None

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


PENDEKATAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS X4 SMA NEGERI 9 PEKANBARU

Ruri Septika1, Zulkarnain2, Rini Dian Anggraini3


[email protected], [email protected], [email protected]
Contact: 085376367636, 081364938430, 0811751985

Faculty of Teacher Training and Education


Mathematic and Sains Education Major
Mathematic Education Study Program
Riau University

Absract: This research aims to improve the learning process and improve
learning result in mathematics at SMA Negeri 9 Pekanbaru by applying the model of
Cooperative Learning Think Pair Share (TPS). This research is a class action research
by two cycles. Each cycle has four phases, they were planning, implementation,
observation and reflection. Subjects were class X4 students consist of 16 boys and 24
girls who have academic ability is heterogeneous. The research instrument consists of
learning devices and instrument data collectors. Learning device used in this research
is Syllabus, Lesson Plan, and Worksheet. The instrument data collector used in this
research is the observation sheet and math achievement test. The data analysis
technique utilized qualitative and quantitative data analysis technique. Based on the
result of the research showed that the learning process had performed well after has
been made. An increase in the number of students who received grades of 20 and 30 as
many as 27 students on first cycle and 32 students on second cycle. That is also an
increase in the number of students who achieve at KKM end of UH each cycle
compared to the number of students who achieve a score of KKM on the base. Starting
from 27,5% increase to 35% and increased to 72,5%. The development of the results of
this research indicate that the application of the Cooperative Learning Think Pair
Share (TPS) can improve the learning process and improve learning results class X4
junior high school math class students Negeri 9 Pekanbaru in the academic year
2015/2016 at Basic Competencies (1) Menyelesaikan sistem persamaan linear dan
sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel, (2) Merancang
model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear, dan (3)
Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dan penafsirannya..

Key Words: Mathematics Learning Result, Learning Process, Cooperative Learning, Think Pair
Share, Classroom Action Research
2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


PENDEKATAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS X4 SMA NEGERI 9 PEKANBARU

Ruri Septika1, Zulkarnain2, Rini Dian Anggraini3


[email protected], [email protected], [email protected]
Contact: 085376367636, 081364938430, 0811751985

Program Studi Pendidikan Matematika


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan


meningkatkan hasil belajar matematika di SMA Negeri 9 Pekanbaru dengan
menerapkan model pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share (TPS).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Setiap siklus
memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas X4 yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 24 orang
siswa perempuan yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Instrumen
penelitian terdiri dari perangkat pembelajaran, yaitu Silabus, RPP dan LKS dan
instrumen pengumpul data, yaitu lembar pengamatan dan tes hasil belajar matematika.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, proses pembelajaran membaik dari sebelum dilakukan
tindakan ke sesudah pelaksanaan tindakan. Terjadi peningkatan jumlah siswa yang
memperoleh nilai perkembangan 20 dan 30 dari siklus I sebanyak 27 siswa ke siklus II
sebanyak 32 siswa. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah siswa yang mencapai
KKM pada UH di akhir setiap siklus dibandingkan dengan jumlah siswa yang mencapai
KKM pada skor dasar. Dimulai dari 27,5% meningkat menjadi 35% dan meningkat lagi
menjadi 72,5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share (TPS) dapat memperbaiki proses
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X4 SMA Negeri 9
Pekanbaru pada tahun ajaran 2015/2016 pada KD (1) Menyelesaikan sistem persamaan
linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel, (2)
Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear, dan (3) Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear dan penafsirannya.

Kata Kunci : Hasil Belajar Matematika, Proses Pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif,


Think Pair Share, Penelitian Tindakan Kelas.
3

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia dalam


mengembangkan potensi diri yang dimilikinya sehingga dapat memiliki kecakapan
sikap dan perilaku di masyarakat. Untuk itu pendidikan sangat perlu diberikan agar
manusia memiliki keterampilan dan bersosialisasi di masyarakat. Pendidikan yang
diperoleh manusia dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan nonformal.
Pendidikan formal diperoleh melalui lembaga pendidikan atau sekolah. Salah satu
pelajaran penting yang diberikan di sekolah adalah pelajaran matematika.
Tujuan pembelajaran matematika antara lain : 1) Memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) Memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) Mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah; 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (BSNP, 2006). Tujuan
pembelajaran matematika merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maka diperlukan proses pembelajaran yang
baik sehingga hasil belajar siswa tercapai dengan baik pula. Tujuan pembelajaran akan
tercapai apabila siswa menguasai materi yang telah dipelajari. Penguasaan materi dapat
dilihat melalui hasil belajar matematika yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran matematika (Sudjana, 2004).
Menurut informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas X4 SMA Negeri 9
Pekanbaru, dari 40 orang siswa masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang
telah ditetapkan, yaitu 78. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan siswa pada beberapa
materi pokok yang disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Persentase Ketercapaian KKM pada Beberapa Ulangan Harian Siswa Kelas X4
SMA Negeri 9 Pekanbaru
Jumlah Siswa yang Persentase Ketercapaian
No Materi Pokok
Mencapai KKM KKM
1 Bentuk Pangkat, Akar, dan
16 40 %
Logaritma
2 Fungsi, Persamaan dan
Pertidaksamaan Kuadrat 11 27,5%
Sumber : Guru Matematika Kelas X4 SMA Negeri 9 Pekanbaru

Menurut guru matematika matematika kelas X4 SMA Negeri 9 Pekanbaru, tidak


semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang terlibat aktif dalam
proses pembelajaran hanya siswa yang berkemampuan tinggi. Siswa yang
berkemampuan sedang dan rendah hanya menunggu apa yang diberikan guru atau
temannya tanpa melakukan usaha untuk memperoleh pemahaman terhadap materi
pelajaran. Akibatnya banyak siswa yang tidak memahami materi pelajaran dan tidak
bisa menjawab soal-soal saat ulangan harian. Hal ini menyebabkan banyak siswa yang
4

memperoleh nilai di bawah KKM. Sedangkan menurut beberapa orang siswa,


pembelajaran matematika yang disajikan oleh guru mereka kurang menarik. Siswa yang
dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru siswa yang itu itu saja sementara siswa
yang lain hanya mencatat tanpa memahami materi yang diajarkan. Siswa mengatakan
bahwa materi yang dipelajari sangat sulit dan penjelasan tentang materi yang
disampaikan oleh guru kurang sehingga siswa tidak memahami materi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap proses
pembelajaran di kelas X4 SMA Negeri 9 Pekanbaru terlihat bahwa banyak siswa yang
tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran di depan kelas. Siswa yang
memperhatikan guru hanya siswa yang duduk di bangku barisan depan saja sedangkan
siswa yang duduk di bangku barisan belakang melakukan kegiatan lain seperti
memainkan handphone dan bercerita dengan teman di sebelahnya. Meskipun sudah
mendapat teguran dari guru, siswa tetap tidak memperhatikan guru. Selama proses
pembelajaran berlangsung terlihat juga siswa sering keluar masuk kelas dengan alasan
untuk pergi ke toilet.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap proses pembelajaran
terlihat bahwa masih ada beberapa kegiatan pembelajaran yang seharusnya diperbaiki.
Pada kegiatan pendahuluan terlihat bahwa guru kurang memotivasi siswa sehingga
siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran. Seharusnya menurut Permendiknas
No 41 pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta
didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Guru perlu memotivasi dan
memfokuskan perhatian siswa sehingga siswa tertarik dan merasa bahwa penting untuk
mengikuti pelajaran. Pada kegiatan inti ini sebagian besar siswa tidak terlibat aktif
dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari beberapa orang siswa saja yang
menyelesaikan soal, sedangkan siswa yang lain hanya menyalin jawaban temannya.
Seharusnya menurut Permendiknas No 41 kegiatan inti merupakan proses pembelajaran
untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik secara psikologis peserta didik. Guru
seharusnya menyusun kegiatan inti yang dapat membuat siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Tidak hanya siswa yang berkemampuan tinggi saja melainkan
seluruh siswa yang mengikuti pelajaran tersebut. Guru menutup pelajaran tanpa
memberikan latihan untuk mengevaluasi siswa di akhir pembelajaran. Seharusnya
menurut Permendiknas No 41 dalam kegiatan penutup guru melakukan penilaian
dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara tersistem dan
terprogram. Dengan demikan dapat diketahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang dipelajari. Namun pada kenyataannya guru tidak melakukan hal tersebut
sehingga tidak diketahui tingkat pemahaman siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melihat penyebab dari masalah yang timbul
yaitu sebagian besar siswa tidak tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga
siswa tidak terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru juga tidak
menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai sumber belajar dan petunjuk dalam
memahami suatu materi pelajaran. Peneliti memandang perlu diberikan suatu strategi
atau model pembelajaran yang cocok sehingga dapat mendorong siswa untuk aktif
dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu dilaksanakan pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa dan mengembangkan kegiatan siswa dalam mengkomunikasikan
5

gagasan serta memecahkan masalah matematika untuk meningkatkan hasil belajar


matematika siswa melalui berbagai strategi pembelajaran. Salah satu strategi
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta
bekerjasama dengan orang lain adalah model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan Think Pair Share (TPS).
Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Think Pair Share memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Siswa lebih banyak menunjukkan partisipasi mereka sehingga lebih aktif dalam
pembelajaran (Lie, 2004). Sistem Persamaan Linear (SPL) merupakan materi yang
sangat penting peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu SPL juga merupakan
salah satu materi yang masuk dalam Ujian Nasional. Berdasarkan uraian di atas, peneliti
bermaksud melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Pendekatan Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas X4 SMA Negeri 9 Pekanbaru pada KD (1)
Menyelesaikan sistem persamaan linear dan sistem persamaan campuran linear dan
kuadrat dalam dua variabel, (2) Merancang model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear, dan (3) Menyelesaikan model matematika
dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan penafsirannya.

METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif yang


bekerjasama dengan guru matematika yang mengajar di kelas X4 SMA Negeri 9
Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus. Suharsimi Arikunto, dkk
(2008) mengemukakan bahwa setiap siklus terdiri dari empat tahap (perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi).
Tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas pada penelitian ini
adalah penerapan model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 9 Pekanbaru tahun ajaran 2015/2016
sebanyak 40 orang. Instrumen penelitian ini adalah perangkat pembelajaran dan
instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Instrumen pengumpul
data terdiri dari lembar pengamatan dan perangkat tes hasil belajar matematika. Lembar
pengamatan berbentuk format pengamatan yang merupakan aktivitas guru dan siswa
pada saat kegiatan pembelajaran dan diisi pada setiap pertemuan. Perangkat tes hasil
belajar matematika terdiri kisi-kisi soal ulangan harian I dan II, soal ulangan harian I
dan ulangan harian II, serta alternatif jawaban ulangan harian I dan II.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu teknik observasi dan teknik
tes hasil belajar. Sementara teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan untuk
mengetahui apakah terjadi perbaikan proses pembelajaran pada setiap pertemuan.
Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan deskripsi kegiatan proses
pembelajaran pada setiap pertemuan. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk
mengetahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa sesudah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif pendekatan Think Pair Share pada
pembelajaran matematika kelas X4 SMAN 9 Pekanbaru.
6

Nilai perkembangan individu peserta didik pada siklus I diperoleh dari selisih
nilai pada skor dasar dan nilai ulangan harian I. Nilai perkembangan individu pada
siklus II diperoleh peserta didik dari selisih nilai pada skor dasar dan ulangan harian II.

Tabel 2. Nilai Perkembangan Individu


Skor Tes Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 5
10 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar 10
Sama dengan skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar 20
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar) 30
Sumber : Robert E Slavin (2010)

Penghargaan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan kelompok, yaitu rata-


rata nilai perkembangan yang diperoleh anggota kelompok. Nilai perkembangan
kelompok disesuaikan dengan kriteria penghargaan kelompok yang digunakan.

Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok


Rata – rata nilai perkembangan kelompok Penghargaan Kelompok
Kelompok Baik
25 Kelompok Hebat
Kelompok Super
Sumber : Modifikasi Ratumanan dalam Trianto (2012)

Analisis data ketercapaian KKM indikator dilakukan dengan melihat langkah-


langkah penyelesaian soal. Analisis ini berguna untuk melihat kesalahan yang sering
dilakukan siswa. Ketercapaian untuk setiap indikator dihitung menggunakan rumus
(Purwanto, 2011) sebagai berikut :

keterangan : KI = ketercapaian indikator


SP = skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum

Siswa dikatakan mencapai KKM indikator apabila sudah mencapai nilai 78%
dari skor maksimum pada setiap indikator.
Analisis ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan nilai hasil
belajar yang diperoleh siswa dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 78.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dengan membandingkan skor hasil belajar
siswa setelah tindakan dengan skor dasar. Hasil belajar matematika siswa dikatakan
meningkat apabila skor yang diperoleh setelah tindakan lebih baik dari skor dasar.
Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
7

