Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Model Guided Discovery Learning Berbantuan Permainan Kaki Bima

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

ANARGYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

Vol.1 No.1 April 2018


p-ISSN: 2615-4196 e-ISSN: 2615-4072
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/anargya

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA


MELALUI MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN
PERMAINAN KAKI BIMA

Ismi Sumaryati1, Ratri Rahayu2, dan Sri Utaminingsih3


1,2
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muria Kudus
3
Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Muria Kudus

Info Artikel Abstract

Sejarah Artikel: The purpose of this research are to describe the improvement of mathematics concept
Diterima 24 Feb 2018 comprehension, the student learning activities, and teacher skills through guided discovery learning
Direvisi 20 Mar 2018 model by using kaki bima game on romawi numeric material. The design of this research was
Disetujui 20 Apr 2018 classroom action research that located in SDN Margorejo 01 Pati. The subject is the fourth graders
consist of 25 students. The Independent variable is guided discovery learning model used kaki bima
game and the dependent variable is mathematic concept comprehension. There are two cycles of the
Keywords: Mathematic research. Each cycle consist of four steps, they are planning, action, observation, reflection. Data
Concept Comprehension, collection were used test, observation and documentation. The data analyses of the research are
Guided Discovery quantitative and qualitative. The result of this research showed that, (1) the mathematic concept
Learning Model, Kaki comprehension of the fourth graders of SDN Margorejo 01 Pati with the mean of the cycle I is 62.08
Bima Game with enough criteria; the students that can get score above passing grade is 48% and the mean of
cycle II is improved with the score is 78.7 with higher criteria and the percentage is 80%, (2) the
students learning activities in cycle I got the mean score of 2.51 with the good criteria, and
Paper type: improved in cycle II with the mean score is 2.63 , (3) the teacher skill in cycle I got the mean score
Research paper of 2.56 and improved in cycle II become 3.00 with the good criteria.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemahaman konsep


matematika, aktivitas belajar siswa, dan keterampilan guru mengajar dengan model guided
discovery learning berbantuan permainan kaki bima pada materi bilangan romawi. Penelitian yang
dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD N Margorejo 01 Pati dengan
subjek 25 siswa kelas IV. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model guided discovery learning
berbantuan permainan kaki bima, sedangkan variabel terikat adalah pemahaman konsep
matematika. Penelitian tindakan kelas ini berlangsung selama dua siklus, setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data
menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data
kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa kelas IV SD N Margorejo 01 Pati adalah 62,08 pada kriteria cukup dengan ketuntasan klasikal
mencapai 48% pada siklus I meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata menjadi 78,7 pada
kriteria tinggi dengan ketuntasan klasikal sebesar 80%, (2) rata-rata aktivitas belajar siswa pada
siklus I adalah 2,51 dengan kriteria baik meningkat pada siklus II menjadi 2,63 dengan kriteria baik,
(3) rata-rata skor keterampilan guru pada siklus I adalah 2,56 dengan kriteria baik meningkat pada
siklus II menjadi 3,00 dengan kriteria baik.

© 2018 Universitas Muria Kudus


Alamat korespondensi:
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muria Kudus
Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L lantai 1 Ruang 2 PO BOX 53 Kudus
Tlp. (0291) 438229 Fax. (0291) 437198
E-mail: [email protected]
Ismi Sumaryati, Ratri Rahayu, dan Sri Utaminingsih
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

