Gambaran Kebiasaan Buruk Dan Kejadian Maloklusi Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 19 Pemecutan
Gambaran Kebiasaan Buruk Dan Kejadian Maloklusi Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 19 Pemecutan
Gambaran Kebiasaan Buruk Dan Kejadian Maloklusi Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 19 Pemecutan
BDJ
ABSTRACT
Introduction: Dental malocclusion is a deviation of Data of bad habit and the incidence of malocclusion were
teeth disposition and malrelation of dental arches and obtained by using questionnaires and HMAR (Handicapping
jaw beyond acceptable limit of conformity. Malocclusion Malocclusion Assessment Record) index. Data was analyzed
is formed as a result of multifactorial interactions, either using chi square test.
external or internal. Suspected external factors as the cause Result: The results of this research exhibited that respondents
of malocclusion are oral habits, such as thumb or finger conducted bad habits were 23 students (26.4%). Respondent
sucking, putting foreign objects into the oral cavity (biting who conducted bad habits and had malocclusion was as
pencils, pens and nails), tongue sticking or tongue thrusting, many as 13 students (16.7%). Based on statistical test using
mouth breathing, and lip sucking or lip biting. The purpose chi square, p-value = 0.002 (p <0.05) was obtained, which
of this study is to evaluate correlation of bad habits towards mean there was relationship of bad habits towards incidence
malocclusion in students of SDN 19 Pemecutan. of malocclusion in SDN 19 Pemecutan.
Method: Descriptive analytic study with cross sectional Conclusion: It is concluded that there is relationship
design was used as the study method. Sampling technique between bad habits towards incidence of malocclusion in
used was total sampling with total of 87 samples of children. students of SDN 19 Pemecutan.
http://jkg-udayana.org 29
BA LI DE N TA L JOUR NA L
e-ISSN: 2549-0109 BDJ, Volume 3, Nomor 1, Januari 2019: 29-33
Print-ISSN: 2549-0095
PENDAHULUAN pada penelitian ini yaitu siswa sekolah dasar usia 11-13 tahun
di SDN 19 Pemecutan. Sampel pada penelitian ini ialah siswa
Gigi geligi tersusun dengan posisi tertentu dalam sekolah dasar usia 11-13 tahun di SDN 19 Pemecutan yang
rongga mulut. Posisi saat gigi atas dan bawah melakukan memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi ialah siswa yang
kontak pada seluruh posisi dan pergerakan mandibular bersedia menjadi responden, gigi permanen sudah tumbuh
dinamakan oklusi gigi. Oklusi terbentuk melalui interaksi semua kecuali M3, belum pernah dirawat ortodonti, umur
antar seluruh komponen sistem mastikasi yang terdiri 11-13 tahun, dan orang tua/wali bersedia mengisi inform
dari gigi, struktur periodontal, maksila dan mandibula, consent.
sendi temporomandibular, serta otot dan ligament terkait. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
Secara sederhana, oklusi normal ditandai adanya hubungan tehnik total sampling. Variabel penelitian yaitu kebiasaan
yang selaras antara gigi bawah dan atas, dan susunan gigi buruk pada rongga mulut dan kejadian maloklusi. Metode
membentuk lengkung teratur.1,2 pengumpulan data dengan cara wawancara yang dilakukan
Maloklusi terbentuk akibat interaksi berbagai macam dengan menggunakan kuesioner tentang data karakteristik
faktor (multifaktorial), baik internal maupun eksternal. dan pertanyaan mengenai kebiasaan buruk pada rongga
Faktor eksternal yang dicurigai sebagai penyebab dari mulut. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk mengetahui
maloklusi adalah kebiasaan yang dilakukan pada masa beberapa kebiasaan buruk seperti menjulurkan lidah dan
anak-anak yang dapat mempengaruhi bentuk rahang bernapas melalui mulut. Pemeriksaan maloklusi dengan cara
dan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk atau mencetak rahang dan dilakukan pengukuran hasil cetakan
susunan gigi.3 Menurut penelitian oleh Jabur dan Nisayif, menggunakan indeks HMAR dan membuat bite registration
ada beberapa perilaku yang dikaitkan dengan maloklusi, setelah mencetak.
