,
yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd)
2.5.1 Jarak Pandang Henti (Jh)
Jarak pandang henti terdiri atas dua elemen jarak, yaitu :
1. jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak
pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti
sampai saat pengemudi menginjak rem
2. jarak pengereman (Jhp,) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
Rumus yang digunakan menurut (TPGJAK; 1997)
( Vr ) 2
VR 3,6
Jh = T+ .............................................................................(2.3)
3,6 3,6
2gf
Dimana :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = Koefisien gesek memanjang perkerasan aspal, ditetapkan 0,35-0,55
Tabel 2.5 Jarak Pandang Henti minimum
VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
12
Jh minimum (m) 250 175 0 75 55 40 27 16
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”
6
Gambar 2.1 Jarak Pandang Mendahului
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”
7
Untuk membuat trase jalanyang baik dan ideal, maka harus memperhatikan
syarat teknis, Tujuannya adalah untuk mendapatkan jalan yang memberikan rasa
keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jalan tersebut.
2.6.1 Panjang Bagian Lurus
Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari segi
kelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus harus
ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR).
Tabel 2.7 Panjang Bagian Lurus Maksimum
Bagian yang sangat kritis pada alinemen horizontal adalah bagian tikungan,
dimana terdapat gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil dan
dapat menyebabkan kendaraan terpental keluar jalur. Atas dasar ini perlu
dipertimbangkan beberapa hal untuk memberi keamanan dan kenyamanan :
1. Jari-jari lengkung minimum
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu
ditentukan jari-jari minimum untuk superlevasi maksimum 10%.
Tabel 2.8 Panjang Jari-jari Minimum untuk emaks = 10%
V (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jari-jari Minimum (m) 600 370 210 110 80 50 30 15
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997
2. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian lurus jalan
dan bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R. Lengkung peralihan berfungsi
untuk mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak
terhingga) sampai bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R sehingga gaya
sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat berjalan di tikungan berangsur-
8
angsur baik, ketika kendaraan mendekati maupun meninggalkan tikungan.
Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan bahwa :
9
Rumus-rumus yang digunakan pada tikungan Full Circle, yaitu :
TC = R x ta n1 2∆ ................................................................................(2.5)
∆
LC = . π. R=0,01745 ∆ R ............................................................. (2.6)
180
∆
E = T . tan ..................................................................................(2.7)
4
Keterangan :
= Sudut Tikungan (⸰)
O = Titik pusat lingkaran
R = Jari-jari tikungan (m)
T = Jarak TC-PI atau PI-CT
E = Jarak PI ke puncak busur lingkaran (m)
L = Panjang lengkung (CT - TC), (m)
PI= Titik potong antara 2 garis tangen
10
mengakibatkan adanya kemiringan yang melebihi harga maksimum yang telah
ditentukan, yaitu :
1. Kemiringan maksimum antar jalan kota : 0,10
2. Kemiringan maksimum jalan dalam kota : 0,08
Rumus-rumus yang digunakan pada tikungan Spiral-Circle-Spiral, yaitu :
ls3
Xs = Ls- 2 ................................................................................... (2.8)
40R
ls2
Ys = ............................................................................................(2.9)
6. R
Ls
Ɵs = x 360 ....................................................................................(2.10)
2. R
P = Ys−R 1−cos s .............................................................................(2.11)
K = Xs−R .sin s .................................................................................(2.12)
Besaran-besaran yang harus dihitung yaitu :
(−2. s)
Lc = . . R ..................................................................................(2.13)
180
Ɵc = −2. s ............................................................................................(2.14)
Ltotal= Lc+2. ls ......................................................................................(2.15)
Ts = ( R + P ) x ta n 1/2 ∆+K .............................................................(2.16)
R+ P
−R
Es = 1 ...................................................................................(2.17)
cos .
2
11
Gambar 2.3 Komponen S - C – S
Sumber : “RSNI T – 14 – 2004”
Dimana :
PI : Point of Intersection
TS : Tangent Spiral (Titik perubahan dari tangent ke spiral)
SC : Spiral Circle (Titik perubahan dari spiral ke circle)
CS : Circle Spiral (Titik perubahan dari circle ke spiral)
ST : Spiral Tangent (Titik perubahan dari spiral ke tangent)
Ls : Panjang lengkung spiral
Lc : Panjang lengkung circle
Et : Jarak PI ke luar busur lingkaran.