PENDAHULUAN matematika. Di lapangan, masih banyak


Matematika merupakan ilmu universal permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran
yang mendasari perkembangan teknologi matematika khususnya dalam kemampuan
modern, mempunyai peran penting dalam pemahaman konsep.
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir Keadaan demikian terjadi dalam
manusia (Depdiknas, 2006). Hal ini pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri
menunjukkan bahwa matematika menjadi dasar Margorejo 01 Pati. Berdasarkan hasil rata-rata
perkembangan teknologi modern dan menjadikan nilai pra siklus materi bilangan 25 siswa yaitu
manusia berpikir kritis. Penguasaan dan 31,33 yang menunjukkan pemahaman konsep
penciptaan teknologi di masa depan memerlukan matematika siswa pada kualifikasi rendah
penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena Sedangkan untuk ketuntasan belajar klasikal,
itu, pelajaran matematika perlu diberikan kepada terdapat 2 siswa (8%) yang tuntas sedangkan 23
siswa mulai dari sekolah dasar untuk dibekali siswa (92%) belum tuntas. Suatu pembelajaran
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, dikatakan berhasil jika minimal 75% dari jumlah
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan siswa dalam kelas sudah tuntas belajar. Sejalan
bekerjasama (Depdiknas, 2006). Tujuan dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
pemberian pelajaran matematika agar siswa dengan guru kelas IV SD Negeri Margorejo 01
dapat memiliki kemampuan memperoleh, Pati yang menjelaskan bahwa pemahaman siswa
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk masih kurang pada materi bilangan khususnya
bertahan hidup pada keadaan yang selalu bilangan romawi.
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kurangnya pemahaman konsep di SD
Hasil studi TIMSS pada matematika Negeri Margoerejo 01 Pati disebabkan
tahun 2015, Indonesia berada di urutan 45 dari penggunaan bilangan romawi pada kehidupan
50 negara dengan skor rata-rata 397, sedangkan sehari-hari yang jarang dilakukan. Untuk
skor rata-rata internasional adalah 500 dengan membantu menyampaikan materi, guru sudah
target populasinya kelas 4 SD/MI (Mullis, 2015). menggunakan media berupa power point. Namun
Dari hasil studi TIMSS dapat diketahui bahwa penggunaan media tersebut tidak berjalan
siswa Indonesia menguasai soal-soal yang optimal karena tidak melibatkan siswa secara
bersifat rutin, komputasi sederhana, serta langsung. Selain penggunaan media, guru sudah
mengukur pengetahuan akan fakta yang menggunakan metode/model dalam
berkonteks keseharian. Selain itu, siswa pembelajaran. Sesekali guru melakukan tanya
Indonesia masih mempunyai kemampuan yang jawab terhadap siswa, tetapi siswa cenderung
lemah dalam mengintegrasikan informasi, pasif dan tidak merespon pertanyaan guru.
menarik simpulan, serta menggeneralisir Apabila ada materi yang belum dimengerti,
pengetahuan yang dimiliki ke hal-hal yang lain. siswa masih takut untuk bertanya. Siswa juga
Permasalahan tersebut dikarenakan pendidikan di kurang tertarik terhadap pejelasan yang
Indonesia hanya menekankan pada hasil disampaikan oleh guru sehingga siswa merasa
(produk) tanpa mengajak siswa untuk bosan dan berbicara sendiri dengan temannya
membangun dan memahami suatu konsep saat pembelajaran berlangsung. Sehingga,
terhadap penyelesaian soal. Dengan demikian, suasana pembelajaran di kelas menjadi tidak
tujuan mata pelajaran matematika sekolah dasar menyenangkan.
di Indonesia yang salah satunya siswa memiliki Berdasarkan permasalahan tersebut,
kemampuan pemahaman konsep matematika peneliti melakukan penelitian tindakan kelas di
masih belum tercapai. SD Negeri Margorejo. Tujuan penelitian tersebut
Pada jenjang sekolah dasar, pemahaman adalah untuk mendeskripsikan peningkatan
konsep matematika perlu ditanamkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematika
baik kepada siswa terlebih mereka masih berpikir materi bilangan romawi pada siswa kelas IV SD
konkret. Apabila pemahaman konsep siswa Negeri Margorejo 01 Pati, mendeskripsikan
rendah, maka siswa akan kesulitan dalam peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV, dan
menyelesaikan persoalan matematika sehingga mendeskripsikan keterampilan guru.
berdampak pada prestasi belajarnya. Heruman Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi
(2010: 3) menjelaskan bahwa pemahaman permasalahan tersebut dengan menerapkan
konsep merupakan pembelajaran lanjutan yang model pembelajaran guided discovery learning
bertujuan agar siswa lebih memahami suatu dengan berbantuan permainan kaki bima. Model
konsep matematika. Hal ini juga diungkapkan guided discovery learning merupakan salah satu
Afrilianto (2012:193) yang menyatakan bahwa model pembelajaran yang melatih dan
pemahaman konsep adalah kemampuan dalam membimbing siswa untuk belajar, memperoleh
memahami konsep, operasi dan relasi dalam pengetahuan, dan membangun konsep yang