diantaranya adalah menghisap jari/jempol, mendorong gigi
dengan lidah dan juga menggigit kuku atau pensil.4
Banyak studi telah dipublikasikan mengenai
HASIL
prevalensi maloklusi di berbagai latar belakang populasi Tabel 1. Karakteristik Responden
di dunia. Data yang diambil dari sebuah penelitian yang Karakteristik N %
dilakukan di Brazil, menyebutkan sebanyak 66,76% anak
Umur
pada usia sekolah mengalami maloklusi, sementara di
Siria, 61,2% anak mengalami maloklusi, dan sebanyak 38% 11 tahun 78 89,7
memerlukan penanganan dari tenaga kesehatan.5,6 Prevalensi 12 tahun 9 10,3
nasional maloklusi di Indonesia juga tinggi, mencapai 80% Jenis Kelamin
dari total jumlah populasi.7 Laki-laki 50 57,5
Penanggulangan masalah gigi dan mulut sebagai Perempuan 37 42,5
bagian dari optimalisasi status kesehatan masyarakat secara Total 87 100
umum, hendaknya dilakukan secara komprehensif melalui
kolaborasi upaya promotif (pemeliharaan dan peningkatan Tabel 1 menunjukan bahwa responden paling
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan dominan berumur 11 tahun. Frekuensi jenis kelamin
penyakit) dan rehabilitatif. Sesuai dengan pendekatan menunjukkan jumlah responden laki-laki lebih dominan
penanganan kesehatan berbasis masyarakat, porsi yang dibandingkan responden perempuan.
lebih tinggi sebaiknya ditujukan pada strategi promotif dan
preventif untuk menghasilkan efek yang lebih besar dan luas. Tabel 2 Gambaran Kebiasaan Buruk pada Siswa SDN 19
Sebelum menetapkan stategi promotif dan preventif yang Pemecutan
tepat untuk penanganan maloklusi pada anak, diperlukan
pengetahuan dan informasi yang cukup mengenai besaran Kebiasaan Buruk N %
masalah dan faktor – faktor yang berkaitan dengan masalah.
Tidak memiliki kebiasaan buruk 64 73,6
Hingga saat ini belum ada penelitian mengenai kejadian
maloklusi di Provinsi Bali, namun angka maloklusi di Bali Kebiasaan menghisap ibu jari atau jari
9 10,3
diperkirakan signifikan mengingat prevalensi nasional yang tangan
cukup tinggi. Berangkat dari pertimbangan di atas, penulis Kebiasaan memasukkan benda asing ke
tertarik untuk meneliti mengenai gambaran kebiasaan rongga mulut (menggigit pensil, pulpen 7 8,0
buruk dan kejadian maloklusi pada siswa sekolah dasar di dan kuku)
SDN 19 Pemecutan. Kebiasan menjulurkan lidah 1 1,1
30 http://jkg-udayana.org
BA L I D E NTA L JOUR NA L
BDJ, Volume 3, Nomor 1, Januari 2019: 29-33 e-ISSN: 2549-0109
Print-ISSN: 2549-0095
Tabel 2 menunjukan kebiasaan buruk paling dominan Jika kebiasaan ini bertahan sampai masa tumbuhnya gigi
yang dilakukan adalah kebiasaan menghisap ibu jari atau permanen maka akan dapat menimbulkan masalah pada
jari tangan. Kebiasaan buruk paling rendah yang dilakukan pertumbuhan lengkung gigi di dalam mulut.10
adalah kebiasaan menjulurkan lidah dan kebiasaan bernapas Beberapa kejadian pada anak yang memiliki
melalui mulut. kebiasaan menghisap ibu jari dapat menjadi masalah pada
susunan giginya, dampak yang paling sering terjadi adalah
Tabel 3. Gambaran Malokusi pada Siswa SDN 19 adanya ibu jari di antara gigi-gigi yang sedang bererupsi
Pemecutan akan membuat timbulnya openbite anterior yang biasanya
Maloklusi N % berbentuk asimetris, dan terlihat lebih nyata pada sisi
yang digunakan untuk mengisap ibu jari. Jika lidah juga
Oklusi normal 60 69,0 mengalami penonjolan, openbite berpotensi lebih besar,
Maloklusi ringan yang tidak perlu sehingga akan terjadi protrusi gigi-gigi anterior rahang
19 21,8 atas. Bukti klinis menyatakan bahwa selama 4-6 jam setiap
perawatan
hari merupakan waktu minimum yang menyebabkan
Maloklusi ringan yang memerlukan pergerakan gigi. Anak yang melakukan kebiasaan mengisap
8 9,2
perawatan ibu jari secara berkelanjutan dalam waktu yang singkat
akan mengakibatkan pergerakan gigi yang terjadi tidaklah
Total 87 100
banyak, tetapi anak yang menghisap ibu jari secara terus-
menerus akan menyebabkan pergerakan gigi insisivus. Anak
Tabel 3 menunjukkan proporsi jenis maloklusi
yang secara aktif mengisap ibu jari akan menghasilkan daya
tertinggi adalah maloklusi ringan yang tidak perlu perawatan
yang kuat pada ujung gigi insisivus rahang sehingga dapat
sebanyak 19 orang dengan persentase 21,8%.
