6122 12606 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau

Volume 2 Nomor 5 September 2018 | ISSN Cetak : 2580 - 8435 | ISSN Online : 2614 - 1337

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA


SISWA KELAS III MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DI SD NEGERI 018 RANTAU SIALANG
KECAMATAN KUANTAN MUDIK

Arni
arni_rantau [email protected]
SD Negeri 018 Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik
Kabupaten Kuantan Singingi

ABTRACT
This research was motivated by the low level of mathematics learning outcomes of class III SD Negeri 018
Rantau Sialang. The purpose of this study was to improve student mathematics learning outcomes. The design of
this study uses classroom action research which consists of two cycles. From the data analysis in the first cycle,
the percentage of teacher activity value was 66.6% in the good category and increased in the second meeting to
75% in the good category. In the second cycle the first meeting the percentage of teacher activity was 83.3%
very good and at the second meeting increased to 87.5% in the very good category. The percentage of student
activity in the first cycle was 62.5% with good categories and at the second meeting increased to 70.8% with
good categories. In the second cycle of the first meeting the percentage of student activity was 87.5% in the very
good category and increased in the second meeting to 91.6% in the very good category. Student learning
outcomes in the baseline score of students completeness is 44.4%, completeness percentage in cycle I is 66.6%,
and the percentage of completeness in cycle II is 88.8%. It can be concluded that by applying the cooperative
learning model type think pair share (TPS) can improve the mathematics learning outcomes of class III SD
Negeri 018 Rantau Sialang

Keywords: mathematics learning outcomes, cooperative learning type TPS

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 018 Rantau
Sialang. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Desain penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Dari analisis data pada siklus I
diperoleh prsentase nilai aktivitas guru sebesar 66.6% dengan kategori baik dan meningkat pada pertemuan
kedua menjadi 75% dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan pertama persentase aktivitas guru sebesar
83.3% amat baik dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 87.5% dengan kategori amat baik. Prsentase
aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62.5% dengan kategori baik dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi
70.8% dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan pertama persentase aktivitas siswa sebesar 87.5% dengan
kategori amat baik dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 91.6% dengan kategori amat baik. Hasil
belajar siswa pada skor dasar ketuntasan siswa adalah 44.4%, persentase ketuntasan pada siklus I adalah 66.6%,
dan persentase ketuntasan pada siklus II adalah 88.8%. Dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III
SD Negeri 018 Rantau Sialang.

Kata Kunci: hasil belajar matematika, model kooperatif tipe TPS

PENDAHULUAN Salah satunya mata pelajaran matematika di


Matematika merupakan salah satu sekolah dasar (SD). Matematika di SD
ilmu dasar yang mempunyai peranan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
penting dalam perkembangan ilmu seperti: (1) Memecahkan masalah, (2)
pengetahuan dan teknologi. Karena Mengkomunikasikan gagasan dengan
pentingnya peranan matematika tersebut simbol atau tabel, diagram, atau media lain
maka setiap jenjang pendidikan, dan (3) Memiliki sikap menghargai
matematika perlu mendapat perhatian. kegunaan matematika dalam kehidupan,

Arni | Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS


Halaman | 737
Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 2 Nomor 5 September 2018 | ISSN Cetak : 2580 - 8435 | ISSN Online : 2614 - 1337

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, pembelajaran antara lain : (1) guru kurang
dan minat dalam pemecahan masalah menguasai kelas, sehingga mengakibatkan
.(Depdikdas dalam Sukma 2013:1) siswa ribut dalam proses belajar mengajar
Berdasarkan pengalaman peneliti berlangsung. (2) guru masih menggunakan
selama mengajar matematika kelas III di metode konvensional/ceramah dari awal
SD Negeri 018 Rantau Sialang, Kecamatan pelajaran sampai akhir pelajaran, sehingga
Kuantan Mudik, masih ditemukan banyak siswa cepat merasa bosan dan tidak tertarik
kesalahan atau kelemahan, baik dari peneliti untuk mengikuti pelajaran. (3) guru kurang
sebagai guru maupun dari siswa yang menggunakan media yang menarik yang
mengakibatkan hasil belajar matematika bisa membangkitkan minat belajar siswa.
siswa yang rendah sehingga tidak mencapai (4) guru kurang memotivasi siswa, (5) guru
kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang kurang efisian dalam mengatur waktu pada
sudah ditetapkan sekolah. Pada hakekatnya saat guru menyampaikan materi
tujuan dari mengajar adalah untuk pembelajaran. Dampak dari kelemahan-
mendapatkan perubahan hasil belajar kelemahan inilah yang menyebabkan
kearah yang lebih baik sehingga dibutuhkan rendahnya hasil belajar matematika siswa
keterampilan seorang guru untuk mencapai kelas III SD Negeri 018 Rantau Sialang.
tujuan dari pembelajaran tersebut. Beberapa Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel
kelemahan guru pada saat proses 1 berikut ini:

