Febris Vista

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

DISUSUN OLEH :
Vista fatimah mutia sari
109STYC20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JENJANG AKADEMIK

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : FEBRIS

Disusun Oleh : Vista Fatimah Mutia Sari

NIM : 109STYC20

Program Studi : S1 Keperawatan

Semester / Tingkat : semester 4 / tingkat 2

Ruangan : Ruangan Dahlia

Mataram, 11 Agustus 2022

Mengetahui

Pembimbing ruangan Pembimbing pendidikan

Lalu sahrijuddin, S.Kep., Ners Ernawati., S.Kep., Ners., M. Kep


A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh 37,7°C. Ada yang mengatakan demam
adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal (380 40°C). Hiperpireksia, bila suhu
tubuh 41,1°C, ada juga yang mengatakan >40°C. Subfebrile, bila suhu tubuh di atas
normal, tetapi lebih rendah dari 37,7°C (Zein, 2012).
Demam merupakan proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh saat suhu naik di atas suhu tubuh normal (>37,5 °C). Demam
merupakan proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh.
Demam terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
herbal atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, atau obat-obatan (Hartini, 2015).
Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat dari peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan
akibat dari perubahan pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Selain itu, demam
dapat berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik
dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016).

2. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut :
1) Demam septik
Suhu tubuh berangsur-angsur naik ke tingkat yang sangat tinggi di malam hari
dan turun kembali di atas tingkat normal di pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
nomal dinamakan juga demam hektik.
2) Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
nomal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mnencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3) Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4) Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5) Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang dikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang- kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Keluhan
mungkin Seorang pasien dengan demam dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak
harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)

3. Anatomi Fisiologi
Hipotalamus adalah bagian dari ujung anterior diensefalon dan di depan nukleus
interpedunkularis. Hipotalamus dibagi menjadi berbagai nukleus dan daerah nukleus.
Hipotalamus terletak di anterior dan inferior thalamus. Berfungsi untuk mengontrol
dan mengatur sistem saraf otonom, pengaturan diri homeostatik, sangat kuat dengan
emosi dan pengiriman tulang dasar, pengaruh yang sangat penting antara sistem saraf
dan endokrin. Hipotalamus juga bekerja sama dengan hipofisis untuk menjaga
keseimbangan cairan, menjaga pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan
vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal oleh kelenjar
hipofisis. Hipotalamus juga merupakan pusat untuk mengontrol rasa lapar dan berat
badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual serta pusat
respon emosional (malu, marah, depresi, panik dan takut).
Fungsi hipotalamus antara lain :
1) Mengontrol suhu tubuh
2) Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
3) Mengontrol asupan makanan
4) Mengontrol sekresi hormon hipofisis anterior
5) Menghasilkan hormon hipofisis posterior
6) Mengontrol kontraksi uterus dan mengeluarkan ASI
7) Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi semua otot
polos, otot jantung, sel eksokrin
8) Peran dalam pola perilaku dan emosional Peran hipotalamus adalah bahwa
regulasi nafsu makan hipotalamus terutama bergantung pada interaksi antara dua
area "makan" lateral dari nukleus berkas prosencephalon medial di persimpangan
dengan serat polidohipotalamus, dan "kekenyangan" medial. pusat:' di nukleus
vebtromedial. Stimulasi pusat makan membangkitkan perilaku makan.

4. Etiologi
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh sirkulasi molekul kecil dalam tubuh
kita yang disebut pirogen, yang merupakan zat pemicu panas. Biasanya penyebabnya
demam dapat diketahui dalam satu atau dua hari dengan pemeriksaan medis yang
terarah.Demam sering disebabkan oleh infeksi.Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh toksemia, keganasan atau reaksi penggunaan obat, serta
gangguan pada pusat pusat pengaturan suhu (misalnya perdarahan serebral,
koma).Pada dasarnya, untuk mencapai diagnosis penyebab demam yang akurat,
diperlukan y meliputi: ketepatan dalam mengambil riwayat penyakit pasien,
melakukan pemeriksaan fisik, mengamati perjalanan penyakit dan mengevaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain yang tepat dan holistik (Nurarif,
2015).
Demam terjadi ketika panas yang dihasilkan melebihi keluaran. Demam dapat
dikaitkan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik atau
penyakit lainnya. Demam dapat disebabkan oleh kelainan pada otak itu sendiri atau
zat beracun yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015).
Sedangkan menurut Dinas Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Thobroni (2015)
bahwa etiologi demam, meliputi :
1) Suhu lingkungan
2) Adanya infeksi
3) Pneumonia.
4) Malaria
5) Otitis media
6) Imunisasi