60
Ismi Sumaryati, Ratri Rahayu, dan Sri Utaminingsih
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

mereka temukan untuk dirinya sendiri. menyusun strategi untuk mengisi kolom-kolom
Pembelajaran penemuan terbimbing (guided permainan kaki bima dengan menggunakan kartu
discovery) merupakan pembelajaran yang bilangan. Pada tahap menarik kesimpulan, siswa
melatih dan membimbing siswa untuk belajar akan mempresentasikan hasil kerjanya,
memperoleh pengetahuan, dan membangun kemudian menyimpulkan hasil kegiatan diskusi
konsep-konsep yang mereka temukan untuk diri yang telah dilaksanakan. Guru memberikan
sendiri (Pardede, dkk. 2016). evaluasi berupa soal latihan untuk mengetahui
Pembelajaranpenemuan terbimbinglebih seberapa besar pemahaman siswa terhadap
menekankan pada siswa untuk terlibat secara kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.
langsung dalam menyelidiki dan menarik Setiap tahapan, guru selalu mengarahkan dan
kesimpulan dan guru sebagai penunjuk jalan membimbing siswa menggunakan permainan
membantu siswa agar mempergunakan ide, kaki bima agar tidak mengalami kesulitan.
konsep dan ketrampilan yang sudah mereka Melalui penerapan tersebut, siswa akan terlibat
pelajari untuk menemukan pengetahuan yang langsung dalam menemukan dan memahami
baru (Kanzunnudin dkk., 2013). Selain konsep cara membaca maupun menulis bilangan
menggunakan model, penemuan konsep romawi.
matematika dapat dilakukan dengan bantuan Berdasarkan paparan permasalahan di
permainan. atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian
tindakan kelas yang disesuaikan dengan
permasalahan pada materi pelajaran matematika
dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa SD
Melalui Model Guided Discovery Learning
Berbantuan Permainan Kaki Bima”.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian ini,
Gambar 1 Permainan Kaki Bima peneliti menggunakan model penelitian tindakan
Permainan kaki bima merupakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc
permainan teki teki yang dipadukan dalam materi Taggart. Secara garis besar terdapat empat
bilangan romawi. Pramesti (2015) tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) perencanaan,
mengungkapkan bahwa teka-teki silang berisi (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi
kolom menurun dan mendatar. Kolom-kolom (Arikunto, 2011: 137). Menurut Sugiyono (2013:
tersebut disusun berdasarkan huruf yang 38) menyatakan bahwa, variabel merupakan
dibutuhkan. Permainan kaki bima terdiri dari 2 suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
benda yaitu lembar teka-teki dan kartu bilangan. objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
Pada lembar teka-teki terdapat kolom-kolom tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mendatar yang nantinya disusun berdasarkan dipelajari dan ditarik kesimpulannya.Variabel
huruf romawi atau bilangan asli yang bebas pada penelitian ini yaitu model Guided
dibutuhkan. Huruf romawi dan bilangan asli Discovery Learning, sedangkan variabel
dikemas dalam bentuk kartu bilangan. Kartu terikatnya adalah pemahaman konsep
bilangan tersebut juga dilengkapi tanda (+, -, =, matematika siswa.
dan kurung). Permainan ini diharapkan dapat Teknik pengumpulan data yang
mempermudah siswa menemukan konsep cara digunakan pada penelitian ini berupa tes,
membaca maupun menulis bilangan romawi. observasi, dan dokumentasi. Sedangkan
Model guided discovery learning instrumen yang digunakan pada penelitan ini
dipadukan dengan permainan kaki bima dalam berupa lembar observasi, lembar tes uraian, dan
meningkatkan pemahaman konsep siswa materi dokumentasi. Teknik analisis data yang
bilangan romawi. Model ini memiliki lima digunakan berupa teknik analisis data kuantitatif
tahapan antara lain merumuskan masalah, dan keualitatif. Analisis data kuantitatif bertujuan
menganalisis masalah, menyusun konjektur untuk mengetahui peningkatan kemampuan
(perkiraan), menarik kesimpulan, dan pemahaman konsep matematika siswa kelas IV
memberikan evaluasi berupa soal latihan. SDN Margorejo 01 pada materi membaca dan
Penggunaan permainan kaki bima dilakukan menulis bilangan romawi melalui penerapan
pada tahap menganalisis masalah sampai dengan model Guided Discovery Learning berbantuan
menarik kesimpulan. Pada tahap menganalisis permainan kaki bima.
masalah dan menyusun konjektur, siswa akan

