Investasi Dalam Persediaan Barang (Inventory) : Oleh
Investasi Dalam Persediaan Barang (Inventory) : Oleh
Investasi Dalam Persediaan Barang (Inventory) : Oleh
BARANG
(INVENTORY)
oleh :
Saroful Huda
( 201311-094 )
Lailani Zaniar
( 201311-103 )
Diah ( 201311-114 )
M.Gunawan ( 201311-
118 )
Khusnul khuluk ( 201311-
120 )
Kelas :
MANAJEMEN PARAREL 4
INVESTASI DALAM PERSEDIAAN BARANG
(INVENTORY)
Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar
dimana secara terus menerus mengalami perubahan. Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif,
seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam inventory
mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory
akan menekan keuntungan perusahaan.
Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga,
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan turunnya
kualitas, keusangan, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan.
Demikian pula sebaliknya, adanya investasu yang terlalu kecil dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan
juga, karena kekurangan material, perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal. Oleh karena perusahaan
tidak bekerja dengan full capacity, berarti bahwa “capital assets” dan “direct labor” tidak hanya didayagunakan dengan
sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi biaya produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang
diperoleh.
Dalam perusahaan perdagangan pada dasarnya hanya ada satu golongan mentory, yang mempunyai sifat perputaran yang sama
yaitu yang disebut merchandise inventory” (Persediaan barang dagangan). Inventory ini merupakan persediaan barang yang selalu
dalam perputaran yang selalu dibeli dan dijual yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang
mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan.
Tingkat perputaran barang perniagaan (Merchandise
Turnover)
Dalam perusahaan produksi (pabrik) pada umumnya diadakan penggolongan dalam 3 golongan
inventory utama yaitu :
1.Raw material turnover = Cost of raw material used .
Average raw material inventory
2. Goods in process/Work in process turnover = Cost of goods manufactured .
AVERAGE WORK IN PROCESS INVENTORY
3. Finished goods turnover = Cost of goods sold .
Average finished goods inventory
Persediaan Bahan Mentah (Raw Material Inventory) dan Persediaan
Barang Jadi (Finished Goods Inventory)
Besar kecilnya persediaan bahan menah yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh berbagai factor, antara lain :
1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan
menghambat atau mengganggu jalannya proses produksi
2. Volume produksi yang direncanakan di mana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung
kepada volume sales yang direncanakan
3. Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal
4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di waktu-waktu yang akan dating
5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material
6. Harga pembelian bahan mentah
7. Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang
8. Tingkat kecepatan material menjadinya rusak atau turun kualitasnya
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya safety stock suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
Hubungan skedul aliran kas dengan skedul penerimaan bahan mentah dan pengiriman
barang jadi.
Apabila pembelian bahan mentah dilakukan dengan tunai maka saat masuknya bahan
mentah secara fisik ke dalam perusahaan adalah bersamaan dengan saat aliran kas keluar.
Demikian pula apabila penjualan barang jadi dilakukan dengan tunai maka saat keluarnya
barang jadi dari gudang adalah bersamaan dengan saat aliran kas masuk.
Tetapi apabila pembelian bahan mentah maupun penjualan barang jadi dilakukan dengan
kredit maka saat masuk ke atau keluar barang secara fisik tidaklah bersamaan dengan saat
aliran kas keluar atau aliran kas masuk. Dalam hubungan ini financial officer lebih
berkepentingan pada saat terjadinya aliran uang keluar atau aliran uang masuk daripada
saat masuk atau keluarnya barang secara fisik. Dalam pembelian secara kredit, saat aliran
kas keluarnya (cash out-flow) adalah lebih kemudian daripada saat datangnya barang secara
fisik. Estimasi aliran kas keluar yang terjadi karena pembelian bahan mentah secara kredit
dapat disusun dalam skedul pembayaran utang atau ”schedule of future payments”.
Misalnya suatu perusahaan pada permulaan tahun mempunyai saldo utang karena pembelian kredit pada bulan Desember
tahun sebelumnya yang harus dibayar dalam bulan Januari sebesar Rp. 5.000.000,- Pembelian bahan mentah didasarkan pada
syarat pembayaran dalam waktu 30 hari setelah barang diterima. Direncanakan setiap bulannya akan dibeli bahan mentah
dengan kredit sebagai berikut : Januari Rp. 4.000.000, Februari Rp. 6.000.000, Maret Rp. 8.000.000, April Rp. 7.000.000,
Mei Rp. 8.000.000, Juni Rp. 3.000.
Contoh :
Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun = 1.600 unit
Biaya pesanan sebesar Rp. 100,00 setiap kali pesanan
Biaya penyimpanan per unit = Rp. 0,50
Besarnya EOQ adalah
2 x 1.600 x 1oo = 640.000 = 800 u
Reorder Point
recorder point” ialah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga
kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu dimana persediaan di
atas safety stock sama dengan nol.
Recorder point dapat ditetapkan denan berbagai cara, antara lain dengan :
a. Menetapkan jumlah penggunaan selama ”lead time” dan ditambah dengan persentase tertentu.
Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama ”leat time”nya adalah 5
minggu, sedangkan kebutuhan material setiap minggunya adalah 40 unit.
Recorder point = (5 x 40) + 50% (5 x 40)
= 200 + 100
= 300 unit
b. Dengan menetapkan penggunaan selama ”lead time” dan ditambah dengan penggunaan selama
periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 minggu.
Recorder point = (5 x 40) + 50% (4 x 40)
= 200 + 160
= 360 unit
PENUTUP
KESIMPULAN
. Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk phisikal pada
berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan
kemudian barang jadi .persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja
merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara terus menerus
mengalami perubahan. Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah
pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan
besarnya investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung
terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam
inventory akan menekan keuntungan perusahaan. Dalam perusahaan perdagangan pada
dasarnya hanya ada satu golongan mentory, yang mempunyai sifat perputaran yang sama
yaitu yang disebut merchandise inventory” (Persediaan barang dagangan). Inventory ini
merupakan persediaan barang yang selalu dalam perputaran yang selalu dibeli dan dijual
yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan
perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan.