Akhlak Dalam Islam

“Setelah kedua anaknya pergi Abi Ahmad dan Ummi
Hanin menyampaikan kemauan mereka yaitu ingin berbagi
bersama anak-anak panti, mendengar itu Ibu murti merasa
senang dan berterimakasih kepada keluarga Abi Ahmad karna
sudah mau singgah di panti  dan memberikan hadiah kepada
anak-anak panti dan waktunya keluarga Ahmad Untuk pulang
pun tiba mereka berpamitan kepada Ibu Murti dan anak-anak
yang lain

“ ibu murti, teman-teman kita pulang dulu ya kapan-
kapan kita main lagi” kata alfin dan alfi berpamitan
“Iya hati-hati dijalan “ jawab semuanya ......
Ada banyak cerita menarik dalam buku ini
Buku ini tentang cerita anak yang bagus
Berbagai cerita yang disajikan secara menarik
Yuk segera di baca untuk mendapatkan ilmunya
Dian Puspitasari, S.Pd

Akhlak merupakan aset penting dalam Islam. Malah perutusan Rasulullah Ṣallallahu cAlaihi Wasallam juga antara lain bertujuan menyempurnakan akhlak mulia manusia. Oleh itu, masyarakat kita terutama sekali golongan belia perlulah dididik, dibimbing dan diasuh dari awal dengan pendidikan akhlak yang tersusun rapi untuk melahirkan generasi rabbani. Belia adalah aset negara yang amat berharga. Masa depan negara terletak kepada keupayaan serta peranan meraka dalam memastikan pembangunan negara sentiasa terjamin. Apatah lagi dalam usaha kita untuk melestarikan falsafah Melayu Islam Beraja (MIB), menanai konsep ‘Negara Zikir’ di samping mencapai Wawasan Brunei 2035. Sudah setentunya kita memerlukan belia yang berakhlak mulia dan mempunyai jati diri yang teguh dalam menongkah arus kehidupan pada zaman yang penuh pancaroba ini. Dalam kertas kerja ini, penulis akan membincangkan penerapan nilai akhlak menurut persepktif Islam dan kesannya terhadap pembangunan belia.

Akhlak merupakan salah satu dari kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah pondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang.

Setiap datang bulan Ramadhan, umat selalu bertanya tentang apa saja yang dapat menyempurnakan ibadah puasa. Yang disayangkan, pertanyaan-pertanyaan itu selalu menyorot aspek hokum ibadah, yang lebih bersifat teknis, dan melupakan aspek substansi dari ibadah puasa Ramadhan, yang menjadi pokok diwajibkannya ibadah puasa. Padahal, kedua aspek tersebut sama-sama penting. Pemahaman terhadap substansi ibadah tanpa dibarengi dengan pengetahuan teknis, akan berakhir ibadah yang dilakukan tidak akan diterima. Kaidah ini dikemukakan oleh Ibnu Ruslan, seorang ulama fiqih Syafi'I, di dalam karyanya Azzubad.

ABSTRAK Kesempurnaan akhlak adalah tujuan utama perutusan baginda Rasulullah SAW. Akhlak yang sempurna gambaran kepada ketulusan akidah yang dimiliki individu. Maka, penekanan untuk berakhlak mulia melibatkan tiga dimensi iaitu hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan sesama manusia. Penulisan ini bakal mengupas berkenaan perspektif Islam dalam pembentukan akhlak masyarakat berdasarkan surah al-Hujurat. Surah madaniyyah ini terdiri daripada 18 ayat dan membicarakan soal tatacara sebuah masyarakat itu berakhlak. Dapatan kajian mendapati surah ini menyentuh beberapa aspek tunjang dalam hidup bermasyarakat mencakupi akhlak orang beriman dengan Rasulullah SAW, kepentingan meneliti kesahihan berita, mendamaikan antara saudara seagama, larangan bersikap angkuh, prasangka dan mengumpat, ketinggian taqwa sebagai nilai dan pengukuhan iman. Kesemua aspek ini perlu diambil berat oleh masyarakat kini yang menjadikan teknologi dan komunikasi sebagai rutin harian mereka. Kata kunci: masyarakat berakhlak, al-Hujurat, akhlak Islam

Tugas Meresume Materi Pertemuan 11, 12 dan 13 AKHLAK Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah kesempurnaan dari pohon tersebut setelah akar dan batangnya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang.