Keterangan : PK = persentase ketercapaian KKM


JM = jumlah siswa yang mencapai KKM
JK = jumlah siswa keseluruhan

Apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM berkurang dari skor
dasar ke hasil ulangan harian I dan ulangan harian II atau jumlah siswa yang
memperoleh nilai sama atau di atas KKM meningkat dari skor dasar ke hasil ulangan
harian I dan ulangan harian II, maka terjadi peningkatan hasil belajar.
Adapun kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah terjadinya
perbaikan proses pembelajaran dan terjadinya peningkatan hasil belajar matematika
siswa. Perbaikan proses pembelajaran dilihat berdasarkan hasil refleksi terhadap proses
pembelajaran yang diperoleh melalui lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.
Apabila proses pembelajaran yang dilakukan semakin baik dan sesuai dengan rencana
pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan TPS, maka terjadi perbaikan
proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel distribusi
frekuensi. Suharsimi Arikunto dan Jabar (2004) membagi kriteria menjadi 5 yaitu
Tinggi Sekali, Tinggi, Cukup, Rendah dan Rendah Sekali. Rentang nilai yang
digunakan adalah . Kemudian rentang tersebut dibagi lima. Sehingga
diperoleh interval nilai sebagai berikut:

1. Interval nilai untuk kriteria Rendah Sekali


2. Interval nilai untuk kriteria Rendah
3. Interval nilai untuk kriteria Cukup
4. Interval nilai untuk kriteria Tinggi
5. Interval nilai untuk kriteria Tinggi Sekali
Peningkatan hasil belajar terjadi apabila frekuensi siswa yang memperoleh nilai
di rentang yang lebih tinggi meningkat dari skor dasar ke UH I dan UH II. Sedangkan
frekuensi siswa yang memperoleh nilai di rentang yang lebih rendah menurun dari skor
dasar ke UH I dan UH II.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan dan satu kali ulangan harian.
Dilakukan analisis terhadap aktivitas guru dan siswa melalui lembar pengamatan dan
diskusi dengan pengamat. Berdasarkan lembar pengamatan dan diskusi dengan
pengamat selama melakukan tindakan, terdapat beberapa kekurangan yang dilakukan
guru dan siswa. Pada pertemuan pertama, siswa belum merespon pertanyaan yang
diberikan peneliti di kegiatan awal. Saat mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok,
banyak siswa yang tidak mau berpindah tempat duduk dan meminta untuk pindah
kelompok. Pada tahap think, banyak siswa yang belum membaca LKS. Pada tahap pair,
belum terlihat siswa berdiskusi. Pada tahap share, banyak siswa yang tidak serius
berdiskusi. Banyak kelompok yang hanya menyalin jawaban LKS temannya. Saat
8