5. Tanda dan Gejala


Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala demam adalah :
1) Anak rewel (suhu lebih dari 37,55°C - 39°C)
2) Kulit kemerahan
3) Hangat saat disentuh
4) Meningkat pernafasan
5) Menggigil
6) Dehidrasi
7) Kehilangan nafsu makan

6. Komplikasi
1) Dehidrasi: demam penguapan cairan tubuh
2) Kejang demam jarang terjadi (1 dari 30 anak mengalami demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya singkat, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak
3) Takikardia, Insufisiensi jantung, Insufisiensi paru

7. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa, yang dipecah melalui proses oksidasi menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan bagian dalam
yang lipid dan permukaan luar yang ionik. Dalam keadaan normal, membran sel
neuron dapat dilewati dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilewati
oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya,
konsentrasi ion K+ di dalam neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah,
sedangkan di luar sel neuron sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion
di dalam dan di luar sel, ada perbedaan potensial membran yang dikenal sebagai
potensial membran neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini,
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan cara :
1) Perubahan konsentrasi ion-ion di ruang ekstraselular
2) Rangsangan yang datang secara tiba-tiba misalnya arus mekanik, kimia atau listrik
dari lingkungan.
3) Perubahan patofisiologi membran neuron itu sendiri karena: penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam, peningkatan suhu 1°C akan meningkatkan metabolisme
basal sebesar 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sebesar 20%. Pada
anak usia 3 tahun, peredaran otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya mencapai 15%. Oleh karena itu, peningkatan suhu
tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu singkat
terjadi difusi ion kalium dan natrium klorida melalui membran sel sehingga terjadi
pelepasan listrik. Pelepasan arus listrik ini begitu besar sehingga dapat menyebar ke
seluruh bagian sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”
sehingga terjadi kejang. Ambang batas kejang berbeda untuk setiap anak. Pada anak
dengan ambang batas rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38°C, sedangkan pada
anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih.