Allah telah menciptakan manusia dan memberikan sarana dengan sangat lengkap yang mendukung keberlangsungan kehidupan mereka di muka bumi. Sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada makhluk termulia 1 ini Allah tidak membiarkan mereka berbuat sesuka hati dalam menjalani kehidupan di dunia, tetapi Ia menurunkan risalah berupa wahyu yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul untuk membimbing mereka ke jalan lurus (al-shirāt al-mustaqīm) yang akan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan sejati. 2 Risalah tersebut adalah syariah Islam yang Allah 1 Allah berfirman tentang kesempurnaan penciptaan manusia dalam QS. al-Tīn [95] :4 :                                 "Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik". Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan terbaik dalam struktur penciptaannya, baik secara lahir maupun batin, dengan bentuk tubuh yang indah, struktur anatomi yang mengagumkan; kepala, dada, dan perut dengan organ yang ada dan terlindungi di dalamnya, serta tangan dan kaki dengan fungsinya masing-masing. (Lihat: Muhammad ibn Ahmad al-Qurtubī, al-Jāmi" li Ahkām al-Qur"ān, ed. "Abdullāh ibn "Abd al-Muhsin al-Turkī, Jld. XXII, 1427H/ 2006M, Beirut: Mu"assasah al-Risālah, hlm. 369-370). "Abd al-Rahmān ibn Nāshir al-Sa"dī menafsirkan ayat fī ahsani taqwīm dengan menjelaskan:

Manusia adalah makhluk sosial, mereka menjalin hubungan sosial dengan sesamanya. Hubungan dalam masyarakat terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya hubungan sesama keluarga, teman, tetangga dan pemerintah atau pemimpin.
Tak jarang juga hubungan yang mereka jalin tersebut menjadi tidak baik dan menimbulkan permusuhan. Agar terjalin hubungan yang baik, terciptanya kedamaian dan keharmonisan dalam masyarakat perlunya untuk mengetahui akhlak terhadap masyarakat dan macam-macam ukhwah islamiah.
Maka dalam makalah ini, kami akan membahas akhlak terhadap masyarakat, ukhwah islamiah dalam kehidupan bermasyarakat serta urgensi atau manfaat akhlak terhadap masyarakat. Dengan adanya pembahasan ini, semoga kita dapat mengambil manfaatnya dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat agar terciptanya keharmonisan dalam hubungan sosial.

Kata puji dan syukur sepantasnya penulis panjatkan kepada
Allah  Swt  atas segala anugrah dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan buku  ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Rasulullah  Saw, keluarganya, para sahabat, dan
pengikutnya yang selalu setia hingga akhir zaman.
Buku ini merupakan terjemah kitab adabul 'alim wal
muta'allim, dan  kitab al-akhlaq lil banin jilid 1&2  merupakan
sebuah buku yang menyajikan adab bagi pengajar (guru) dan juga
adab menuntut ilmu  bagi (pelajar). Kitab adabul 'alim wal
muta'allim ini merupakan karangan ulama besar Indonesia yaitu
Almarhum K.H Hasyim Asy'ari, dan  kitab al-akhlaq lil banin jilid
1&2 karya    Syaikh Umar bin Achmad Baradja. Kedua kitab
tersebut menjadi rujukan dalam etika atau adab-adab menuntut
ilmu. Beliau juga mengarang banyak kitab lainnya dan menjadi
rujukan bagi pembelajaran di Pesantren.
Adab atau tatakrama atau juga etika seorang guru, ustad
pengajar dalam mengajar memang perlu diperhatikan agar
memberikan kenyamanan bagi para pelajar, murid, santri. Begitu
pula dengan murid, santri, pelajar perlu menerapkan adab adab
menuntut ilmu agar ilmu yang diperoleh lebih barokah atau
bermanfaat.  Terakhir, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini
masih banyak kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik,
saran serta masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan, dari
siapapun datangnya, besar harapan penulis untuk menghadirkan
tulisan ini ke permukaan sebagai wujud persembahan penulis
dalam dunia intlektual dan  semoga bermanfaat untuk banyak
orang. Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada Penerbit
Guepedia yang bersedia menerbitkan buku ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Selamat Membaca !
Kuningan,
Esa Agung Gumelar

Kehidupan merupakan kenyataan duniawi yang bersifat objektif dan harus menjadi kesadaran bersama yaitu tentang adanya hukum-hukum atau kaidah-kaidah yang berlaku dan mengikat di alam ini. Segala unsur ciptaan, baik berupa benda-benda alam, tumbuhan, binatang dan manusia semuanya memiliki unsur-unsur hukum kehidupan. Relasi dan interaksi merupakan bukti adanya keterikatan satu sama lain.