presentasi banyak siswa yang tidak memperhatikan karena masih menyalin jawaban
LKS temannya. Tidak semua kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana.
Pada pertemuan kedua, masih ada siswa yang meminta untuk pindah kelompok
dan menghabiskan waktu yang lama untuk berpindah tempat duduk. Saat tahap think
dimulai, masih ada siswa yang bercerita dengan teman di sebelahnya. Selama tahap
pair, ada beberapa siswa yang masih mengerjakan LKS secara individu. Pada tahap
share juga masih ada siswa yang kurang aktif. Beberapa kegiatan masih belum dapat
terlaksana karena waktu habis. Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga sudah lebih
baik dari pada pertemuan sebelumnya. Siswa sudah mulai tertib dalam berpindah
tempat duduk saat pembentukan kelompok. Namun masih ada siswa yang kurang
percaya diri untuk mengerjakan LKS secara individu pada tahap think. Pada saat
berdiskusi masih ada siswa yang kurang serius. Ada beberapa kelompok yang tidak
selesai membuat laporan. Tes formatif juga belum dapat dilaksanakan. Pada pertemuan
keempat, peneliti sudah mampu mengelola waktu dengan baik sehingga seluruh
kegiatan dapat terlaksana sesuai RPP. Tes formatif telah dapat dilakukan. Pada saat
persentasi siswa sudah berani memberikan tanggapan. Namun, ketika berdiskusi
kelompok masih banyak siswa yang kurang serius dan masih banyak siswa yang tidak
aktif dalam berdiskusi. Siswa yang kesulitan mengerjakan LKS tidak berani bertanya
kepada peneliti sehingga ia hanya menyalin jawaban dari temannya.
Berdasarkan refleksi siklus I peneliti menyusun rencana perbaikan, yaitu
mengatur waktu tahap-tahap pembelajaran agar sesuai dengan waktu pelaksanaan,
memberikan penjelasan kepada siswa pentingnya mengerjakan setiap tahap LKS untuk
memahami materi, lebih tegas mengumumkan kepada siswa waktu setiap tahap TPS,
memberikan bimbingan yang lebih merata ke semua kelompok dan lebih menekankan
kepada siswa untuk lebih aktif ketika proses pembelajaran berlangsung.
Pada siklus kedua dilaksanakan 2 kali pertemuan dan satu kali ulangan harian.
Pada pertemuan kelima, proses pembelajaran Think Pair Share sudah berjalan dengan
baik. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sudah meningkat daripada pertemuan
sebelumnya. Langkah-langkah pengerjaan think, pair dan share sudah terlihat. Namun
masih ada siswa yang kurang percaya diri sehingga peneliti memotivasi siswa tersebut.
Siswa sudah terbiasa melakukan presentasi di depan kelas dan sudah memberikan
tanggapan terhadap hasil presentasi. Pada pertemuan keenam, keaktifan siswa selama
proses pembelajaran lebih meningkat. Peneliti berupaya untuk melibatkan seluruh siswa
dalam proses pembelajaran, baik dalam tahap think, pair, maupun share. Siswa sudah
terbiasa melakukan presentasi di depan kelas dan memberikan tanggapan terhadap hasil
presentasi. Dengan demikian, secara keseluruhan penerapan model pembelajaran TPS
berjalan lancar dan sesuai dengan perencanaan.
Ditinjau dari hasil belajar, peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari
analisis data nilai perkembangan individu siswa dan penghargaan kelompok, analisis
ketercapaian KKM indikator, analisis ketercapaian KKM, dan analisis tabel distribusi
frekuensi. Nilai perkembangan peserta didik pada siklus I dan II disajikan pada Tabel
berikut:
9

Tabel 4 Nilai Perkembangan Individu Peserta didik pada Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Nilai
No Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Perkembangan
Siswa (%) Siswa (%)
1 5 8 20 4 10
2 10 6 15 4 10
3 20 9 22,5 9 22,5
4 30 17 42,5 23 57,5
Sumber : Olah data peneliti

Dari Tabel 4 di atas, terlihat bahwa persentase siswa paling banyak ada di nilai
perkembangan 20 dan 30 untuk setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa banyak
siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar. Selain itu, dapat juga dilihat bahwa
terjadinya penurunan jumlah siswa yang memperoleh nilai perkembangan 5 dari siklus I
ke siklus II, sebaliknya jumlah siswa yang memperoleh nilai perkembangan 30
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan nilai perkembangan ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar.

Tabel 5 Ketercapaian KKM Siswa untuk Setiap Indikator pada Ulangan Harian I dengan
materi SPLDV
Jumlah Siswa
No yang
Indikator Ketercapaian Kompetensi Persentase
Soal Mencapai
KKM
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLDV 31 77,5%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
18 45%
yang berhubungan dengan SPLDV
1 Merancang model matematika dari masalah yang
19 47%
berhubungan dengan SPLDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
11 27,5%
SPLDV dengan metode grafik
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLDV 29 72,5%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
31 77,5%
yang berhubungan dengan SPLDV
2 Merancang model matematika dari masalah yang
26 65%
berhubungan dengan SPLDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
23 57,5%
SPLDV dengan metode substitusi
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLDV 15 37,5%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
26 65%
yang berhubungan dengan SPLDV
3 Merancang model matematika dari masalah yang
20 50%
berhubungan dengan SPLDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
20 50%
SPLDV dengan metode eliminasi
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLDV 30 75%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
16 40%
yang berhubungan dengan SPLDV
4 Merancang model matematika dari masalah yang
23 57,5%
berhubungan dengan SPLDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
24 60%
SPLDV dengan metode campuran eliminasi-substitusi
Sumber : Olah data peneliti
10

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang belum
mencapai KKM indikator. Pada indikator 4 soal 1 UH I, yaitu menentukan penyelesaian
masalah yang berhubungan dengan SPLDV dengan metode grafik, siswa yang
mencapai KKM hanya 27,5% atau 11 orang. Dibandingkan dengan indikator lainnya,
indikator 4 memiliki persentase siswa yang mencapai KKM paling rendah. Hal ini
disebabkan kurang terampilnya siswa dalam membuat grafik dari persamaan pada
diagram kartesius.

