None
None
None
Absract: This research aims to improve the learning process and improve
learning result in mathematics at SMA Negeri 9 Pekanbaru by applying the model of
Cooperative Learning Think Pair Share (TPS). This research is a class action research
by two cycles. Each cycle has four phases, they were planning, implementation,
observation and reflection. Subjects were class X4 students consist of 16 boys and 24
girls who have academic ability is heterogeneous. The research instrument consists of
learning devices and instrument data collectors. Learning device used in this research
is Syllabus, Lesson Plan, and Worksheet. The instrument data collector used in this
research is the observation sheet and math achievement test. The data analysis
technique utilized qualitative and quantitative data analysis technique. Based on the
result of the research showed that the learning process had performed well after has
been made. An increase in the number of students who received grades of 20 and 30 as
many as 27 students on first cycle and 32 students on second cycle. That is also an
increase in the number of students who achieve at KKM end of UH each cycle
compared to the number of students who achieve a score of KKM on the base. Starting
from 27,5% increase to 35% and increased to 72,5%. The development of the results of
this research indicate that the application of the Cooperative Learning Think Pair
Share (TPS) can improve the learning process and improve learning results class X4
junior high school math class students Negeri 9 Pekanbaru in the academic year
2015/2016 at Basic Competencies (1) Menyelesaikan sistem persamaan linear dan
sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel, (2) Merancang
model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear, dan (3)
Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dan penafsirannya..
Key Words: Mathematics Learning Result, Learning Process, Cooperative Learning, Think Pair
Share, Classroom Action Research
2
PENDAHULUAN
Tabel 1 Persentase Ketercapaian KKM pada Beberapa Ulangan Harian Siswa Kelas X4
SMA Negeri 9 Pekanbaru
Jumlah Siswa yang Persentase Ketercapaian
No Materi Pokok
Mencapai KKM KKM
1 Bentuk Pangkat, Akar, dan
16 40 %
Logaritma
2 Fungsi, Persamaan dan
Pertidaksamaan Kuadrat 11 27,5%
Sumber : Guru Matematika Kelas X4 SMA Negeri 9 Pekanbaru
METODE PENELITIAN
Nilai perkembangan individu peserta didik pada siklus I diperoleh dari selisih
nilai pada skor dasar dan nilai ulangan harian I. Nilai perkembangan individu pada
siklus II diperoleh peserta didik dari selisih nilai pada skor dasar dan ulangan harian II.
Siswa dikatakan mencapai KKM indikator apabila sudah mencapai nilai 78%
dari skor maksimum pada setiap indikator.
Analisis ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan nilai hasil
belajar yang diperoleh siswa dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 78.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dengan membandingkan skor hasil belajar
siswa setelah tindakan dengan skor dasar. Hasil belajar matematika siswa dikatakan
meningkat apabila skor yang diperoleh setelah tindakan lebih baik dari skor dasar.
Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
7
Apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM berkurang dari skor
dasar ke hasil ulangan harian I dan ulangan harian II atau jumlah siswa yang
memperoleh nilai sama atau di atas KKM meningkat dari skor dasar ke hasil ulangan
harian I dan ulangan harian II, maka terjadi peningkatan hasil belajar.
Adapun kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah terjadinya
perbaikan proses pembelajaran dan terjadinya peningkatan hasil belajar matematika
siswa. Perbaikan proses pembelajaran dilihat berdasarkan hasil refleksi terhadap proses
pembelajaran yang diperoleh melalui lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.
Apabila proses pembelajaran yang dilakukan semakin baik dan sesuai dengan rencana
pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan TPS, maka terjadi perbaikan
proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel distribusi
frekuensi. Suharsimi Arikunto dan Jabar (2004) membagi kriteria menjadi 5 yaitu
Tinggi Sekali, Tinggi, Cukup, Rendah dan Rendah Sekali. Rentang nilai yang
digunakan adalah . Kemudian rentang tersebut dibagi lima. Sehingga
diperoleh interval nilai sebagai berikut:
Pada siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan dan satu kali ulangan harian.
Dilakukan analisis terhadap aktivitas guru dan siswa melalui lembar pengamatan dan
diskusi dengan pengamat. Berdasarkan lembar pengamatan dan diskusi dengan
pengamat selama melakukan tindakan, terdapat beberapa kekurangan yang dilakukan
guru dan siswa. Pada pertemuan pertama, siswa belum merespon pertanyaan yang
diberikan peneliti di kegiatan awal. Saat mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok,
banyak siswa yang tidak mau berpindah tempat duduk dan meminta untuk pindah
kelompok. Pada tahap think, banyak siswa yang belum membaca LKS. Pada tahap pair,
belum terlihat siswa berdiskusi. Pada tahap share, banyak siswa yang tidak serius
berdiskusi. Banyak kelompok yang hanya menyalin jawaban LKS temannya. Saat
8
presentasi banyak siswa yang tidak memperhatikan karena masih menyalin jawaban
LKS temannya. Tidak semua kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana.