Akhlak yang buruk itu ibarat tembikar yang pecah. Tidak dapat dilekatkan lagi dan tidak dapat dikembalikan menjadi tanah" 1 [Wahab B. Munabin] A. Pendahuluan Membahas tentang akhlak, tidak pernah lepas dari perilaku manusia. Karena akhlak sudah ada sejak manusia itu dilahirkan. Mulai dari manusia yang pertama kali, yaitu Nabi Adam as sampai sekarang ini. Baik buruknya akhlak seseorang akan terliat dari bagaimana perilaku mereka. Tentunya akhlak seseorang akan mempengaruhi kedudukan mereka dalam masyarakat luas serta di hadapan Allah Swt. Akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lain. Karena manusia tanpa akhlak, akan kehilangan derajatnya sebagai makhluk Allah yang paling mulia. Kita dapat melihat dari firman Allah Swt. Dalam surat At-Tin ayat 4-6:                       Artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendahrendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. 2 Karena akhlak sudah ada sejak manusia pertama kali, yaitu Nabi Adam as. Tentu akhlak memiliki sejarah yang luar biasa. Pertumbuhan dan perkembangannya pun tentu sangat menarik untuk kita pelajari. Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan istilah adat istiadat (aladalah/ tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat. Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah membangun "kerajaan filsafat", dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, 1 http://kata-mutiara-puisi-cinta.blogspot.com 2 Tim Pelaksana Pentashihkan Mushaf Al-Qur'an Departemen Agama RI, 2009, Al-Qur'an dan Terjemahan, Jakarta: PT. Sygma Examedia Arkanleema, hlm. 597

" Sifat kikir dapat membakar kebaikan sebagaimana api yang membakar kayu bakar " 1 Kikir adalah salah satu penyakit hati yang paling kronik. Orang yang terjangkit penyakit ini akan mengukur segala sesuatu atas pertimbangan untung rugi atau atas dasar keuntungan kebendaan semata-mata. Dari itu, orang yang terjangkit penyakit ini akan susah sekali untuk berbagi dan memberi kepada orang lain.

partner: Hanisah Hamdan, Kamaliah Kamal & Zulfitri

Tulisan ini berkenaan dengan peran guru dalam membimbing anak di usia dini agar menjadi anak yang sesuai dengan ajaran dalam Islam. guru memiliki peranan penting dalam membimbing akhlak anak-anak, walaupun pendidikan paling pertama terletak pada orang tua. tetapi terkadang seorang guru yang paling mengerti karakter anak didiknya.

A. Pengertian akhlak dan ilmu akhlak Secara etimologis, kata akhlak berasala dari bahasa arab ‫)اخل(ق(‬ debgan unsure " ‫خ‬ ‫ل‬ , dan ‫"(ق‬ yang merupakan bentuk jamak dari kata ‫خلق‬ (khuluq) yang artinya: (a) tabiaat, budi pekerti, (b) kebiasaan atau adat, (c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, (d) agama, dan (e) kemarahan (al-ghadab). 1 Pengertian akhlak lebih tepat difokuskan pada substansinya bahwa akhlak adalah sifat yang telah terpatri dan melekat pada jiwa manusia untuk melakukan perbuatanperbuatan secara spontan dan mudah, tanpa dipaksa dan dibuat-buat.

Akhlak mempunyai kedudukan yang tinggi dan istimewa dalam Islam.
Rasulullah s.a.w. menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok ajaran Islam. Akhlak merupakan perangai atau perilaku yang diwujudkan dengan tuntutan dan dorongan dari hati (Ismail, 2014:155). Meskipun akhlak sudah dimiliki setiap manusia dari lahir, akan tetapi akhlak juga harus dibentuk. Lingkungan akan sangat mempengaruhi akhlak seseorang, ketika seseorang tidak memiliki keinginan yang kuat dari dalam hatinya untuk berakhlak baik, maka akan mudah sekali tergoyahkan oleh hal-hal yang di sekitarnya.

