LP ANAK PUSKES Piskaaaaaaa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM PADA ANAK

Oleh:
Frisca Helvira Sukma, S.Kep
2414901021

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Ns. Sari Indah Kesuma, M.Kep ) (Ns. Rahma Wirna, S.Kep)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
T.A 2024/2025

1. Definisi
Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,70 C. Ada yang menyebutkan demam
sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (38 0 – 400C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh
> 41,10 C, ada juga yang menyebutkan > 400 C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal,
tapi lebih rendah dari 37,70C (Zein, 2012).

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses
alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu
> 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas
spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Wardiyah, 2016).

2. Klasifikasi febris
Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut:
a. Demam septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering

menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun


ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-
kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria.

Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial. (Nurarif, 2015)

3. Anatomi Fisiologi

Gambar 1 Anatomi Hipotalamus

Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di


depan nucleus interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan
dareah inti. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus.
Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf autonom, Pengaturan
diri terhadap homeostatic, sangat kuat dengan emosi dan dasar pengantaran
tulang, Sangat penting berpengaruh antara system syaraf dan endokrin.
Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan
keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui
peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi
hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan
mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku
agresif dan seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah, depresi,
panic dan takut).
Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:
a. Mengontrol suhu tubuh

b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin

c. Mengontrol asupan makanan

d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior


e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian
mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin
h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi Peran hipotalamus
adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama
bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan” lateral di
anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan
dengan serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa kenyang:’
medial di nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat makan
membangkitkan perilaku makan.
4. Etiologi
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul
kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus
panas. Biasanya penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau
dua hari dengan pemeriksaan medis yang terarah.

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain


infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara
tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam


dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi

pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi


(Guyton dalam Thobroni, 2015).

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal


dalam Thobroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya

a) Suhu lingkungan.
b) Adanya infeksi
c) Pneumonia.
d) Malaria.
e) Otitis media.
f) Imunisasi
5. Tanda Dan Gejala
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)

b) Kulit kemerahan

c) Hangat pada sentuhan

d) Peningkatan frekuensi pernapasan

e) Menggigil

f) Dehidrasi

g) Kehilangan nafsu makan


6. Komplikasi
a) Dehidrasi : demam ↑ penguapan cairan tubuh
b) Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga
tidak membahayan otak
c) Takikardi, Insufisiensi jantung, Insufisiensi pulmonal

7. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal, memmbran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) serta elektrolit lainnya
kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+ dalam neuron tinggi
dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron berlaku
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut sebagai
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini, diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase ynag
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh:

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler


b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawia
atau aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri karena
penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan meningkatkan


metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai 15%. Oleh karena
itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium melalui membran sel yang mengakibatkan lepasnya aliran listrik.
Lepasnya aliran listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh bagian sel maupun membran sel di sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” sehingga terjadilah kejang.Ambang kejang tiap anak
berbeda. Pada anak dengan ambang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu
380C, sedang anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada
suhu 400C atau lebih.

8. Pathway

diare
hipertermi

Intoleransi
Deficit
aktivitas
nutrisi

Gangguan
pola tidur
ansietas

(Sumber : Yahya, 2018)

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012),
Pemeriksaan radiologis :
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus diperiksa
CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia darah, serologi
terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan imunologi, seperti
ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium :
Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk
penjajakan demam. Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat
menemukan penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya hanya untuk
konfirmasi diagnostik atau untuk melihat kemungkinan komplikasi.
Banyak penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau sudah dapat diduga
dengan pemeriksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1 beberapa
penyakit infeksi yang umum di Indonesia dengan manifestasi demam
dapat dibedakan dengan pemeriksaan darah rutine dan mengenali jenis
demamnya. Beberapa petunjuk penting pada kasus demam akibat penyakit
infeksi dan non infeksi yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah
rutin antara lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid,
tuberkulosis, infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai
dengan hematuria), SLE, ITP, dan malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD,
chikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis,
leukemia (lebih dari 20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptosopirosis,
malaria, ITP, dan anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare akut,
DBD.