Tabel 1. Data Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 018 Rantau Sialang
Ketercapaian KKM
Jumlah
KKM Tuntas Tidak Tuntas
Siswa
Jumlah % Jumlah %
18 65 8 44.4% 10 55.5%

Dari tabel 1 terlihat jumlah siswa KAJIAN TEORETIS


kelas III SDN 018 Rantau Sialang yang Kooperatif mengandung pengertian
mencapai KKM/tuntas hanya 8 siswa atau bekerjasama dalam mencapai tujuan
44.4% dan 10 siswa tidak mencapai KKM bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa
atau 55.5%, dari analisis data ini maka secara individual mencari hasil yang
dapat disimpulkan bahwa masih banyak menguntungkan begi seluruh anggota
siswa yang belum mencapai KKM yang kelompoknya. Jadi, pembelajaran kooperatif
ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 65. adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
Berdasarkan permasalahan di atas, pengajaran yang memungkinkan siswa
peneliti mencoba untuk mengatasinya bekerjasama untuk memaksimalkan belajar.
dengan menerapkan model pembelajaran Hamid Hasan (dalam Solihatin, 2007).
kooperatif tipe think pair share (TPS), Pembelajaran kooperatif adalah jenis
karena model pembelajaran ini dapat kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
membantu menyelesaikan masalah-masalah yang lebih dipimpin oleh guru atau
yang ditemukan pada siswa kelas III SD diarahkan oleh guru. Secara umum
Negeri 018 Rantau Sialang. Dengan pembelajaran kooperatif dianggap lebih
penerapan model pembelajaran kooperatif diarahkan oleh guru, dimana guru
think pair share (TPS) siswa bisa bersama- menetapkan tugas dan pertanyaan-
sama dalam menyelesaikan masalah yang pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan
ditemukan dalam proses pembelajaran. informasi yang dirancang untuk membantu
peserta didik menyelesaikan masalah yang
dimaksud. Guru biasanya menetapkan

Arni | Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS


Halaman | 738
Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 2 Nomor 5 September 2018 | ISSN Cetak : 2580 - 8435 | ISSN Online : 2614 - 1337

bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. melanjutkan sampai sekitar sebagian
(Suprijono 2009). pasangan mendapat kesempatan untuk
Berdasarkan pendapat para ahli di melaporkan.
atas peneliti menyimpulkan bahwa Model pembelajaran Think Pair
pembelajaran kooperatif adalah Share (TPS) baik digunakan dalam rangka
pembelajaran yang dilakukan secara melatih berfikir siswa secara baik. Untuk
berkelompok yang dilakukan oleh beberapa itu, model pembelajaran Think Pair Share
orang secara heterogen untuk (TPS) ini menekankan pada peningkatan
menyelesaikan suatu masalah yang daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya
diberikan oleh guru dengan bekerjasama imajinasi siswa, dan daya analisis terhadap
melalui tahapan-tahapan kegiatan. suatu permasalahan.
Menurut Arend (dalam Novri 2013) Hasil pembelajaran matematika
model pembelajaran kooperatif tipe think adalah kemampuan siswa dalam menguasai
pair share (TPS) adalah menerapkan materi pokok pembelajaran matematika
lingkungan belajar dimana memberi siswa setelah mengikuti beberapa proses
waktu berpikir sendiri, menjawab dan saling pembelajaran secara periodik di dalam kelas
membantu satu sama lain sehingga siswa yang dinyatakan dalam bentuk nilai dan
lebih memiliki kemungkinan menggunakan angka dalam kurun waktu tertentu.
tingkat berpikir yang lebih tinggi selama Hasil belajar matematika tidak
dan setelah diskusi dalam kelompoknya. hanya terfokus pada produk (hapalan/
Adapun langkah-langkah dari ingatan) saja, tetapi juga keterampilan dan
pembelajaran Kooperatif tipe think pair kemampuan siswa dalam menyelesaikan
share (TPS) menurut Arends (dalam Trianto soal-soal matematika, serta kemampuan
2007) adalah sebagai berikut : bertanya secara langsung kepada guru
a. Berpikir (Thinking) tentang masalah-masalah yang ditemukan
Guru mengajukan suatu pertanyaan dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
atau masalah yang dikaitkan dengan Sedangkan hasil belajar matematika dalam
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan penelitian ini adalah skor yang diperoleh
waktu beberapa menit untuk berpikir siswa setelah mengikuti tes hasil belajar
sendiri jawaban atau masalah. Siswa dengan penerapan model pembelajaran
membutuhkan penjelasan bahwa berbicara kooperatif tipe think pair share (TPS) pada
atau mengerjakan bukan bagian berpikir. pelajaran matematika kelas III di SD Negeri
b. Berpasangan (Pairing ) 018 Rantau Sialang.
Selanjutnya guru meminta siswa
untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah mereka peroleh. Interaksi selama METODE PENELITIAN
waktu yang disediakan dapat menyatukan Penelitian ini dilakukan di SD
jawaban jika suatu pertanyaan yang Negeri 018 Rantau Sialang Kecamatan
diajukan atau menyatukan gagasan apabila Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan
suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Singingi. Subjek Penelitian ini adalah Siswa
Secara normal guru memberi waktu tidak kelas III SD Negeri 018 Rantau Sialang
lebih dari 4 atau 5 menit untuk dengan Jumlah siswa 18 siswa, terdiri dari
berpasangan. 11 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.
c. Berbagi (Sharing) Penelitian ini adalah penelitian tindakan
Pada langkah akhir, guru meminta kelas (PTK). PTK adalah penelitian
pasangan-pasangan untuk berbagi dengan tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas
keseluruhan kelas yang telah mereka ketika pembelajaran berlangsung. Adapun
bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling tujuan dari penelitian ini adalah untuk
ruangan dari pasangan ke pasangan dan memperbaiki atau meningkatkan kualitas

