Laporan Pendahuluan Febris
Laporan Pendahuluan Febris
Laporan Pendahuluan Febris
FEBRIS
DISUSUN OLEH :
NIM : 22300041
RUANGAN : AL-INSAN
TAHUN 2022
A. Tinjauan teoritis febris
I. Konsep penyakit
1. Definisi febris
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan ,
ataupun obat ‚ obatan (Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit ‚ penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016).
2. Etiologi febris
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul
kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus
panas. Biasanya penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau
dua hari dengan pemeriksaan medis yang terarah.
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara
tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton
dalam Hhobroni, 2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
dalam Thobroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
a) Suhu lingkungan.
b) Adanya infeksi
c) Pneumonia.
d) Malaria.
e) Otitis media.
f) Imunisasi
3. Anatomi dan fisiologi febris
Gambar 1 Anatomi Hipotalamus
2. Kulit kemerahan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
5. Patofisiologi/patoflow febris
dari permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal, memmbran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh
ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) serta elektrolit
lainnya kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+ dalam neuron
tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron berlaku
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut sebagai potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini,
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase ynag terdapat pada
permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:
1) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler
2) Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawia
atau aliran listrik dari sekitarnya.
3) Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri karena
penyakit atau keturunan
ii. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang
demam ini juga tidak membahayan otak.
hemostasis.
c) Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara mikroskopik,
dapat menemukan berbagai mikroorganisme penyebab demam, seperti
amuba, shigella, berbagai cacing usus, dan berbagai jenis jamur.
Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan tes sensitivitas serta
PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan mikroorganiosme yang
dicurigai sebagai penyebab.
d) Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan pada
pasien demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria
harus diambil dari ujung jari (darah tepi, bukan darah vena). Hapusan
darah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah tebal,
tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi malaria harus
susuai dengan standard.
e) Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan untuk
mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malaria
(falciparum dan vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot), Leptospirosis,
Infeksi HIV.
f) Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga sebagai
akibat dari infeksi
g) Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi,
seperti NS1 pada DBD
h) Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini
untuk menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit.
Pemeriksaan serologik untuk mendiagnosa penyebab demam
dimintakan sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi pada
demam rematik, ANA positip pada SLE, viral marker hepatitis seperti anti
HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain- lain.
i) Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan
dan dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah
pemberian antibiotik selalu memberikan nilai negatip.
Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah dalam
menelusuri etiologi penyebab demam.
j. Pemeriksaan fisik
i. Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15- 13,
berat badan serta tinggi badan
ii. Tanda — tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5°C,
nadi > 80 x i Head to toe
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
O. Keperaw
Hasil (SLKI)
atan
(SDKI)
3) Edukasi
4) Kolaborasi
f) Hentikan pemberian
makan melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
3) Edukasi
4) Kolaborasi
Kolaborasi
berubah perlu
meningkat Edukasi
menurun Terapeutik
- Nyeri aabdomen
- Berikan asupan cairan oral
menurun
- Anjurkan jalur intravena
- Kram perut
- Berikan cairan intravena
menurun
- Ambil sampel darah untuk
- Konsistensi feses
pemeriksaan darah lengkap dan
membaik
elektrolit
- Frekuensi defekasi
- Ambil sampel feses untuk kultur
membaik
Edukasi
Kolaborasi
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 — 3 tahun di SMC RS Telogorejo
Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko Suryani,
(2018) Umkmripik Hdoprms Lik`it Uici Ikih Cmoio Cmk`ik @ik``uik
Umomkulik Hmautulik Kyioik Ci Qsuc Znmoik. Skripsi Thesis,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris
Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukit tinnggi Tahun
.