12
Gambar 2.4 Komponen S-S
Sumber : “RSNI T – 14 – 2004”
2.6.5 Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima pada saat berjalan melalui tikungan
pada Superelevasi dicapai secara bertahap normal pada bagian jalan yang lurus
(superelevasi) pada bagian lengkung.
Penggambaran superelevasi dilakukan untuk mengetahui kemiringan-
kemiringan jalan pada bagian tertentu, yang berfungsi untuk mempermudah dalam
pekerjaan atau pelaksanaan di lapangan.
1. Pencapaian Superelevasi
a.Pada tikungan Spiral-Circle-Spiral, Superelevasi dilakukan secara linier
diawali bentuk normal sampai lengkung peralihan (TS) yang berbentuk
pada bagian lurus jalan dan sampai Superelevasi penuh pada akhir bagian
lengkung peralihan.
b.Pada tikungan Full Circle pencapaian Superelevasi dilakukan secara linier,
diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian
lingkaran 1/3 Ls.
c.Pada tikungan Spiral-Spiral pencapaian Superelevasi seluruhnya dilakukan
pada bagian spiral.
13
Gambar 2.5 Perubahan Kemiringan melintang pada tikungan
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997
14
Gambar 2.7 Metoda pencapaian superelevasi SCS
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997
15
Pelebaran perkerasan dilakukan pada tikungan-tikungan yang tajam, agar
kendaraan tetap dapat mempertahankan lintasannya pada jalur yang telah
disediakan
Pelebaran perkerasan pada tikungan sangat bergantung pada jari-jari
tikungan (R), sudut tikungan (∆), dan kecepatan rencana (Vp). Dalam “Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya” mengenai hal ini dirumuskan :
B = n (b’ + c) + (n – 1) .Td +Z...............................................................(2.22)
Bila 1000/R > 6, tidak ada dalam grafik maka :
Td = √ Ŕd² + A(2.p + A) – Rd.................................................................(2.23)
0,105. v
Z = ..................................................................................(2.24)
√R
2 2
b” = Ŕd – √Ŕd - p ................................................................................(2.25)
Dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan
n = Jumlah jalur lalu lintas
b’’ = Lebar lintasan truk pada tikungan
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
c = Kebebasan samping (0,8 m)
R = Jari-jari rencana
A = Jarak tonjolan kendaraan rencana
p = jarak antar As kendaraan rencana
16
Jika Jh < Lt :
90˚.Jh
E = R [ 1 – Cos ]..........................................................................(2.26)
phi.R
Jika Jh > Lt :
90˚.Jh 1 90˚.Jh
E = R [ 1 – Cos ]+ ( Jh-Lt ) Sin [ ] ...........................(2.27)
phi.R 2 phi.R
Dimana:
R = Jari – jari tikungan (m)
Jh = Jarak pandang henti (m)
Lt = Panjang Tikungan (m)
E = Jarak pandangan bebas (m)
BAB III
METODE PENELITIAN
17
3.2 Data Yang Dibutuhkan
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Data yang dibuthkan
Nama Data Sumber
Key Plan jalan rencana Kontraktor
Spesifikasi jalan rencana Survei lapangan dan perencanaan
Titik Koordinat Kontraktor dan Google Earth
Sumber : Survei lapangan, Perusahaan Terkait, dan Google Earth
18
Mulai
Penentuan Koordinat PI
Kumpulkan Data :
Fungsi & Kelas Jalan
Lebar Jalan
Jari-jari rencana
Kecepatan Rencana
Sudut Luar Tikungan
Ya
Rd > Rmin Pakai Tikungan F-C
P < 0,25 m