f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut


g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit
seperti askariasis, trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis,
trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis, paragonimiasis, Loefler’s
syndrome dan reaksi alergi
Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung. Proteinuria
ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan berbagai sebab. Proteinuria juga dijumpai
pada keadaan hematuria. Gross hematuria sering dijumpai pada pasien leptospirosis,
malaria berat (Black Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan kelainan hemostasis.
a. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara mikroskopik, dapat
menemukan berbagai mikroorganisme penyebab demam, seperti amuba, shigella,
berbagai cacing usus, dan berbagai jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan
dengan kultur dan tes sensitivitas serta PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai
dengan mikroorganiosme yang dicurigai sebagai penyebab.
b. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan pada pasien
demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria harus diambil dari ujung
jari (darah tepi, bukan darah vena). Hapusan darah tebal dan tipis dibuat dalam satu
slide, dan untuk darah tebal, tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah
tepi malaria harus susuai dengan standard.
c. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan untuk
mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malaria (falciparum dan
vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot), Leptospirosis, Infeksi HIV.
d. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga sebagai akibat
dari infeksi.

e. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi, seperti
NS1 pada DBD
f. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini untuk
menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit. Pemeriksaan
serologik untuk mendiagnosa penyebab demam dimintakan sesuai dengan penilaian
klinis. Misalnya, ASTO meninggi pada demam rematik, ANA positip pada SLE,
viral marker hepatitis seperti anti HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut,
dan lain- lain.
g. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan dan dugaan
klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah pemberian antibiotik selalu
memberikan nilai negatip. Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan
lebih terarah dalam menelusuri etiologi penyebab demam.
h. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan lain-lain
tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah ditujukan untuk melihat
fungsi organ dan gangguan metabolik lain akibat penyakit yang mendasari atau
akibat komplikasinya, dan juga untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya.
Misalnya, tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal
terjadi pada Weil’s diseases, hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD,
enzim transaminase selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan malaria

10. Penatalaksanaan Medis


Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas diperlukan
penggunaan obat – obatan antipiretik. Ibuprofen mungkin aman bagi anak
– anak dengan kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan lama
kerja yang serupa dengan kerja asetaminofin

11. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
nama orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh
panas > 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan peningktan suhu
tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang biasanya yang kan timbul menggigil,
mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan
sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah
mengalmi penyakit sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga
baik itu penyakit keturunan ataupun penyakit menular, ataupun penyakit
yang sama.
f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal, natal, postnatal,
serta data pemebrian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial
klien
i. Kebutuhan dasar
i. Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris mengalami nafsu
makan, dan susuh untuk makan sehingga kekurang asupan nutrisi.
ii. Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur
karena klien merasa gelisah dan berkeringat.
iii. Mandi
iv. Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar
dan juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
2. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat


badan serta tinggi badan
2) Tanda – tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5
°C, nadi > 80 x i Head to toe
a) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau
tidak
b) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada
gangguan / kelainan.
c) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan,
fungsi indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada
klien dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam,
abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan bising usus
bising usus normal pada bayi 3 – 5 x
f) Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan
dalam
g) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut pada
nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
i) Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang
tertinggal / gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah,
apatis atau koma
j) Pemeriksaan tingkat perkembangan
(1) Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial klien
(2) Motorik halus Gerakan yang menggunakan otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya :
memindahkan benda dari tangn satu ke yang lain, mencoret
– coret, menggunting
(3) Motorik kasar Gerakan tubuh yang menggunakan otot
– otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh
yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga (
Lerner & Hultsch. 1983)
(4) Kognitif dan bahasa Kemampuan klien untuk berbicara dan
berhitung.
3. Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses,
darah, dan biasanya leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht
menurun. m. Data pengobatan Biasanya diberikan obat antipiretik untuk
mengurangi shu tubuh klien, seperti ibuprofen, paracetamol (Yahya, 2018)

f. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS : keluarga mengatakan Peningkatan laju Hipertermi
pasien demam metbolisme (D.0130)
DO : suhu tubuh diatas nilai
normal, kulit merah, takikardi,
kulit terasa hangat
DS : keluarga mengatakan Peningkatan Deficit nutrisi
pasien nafsu makan menurun kebutuhan (D.0019)
DO : membran mukosa pucat, metabolism
sariawan, diare, bising usus
hiperaktif
DS : keluarga mengatakan Kelemahan Intoleransi

pasien lemah aktivitas


DO : frekuensi jan tung (D.0056)
meningkat
DS : keluarga mengatakan Hambatan Gangguan pola
pasien sulit tidur, istirahat tidak lingkungan tidur (D.0055)
cukup
DO : waktu tidur
DS : keluarga mengatakan Disfungsi system Ansietas
khawatir dengan akibat dari keluarga (D.0080)
kondisi yang dihadapi
DO : tampak gelisah, suara
bergetar, tampak tegang
DS : keluarga mengatakan Perubahan air dan Diare (D.0020)
pasien perutnya sakit makanan
DO : defekasi lebih dari 3x
dalam 24 jam, feses lembek,
atau cair, BU hiperaktif

g. Diagnosis keperawatan yang mngkin muncul


a. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
(D.0130)
b. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme (D.0019)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(D.0055)
e. Ansietas berhubungan dengan disfungsi system keluarga (D.0080)
f. Diare berhubungan dengan perubahan air dan makanan (D.0020)

h. Intervensi
N Diagnosis
o. Intervensi Rasional
keperawatan
Tujuan
1. Hipertemi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia  Mengidentifi
berhubun tindakan (I. 15506) Observasi kasi dan
 ldentifikasi penyebab
gan keperawatan 3x 24 Hipertermia mengelola
dengan jam, diharapkan :  monitor suhu tubuh kelebihan
peningkat 1. Pucat menurun  monitor kadar elektrolit volume
 monitor komplikasi
an laju 2. Menggigil cairan
 Akibat
menurun
metabolis Hipertermia intravaskuler
3. Takikardi Terapeutik
me dan
menurun  Longgarkan atau lepaskan
(D.0130) pakaian ketat ekstraseluler
4. Suhu membaik
 berikan serta
5. Suhu
cairan oral mencegah
kulit Edukasi
 Anjurkan terjadinya
mem
tirah baring komplikasi
baik
Kolaborasi
(Termoreg  Kolaborasi pemberian
ulasi Cairan dan elektrolit
L.14134)
2. Deficit Pemantauan Nutrisi (I.03123)
Setelah dilakukan  Keadekua
Observasi
nutrisi tindakan tan asupan
 Identifikasi faktor yang
berhubungan keperawatan 3x 24 mempengaruhi asupan gizi nutrisi
dengan jam, diharapkan :  Identifikasi perubahan BB untuk
 Identifikasi kelainan pada memenuhi
peningkatan 1. Pola makanan
kulit
kebutuhan

kebutu yang  Identifikasi kelainan pada metabolism


dihabiskan rambut
han  Mengumpulkan dan
2. Sariawan  Identifikasi pola makan
metabo  Identifikasi kelainan pada menganalisis data
berkurang kuku
lisme yang berkaitan
3. Perasaan  Identifikasi Kemampuan
(D.001 dengan asupan dan
cepat menelan
9)  Identifikasi kelainan pada status gizi
kenyang rongga mulut
menurun  Identifikasi kelainan
eliminasi
4. Nafsu
 Monitor mual muntah
makan  Monitor asupan oral
meningk  Monitor warna konjungtiva
 Monitor hasil
at
laboratorium
5. Bising Terapeutik
usus  Timbang BB
 Ukur antroprometri
memba
komposisi tubuh
ik  Hitung perubahan BB
6. Membran  Atur interval waktu
mukosa pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
membaik  Dokumentasi kan hasil
(Status nutrisi pemantauan Edukasi
L.03030)  Jelaskan tujuan
dan prosedur
Pemantauan
 Informasi kan hasil
pemantauan
3. Intolerans Setelah dilakukan Pemantauan tanda Mengumpulkan dan
i vital (I.02060)
tindakan menganalisis data hasil
aktivitas keperawatan Observasi