61
Ismi Sumaryati, Ratri Rahayu, dan Sri Utaminingsih
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

Cara perhitungan tingkat pemahaman Setelah melakukan rekapitulasi,


konsep matematika yang dicapai siswa dapat kemudian mencari skor rata-rata dengan rumus
dirumuskan sebagai berikut. sebagaai berikut.

nilai x 100
Selanjutnya kemampuan pemahaman Hasil perhitungan kemudian
konsep matematika tersebut dapat disimpulkan pada Tabel 3.
dikualifikasikan pada Tabel 1. Tabel 3 Kriteria Skor Aktivitas Belajar
Tabel 1 Kualifikasi Pemahaman Konsep Matematika Siswa dan
Matematika Keterampilan Guru
Nilai akhir Kriteria Skor Kriteria
75-100 Tinggi 1 < skor rata-rata ≤ 1,75 kurang baik
50-74,99 Cukup 1,75< skor rata-rata ≤ 2,5 cukup baik
25-49,99 Rendah 2,5< skor rata-rata ≤ 3,25 baik
0-24,99 Sangat rendah 3,25< skor rata-rata ≤ 4 sangat baik
Sumber: Arikunto (2013: 25) Sumber: Sugiyono (2010: 141)
Ketuntasan belajar individu diperoleh Indikator keberhasilan pada penelitian
berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh siswa. ini sebagai berikut.
Nilai yang diperoleh siswa dihitung 1. Nilai rata-rata kelas untuk tes kemampuan
menggunakan rumus sebagai berikut. pemahaman konsep matematika siswa ≥ 75
pada kriteria tinggi dengan presentase
ketuntasan belajar klasikal ≥ 75%.
2. Skor rata-rata aktivitas belajar siswa kelas
Hasil perhitungan kemudian di IV SD Negeri Margorejo 01 Pati pada
bandingkan dengan kriteria ketuntansan belajar materi bilangan romawi melalui penerapan
siswa yang dikategorikan kedalam dua kategori model guided discovery learning
yaitu tuntas dan tidak tuntas. Kriteria Ketuntasan berbantuan permainan kaki bima > 2,5
Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh SD Negeri dengan kriteria minimal baik.
Margorejo 01 adalah 75. Siswa dinyatakan tuntas 3. Skor rata-rata keterampilan guru dalam
apabilai nilai tes evaluasi yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran pada siswa kelas IV
akhir siklus ≥ 75, sebaliknya siswa dinyatakan SD Negeri Margorejo 01 Pati materi
tidak tuntas apabila nilai tes yang diperoleh < 75. bilangan romawi melalui penarapan model
Ketuntasan belajar klasikal diperoleh guided discovery learning berbantuan
berdasarkan jumlah siswa yang tuntas dibagi permainan kaki bima >2,5 dengan kriteria
jumlah siswa seluruh kelas IV. Presentase minimal baik.
ketuntasan belajar kalsikal, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
P= x 100% siklus. Setiap akhir siklus dilaksanakan evaluasi
untuk mengetahui peningkatan pemahaman
Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya, konsep matematika siswa kelas IV SD Negeri
apabila di dalam kelas tersebut terdapat ≥ 75% Margorejo 01 Pati. Hasil tes kemampuan
siswa yang tuntas belajarnya dalam pembelajaran pemahaman konsep matematikas siswa kelas IV
matematika. SD Negeri Margorejo 01 Pati pada siklus I
Dalam penelitian ini, data kualitatif memperoleh rata-rata 62,08 pada kriteria cukup.
berupa data hasil observasi aktivitas belajar
siswa serta keterampilan guru dalam mengajar.
Analisis data kualitatif yang digunakan adalah
analisis deskriptif. Berikut penyajian data
kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi Penentuan Skor Aktivitas
Belajar Siswa dan Keterampilan Guru
Skor Kriteria Penilaian
4 Sangat baik
3 Baik
2 Cukup baik Gambar 2. Grafik Kemampuan Pemahaman
1 Kurang baik Konsep Matematika Setiap Indikator Siklus I
Sumber: Sugiyono (2010: 141)

62
Ismi Sumaryati, Ratri Rahayu, dan Sri Utaminingsih
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui dengan presentase 52% sehingga belum


bahwa hasil tes evaluasi kemampuan mencapai indikator keberhasilan yaitu 75% dan
pemahaman konsep matematika siswa kelas IV perlu perbaikan pada siklus II.
SD Negeri Margorejo 01 Pati siklus I pada Hasil tes kemampuan pemahaman konsep
indikator kemampuan menyatakan ulang sebuah matematikas siswa kelas IV SD Negeri
konsep sebesar 63,3 pada kriteria cukup, Margorejo 01 Pati pada siklus II memperoleh
indikator kemampuan memberi contoh dan rata-rata 78,7 pada kriteria tinggi.
bukan non contoh sebesar 73,3 pada kriteria
cukup, indikator kemampuan menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematika
sebesar 62,6 pada kriteria cukup, indikator
kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur tertentu sebesar 67,3 pada
kriteria cukup dan indikator kemampuan
mengaplikasikan konsep/algoritma ke
pemecahan masalah sebesar 21,3 pada kriteria
sangat rendah.
Berdasarkan hasil tersebut, kelima
indikator pemahaman konsep tersebut perlu
diperbaiki pada siklus II. Sebab, rata-rata nilai Gambar 3. Grafik Kemampuan Pemahaman
kelima indikator tersebut belum mencapai rata- Konsep Matematika Setiap Indikator Siklus II
rata nilai minimal 75 pada kriteria tinggi. Pada Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui
saat proses pembelajaran, kemampuan bahwa, rata-rata hasil tes evaluasi kemampuan
menyatakan ulang bilangan romawi menjadi pemahaman konsep matematika SD Negeri
bilangan asli pada tahap menganalisis Margorejo 01 Pati pada siklus II pada indikator
masalahmasih dilakukan beberapa siswa saat kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep
mengaplikasikan kartu bilangan di permainan sebesar 76 dengan kriteria tinggi, indikator
kaki bima.Pada kemampuan memberi contoh dan kemampuan memberi contoh dan bukan non
bukan contoh, kebanyakan siswa belum mampu contoh sebesar 86,3 dengan kriteria tinggi,
membedakan cara membaca bilangan romawi indikator kemampuan menyajikan konsep dalam
yang tepat dan tidak tepat saat menyusun berbagai bentuk representasi matematika sebesar
konjektur. 81,6 dengan kriteria tinggi, indikator
Siswa masih belum dapat memilih tanda kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan
yang tepat dan tidak membalik bilangan saat memilih prosedur tertentu sebesar 87 dengan
menggunakan tanda (-). Pada kemampuan kriteria tinggi, dan indikator kemampuan
menyajikan konsep, masih ada beberapa siswa mengaplikasikan konsep/algoritma ke
belum mampu menyajikan konsep bilangan pemecahan masalah sebesar 62,7 dengan kriteria
romawi ke dalam operasi penjumlahan dan cukup.
pengurangan pada tahap menyusun konjektur. Pada siklus II, rata-rata nilai keempat
Sedangkan pada kemampuan menggunakan indikator tersebut sudah mencapai rata-rata nilai
prosedur tertentu, masih adanya siswa yang salah minimal 75 pada kriteria tinggi, dan satu
pada tahap memberikan evaluasi karena kurang indikator yang belum tercapai yaitu kemampuan
teliti. Sedangkan, kemampuan mengaplikasikan mengaplikasikan konsep/algoritma ke
konsep ke pemecahan masalah, siswa masih pemecahan masalah. Pada saat proses
belum paham mengenai soal yang berbentuk soal pembelajaran, kemampuan menyatakan ulang
cerita. bilangan asli menjadi bilangan romawi siswa
Tabel 4 Hasil Nilai Tes Kemampuan dapat meningkat, hal ini disebabkan karena
Pemahaman Konsep Matematika peneliti melakukan perbaikan pada siklus II
Siklus I dengan memberikan penjelasan mengenai
Nilai Ketuntasan Jumlah Persentase konsep menulis bilangan romawi dengan bahasa
Siswa yang mudah dipahami siswa serta memberikan
≥ 75 Tuntas 12 48%
< 75 Tidak Tuntas 13 52% catatan kepada siswa agar siswa lebih mudah
Total 25 100% mengingat pada saat penjelasan materi.
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui Pada kemampuan memberi contoh dan
bahwa siswa yang telah mencapai ketuntasan bukan contoh, kebanyakan siswa sudah mampu
belajar berjumlah 12 siswa dengan presentase membedakan cara menulis bilangan romawi
mencapai 48%, sedangkan siswa yang belum yang tepat dan tidak tepat saat menyusun
mencapai ketuntasan belajar berjumlah 13 siswa konjektur. Siswa mampu memilih tanda yang

