LP ANAK PUSKES Piskaaaaaaa
LP ANAK PUSKES Piskaaaaaaa
LP ANAK PUSKES Piskaaaaaaa
Oleh:
Frisca Helvira Sukma, S.Kep
2414901021
1. Definisi
Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,70 C. Ada yang menyebutkan demam
sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (38 0 – 400C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh
> 41,10 C, ada juga yang menyebutkan > 400 C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal,
tapi lebih rendah dari 37,70C (Zein, 2012).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses
alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu
> 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas
spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Wardiyah, 2016).
2. Klasifikasi febris
Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial. (Nurarif, 2015)
3. Anatomi Fisiologi
a) Suhu lingkungan.
b) Adanya infeksi
c) Pneumonia.
d) Malaria.
e) Otitis media.
f) Imunisasi
5. Tanda Dan Gejala
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b) Kulit kemerahan
e) Menggigil
f) Dehidrasi
7. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal, memmbran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) serta elektrolit lainnya
kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+ dalam neuron tinggi
dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron berlaku
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut sebagai
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini, diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase ynag
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh:
8. Pathway
diare
hipertermi
Intoleransi
Deficit
aktivitas
nutrisi
Gangguan
pola tidur
ansietas
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012),
Pemeriksaan radiologis :
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus diperiksa
CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia darah, serologi
terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan imunologi, seperti
ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium :
Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk
penjajakan demam. Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat
menemukan penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya hanya untuk
konfirmasi diagnostik atau untuk melihat kemungkinan komplikasi.
Banyak penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau sudah dapat diduga
dengan pemeriksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1 beberapa
penyakit infeksi yang umum di Indonesia dengan manifestasi demam
dapat dibedakan dengan pemeriksaan darah rutine dan mengenali jenis
demamnya. Beberapa petunjuk penting pada kasus demam akibat penyakit
infeksi dan non infeksi yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah
rutin antara lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid,
tuberkulosis, infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai
dengan hematuria), SLE, ITP, dan malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD,
chikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis,
leukemia (lebih dari 20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptosopirosis,
malaria, ITP, dan anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare akut,
DBD.
e. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi, seperti
NS1 pada DBD
f. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini untuk
menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit. Pemeriksaan
serologik untuk mendiagnosa penyebab demam dimintakan sesuai dengan penilaian
klinis. Misalnya, ASTO meninggi pada demam rematik, ANA positip pada SLE,
viral marker hepatitis seperti anti HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut,
dan lain- lain.
g. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan dan dugaan
klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah pemberian antibiotik selalu
memberikan nilai negatip. Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan
lebih terarah dalam menelusuri etiologi penyebab demam.
h. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan lain-lain
tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah ditujukan untuk melihat
fungsi organ dan gangguan metabolik lain akibat penyakit yang mendasari atau
akibat komplikasinya, dan juga untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya.
Misalnya, tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal
terjadi pada Weil’s diseases, hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD,
enzim transaminase selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan malaria
f. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS : keluarga mengatakan Peningkatan laju Hipertermi
pasien demam metbolisme (D.0130)
DO : suhu tubuh diatas nilai
normal, kulit merah, takikardi,
kulit terasa hangat
DS : keluarga mengatakan Peningkatan Deficit nutrisi
pasien nafsu makan menurun kebutuhan (D.0019)
DO : membran mukosa pucat, metabolism
sariawan, diare, bising usus
hiperaktif
DS : keluarga mengatakan Kelemahan Intoleransi
h. Intervensi
N Diagnosis
o. Intervensi Rasional
keperawatan
Tujuan
1. Hipertemi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia Mengidentifi
berhubun tindakan (I. 15506) Observasi kasi dan
ldentifikasi penyebab
gan keperawatan 3x 24 Hipertermia mengelola
dengan jam, diharapkan : monitor suhu tubuh kelebihan
peningkat 1. Pucat menurun monitor kadar elektrolit volume
monitor komplikasi
an laju 2. Menggigil cairan
Akibat
menurun
metabolis Hipertermia intravaskuler
3. Takikardi Terapeutik
me dan
menurun Longgarkan atau lepaskan
(D.0130) pakaian ketat ekstraseluler
4. Suhu membaik
berikan serta
5. Suhu
cairan oral mencegah
kulit Edukasi
Anjurkan terjadinya
mem
tirah baring komplikasi
baik
Kolaborasi
(Termoreg Kolaborasi pemberian
ulasi Cairan dan elektrolit
L.14134)
2. Deficit Pemantauan Nutrisi (I.03123)
Setelah dilakukan Keadekua
Observasi
nutrisi tindakan tan asupan
Identifikasi faktor yang
berhubungan keperawatan 3x 24 mempengaruhi asupan gizi nutrisi
dengan jam, diharapkan : Identifikasi perubahan BB untuk
Identifikasi kelainan pada memenuhi
peningkatan 1. Pola makanan
kulit
kebutuhan
Daftar Pustaka
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS
Telogorejo Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek.
Yogyakarta : Arr-Ruzz Media
Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko Suryani,
(2018) Penerapan Kompres Hangat Pada Anak Demam Dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi
Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi
dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari
Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan
Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar
Bukittinnggi Tahun 2018
.Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti. Pdf
Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012