Dinamika ilmu akhlak Islmaiah merupakan kajian yang menyeluruh dari segi Perspektif Akhlak Islamiah, Falsafah Akhlak, Aliran-aliran falsah akhlak, sumber pembantukan Akhlak, kepentingan akhlak kepada manusia, moral dan perbezaannya dengan akhlak,Sifat mahmudah dan mazmumah, isu-isu akhlak semasa, unsur-unsur negatif yang merosakkan akhlak, contoh akhlak abrar

Agama tidak hanya tertakluk kepada pengibadatan semata-mata sebaliknya merangkumi gaya hidup manusia secara holistik. Salah satu matlamat agama ialah membentuk akhlak manusia yang baik melalui perintah serta tegahannya. Kefahaman terhadap makna agama yang benar dapat membentuk sisi dalaman individu yang mulia. Dalam konteks pemerintah, akhlak merupakan suatu hal yang fundamental memandangkan golongan elit ini menduduki kerusi tertinggi dalam hierarki pentadbiran sesebuah negara. Kepimpinan politik yang ideal mesti menjunjung tinggi nilai-nilai positif seperti bertanggungjawab serta beramanah dalam menjalankan urus-tadbir dan hal demikian adalah terkait secara langsung dengan pegangan agama serta akhlak pemerintah. Memandangkan Raja Ali Haji merupakan seorang tokoh polymath yang berlatar belakangkan agama, hal ini mendapat perhatian beliau secara tidak langsung dalam pensejarahan magnum opus-nya yang berjudul Tuhfat al-Nafis. Justeru, kertas kerja ini bertujuan untuk menganalisis hubungan di antara agama dengan akhlak pemerintah menurut pemikiran Raja Ali Haji dalam Tuhfat al-Nafis. Kertas kerja ini merupakan kajian berbentuk kualitatif dengan pendekatan induktif dan mengaplikasikan kaedah dokumentasi serta kaedah analisis kandungan. Dapatan kajian merumuskan signifikasi agama sebagai pembentuk sisi zahir serta batin pemerintah yang mulia. Penerapan nilai agama dalam diri pemerintah mewujudkan pemerintahan yang adil, gerak-kerja yang baik (good governance), bertanggungjawab dan menuruti Syariat Islam. Manakala, pengabaiannya menjadi punca kepada keterlupaan diri terhadap tanggungjawab sebagai pemimpin, pemerintahan yang menuruti nafsu dan berlawanan dengan Syariat Islam. Kedua-duanya memberikan kesan yang mendalam terhadap kerajaan dan pemerintahan sedia ada bergantung kepada perilaku dan perbuatan pemerintah itu sendiri. Dalam erti kata ringkas, Raja Ali Haji sangat menekankan peranan akhlak dalam diri pemerintah sebagai kunci kepada perkembangan negara. Walau bagaimanapun, artikulasi Raja Ali Haji menunjukkan bahawa ianya tidak mungkin terhasil tanpa pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan pemerintah.

Disposition (Akhlak) is a significance foundation in the relation of human with Allah, with human and with nature. According to Islam, akhlak urged to conduct oneself as well as avoided the bad deeds. Therefore, akhlak is one of the elements stressed in Qur’anic stories, Islamic history, and literature. Raja Ali Haji, one of the Malay renowned historians of 19th century also incorporate akhlak elements in his magnum opus. Thus, this article endeavours to analyse Raja Ali Haji’s akhlak approaches in Tuhfat al-Nafis. This study is a qualitative study which apply the method of documentation in collecting data while using the method of content analysis in analysing the data. The version of Tuhfat al-Nafis transliterated by Virginia Matheson Hooker, published by Yayasan Karyawan and Dewan Bahasa dan Pustaka in 1998 was utilized for this study. This study recapitulates Raja Ali Haji’s akhlak approaches tantamount with the Qur’anic approaches such as Uswah Hasanah (excellent exemplar) causes and consequences as well as moral lesson. Raja Ali Haji exert the characters of Yang Dipertuan Muda Riau as a good example throughout their good behaviours such as adore the Islamic scholar and knowledge, responsible and brave. While in cause-consequences approach, he had depicted the consequences arise from the bad deeds of the rulers itself. If oneself practice good akhlak, he that himself will earn good consequence and vice versa. For moral lesson approach, Raja Ali Haji warned several of heart (spirit) illness such as the danger of envy and love for the world (hubbub al-dunya). Consequently, the approaches appeared in Tuhfat al-Nafis highlighted it as one of Islamic literature-historical works which may play role as one of a spirit educational tool for the readers through the Islamic moral values contained in the mentioned work afore.

