Persediaan Print
Persediaan Print
Persediaan Print
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Investasi dalam persediaan harus di-manage dengan seksama jangan sampai terlalu
besar atau terlalu kecil. Terlalu besar atau terlalu kecil sama-sama tidak menguntungkan bagi
perusahaan. Persediaan yang terlalu besar menyebabkan beban bunga terlalu besar yang
ditanggung oleh perusahaan dan dapat menyebabkan kerugian karena menggerogoti laba
perusahaan, sedangkan persediaan yang terlalu kecil berpotensi untuk menyebabkan kerugian
kehilangan pelanggan selamanya dan hal ini juga bisa menyebabkan perusahaan bangkrut.
Dengan mengetahui “turnover merchandise” dapat diketahui “berapa rata-rata hari penjualan
barang perusahaan” atau ”berapa hari rata-rata barang disimpan di gudang” yaitu dengan
membagi jumlah hari dalam satu tahun dengan persediaan rata-rata.
Rp 400.000
Persediaan barang 31/12 xx Rp 40.000-
20.000+40.000
Average Merchandise Inventory = = 30.000
2
360.000
Merchandise turnover = = 12 x
30.000
Hal ini berarti bahwa rata-rata barang disimpan di gudang adalah,
360 hari
= 30 hari
12
Sedangkan berapa lama barang rata-rata terjual, dapat dihitung sebagai berikut :
Cost of material used (biaya bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi)
dapat diketahui dengan cara sebagai berikut,
Persediaan bahan mentah permulaan tahun
Ditambah jumlah bahan mentah yang dibeli selama setahun setelah dikurangi
dengan “return & allowances”.
Dikurangi persediaan bahan mentah akhir tahun
120.000
= 6x
Raw material turnover = (30. 000+10. 000 ) : 2
200 .000
= 2x
W.I.P. turnover = (50.000+150.000) : 2
300.000
=2x
Finished goods turnover = (200.000+100.000) : 2
Tinggi rendahnya perputaran barang akan berdampak pada besar kecilnya modal kerja yang
dibutuhkan. Semakin tinggi perputaran barang berarti makin cepat barang laku sehingga
makin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan. Begitupula sebaliknya semakin
rendah perputaran barang berarti semakin lama waktu terikatnya modal dalam persediaan.
Apabila modal yang digunakan untuk membelanjai persediaan tersebut adalah modal asing
maka kenaikan perputaran persediaan akan memperkecil beban bunga yang ditanggung
perusahaan sedangkan semakin melambatnya perputaran persediaan akan memperbesar
beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan.
Carrying Cost akan semakin kecil apabila jumlah material yang dipesan semakin kecil.
2 RS
EOQ =
√ PI
Contoh :
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang (carrying cost) adalah 40% dari nilai
average inventory. Biaya pemesanan barang (procurement cost) adalah Rp 15,- setiap kali
pesan.
Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun sebanyak 1200 unit dengan harga Rp 1,- per
unitnya.
2 x 1. 200 x 15 36 . 000
E .O .Q . =
√ 1 x 0 , 40
=
√ 40
100
= √90 . 000
= 300 unit
Ini berarti bahwa pembelian yang paling ekonomis ialah sebanyak 300 unit setiap kali pesan.
Dengan demikian kebutuhan material sebanyak 1200 unit selama 1 tahun akan dipenuhi
dengan 4 x pemesanan yang masing-masing pesanan sebanyak 300 unit. Pada jumlah inilah
tercapai biaya pembelian yang minimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan tabel perkiraan
biaya pemesanan pada berbagai tingkat.
Hubungan antara biaya pemesanan, biaya penyimpanan barang di gudang serta jumlah biaya
selama suatu periode dapat digambarkan dengan grafik berikut.
EOQ (Economical Order Quantity) juga dapat dihitung berdasarkan besarnya biaya
penyimpanan per unit, yaitu dengan menggunakan rumus berikut,
2xRxS
E .O .Q . =
√ C
C = besarnya biaya penyimpanan per unit
Contoh:
Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun adalah 1600 unit. Biaya pemesanan sebesar
Rp 100,- setiap kali pesan. Biaya penyimpanan per unit sebesar Rp 0,50.