Arni | Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS


Halaman | 739
Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 2 Nomor 5 September 2018 | ISSN Cetak : 2580 - 8435 | ISSN Online : 2614 - 1337

pembelajaran. PTK berfokus pada kelas diperoleh dari lembar pengamatan yang
atau pada proses pembelajaran yang terjadi diambil pada saat proses pembelajaran
di dalam kelas. berlangsung dengan melihat kesesuaian
Penelitian tindakan kelas (PTK) perencanaan dan pelaksanaan tindakan
merupakan suatu bentuk penelitian yang dengan menerapkan model pembelajaran
bersifat reflektif dengan melakukan kooperatif tipe think pair share (TPS). Data
tindakan-tindakan tertentu agar dapat tentang aktivitas guru dan siswa dalam
memperbaiki dan atau meningkatkan proses pembelajaran dianalisis dengan
praktek-praktek pembelajaran di kelas menentukan rata-rata yang diperoleh.
secara professional (Syahrilfuddin, 2011). Analisis ini berguna untuk direfleksi pada
Siklus penelitian tindakan kelas ini siklus berikutnya.
(PTK) yang dilakukan terdiri dari II siklus. Pelaksanaan observasi aktivitas guru
Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu; dan siswa dilakukan oleh seorang observer
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan dengan menggunakan lembar observasi.
refleksi. Observasi ini dilakukan bersama dengan
Teknik analisis data dapat dilakukan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Data
dengan mengumpulkan data tentang hasil yang diperoleh dan dianalisis dengan
belajar yang diperoleh dari hasil tes belajar menggunakan Rumus sebagai berikut:
matematika siswa dan data aktivitas guru NR = x 100 % (Mahdalena, 2012)
dengan siswa yang diperoleh dari lembar
Keterangan :
pengamatan, dianalisis menggunakan teknik
NR = Persentase Rata-rata aktivitas guru
analisis statistika deskriptif.
JS = Jumlah skor aktivitas guru yang
1. Analisis Data Aktivitas Guru dan
dilakukan
Siswa
SM = Skor Maksimal yang didapat dari
Analisis data tentang aktivitas guru
aktivitas guru
dan siswa didasarkan pada hasil yang

Tabel 2. Interval Kategori Aktivitas Guru dan Siswa


Interval Persentase Kategori
81-100 Amat baik
61-80 Baik
51-60 Cukup
Kurang dari 50 Kurang
( KTSP dalam Mahdalena 2012)