Tabel 6 Ketercapaian KKM Siwa untuk Setiap Indikator pada Ulangan Harian II dengan
materi SPLTV dan SPLKDV
Jumlah
No Siswa yang
Indikator Ketercapaian Kompetensi Persentase
Soal Mencapai
KKM
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLTV 34 85%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
33 82,5%
yang berhubungan dengan SPLTV
1 Merancang model matematika dari masalah yang berhubungan
30 75%
dengan SPLTV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
25 62,5%
SPLTV
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan
31 77,5%
SPLKDV
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
23 57,5%
yang berhubungan dengan SPLKDV
2
Merancang model matematika dari masalah yang berhubungan
22 55%
dengan SPLKDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
22 55%
SPLKDV
Sumber : Olah data peneliti

Dari tabel di atas, terlihat persentase siswa yang mencapai KKM pada setiap
indikator lebih tinggi dari pada UH I. Hal ini menunjukkan terjadinya kenaikan jumlah
siswa yang mencapai KKM pada setiap indikator.

Tabel 7 Ketercapaian KKM Sebelum dan Sesudah Tindakan


Kategori Skor Dasar UH I UH II
Jumlah siswa yang mencapai KKM 11 14 29
Persentase ketercapaian KKM 27,5% 35% 72,5%
Sumber : Olah data peneliti

Dari Tabel 7 terdapat kenaikan persentase siswa yang mencapai KKM dari skor
dasar ke ulangan harian I sebanyak 7,5 % atau terjadi peningkatan jumlah siswa yang
mencapai KKM sebanyak 3 orang siswa. Selanjutnya terjadi kenaikan persentase siswa
yang mencapai KKM dari skor ulangan harian I ke ulangan harian II sebanyak 37,5 %
atau terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 15 orang siswa.
11

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa


Frekuensi Siswa
Interval Kriteria
Skor Dasar Nilai UH I Nilai UH II
1 1 0 Rendah Sekali
5 6 4 Rendah
19 6 6 Cukup
12 16 5 Tinggi
3 11 25 Tinggi Sekali
Jumlah 40 40 40
Sumber : Olah data peneliti

Dari tabel di atas, terlihat bahwa siswa yang berada pada kriteria rendah sekali
menurun dari 1 orang siswa pada skor dasar menjadi tidak ada pada UH II. Sedangkan
siswa yang berada pada kriteria tinggi sekali meningkat dari 3 orang siswa menjadi 11
orang siswa, kemudian meningkat lagi menjadi 25 orang siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebelum dan sesudah
dilakukannya tindakan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilakukan berhasil. Hal
ini berarti, penerapan model pembelajaran pendekatan Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X4 SMA Negeri 9 Pekanbaru
semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 pada KD (1) Menyelesaikan sistem
persamaan linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua
variabel, (2) Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear, dan (3) Menyelesaikan model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dan penafsirannya.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair
Share (TPS) dapat memperbaiki proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas X4 SMA Negeri 9 Pekanbaru semester ganjil tahun
pelajaran 2015/2016 pada Kompetensi Dasar (1) Menyelesaikan sistem persamaan
linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel, (2)
Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear, dan (3) Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear dan penafsirannya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti merekomendasikan
tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share (TPS).
Model pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share (TPS) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir sendiri (think) sehingga siswa mengetahui apa
bahan yang akan didiskusikan, berdiskusi secara berpasangan (pair), dan berdiskusi
secara berkelompok berempat (share). Dengan demikian siswa akan lebih banyak
berpikir dan berdiskusi dalam memahami suatu materi pembelajaran. Maka model
pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share (TPS) ini dapat diterapkan
sebagai alternatif untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
12

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang


Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

Nana Sudjana. 2004. Penelitian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda
Karya. Bandung.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Robert E. Slavin. 2010. Cooperatif Learning Teori Riset dan Praktek. Nusa Media.
Bandung.

Suharsimi Arikunto dan Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Bumi Aksara.
Jakarta.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.


Bumi Aksara. Jakarta.

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana Prenada


Media Group. Jakarta.

You might also like