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Lc > 25 m Pakai Tikungan S-S
P < 0,25 m
Perencanaan Superelevasi
Gambar Jenis Tikungan Perencanaan Kebebasan Samping
Pelebaran Perkerasan pada Tikungan
Selesai
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
KOORDINAT
PI / TITIK
(X) (Y)
A 830171,758 162485,958
PI1 829809,070 162321,075
PI2 828511,912 163283,525
PI3 827307,520 162984,329
PI4 825941,718 163710,198
PI5 824796,244 163623,597
PI6 823531,054 164958,424
PI7 820940,511 164624,727
PI8 817562,445 167682,526
PI9 788060,000 167132,000
PI10 780978,000 161263,000
PI11 780795,000 158622,000
PI12 776673,000 155170,000
PI13 772193,000 156397,000
B 770486,000 156423,000
Sumber : Data olahan (2018)
=24,45
= -36,57
PI1 = ( A - PI 1) – ( PI 1 - PI 2)
= 24 ,45 . - (-36,57)
= 61,02
21
Dengan menambahkan fungsi absolut pada rumus Δ, perhitungan selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.3 Perhitungan Δ berdasarkan koordinat
KOORDINAT α Δ
PI / TITIK
(X) (Y) ( ) ( )
A 830171,758 162485,958 24,45
PI1 829809,070 162321,075 -36,57 61,02
PI2 828511,912 163283,525 13,95 50,53
PI3 827307,520 162984,329 -27,99 41,94
PI4 825941,718 163710,198 4,32 32,31
PI5 824796,244 163623,597 -46,53 50,86
PI6 823531,054 164958,424 7,34 53,87
PI7 820940,511 164624,727 -42,15 49,49
PI8 817562,445 167682,526 1,07 43,22
PI9 788060,000 167132,000 39,65 38,58
PI10 780978,000 161263,000 86,04 46,39
PI11 780795,000 158622,000 39,94 46,09
PI12 776673,000 155170,000 -15,32 55,26
PI13 772193,000 156397,000 -0,87 14,44
B 770486,000 156423,000
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
Tanda positif dan negatif pada α dipengaruhi oleh daerah kuadran, yang mana
pada PI 1, PI 3, PI 5, PI 7, PI 12, dan PI 13 terletak pada kuadran ke II,maka tan
bernilai negatif.
22
4.4 Perhitungan Jarak Antar PI
Adapun perhitungan jarak menggunakan rumus phytagoras sebagai berikut :
d A-PI 1 = √( XPI 1 - X A )2 + ( YPI 1 - Y A )2
23
Untuk menghitung Koefisien Gesek Maksimum (fmax), ada dua rumus yang
dapat dipilih untuk digunakan yaitu :
fmax = 0,00065 × Vr + 0,192 , jika Vr < 80 km/jam...................(4.1)
fmax = 0,00065 × Vr + 0,240 , jika Vr > 80 km/jam..................(4.2)
Untuk nilai fmax, Rmin, dan Dmax yang digunakan pada semua tikungan bernilai
sama karena parameter penghitung yang digunakan pada setiap tikungan seragam.
Tabel 4.6 Nilai fmax, Rmin, dan Dmax
tikunga Fmaks Dmax Rmin
n
PI1 0,153 12,784 (m)
112,041
PI2 0,153 12,784 112,041
PI3 0,153 12,784 112,041
PI4 0,153 12,784 112,041
PI5 0,153 12,784 112,041
PI6 0,153 12,784 112,041
PI7 0,153 12,784 112,041
PI8 0,153 12,784 112,041
PI9 0,153 12,784 112,041
PI10 0,153 12,784 112,041
PI11 0,153 12,784 112,041
24
PI13 0,153 12,784 112,041
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
25
Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik) untuk melintasi lengkungan
peralihan (Tabel II.8 TPGJAK 1997) :
60
Ls = x 3 = 50 m
3,6
Berdasarkan rumus modifikasi Shortt (Tabel II.9 TPGJAK 1997), dengan nilai
perubahan kecepatan (C) diambil antara 0,3 s/d 0,9 m/detik3 :
603 60 x 0,09 8
Ls = 0,022 x - 2,727 =5 1, 26 m
130 x 0,4 0,4
Berdasarkan landai relatif maksimum rumus dari Bina Marga, dimana landai
relatif maksimum empiris (m) untuk Vr = 60 km/jam sebesar 125.