berhubungan 3x 24 jam,  monitor nadi ( frekuensi, pengukuran


diharapkan : kekuatan, irama )
dengan fungsi vital
1. Frekue  monitor pernapasan (
kelemahan frekuensi, kedalaman ) kardiovaskuler,
nsi nadi
(D.0056)  monitor suhu tubuh pernafasan dan
memba  monitor oksimetri nadi suhu tubuh
ik  identifikasi penyebab perubahan
tanda vital
2. Kemudaha
Terapeutik
n dalam  atur interval pemantauan sesuai
melakukan kondisi pasien
 Dokumentasikam hasil
aktivitas
pemantauan Edukasi
sehari - hari  Jelaskan tujuan dan
3. Perasaa prosedur pemantauan
n lemah  Informasikan hasil pemantauan,
jika
menuru perlu
n
4. Frekuens
i napas
membaik
(Toleransi
aktivitas
L.05047)
4 Gangguan pola Setelah Teknik Menenangkan Teknik relaksasi
. (I.08248) Observasi
tidur dilakukan dengan
 Identifikasi masalah yang
berhubungan tindakan dihadapi Terapeutik pembetukan
dengan keperawatan 3x  Buat kontrrak dengan pasien imajinasi
hambatan 24 jam,  Ciptkan ruangan yang individu dengan
nyaman dan tenang
diharapkan : meggunakan
1. semua indera
melalui
Kesejahtera
an fisik
membaik

lingkungan 2. Perawatan Edukasi pemrosesan kognitif


(D.0055) sesuai  Anjurkan untuk mengurangi
mendengarkan
kebutuhan music, video stress
3. Keluhan tidak animasi, yang
nyaman lembut atau music
yang disukai
menurun
 Anjurkaan
4. Gelisah menurun melakukan teknik
5. Keluhan sulit menen angkan
hingga perasaan
tidur menurun
menjadi tenang
6. Keluhan
kedinginan
7. Pola
eliminasi
membaik
8. Pola tidur
membaik
(Status
Kenyamanan
L.08064)
5. Ansietas
berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Meminimalkan
ansietas
dengan tindakan keperawatan kondisi individu dan
(I.09314
disfungsi 3x 24 jam, ) pengalaman subyektif
system diharapkan : Observsi terhadap objek yang
 Identifikasi
1. Kontak mata tidak jelas dan spesifik
saat tingkat
membaik ansietas
berubah
 Identifikasi
kemampuan
mengambil
keputusan
keluarga 2. Pola tidur  Monitor tanda-tanda akibat
(D.0080) membaik ansietas Terapeutik atsipasi
 Ciptakan suasana
3. Pucat menurun terapeutik untuk bahaya yang
4. Perilaku gelisah menumbuhkan memun
menurn kepercayaan gkinkan
 Pahami situasi yang membuat
5. Tremor ansietas individu
menurun (Tingkat  Gunakan pendekatan yang melakukan
tenang dan meyakinkan
Ansietas L.09093) tin dakan
 Dengarkan dengan penuh
perhatian untuk
 Edukasi menghadapi
 Jelaskan prosedur, termasuk
ancaman
sensasi yang dialami
 Anjrkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas,
jika perlu

Daftar Pustaka

Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS
Telogorejo Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek.
Yogyakarta : Arr-Ruzz Media
Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko Suryani,
(2018) Penerapan Kompres Hangat Pada Anak Demam Dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi
Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi
dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari
Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan
Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar
Bukittinnggi Tahun 2018
.Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti. Pdf
Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012

Anda mungkin juga menyukai