Pada pertemuan kedua, masih ada siswa yang meminta untuk pindah kelompok
dan menghabiskan waktu yang lama untuk berpindah tempat duduk. Saat tahap think
dimulai, masih ada siswa yang bercerita dengan teman di sebelahnya. Selama tahap
pair, ada beberapa siswa yang masih mengerjakan LKS secara individu. Pada tahap
share juga masih ada siswa yang kurang aktif. Beberapa kegiatan masih belum dapat
terlaksana karena waktu habis. Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga sudah lebih
baik dari pada pertemuan sebelumnya. Siswa sudah mulai tertib dalam berpindah
tempat duduk saat pembentukan kelompok. Namun masih ada siswa yang kurang
percaya diri untuk mengerjakan LKS secara individu pada tahap think. Pada saat
berdiskusi masih ada siswa yang kurang serius. Ada beberapa kelompok yang tidak
selesai membuat laporan. Tes formatif juga belum dapat dilaksanakan. Pada pertemuan
keempat, peneliti sudah mampu mengelola waktu dengan baik sehingga seluruh
kegiatan dapat terlaksana sesuai RPP. Tes formatif telah dapat dilakukan. Pada saat
persentasi siswa sudah berani memberikan tanggapan. Namun, ketika berdiskusi
kelompok masih banyak siswa yang kurang serius dan masih banyak siswa yang tidak
aktif dalam berdiskusi. Siswa yang kesulitan mengerjakan LKS tidak berani bertanya
kepada peneliti sehingga ia hanya menyalin jawaban dari temannya.
Berdasarkan refleksi siklus I peneliti menyusun rencana perbaikan, yaitu
mengatur waktu tahap-tahap pembelajaran agar sesuai dengan waktu pelaksanaan,
memberikan penjelasan kepada siswa pentingnya mengerjakan setiap tahap LKS untuk
memahami materi, lebih tegas mengumumkan kepada siswa waktu setiap tahap TPS,
memberikan bimbingan yang lebih merata ke semua kelompok dan lebih menekankan
kepada siswa untuk lebih aktif ketika proses pembelajaran berlangsung.
Pada siklus kedua dilaksanakan 2 kali pertemuan dan satu kali ulangan harian.
Pada pertemuan kelima, proses pembelajaran Think Pair Share sudah berjalan dengan
baik. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sudah meningkat daripada pertemuan
sebelumnya. Langkah-langkah pengerjaan think, pair dan share sudah terlihat. Namun
masih ada siswa yang kurang percaya diri sehingga peneliti memotivasi siswa tersebut.
Siswa sudah terbiasa melakukan presentasi di depan kelas dan sudah memberikan
tanggapan terhadap hasil presentasi. Pada pertemuan keenam, keaktifan siswa selama
proses pembelajaran lebih meningkat. Peneliti berupaya untuk melibatkan seluruh siswa
dalam proses pembelajaran, baik dalam tahap think, pair, maupun share. Siswa sudah
terbiasa melakukan presentasi di depan kelas dan memberikan tanggapan terhadap hasil
presentasi. Dengan demikian, secara keseluruhan penerapan model pembelajaran TPS
berjalan lancar dan sesuai dengan perencanaan.
Ditinjau dari hasil belajar, peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari
analisis data nilai perkembangan individu siswa dan penghargaan kelompok, analisis
ketercapaian KKM indikator, analisis ketercapaian KKM, dan analisis tabel distribusi
frekuensi. Nilai perkembangan peserta didik pada siklus I dan II disajikan pada Tabel
berikut:
9
Tabel 4 Nilai Perkembangan Individu Peserta didik pada Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Nilai
No Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Perkembangan
Siswa (%) Siswa (%)
1 5 8 20 4 10
2 10 6 15 4 10
3 20 9 22,5 9 22,5
4 30 17 42,5 23 57,5
Sumber : Olah data peneliti
Dari Tabel 4 di atas, terlihat bahwa persentase siswa paling banyak ada di nilai
perkembangan 20 dan 30 untuk setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa banyak
siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar. Selain itu, dapat juga dilihat bahwa
terjadinya penurunan jumlah siswa yang memperoleh nilai perkembangan 5 dari siklus I
ke siklus II, sebaliknya jumlah siswa yang memperoleh nilai perkembangan 30
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan nilai perkembangan ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar.
