LP Febris
LP Febris
LP Febris
Di susun oleh :
TRINI AFIFAH NADIRAH
JNR0210112
Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga diatas
normal, sering disertai menggigil dan berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah
mencapai normal. Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali disebut
tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2
serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia
B. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris diantaranya:
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media
f. Imunisasi
C. Tanda dan gejala
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
1. Demam
2. Gangguan saluran pencernaan
3. Gangguan kesadaran
4. Relaps (kambuh)
D. Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasi dari demam adalah:
1. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangandalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga
tidak membahayakan otak.
E. Patofisiologi
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan
mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan
jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang
memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil
pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen
leukosit/pirogen endogen).
Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan
demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit.
Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan
prostaglandin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja
dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam. Kekurang cairan dan
elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi
atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior mengalami ganggu (Sodikin, 2012).
F. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap
tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan
atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan
lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis dan tindakan non farmakologis. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh.
Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam
waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat
muncul kembali dalam waktu 3-4 jam
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti
peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8
jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB
2. Tindakan non farmakologis
Menurut (Nurarif, 2015). Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas
yang dapat dilakukan:
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan informasi subjektif dan objektif (misal: TTV,
wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi riwayat
pasien yang diberikan oleh pasien/keluarga (untuk mengidentifikasi peluang
promosi kesehatan) dan risiko (untuk mencegah atau menunda potensi masalah)
(NANDA, 2018).
a. Pengkajian
1) Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2) Riwayat kesehatan
3) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
4) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
5) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
6) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisidan metabolisme
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
c. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan
d. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
e. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairan
3. Rencana Keperawatan
Asites Terapeutik:
Catat intake output dan
hitung balance cairan
Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
Berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
I. Pathway
J. Daftar Pustaka
Cahyaningrum, E. D., & Putri, D. (2017). Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam
Sebelum Dan Setelah Kompres Bawang Merah. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Kesehatan, 15(2), 66–74. ISSN: 2621-2366.
Nanda Diagnosis Keperawatan. (2018). Definisi & klasifikasi. Edisi 11. Indonesia.
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.