3,5x2
Ls = x 125 x (0,02+ 0,0 98 ) = 51,665 m
2
Diambil yang terbesar dari keempat rumus diatas,maka Lsmin = 51,665 m
Ls desain > Ls ; 70 m > 51,665 m …………………………………………
(OK)
Untuk nilai Superelevasi desain yang digunakan pada semua tikungan bernilai
sama karena parameter penghitung yang digunakan pada setiap tikungan seragam.
Tabel 4.8 Superelevasi Desain
Ls
Ls
desain
tikunga e
Ddesain II.8
n desain II.9 II.10 LRM
TPGJA
TPGJAK TPGJAK E
K
PI1 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
tikunga D e Ls Ls
26
II.9
II.8 II.10 LRM
n desain desain TPGJA desain
TPGJAK TPGJAK E
K
PI2 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI3 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI4 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI5 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI6 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI7 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI8 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI9 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI10 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI11 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI12 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI13 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
Karena nilai Ls telah didapatkan, maka untuk perhitungan p, Ɵs, Ɵc dan Lc dapat
dilakukan.
Menghitung panjang P :
P = 70/(24 x 130) = 1,571 m
Menghitung panjang Lc :
30,169
Lc = x 3,14 x 130 = 68,450 m
180
Karena nilai R desain, Rmin, P dan Lc telah diketahui, maka dapat dilakukan
penentuan jenis tikungan yang akan digunakan untuk PI 1:
27
R desain > Rmin = 130 m > 112,041 m...................................................(OK)
P < 0,25 m = 1,571 m > 0,25 m........................................(TIDAK OK)
Syarat tikungan Full Circle untuk PI 1 tidak terpenuhi.
Jadi, Jenis tikungan yang akan dibuat untuk PI 1 adalah tikungan jenis Spiral
Circle Spiral, Untuk penentuan tikungan pada PI selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel :
Tabel 4.9 Penentuan Jenis tikungan yang digunakan untuk setiap PI
tikunga Δ P Ɵs Ɵc Lc Jenis
n
PI1 61,02 1,571 15,426 30,169 68,450 Tikungan
S-C-S
PI2 50,53 1,571 15,426 19,674 44,638 S-C-S
PI3 41,94 1,571 15,426 11,088 25,159 S-C-S
PI4 32,31 1,571 15,426 1,461 3,314 S-S
PI5 50,86 1,571 15,426 20,006 45,392 S-C-S
PI6 53,87 1,571 15,426 23,023 52,237 S-C-S
PI7 49,49 1,571 15,426 18,640 42,292 S-C-S
PI8 43,22 1,571 15,426 12,369 28,063 S-C-S
PI9 38,58 1,571 15,426 7,729 17,536 S-S
PI10 46,39 1,571 15,426 15,535 35,249 S-C-S
PI11 46,09 1,571 15,426 15,240 34,578 S-C-S
PI12 55,26 1,571 15,426 24,410 55,384 S-C-S
PI13 14,44 1,571 15,426 -16,407 -37,227 S-S
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
28
Berikut ini dilakukan perhitungan besaran - besaran tikungan pada PI 1 yang
didapat dari tabel 4.9 bertipe S-C-S dengan parameter yang diperlukan yaitu :
Tabel 4.10 Parameter untuk menghitung Besaran S-C-S
Parameter Desain Kriteria Sumber
Sudut Tikungan () 61,02 Perhitungan sudut
Jari – jari desain (Rdesain) 130 m Perencanaan
Lengkung Circle (Lc) 68,450 m Tabel 4.11
Sudut Spiral (Ɵs) 15,426˚ Tabel 4.11
Lengkung Peralihan desain 70 m Perencanaan dan Buku
(Ls desain) Teknik Sipil Ir.Sunggono
KH
Ls2 702
Ys = = = 6,282 m
6 x Rd 6 x 130
Menghitung P, K, ES dan TS :
702
P = - 130 (1 - cos 1 5,426 ) = 1,599 m
6 x 130
703
K = 70 - - 130 x sin15,426 = 34,914 m
40 x 1302
1
Es = [ ( 130+1,599 ) x (Sec( x 61,02 )]- 130 = 22,748 m
2
1
Ts = ( 130 + 1,559 ) x Tan 61,02 +34,914 m = 1 12, 463 m
2
Karena nilai Lc dan Ls telah diketahui,maka dapat dilakukan kontrol untuk
tikungan S-C-S pada PI 1 :
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 68,450 m + ( 2 x 70 ) = 20 8 , 450 m
Kontrol Perhitungan :
2 x Ts > L Total = 2 x 112,463 m > 208,450 m
= 224,926 m > 208,450 m............................................(OK)
29
Jadi, penggunaan tikungan S-C-S pada PI 1 telah memenuhi syarat, untuk
perhitungan Besaran tikungan S-C-S pada PI lainnya dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11 Besaran – Besaran Pada Tikungan S-C-S
Tikungan P (m) K (m) ES (m) TS (m)
PI1 1,599 34,914 22,748 112,463
PI2 1,599 34,914 15,516 97,015
PI3 1,599 34,914 10,933 85,351
PI5 1,599 34,914 15,716 97,483
PI6 1,599 34,914 17,614 101,785
PI7 1,599 34,914 14,905 95,570
PI8 1,599 34,914 11,548 87,044
PI10 1,599 34,914 13,170 91,300
PI11 1,599 34,914 13,012 90,898
PI12 1,599 34,914 18,539 103,802
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
30
Tabel 4.13 Parameter untuk menghitung Besaran S-S
Parameter Desain Kriteria Sumber
Sudut Tikungan () 32,31 Perhitungan sudut
Jari – jari desain (Rdesain) 130 m Perencanaan
Tidak seperti tipe S-C-S, untuk nilai Ɵs tidak seperti pada tabel 4.9 dan nilai Ls
tidak sama dengan Ls rencana sehingga perlu dicari ulang.
Menghitung Ɵs dan Ls :
1
Ɵs = x 32,31 = 16,156
2
16,156 x 3,14 x 130
Ls = = 73,314 m
90
Karena besaran Ɵs dan Ls telah didapat,makan dapat dilakukan perhitungan
besaran – besaran untuk tikungan S-S pada PI 4 :
Menghitung Xs, Ys, P, K,ES dan TS :
73,314 2
Xs = 73,314 1 - ( 40 x 130 2 ) = 72,731 m
73,3142
Ys = = 6 ,8 91 m
6 x 130
2
73,314
P = - 130 (1 - cos 16,156 ) = 1,757 m
6 x 250
73,314 2
K = 73,314 1 - ( 40 x 130 2 ) - 130 x sin 16,156 ) = 36,558 m
1
ES = [ ( 130+1,757 ) x (Sec( x 32,31 )] - 130 = 7,17 m
2
1
TS = ( 130 + 1 ,75 7 ) x Tan 32,31 + 3 6 ,558 m = 74,728 m
2
Karena nilai Ts dan Ls telah diketahui, maka dapat dilakukan kontrol untuk
tikungan S-S pada PI 4 :
Kontrol Perhitungan :
Ts > Ls = 74,728 m > 73,314 m
= 224,926 m > 208,450 m.....................................................(OK)
Jadi, penggunaan tikungan S-S pada PI 4 telah memenuhi syarat, untuk
perhitungan Besaran tikungan S-S pada PI lainnya dapat dilihat pada tabel 4.14
31
Tabel 4.14 Besaran – Besaran Pada Tikungan S-S beserta kontrol syarat
tikunga kontrol
ES Ɵs Ls Xs Ys P K TS
n Ts>Ls
PI4 7,17 16,16 73,31 72,73 6,89 1,76 36,56 74,73 OK
PI9 10,41 19,29 87,54 86,54 9,82 2,53 43,60 89,98 OK
PI13 1,39 7,22 32,77 32,72 1,38 0,35 16,38 32,90 OK
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
32
Td = √ 1302 + 2,1 ( 2 x 7,6 + 2,1 ) – 130 = 0,140 m
60
Z = 0,105 x = 0,553 m
√ 130
Karena besaran - besaran untuk persamaan (2.22) telah dicari, maka dapat
dihitung :
B = 2 (2, 822 + 0,8 ) + ( 2 - 1 ) 0, 140 + 0,553 m = 7,937 m
Lebar perkerasan pada jalur lurus 2 x 3,5 = 7 m , ternyata B > 7 m = 7,937 m > 7
m, karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan sebesar 0,937 m
Karena parameter perhitungan yang digunakan sama, maka lebar perkerasan pada
tikungan lainnya sama.