mengubah jarak insisivus pertama rahang atas. Tingkat
lanjutnya dapat menyebabkan terjadinya diastema sentral
Tabel 4. Hubungan Kebiasaan Buruk dengan Kejadian
yaitu gigi gigi insisivus menjadi renggang.11
Maloklusi pada Siswa SDN 19 Pemecutan
Kebiasaan buruk kedua paling mendominasi
Oklusi normal Maloklusi pada siswa siswi SDN 19 Pemecutan adalah kebiasaan
Variabel N % N % Nilai p memasukan benda asing ke rongga mulut sebanyak 7
Kebiasaan Buruk orang (8,0%), kebiasaan ini menyebabkan gigi anterior
Tidak memiliki 50 83,3 14 51,9 akan mengalami keausan sehingga menyebabkan terjadi
Memiliki 10 16,7 13 48,1 0,002 rotasi atau labioversi gigi tersebut. Rahang atas juga akan
tertarik ke depan sama halnya dengan kebiasaan menghisap
Total 60 100 27 100
ibu jari atau jari tangan.12 Kebiasaan buruk ketiga adalah
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 23 orang (26,45) kebiasaan menghisap dan mengigit bibir sebanyak 5 orang
yang memiliki kebiasaan buruk, sebanyak 10 orang (16,7%) (5,7%), kebiasaan menghisap bibir dan menggigit bibir atau
memiliki oklusi normal dan yang mengalami maloklusi dinamakan lip sucking or lip biting umumnya dilakukan
sebanyak 13 orang (48,1%). Hasil perhitungan statistic uji pada bibir bagian bawah. Kebiasaan ini pada umumnya
chi square test menunjukkan nilai p=0,002 (p <0,05) yang akan memicu munculnya retraksi dari gigi yang tergantung
atyinya terdapat hubungan antara kebiasaan buruk dengan dari bibir atas atau bawah yang dihisap, insisivus atas akan
kejadian maloklusi di SDN 19 Pemecutan terdorong ke arah atas dan depan sesuai dengan arah
protrusinya.13
Kebiasaan buruk lainnya yang ditemukan di SDN 19
PEMBAHASAN
Pemecutan adalah kebiasaan menjulurkan lidah sebanyak 1
Berdasarkan data pada tabel 2 kebiasaan buruk yang orang (1,1%) yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan
paling dominan dilakukan siswa siswi SDN 19 Pemecutan pada otot-otot di sekitar lengkung gigi dan otot-otot mulut
adalah menghisap ibu jari atau tangan. Hasil ini sesuai sehingga dapat berpengaruh pada posisi gigi.14 Kebiasaan
dengan penelitian Sisti yaitu sebesar 12% anak-anak masih bernapas melalui mulut dijumpai sebanyak 1 orang (1,1%),
melakukan kebiasaan buruk menghisap ibu jari pada usia 9 kebiasaan ini dapat menyebabkan gingivitis dan perubahan
tahun dan sebesar 2% nya pada usia 12 tahun.8 Penelitian perubahan pada gingiva misalnya eritema, pembesaran
yang dilakukan Arlia menunjukan bahwa kebiasaan gingiva, edema, dan mengkilatnya permukaan gingiva di
menghisap jari, terutama ibu jari, cukup banyak dilakukan daerah yang cenderung kering.15
oleh anak anak, dan prevalensinya berkisar antara 13-45%.9 Hasil penelitian ini menghasilkan hasil yang sama
Kebiasaan menghisap jari sebenarnya merupakan hal yang dengan penelitian yang dilakukan untuk 92 anak-anak dari
normal pada bayi dan diawal masa kanak-kanak dengan Yayasan Bahtera Bandung dengan 6-12 tahun, melaporkan
kebanyakan akan berhenti pada usia dua hingga empat bahwa sekitar 50% dari anak-anak memiliki kebiasaan