Tabel 5 Ketercapaian KKM Siswa untuk Setiap Indikator pada Ulangan Harian I dengan
materi SPLDV
Jumlah Siswa
No yang
Indikator Ketercapaian Kompetensi Persentase
Soal Mencapai
KKM
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLDV 31 77,5%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
18 45%
yang berhubungan dengan SPLDV
1 Merancang model matematika dari masalah yang
19 47%
berhubungan dengan SPLDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
11 27,5%
SPLDV dengan metode grafik
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLDV 29 72,5%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
31 77,5%
yang berhubungan dengan SPLDV
2 Merancang model matematika dari masalah yang
26 65%
berhubungan dengan SPLDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
23 57,5%
SPLDV dengan metode substitusi
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLDV 15 37,5%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
26 65%
yang berhubungan dengan SPLDV
3 Merancang model matematika dari masalah yang
20 50%
berhubungan dengan SPLDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
20 50%
SPLDV dengan metode eliminasi
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLDV 30 75%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
16 40%
yang berhubungan dengan SPLDV
4 Merancang model matematika dari masalah yang
23 57,5%
berhubungan dengan SPLDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
24 60%
SPLDV dengan metode campuran eliminasi-substitusi
Sumber : Olah data peneliti
10
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang belum
mencapai KKM indikator. Pada indikator 4 soal 1 UH I, yaitu menentukan penyelesaian
masalah yang berhubungan dengan SPLDV dengan metode grafik, siswa yang
mencapai KKM hanya 27,5% atau 11 orang. Dibandingkan dengan indikator lainnya,
indikator 4 memiliki persentase siswa yang mencapai KKM paling rendah. Hal ini
disebabkan kurang terampilnya siswa dalam membuat grafik dari persamaan pada
diagram kartesius.
Tabel 6 Ketercapaian KKM Siwa untuk Setiap Indikator pada Ulangan Harian II dengan
materi SPLTV dan SPLKDV
Jumlah
No Siswa yang
Indikator Ketercapaian Kompetensi Persentase
Soal Mencapai
KKM
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan SPLTV 34 85%
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
33 82,5%
yang berhubungan dengan SPLTV
1 Merancang model matematika dari masalah yang berhubungan
30 75%
dengan SPLTV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
25 62,5%
SPLTV
Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan
31 77,5%
SPLKDV
Membuat permisalan dan menentukan besaran dari masalah
23 57,5%
yang berhubungan dengan SPLKDV
2
Merancang model matematika dari masalah yang berhubungan
22 55%
dengan SPLKDV
Menentukan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
22 55%
SPLKDV
Sumber : Olah data peneliti
Dari tabel di atas, terlihat persentase siswa yang mencapai KKM pada setiap
indikator lebih tinggi dari pada UH I. Hal ini menunjukkan terjadinya kenaikan jumlah
siswa yang mencapai KKM pada setiap indikator.
Dari Tabel 7 terdapat kenaikan persentase siswa yang mencapai KKM dari skor
dasar ke ulangan harian I sebanyak 7,5 % atau terjadi peningkatan jumlah siswa yang
mencapai KKM sebanyak 3 orang siswa. Selanjutnya terjadi kenaikan persentase siswa
yang mencapai KKM dari skor ulangan harian I ke ulangan harian II sebanyak 37,5 %
atau terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 15 orang siswa.
11
Dari tabel di atas, terlihat bahwa siswa yang berada pada kriteria rendah sekali
menurun dari 1 orang siswa pada skor dasar menjadi tidak ada pada UH II. Sedangkan
siswa yang berada pada kriteria tinggi sekali meningkat dari 3 orang siswa menjadi 11
orang siswa, kemudian meningkat lagi menjadi 25 orang siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebelum dan sesudah
dilakukannya tindakan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilakukan berhasil. Hal
ini berarti, penerapan model pembelajaran pendekatan Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X4 SMA Negeri 9 Pekanbaru
semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 pada KD (1) Menyelesaikan sistem
persamaan linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua
variabel, (2) Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear, dan (3) Menyelesaikan model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dan penafsirannya.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sudjana. 2004. Penelitian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
Robert E. Slavin. 2010. Cooperatif Learning Teori Riset dan Praktek. Nusa Media.
Bandung.
Suharsimi Arikunto dan Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Bumi Aksara.
Jakarta.