63
Ismi Sumaryati, Ratri Rahayu, dan Sri Utaminingsih
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

tepat dan membalik bilangan saat menggunakan Hasil penelitian dari siklus I sampai
tanda (-). dengan siklus II, kemampuan pemahaman
Peneliti melakukan perbaikan dengan konsep matematika siswa meningkat disebabkan
pemberian pertanyaan secara lisan dan adanya penerapan model guided discovery
memberikan kesempatan kepada siswa untuk learning berbantuan permainan kaki bima.
bertanya mengenai materi tersebut jika masih Model guided discovery learning melatih siswa
belum pahamPada kemampuan menyajikan untuk terlibat langsung dalam menemukan suatu
konsep dan kemampuan menggunakan prosedur konsep dengan bimbingan dan arahan dari guru.
tertentu, siswa sudah mampu dan teliti saat Sejalan dengan Kanzunnudin, dkk. (2013) yang
mengerjakan soal latihan pada tahap menjelaskan bahwa pembelajaran penemuan
memberikan evaluasi. Sedangkan, kemampuan terbimbing (guided discovery learning) lebih
mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah menekankan pada siswa untuk terlibat langsung
adanya peningkatan skor dari siklus I ke siklus II dalam menyelidiki dan menarik kesimpulan dan
namun masih belum mencapai indikator guru sebagai penunjuk jalan membantu siswa
keberhasilan yang ditentukan. Penyebabnya agar mempergunakan ide, konsep dan
adalah siswa masih belum paham mengenai soal keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk
yang berbentuk soal cerita pada saat menemukan pengetahuan yang baru.
mengerjakan soal akhir siklus I maupun siklus II. Hasil observasi aktivitas belajar siswa
Tabel 5 Hasil Nilai Tes Kemampuan pada siklus I memperoleh rata-rata akhir 2,51
Pemahaman Konsep Matematika pada kriteria baik. Sedangkan pada siklus II
Siklus II memperoleh rata-rata akhir 2,63 dengan kriteria
Nilai Ketuntasan Jumlah Persentase baik. Sehingga, hasil rata-rata akhir siklus I
Siswa menuju siklus II mengalami peningkatan
≥ 75 Tuntas 20 80%
< 75 Tidak Tuntas 5 20% aktivitas belajar siswa sebesar 0,14. Rata-rata
Total 25 100% skor aktivitas belajar siswa pada siklus II sudah
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan
siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar yaitu minimal > 2,50 dengan kriteria baik
berjumlah 20 siswa dengan psersentase sebesar sehingga tidak perlu perbaikan lagi dan
80%, sedangkan siswa yang belum mencapai penelitian ini berhenti pada siklus II.