tahun. Namun pada beberapa kasus, kebiasaan ini berlanjut buruk melalui mulut, dengan proporsi kebiasaan mengisap
selama beberapa tahun bahkan menetap hingga usia dewasa. ibu jari 43,8%, menggigit bibir dan mengisap bibir 34,8%,
http://jkg-udayana.org 31
BA LI DE N TA L JOUR NA L
e-ISSN: 2549-0109 BDJ, Volume 3, Nomor 1, Januari 2019: 29-33
Print-ISSN: 2549-0095
dan mendorong lidah 8,7%, menggigit kuku serta bernapas mulut terhadap kejadian maloklusi pada siswa SDN 19
lewat mulut 6,55%.16 Pemecuta
Berdasarkan tabel 3 terdapat 60 orang (69,0%)
memiliki oklusi normal, 19 orang (21,8%) mengalami SARAN
maloklusi ringan yang tidak perlu perawatan dan sebanyak 8
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
orang (9,2%) mengalami maloklusi ringan yang memerlukan
mengetahui faktor-faktor lain diluar kebiasaan buruk
perawatan. Dalam penelitian ini menggunakan indeks
yang mempengaruhi terjadinya maloklusi.
HMAR untuk menilai derajat atau keparahan maloklusi.
2. Mengadakan sosialisasi dan pemeriksaan secara
Pada indeks HMAR dikatakan maloklusi ringan tidak perlu
berkala dari pihak puskesmas terkait maloklusi, jika
perawatan apabila nilai skor 5-9 dan dikatakan maloklusi
terdapat anak dengan maloklusi maka pihak puskesmas
ringan yang memerlukan perawatan apabila nilai skor 10-14.
memberikan penanganan secara cepat agar maloklusi
Maloklusi menjadi masalah kesehatan gigi dan mulut yang
tidak menjadi lebih parah.
cukup besar. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran
3. Perlu adanya penyuluhan dari praktisi kesehatan
perawatan gigi dan kebiasaan buruk yang dilakukan.16
kedokteran gigi untuk memberikan informasi cara
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa dari 23 siswa
menangani kasus kebiasaan buruk dan maloklusi
yang memiliki kebiasaan buruk, terdapat 13 siswa (48,1%)
kepada orang tua secara berkala dengan difasilitasi oleh
yang mengalami maloklusi. Hasil yang serupa didapatkan
pihak sekolah.
dari penelitian yang dilakukan Samad dkk, bahwa dari 444
murid SD di kota Makassar terdapat 203 murid memiliki
kebiasaan buruk dan mengalami maloklusi dengan DAFTAR PUSTAKA
persentase 100%. Setelah dilakukan perhitungan statistik 1. Hassan, R dan Rahiman, A.K. Occlusion, malocclusion,
uji chi square antara varibel terikat (kejadian maloklusi) dan method of measurement. Archiebes of Orofacial
dan variabel bebas (kebiasaan buruk pada rongga mulut) Sciences. 2007. 2:3-9
didapatkan P-value 0,002 (p < 0,05). Dengan demikian dapat 2. Susanto, S. Need and demand akibat dari maloklusi pada
disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara kebiasaan siswa SMU kota Medan. URL:http//repository.usu.ac.id/
buruk terhadap kejadian maloklusi di SDN 19 Pemecutan. bitstream/123456789/18207/7/chapter%201.pdf. 2016
Pada tabel 4 terdapat 64 orang (73,6%) yang tidak 3. Kharat, S, Kharat, S.S. Oral Habits and its Relationship
memiliki kebiasaan buruk tetapi mengalami maloklusi to Malocclusion: A review. J Adv Med Dent Scie Res.