2 x 1.600 x 100
√ 0,50
= √ 640.000 = 800 unit
Reorder Point
Bahan baku produksi bisa dibeli dari daerah sekitar tempat usaha, atau dari luar kota atau bahkan
dari luar negeri. Walaupun bahan baku dibeli dari daerah sekitar kemungkinan keterlambatan
pengiriman itu tetap ada apalagi yang dipesan dari luar kota atau luar negeri perlu waktu beberapa
hari atau beberapa bulan, itupun biasanya jadwal pengiriman mengalami keterlambatan dari
perkiraan. Sedangkan proses produksi di perusahaan tidak mungkin dihentikan hanya untuk
menunggu pengiriman bahan baku datang, karenanya maka perlulah diadakan safety stock atau
persediaan pengaman.
Adapun dalam rangka supaya proses produksi tidak terganggu oleh jadwal pengiriman bahan baku
maka perusahaan perlu menghitung apa yang disebut dengan Reorder Point (Titik Pemesanan
Barang Kembali).
Dalam menetukan Reorder Point harus memperhatikan faktor-faktor berikut :
1. Penggunaan material selama tenggang waktu menunggu bahan baku datang
2. Besarnya safety stock
Cara menetapkan Reorder Point
Reorder Point dapat ditetapkan dengan berbagai cara antara lain dengan :
1. Menetapkan jumlah penggunaan bahan baku selama lead time ditambah dengan prosentase
tertentu.
Misal, ditetapkan safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama lead time dan lead time
selama ini adalah 5 minggu.
Lead time adalah tenggang waktu semenjak barang dipesan sampai barang datang di gudang
perusahaan.
Sedangkan kebutuhan bahan baku setiap minggunya adalah 40 unit.
Atas dasar data di atas maka Reorder Point = (5 x 40 unit) + 50% (5 x 40 unit) = 200 unit +
100 unit = 300 unit
2. Dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock yang ditetapkan untuk kebutuhan 4 minggu
maka Reorder Point = (5 x 40 unit ) + (4 x 40 unit) = 360 unit.
Dari contoh ini dapat dikatakan bahwa Reorder Point-nya adalah pada jumlah 360
unit, yang berarti bahwa pemesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan
tinggal 360 unit.
Apabila pemesanan baru dilakukan ketika persediaan bahan baku tinggal 300 unit
maka ini berarti bahwa pada saat bahan baku yang dipesan datang perusahaan
terpaksa akan menggunakan persediaan pengaman (safety stock) sebesar 60 unit.
Karena ketika bahan baku yang dipesan datang persediaan di gudang tinggal 100
unit yaitu (300 unit – 200 unit) padahal safety stock ditetapkan 160 unit sehingga
yang 60 unit menggunakan bahan bahu safety stock.
Namun apabila pemesanan dilakukan ketika persediaan di gudang sebesar 360 unit
maka 5 minggu kemudian ketika bahan baku datang persediaan di gudang pas
sebesar 160 unit persis dengan kebijakan safety stock yang ditetapkan oleh
perusahaan dan ini berarti safety stock tidak dilanggar.
Hubungan antara Reorder Point, Safety Stock, dan Economical Order Quantity dapat
digambarkan sebagai berikut,
Latihan Soal :
CV. Bidadari memproduksi jilbab. Bahan baku jilbab adalah kain spandek yang dibeli dari
Bandung. Tingkat produksi per tahun sebanyak 100.000 buah. Harga kain spandek per m Rp
30.000. 1 m kain dapat dibuat 2 jilbab. Biaya pemesanan barang sekali pesan sebesar Rp
100.000. Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang sebesar 40% dari harga kain.
Ditetapkan besarnya Safety Stock sebesar 5 hari rata-rata produksi. Lead time (jangka waktu
pengiriman barang) 5 hari kerja.
Hitung :
1. EOQ
2. Frekuensi pemesanan barang
3. Berapa hari sekali harus dilakukan pemesanan barang (durasi pemesanan)
4. Besarnya biaya pemesanan
5. Besarnya biaya penyimpanan
6. Reorder Point
Jawaban Soal :
2 ( 50.000 m ) (100.000)
1. EOQ =
√ 30.000 x 0,4
= 913 m
50.000 m
2. Frekuensi pemesanan barang = = 55 x
913 m
300 hari
3. Durasi pemesanan = = 5 hari sekali
55 x
= Rp 5.478.000
100.000buah
6. Rata-rata produksi per hari = = 333 buah
300 harikerja