ketuntasan belajar berjumlah 5 siswa dengan Aktivitas belajar siswa dari siklus I
persentase 20%. Persentase ketuntasan belajar sampai dengan siklus II mengalami peningkatan.
klasikal siswa kelas IV SD N Margorejo 01 Pati Hal ini disebabkan karena adanya penerapan
sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu model guided discovery learning berbantuan
75%. permainan kaki bima. Permainan ini memiliki
Tabel 6 Peningkatan Pemahaman Konsep peranan penting dalam aktivitas siswa
Matematika menemukan konsep bilangan romawi.Siswa
KK Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II terlibat secara langsung dalam penggunaan
M Belajar Jumlah % Jumlah % Jumlah % permainan kaki bima, sehingga suasana belajar
Siswa Siswa Siswa
≥ 75 Tuntas 2 8 12 48 20 80 siswa menjadi lebih menyenangkan.
% % % Sebagaimana pendapat Pitadjeng (dalam Sutrisno
< 75 Tidak 23 2 13 52 5 20
Tuntas % % %
2014: 226) yang menyatakan bahwa belajar akan
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan efektif jika dilakukan dalam suasana yang
bahwa, pada pra siklus siswa yang dapat menyenangkan, sedangkan orang yang belajar
mencapai nilai KKM sebanyak 2 siswa dengan akan merasa senang jika memahami apa yang
persentase 8%, sedangkan siswa yang tidak dipelajari.
mencapai KKM sebanyak 23 siswa dengan Sedangkan, hasil observasi keterampilan
persentase 92%. pada siklus I sebanyak 12 siswa guru pada siklus I memperoleh rata-rata akhir
yang dapat mencapai KKM dengan persentase sebesar 2,56 dengan kriteria baik, sedangkan
48%, sedangkan sebanyak 13 siswa yang tidak pada siklus II memperoleh rata-rata akhir sebesar
mencapai KKM dengan persentase 52%. Pada 3,00 dengan kriteria baik. Sehingga dari siklus I
siklus II, siswa yang tuntas atau mencapai KKM menuju siklus II, skor rata-rata keterampilan
sebanyak 20 siswa dengan persentase 80%, guru mengalami peningkatan sebesar 0, 28. Rata-
sedangkan siswa yang tidak tuntas atau tidak rata skor keterampilan guru mencapai rata-rata
mencapai KKM sebanyak 5 siswa dengan skor minimal > 2,50 dengan kriteria baik.
persentase 20%. Jadi, persentase ketuntasan dari Dengan demikian, tidak perlu perbaikan lagi dan
siklus I ke siklus II terdapat peningkatan penelitian ini berhenti pada siklus II.
pemahaman konsep matematika sebesar 32%. Hasil penelitian dari siklus I sampai
dengan siklus II, keterampilan guru mengalami