Tabel 4.16 Pelebaran perkerasan pada tikungan
Lebar
B (m) Perkerasan
Tikungan Parameter penghitung B (m)
b" b' Td Z
(m) (m) (m) (m)
PI1 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI2 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI3 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI4 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI5 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI6 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI7 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI8 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI9 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI10 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI11 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI12 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI13 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
33
Tabel 4.17 Parameter untuk menghitung kebebasan samping pada tikungan
Parameter Desain Kriteria Sumber
Kecepatan Rencana (Vr) 60 km/jam Tabel II.6 TPGJAK 1997
Lengkung Peralihan desain 70 m Perencanaan
(Ls desain)
Lebar lajur lalu lintas (w) 2 x 3,5 m Pasal 10 ayat 3 UU No.38
Tahun 2004
Jari – jari desain (Rdesain) 130 m Perencanaan
Lebar pengawasan 30 m TPGJAK 1997
minimal
Jarak pandang henti 75 m Tabel II.10 TPGJAK 1997
minimum (Jh)
Jarak pandang mendahului 350 m Tabel II.11 TPGJAK 1997
(Jd)
34
mo = ½ (Lebar pengawasan minimal – w)
= ½ (30 - 7) = 11,50 m
Secara analitis :
Jh = 82,78 m
Ltot = 1 40 m
Karena Jh < Lt, maka rumus yang digunakan untuk menghitung E henti :
( 28,65+Jh )
E
'
(
= R x 1- cos x
R' )
( 28,65 + 82,78 )
= (
126,5 x 1 - cos x
126,5 ) = 0,0149 m
Jd = 354,54 m
Ltot = 1 40 m
Karena Jd > Lt, rumus yang digunakan untuk menghitung E menyiap :
28,65 x Jd ) ( Jd-Lt ) ( 28,65 x Jd )
E =
'
R x (1- cos x
((R
' ) +
2 (
x Sin '
R )
= 126,5 x
( 28,65 x 354,54 )
(1 - cos x (126,5 ) + 2( 354,54 - 140 ) x Sin (126,5
( 28,85 x 354,54 )
)
= 316,994 m
Kesimpulan :
Kebebasan samping henti = 0,0149 m
Kebebasan samping menyiap = 3 16 ,3 m
Kebebasan samping tersedia = 11,5 m
Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang henti 0,0149 m < 11,5 m
sehingga aman
Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang menyiap 316,994 m > 11,5
m sehingga sebelum memasuki tikungan PI 1 perlu dipasang rambu
dilarang menyiap dan marka menerus (tidak terputus).
35
Untuk perhitungan kebebasan samping pada PI lainnya bernilai sama karena
parameter penghitung yang digunakan sama.