2. Hasil belajar Siswa dukung setiap sekolah berbeda. Ketuntasan


Setiap siswa dapat dikatakan tuntas belajar siswa dihitung dengan Rumus
belajar jika nilai siswa tersebut telah sebagai berikut :
mencapai kriteria ketuntasan minimal KI = (Trianto dalam Syahrilfuddin
(KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu
dkk, 2001)
65. Seperti yang diungkapkan Trianto
Keterangan :
(2010:214), berdasarkan ketentuan KTSP
KI = Ketuntasan siswa
penentuan ketuntasan belajar ditentukan
SP = Skor yang diperoleh siswa
sendiri oleh masing-masing sekolah yang
SM = Skor maksimal
dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan
minimal (KKM), dengan pedoman pada tiga
Dengan kriteria apabila seorang
pertimbangan yaitu: kemampuan setiap
siswa telah mencapai nilai ≥65 dari soal
peserta didik berbeda-beda, fasilitas
(sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya

Arni | Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS


Halaman | 740
Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 2 Nomor 5 September 2018 | ISSN Cetak : 2580 - 8435 | ISSN Online : 2614 - 1337

yang diberikan maka siswa telah dikatakan dari 4 kali pertemuan dan 2 kali ulangan
tuntas. harian. Hasil dari penelitian dapat dilihat
sebagai berikut:
Aktivitas Guru dan Siswa
HASIL DAN PEMBAHAAN Untuk mengetahui kesesuaian
Tindakan yang dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan dengan perencanaan
penelitian ini adalah melaksanakan tahapan-tahapan model pembelajaran
pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe think pair share (TPS) dari
pembelajaran kooperatif tipe think pair aktivitas guru dan dan siswa dapat dilihat
share (TPS) terhadap siswa kelas III SD dari data yang diperoleh melalui lembar
Negeri 018 Rantau Sialang. Penelitian ini pengamatan. Berikut hasil aktivitas guru
dilaksanakan dalam 2 siklus yang terdiri dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I dan Siklus II


Aktivitas Guru
No Siklus I Siklus II
Uraian
P1 P2 P1 P2
1 Jumlah Skor 16 18 20 21
2 Persentase 66.6% 75% 83.3% 87.5%
3 Kategori Baik Baik Amat Baik Amat Baik

Dari tabel 4 di atas dapat 66.6% dengan kategori baik dan meningkat
disimpulkan bahwa secara umum aktivitas pada pertemuan kedua menjadi 75% dengan
guru selama empat kali pertemuan kategori baik. Pada siklus II pertemuan
mengalami peningkatan dari pertemuan pertama persentase aktivitas guru sebesar
pertama sampai ke pertemuan keempat, dan 83.3% amat baik dan pada pertemuan kedua
secara keseluruhan aktivitas guru dalam meningkat menjadi 87.5% dengan kategori
proses pembelajaran sudah sesuai dengan amat baik. Selanjutnya hasil aktivitas siswa
perencanaan. Pada pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
siklus I persentase aktivitas guru sebesar

Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II


Aktivitas Siswa
No Siklus I Siklus II
Uraian
P1 P2 P1 P2
1 Jumlah Skor 15 17 21 22
2 Persentase 62.5% 70.8% 87.5% 91.6%
3 Kategori Baik Baik Amat Baik Amat Baik

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat pada pertemuan kedua menjadi 91.6%


disimpulkan bahwa aktivitas siswa selama dengan kategori amat baik. Jadi, dapat
empat kali mengalami peningkata. Pada disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada tiap
siklus I pertemuan pertama persentase pertemuan dari siklus I dan siklus II telah
aktivitas siswa sebesar 62.5% dengan meningkat. Ini terjadi karena siswa telah
kategori baik dan pada pertemuan kedua seluruhnya memahami langkah-langkah
meningkat menjadi 70.8% dengan kategori model pembelajaran kooperatif tipe think
baik. Pada siklus II pertemuan pertama pair share (TPS) dengan baik.
persentase aktivitas siswa sebesar 87.5%
dengan kategori amat baik dan meningkat

Arni | Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS


Halaman | 741
Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 2 Nomor 5 September 2018 | ISSN Cetak : 2580 - 8435 | ISSN Online : 2614 - 1337

Hasil Belajar Siswa share (TPS) dapat disimpulkan bahwa


Berdasarkan hasil ulangan harian I persentase ketuntasan siswa pada skor
dan hasil ulangan II dapat dilihat dari dasar, siklus I dan siklus II mengalami
ketuntasan siswa kelas III SD Negeri 018 peningkatan yaitu dapat dilihat pada tabel 6
Rantau Sialang dengan penerapan model berikut ini:
pembelajaran kooperatif tipe think pair

Tabel 6. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


Ketuntasan Individu Ketuntasan Klasikal
Jumlah
Siklus Siswa Siswa Tidak Persentase
Siswa Kategori
Tuntas Tuntas Ketuntasan
Skor Dasar 18 8 10 44.4% TT
Siklus I 18 12 6 66.6% T
Siklus II 18 16 2 88.8% T