64
Ismi Sumaryati, Ratri Rahayu, dan Sri Utaminingsih
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

peningkatan yang disebabkan adanya penerapan UMK.; (3) Kepala SD Negeri Margorejo 01 Pati,
model guided discovery learning berbantuan Siti Mahmudah, S.Pd.; (4) Bambang Suswanto,
permainan kaki bima. Melalui penemuan S.Pd., guru kelas IV SD Negeri Margorejo 01
terbimbing ini, terjadi interaksi antara guru Pati; (5) seluruh siswa kelas IV SD Negeri
dengan siswa karena peran guru tidak hanya Margorejo 01 Pati; (6) seluruh pihak yang telah
sebagai pemberi masalah akan tetapi juga membantu dalam penelitian ini.
sebagai pembimbing yang membantu dan
mengarahkan siswa menemukan konsep bilangan DAFTAR PUSTAKA
romawi. sejalan dengan pendapat Saila (2015) Afrilianto. 2012. Peningkatan Pemahaman
yang menyatakan bahwa metode penemuan Konsep dan Kompetensi Matematis Siswa
terbimbing merupakan metode pembelajaran SMP Dengan Pendekatan metaphorical
yang melibatkan serangkaian dialog/interaksi thinking.. Jurnal Ilmiah STKIP Siliwangi,
antara guru dan siswa. 1 (2): 192-203.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen
SIMPULAN Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Aqib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas
memberikan kontribusi bagi sekolah berupa untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung:
permainan edukatif dalam kaitannya dengan Yrama Widya.
peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat secara Pendidikan: Standar Isi Mata Pelajaran
praktis bagi guru dalam menerapkan model Matematika. Jakarta: Depdiknas.
guided discovery learning berbantuan permainan Heruman. 2010. Model Pembelajaran
kaki bima untuk meningkatkan pemahaman Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
konsep matematika siswa pada materi bilangan Remaja Rosdakarya.
romawi. selain itu, penelitian ini dapat Kanzunnudin, dkk. 2013. Peranan Metode
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan Guided Discovery Learning Berbantuan
menciptkan suasana belajar yang menyenangkan Lembar Kegiatan Ssiswa Dalam
dalm pembelajaran matematika. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika.
Berdasarkan penelitian yang telah Prosiding Seminar Peranan Guru
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan Profesional dan Berkarakter dalam
model guided discovery learning berbantuan Pembangunan Sumber Daya Manusia di
permainan kaki bima dapat meningkatkan Era Global Universitas Muria Kudus
kemampuan pemahaman konsep materi bilangan Tahun 2013, 118-133.
romawi yaitu membaca dan menulis bilangan Mullis, I dkk. 2015. TIMSS Advanced 2015
romawi. Kemampuan pemahaman konsep International Results in Advanced
matematika siswa pada materi bilangan romawi Mathematics and Physics. Chesnut Hills:
memperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 62,08 Boston College.
dengan kriteria cukup dengan presentase Pardede, Erna dan Suyanti. R.D. 2016. Efek
ketuntasan belajar klasikal mencapai 48% pada Model Pembelajaran Guided Discovery
siklus I. Sedangkan, pada siklus II mengalami Berbasis Kolaborasi Dengan Media Flash
peningkatan nilai rata-rata kelas menjadi 78,7 Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
dengan kriteria tinggi dengan presentase Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika
ketuntasan belajar klasikal sebesar 80%. Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika, 5
Selain itu, aktivitas belajar siswa dalam (1): 12-17.
pembelajaran matematika pada siklus I Pramesti, Utami Dewi. 2015. Peningkatan
memperoleh rata-rata skor 2,51 dengan kriteria Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia
baik dan meningkat pada siklus II menjadi 2,63 Dalam Keterampilan Membaca Melalui
dengan kriteria baik. sedangkan, keterampilan Teka-Teki Silang. Jurnal Puitika, 11 (1):
guru dalam menerapkan model guided discovery 82-93.
learning berbantuan permainan kaki bima pada Saila, Nurul. 2015. Penerapan Pembelajaran
pembelajaran matematika memperoleh rata-rata Kooperatif Metode Guided Discovery
skor 2,56 pada siklus I dan meningkat pada Meningkatkan Keaktifan Siswa Belajar
siklus II menjadi 3,00 dengan kriteria baik. Matematika. Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika.
UCAPAN TERIMA KASIH Universitas Negeri Yogyakarta Tahun
Ucapan terima kasih kepada (1) Dr. 2015, 639-644.
Slamet Utomo, M.Pd. selaku dekan FKIP UMK; Sugiyono, Prof. Dr. 2010. Statistika Untuk
(2) Ika Oktavianti, M.Pd., ketua Prodi PGSD Penelitian. Bandung: Alfabeta.

65
Ismi Sumaryati, Ratri Rahayu, dan Sri Utaminingsih
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

Sutrisno, Hidayah. 2014. Peningkatan Hasil


Belajar Siswa Pada Materi Operasi
Hitung Bilangan Berpangkat Dengan
Media Molikur-13 di kelas VI SD 10
Malinau Kota. J-TEQIP, 1 (2): 226-238.

66

You might also like