sebanyak 14 orang (51,9%). Hal ini menunjukan bahwa 2014. 2(4):123-126
kejadian maloklusi tidak hanya disebabkan oleh kebiasaan 4. Jabur S.F, Nisayif D.H. The Effect of Bad Oral Habits
buruk pada anak, tetapi juga disebabkan oleh faktor lain on Malocclusions and Its Relation with Age, Gender
seperti sosial ekonomi, pengetahuan orang tua maupun and Type of Feeding. Mustansiria Dental Journal. 2007.
faktor genetik. Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 2(4):123-126
23 orang (26,4%) yang memiliki kebiasaan buruk terdapat 10 5. Garbin, A.J.I, Perin, P.C.P, Garbin, C.A.S, Lolli, L.F.
siswa (16,7%) tidak mengalami maloklusi. Siswa pada SDN Malocclusion Prevalence and Comparison Between the
19 Pemecutan melakukan kebiasaan buruk tersebut hanya Angle Classification and the Dental Aesthetic Index in
saat merasa bosan dan rasa cemas, menurut Rahardjo (2012) scholar in the interior of Sao Paulo State-Brazil. Dental
suatu kebiasaan buruk pada rongga mulut yang berdurasi Press J Orthod. 2010. 15(4):94-102
total sedikitnya enam jam sehari, berfrekuensi cukup tinggi 6. Alatrach, A.B, Saleh, F.K, Osman, E. The Prevalence of
dengan intensitas yang cukup yang akan menyebabkan Malooclusion and Orthodontic Treatment Need in a
maloklusi. Sample of Syrian Children. European Scientific Journal.
2014. 10(30):230-247
7. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
SIMPULAN
Kesehatan RI. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. 2014.
1. Kebiasaan buruk pada rongga mulut di SDN 19 1-6
Pemecutan terjadi sebesar 26,4%, kebiasaan buruk yang 8. Sisti, E.R. Maloklusi pada Anak Akibat Tidak
paling dominan dilakukan adalah kebiasaan menghisap Mendapatkan ASI. Jurnal Bagian Ilmu Kedokteran Gigi
ibu jari atau jari tangan sebesar 10,3% Anak Universitas Padjajaran. 2006
2. Angka kejadian maloklusi di SDN 19 Pemecutan sebesar 9. Arlia, B. Pengaruh Perilaku Ibu dan Pola Keluarga pada
31,0% Kebiasaan Menghisap Jari pada Anak, Dikaitkan dengan
3. Jenis jenis kebiasaan buruk yang dilakukan siswa SDN Status Oklusi Geligi Sulung: Studi Epidemiologis Pada
19 Pemecutan adalah kebiasaan menghisap ibu jari Anak TK di DKI Jakarta. Jurnal Bagian Kedokteran Gigi
atau jari tangan, kebiasaan memasukkan benda asing Anak Universitas Indonesia. 2014. 1
ke rongga mulut, kebiasaan menghisap dan menggigit 10. Rahardjo, P. Ortodonti Dasar, 2nd. Pusat Penerbitan dan
bibir, kebiasaan menjulurkan lidah dan kebiasaan Percetakan Unair Surabaya. 2012. 21-79
bernapas melalui mulut 11. Nirwana, A.B. Psikologi Bayi, Balita, dan Anak. Nuha
4. Terdapat hubungan kebiasaan buruk pada rongga Medika Yogyakarta. 2011. 116-28
32 http://jkg-udayana.org
BA L I D E NTA L JOUR NA L
BDJ, Volume 3, Nomor 1, Januari 2019: 29-33 e-ISSN: 2549-0109
Print-ISSN: 2549-0095
12. Houston, W.J.B dan Tulley, W.J. A Textbook of 16. Samad, R dan Gazali, S. Hubungan Premature Loss Gigi
Orthodontics. Butterworth-Heinemann Ltd. 1986. 273 Sulung dengan Kejadian Maloklusi di Sekolah Dasar
13. Juneja, T. Singh G. Oral Habits and Their Management Negeri Kota Cimahi. Journal of Medicine and Health.
(ed.): Textbook of Orthodontics. Jaypee Brothers 2015.1(2)
Medical Publisher Ltd New Delhi. 2007. 584-612
14. Welbury, R.R, Duggal, M.S dan Hosey, M.T. Pediatric
Dentistry, 3rd. Oxford University Press. 2005. 301
15. Putri, M.H, Herijulianti, E, Nurjannah, N. Ilmu
Pencengahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.
225-227
http://jkg-udayana.org 33