36
Tabel 4.18 Kebebasan Samping
Tabel Menggunakan rumus Jh dan Jd yang Daerah kebebasan
Tikungan TPGJAK Jd digunakan Ltot R' samping (E)
Jh
Jh Jd d1 d2 d3 d4 Jd Jh Jd Mo E jh E Jd
PI1 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI2 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI3 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI4 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI5 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI6 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI7 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI8 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI9 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI10 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI11 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI12 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI13 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
36
4.6 Rekapitulasi Tikungan
1. Tikungan PI1 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 1 = 61,02
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 68,45 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 112,463 m
ES = 22,748 m
37
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 1 yaitu :
38
2. Tikungan PI2 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 2 = 50,53
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 44,638 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 97,015 m
ES = 15,516 m
39
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 2 yaitu :
40
3. Tikungan PI3 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 3 = 41,94
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 25,159 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 85,351 m
ES = 10,933 m
41
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 3 yaitu :
42
4. Tikungan PI4 menggunakan tipe S-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 4 = 32,31
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Ls = 73,31 m
s = 16,16
Xs = 72,73 m
Ys = 6,89 m
P = 1,76 m
K = 36,56 m
TS = 74,73 m
ES = 7,17 m
43
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 4 yaitu :
44
5. Tikungan PI5 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 5 = 50,86
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 45,392 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 97,483 m
ES = 15,716 m
45
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 5 yaitu :
46
6. Tikungan PI6 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 6 = 53,87
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 52,237 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 101,785 m
ES = 17,614 m
47
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 6 yaitu :
48
7. Tikungan PI7 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 7 = 49,49
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 42,292 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 95,570 m
ES = 14,905 m
49
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 7 yaitu :
50
8. Tikungan PI8 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 8 = 43,22
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 28,063 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 87,044 m
ES = 11,548 m
51
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 8 yaitu :
52
9. Tikungan PI9 menggunakan tipe S-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 9 = 38,58
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Ls = 87,54 m
s = 19,29
Xs = 86,54 m
Ys = 9,82 m
P = 2,53 m
K = 43,60 m
TS = 89,98 m
ES = 10,41 m
53
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 9 yaitu :
54
10. Tikungan PI10 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 10 = 46,39
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 35,249 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 91,3 m
ES = 13,170 m
55
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 10 yaitu :
56
11. Tikungan PI11 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 11 = 46,09
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 34,578 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 90,898 m
ES = 13,012 m
57
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 11 yaitu :
58
12. Tikungan PI12 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 12 = 55,26
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 55,384 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 103,802 m
ES = 18,539 m
59
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 12 yaitu :
60
13. Tikungan PI3 menggunakan tipe S-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 13 = 14,44
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Ls = 32,77 m
s = 7,22
Xs = 32,72 m
Ys = 1,38 m
P = 0,35 m
K = 16,38 m
TS = 32,90 m
ES = 1,39 m
61
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 13 yaitu :
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari perencanaan geometrik jalan studi kasus Jalan Duri – Sungai Pakning ini,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada jalan ini terdapat 13 tikungan diantaranya 10 tikungan menggunakan
jenis Spiral – Circle – Spiral dan 3 tikungan menggunakan jenis Spiral –
Spiral
2. Pada semua tikungan yang direncanakan perlu diberikan pelebaran
perkerasan sebesar 0,937 m
3. Pada semua tikungan perlu dipasang rambu dilarang mendahului dan marka
menerus (tidak terputus) karena Kebebasan samping berdasarkan jarak
pandang menyiap lebih besar daripada Kebebasan samping yang tersedia
5.2 Saran
Dari perencanaan yang dibuat, saran yang akan disampaikan adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan ini dapat diperbaharui apabila nantinya terdapat pedoman
baru untuk jalan antar kota, karena untuk saat ini hanya “Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997” yang
digunakan untuk perencanaan jalan antar kota di Indonesia.
2. Diharapkan pada perencanaan selanjutnya dapat dilakukan hingga
perhitungan galian dan timbunan, serta Alinemen Vertikal.
63
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A. 2017. Geometrik Jalan Raya. Tugas Besar. Program Studi Teknik Sipil.
Universitas Muslim Indonesia. Makassar
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Standar Geometri Jalan Perkotaan.
Yayasan Badan Penerbit PU. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota). Yayasan Badan Penerbit PU. Jakarta.
Fakarnita, M. 2016. Perencanaan Geometrik Dan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Lingkar Luar Barat Banyuasin – Jakabaring STA 23+050 – STA 29+435
Palembang. Laporan Akhir. Jurusan Teknik Sipil. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang.
Hidayat, N. 2012. Exercises Horizontal Alignment. Jurusan Teknik Sipil.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
KH, Sunggono. 1984. Buku Teknik Sipil. Penerbit “NOVA”. Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004
Tentang Jalan, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Jakarta.
Widyastuti, S. 2010. Perencanaan Geometrik, Tebal Perkerasan dan Rencana
anggaran Biaya (Ruas Jalan Blumbung Kidul – Bulakrejo). Laporan Tugas
Akhir. Jurusan Teknik Sipil. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
64
65