Keywords: Akhlak Approaches, Raja Ali Haji, Tuhfat al-Nafis, al-Qur’an, Islamic history.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaika tugas akhir ini yang berjudul "Etika, Moral, dan Akhlak" ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir yang diberikan Bapak Levi Yamani pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang "Etika, Moral dan Akhlak". Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Saya menyadari, maklah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Isu penderaan seksual kanak-kanak dalam kalangan keluarga atau lebih dikenali "haruan makan anak" semakin dipaparkan dalam dada akhbar dan menjadi berita utama pada media perdana negara kini. Isu seperti tiada penghujung malah menjadi musim dan "trend" pada waktu tertentu. Permasalahannya dalam isu ini ialah mereka yang diharapkan menjadi penjaga, pelindung, pemelihara kepada anak tersebut tidak menjalankan tanggungjawab yang diamanahkan oleh agama, namun menjadi pemusnah masa hadapan anak tersebut. Lebih menyedihkan "haruan" ini merupakan mereka yang terdiri daripada bapa, bapa tiri, datuk, pakcik, abang kandung, sepupu yang mana mereka ini merupakan wali nasab dalam pernikahan. Perbuatan yang tidak bertanggungjawab ini melampaui batas-batas kemanusiaan dan keinsanan sama ada daripada kacamata manusia mahupun agama.  Ketua keluarga berperanan sebagai pendidik kepada anak-anak kerana dunia pertama mereka ialah rumah ibu bapa dan penjaganya. Ikatan yang mesra menjadikan anak-anak disayangi, dihormati, selamat, mempunyai keyakinan diri dan mengawal mereka. Faktor disiplin, persekitaran dan tingkah laku ibu bapa juga mampu mempengaruhi psikologi anak-anak mereka.

Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam mengembangkan budaya kewargaan (civic culture) yang diperlukan dalam rangka membangun sistem politik demokrasi. Sebagai program kurikuler pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berorientasi untuk mempersiapkan warga negara muda agar memiliki
kemampuan untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat politik. Pada masyarakat Indonesia yang multikultural, budaya kewargaan perlu dibangun di atas fondasi akhlak kewargaan, yang meliputi karakter dan komitmen kewargaan berdasarkan pada nilai Pancasila. Tulisan ini membahas gagasan perlunya penguatan kajian akhlak kewargaan perspektif Islam, terutama pada komunitas PKn di lembaga pendidikan (berbasis) Islam untuk memperkuat peran warga negara dalam masyarakat multikultural Indonesia.

Tuhfat al-Nafis yang memaparkan sejarah raja-raja Melayu dan Bugis. Konsepsi sejarah Tuhfat al-Nafis yang luas telah menyebabkan ianya mempunyai pelbagai keistimewaan termasuklah elemen akhlak. Rentetan itu, perbincangan ini akan menganalisis pemikiran Raja Ali Haji tentang keruntuhan akhlak pemerintah dalam Tuhfat al-Nafis. Kajian ini merupakan kajian kualitatif yang menggunakan metode dokumentasi bagi mengumpul data. Bagi menganalisis data pula, kajian ini menggunakan kaedah analisis kandungan. Teks Tuhfat al-Nafis yang utama digunakan untuk kajian ini ialah teks yang telah digabung dan ditransliterasikan oleh Hooker (1998) daripada lima manuskrip yang ditemui beliau. Dapatan kajian menunjukkan keruntuhan akhlak pemerintah merupakan kunci kepada keruntuhan, kemunduran dan ketidakstabilan negara berdasarkan pemikiran Raja Ali Haji. Keruntuhan, kemunduran dan ketidakstabilan tersebut boleh dilihat melalui gambaran konflik berdarah dan berpanjangan, kemiskinan, serta kesusahan rakyat. Tuntasnya, keruntuhan akhlak pemerintah menurut Raja Ali Haji mengakibatkan kesan negatif terhadap negara dan isinya.