Dari tabel 6 di atas pada skor dasar meningkat pada pertemuan kedua
ketuntasan siswa adalah 44.4%, persentase menjadi 75% dengan kategori baik. Pada
ketuntasan pada siklus I adalah 66.6%, dan siklus II pertemuan pertama persentase
persentase ketuntasan pada siklus II adalah aktivitas guru sebesar 83.3% amat baik
88.8%. Pada skor dasar jumlah siswa yang dan pada pertemuan kedua meningkat
tuntas yaitu 8 orang, sedangkan jumlah menjadi 87.5% dengan kategori amat
siswa yang tidak tuntas adalah 10 orang. baik
Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas 2. Aktivitas Siswa, Pada siklus I pertemuan
adalah 12 orang, sedangkan jumlah siswa pertama persentase aktivitas siswa
yang tidak tuntas adalah 6 orang. Pada sebesar 62.5% dengan kategori baik dan
siklus II jumlah siswa yang tuntas adalah 16 pada pertemuan kedua meningkat
sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas menjadi 70.8% dengan kategori baik.
adalah 2 orang. Pada siklus II pertemuan pertama
Dari fakta yang diperoleh dapat persentase aktivitas siswa sebesar 87.5%
disimpulkan bahwa dengan model dengan kategori amat baik dan
pembelajaran kooperatif tipe think pair meningkat pada pertemuan kedua
share (TPS) dapat meningkatkan hasil menjadi 91.6% dengan kategori amat
belajar matematika siswa kelas III SD baik.
Negeri 018 Rantau Sialang Kecamatan 3. Peningkatan rata-rata hasil belajar pada
Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan skor dasar ketuntasan siswa adalah
Singingi. 44.4%, persentase ketuntasan pada
siklus I adalah 66.6%, dan persentase
ketuntasan pada siklus II adalah 88.8%.
SIMPULAN DAN SARAN Pada skor dasar jumlah siswa yang
Berdasarkan data yang diperoleh di tuntas yaitu 8 orang, sedangkan jumlah
atas, dapat disimpulkan bahwa dengan siswa yang tidak tuntas adalah 10
menerapkan model pembelajaran kooperatif orang. Pada siklus I jumlah siswa yang
tipe Think Pair Share (TPS) dapat tuntas adalah 12 orang, sedangkan
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 6
SD Negeri 018 Rantau Sialang. Hal ini orang. Pada siklus II jumlah siswa yang
dapat dilihat dari data di bawah ini : tuntas adalah 16 sedangkan jumlah
1. Aktivitas guru pada pertemuan pertama siswa yang tidak tuntas adalah 2 orang.
siklus I persentase aktivitas guru sebesar
66.6% dengan kategori baik dan

Arni | Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS


Halaman | 742
Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 2 Nomor 5 September 2018 | ISSN Cetak : 2580 - 8435 | ISSN Online : 2614 - 1337

Berdasarkan simpulan dalam Trianto. 2007. Model-model pembelajaran


penelitian yang telah dilakukan, maka inovatif berorientasi konstruktivistik.
peneliti mengajukan beberapa saran sebagai Jakarta: kencana prenada media
berikut : 1) Bagi guru, sebaiknya guru lebih group.
sering menggunakan model pembelajaran Yanti. 2013. Skripsi penerapan model
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pembelajaran kooperatif tipe think
karena memberikan banyak dampak positif pair share. Pekanbaru: UR
yang dapat meningkatkan hasil belajar. Hal
ini juga disebabkan karena model
pembelajaran ini merupakan model
pembelajaran yang menyenangkan, melatih
anak untuk aktif, berani dan meningkatkan
rasa kebersamaan. 2) Bagi sekolah,
sebaiknya kepala sekolah memberikan
perhatian tentang model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran karena model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini
dapat meningkatkan hasil belajar. Jika hasil
belajar meningkat maka kualitas sekolah
juga ikut meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Aji, Jatmika Sukma. 2013. Pendidikan
karakter Disiplin Anak Pada
Keluarga Guru (studi kasus di desa
pandas kecamatan wedi kabupaten
klaten). Skripsi S-1. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran
inovatif Medan: Balai Diklat
keagamaan.
Mahdalena. 2012. Skripsi penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think
pair share. Pekanbaru: UR.
Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning
Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta : Sinar Grafika Offset.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Surabaya: Pustaka belajar.
Syahrilfuddin, dkk. 2011. Modul Penelitian
Tindakan Kelas. Pekanbaru:
Cendekia Insani.

Arni | Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS


Halaman | 743

You might also like