8. Patway
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012),
Pemeriksaan Radiologis : thorax, USG abdomen atas dan bawah, bila diperlukan, CT
scan abdomen, hitung darah lengkap, termasuk kimia darah, serologi untuk beberapa
seromarker, dan pemeriksaan imunologi, seperti tes ANA untuk menentukan
kemungkinan SLE juga harus diperlukan.
Pemeriksaan laboratorium :
1) Pemeriksaan darah dan urin rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk menilai
demam. Jika darah dan urin rutin dapat menemukan penyebab demam, maka tes
lain hanya untuk konfirmasi diagnostik atau untuk melihat kemungkinan
komplikasi. Banyak penyakit menular yang dapat diidentifikasi atau dicurigai
dengan pemeriksaan darah dan urin rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat. beberapa penyakit menular yang umum di
Indonesia dengan manifestasi demam dapat dibedakan dengan pemeriksaan darah
rutin dan identifikasi jenis demam. Beberapa petunjuk penting pada kasus demam
akibat penyakit menular dan tidak menular yang biasa ditemukan pada
pemeriksaan darah rutin antara lain:
a. Anemia sering ditemukan pada malaria, leptospirosis, demam tifoid, TBC,
infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai hematuria), SLE, ITP,
dan keganasan.
b. Leukopenia sering ditemukan pada infeksi virus akut seperti DBD,
chikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis ditemukan pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis, leukemia
(lebih dari 20.000).
d. Trombositopenia. pada chikungunya, demam berdarah, ditemukan
leptospirosis, malaria, ITP, dan anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada kondisi dehidrasi seperti diare akut, demam
berdarah.
f. Limfopenia terlihat pada infeksi virus akut
g. Limfositosis terlihat pada infeksi kronis seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronis.
i. Eosinofilia umumnya ditemukan pada demam dengan invasi parasit seperti
ascariasis, trikuriasis, schistosomiasis, necatoriasis, trichinosis, fascioliasis,
gnathostomiasis, paragonimiasis, sindrom Loefler dan reaksi alergi
2) Urinalisis harus dilakukan pada urin yang baru dikumpulkan. Proteinuria ringan
dapat ditemukan pada pasien demam dengan berbagai penyebab. Proteinuria juga
ditemukan dengan adanya hematuria. Hematuria berat sering ditemukan pada
penderita leptospirosis, malaria berat (Black Water Fever), batu saluran kemih,
DBD, dan kelainan lainnya. hemostasis.
3) Pemeriksaan feses, yaitu pemeriksaan mikroskopis sederhana, dapat ditemukan
berbagai mikroorganisme penyebab demam, seperti amuba, shigella, berbagai
cacing usus, dan berbagai jenis jamur. Pemeriksaan feses dapat dilanjutkan
dengan tes kultur dan sensitivitas serta PCR. Jika perlu, kultur tinja sesuai dengan
mikroorganisme penyebab yang dicurigai.
4) Apusan malaria dengan preparat darah kental dan tipis harus dilakukan pada
pasien demam dengan suspek malaria. Tes darah malaria harus diambil dari ujung
jari (darah perifer, bukan darah vena). Apusan darah tebal dan tipis dibuat pada
satu slide, dan untuk darah kental tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk
sediaan darah tepi malaria harus memenuhi standar.
5) Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan tongkat saat ini banyak digunakan untuk
mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malaria (falciparum
dan vivax), Influenza, Demam Tifoid (typhidot), Leptospirosis, Infeksi HIV.
6) Apusan bakteri dapat dilakukan dari urin atau sekret yang diduga akibat infeksi.
7) Uji antigen saat ini sedang dikembangkan untuk beberapa penyakit infeksi, seperti
NS1 pada DBD
8) Uji serologis. Berbagai jenis tes serologis terus berkembang saat ini untuk
menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai penanda penyakit. Pemeriksaan
serologis untuk mendiagnosis penyebab demam diminta berdasarkan penilaian
klinis. Misalnya, ASTO meningkat pada demam rematik, ANA positif pada SLE,
penanda virus hepatitis seperti anti-HCV, HBsAg, IgM anti-HVA pada hepatitis
akut, dan lain-lain.
9) Kultur darah dan tes sensitivitas harus diminta sesuai dengan temuan klinis dan
kecurigaan. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah pemberian antibiotik
selalu memberikan nilai negatif. Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur
tertentu akan lebih difokuskan dalam menggali etiologi demam.
10) Kimia darah, seperti elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan lain-lain
tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah dimaksudkan untuk
melihat fungsi organ dan gangguan metabolisme lainnya akibat penyakit yang
mendasarinya atau akibat komplikasinya, serta untuk mendukung diagnosis
penyebab demam. Misalnya, tuberkulosis selalu merupakan komplikasi diabetes,
gangguan fungsi ginjal terjadi pada penyakit Weil, hiponatremia dapat terjadi
pada malaria dan demam berdarah, enzim transaminase selalu meningkat pada
demam berdarah, leptospirosis dan malaria.

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis Dalam keadaan hiperpireksia (demam 41 °C) jelas perlu
menggunakan obat antipiretik. Ibuprofen mungkin aman untuk anak-anak dengan
kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan durasi kerja yang sama dari
asetaminofin.
B. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1) Data Umum

a. Identitas Klien meliputi Nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,


nama orang tua, pekerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan Utama Klien yang biasanya menderita demam mengeluhkan suhu
tubuh panas > 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini Secara umum terjadi peningkatan suhu tubuh
diatas 37,5 °C, gejala demam yang biasanya menggigil, mual/muntah,
berkeringat, nafsu makan menurun, gelisah, nyeri otot dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu yang ditanyakan apakah klien pernah menderita
penyakit sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Penyakit yang pernah diderita keluarga, apakah
itu penyakit keturunan atau penyakit menular, atau penyakit yang sama
f. Genogram Instruksi anggota keluarga klien.
g. Riwayat sosial Pengkajian perkembangan klien dan kondisi sosial
h. Kebutuhan Dasar
a) Makanan dan minuman Klien biasa yang demam memiliki nafsu makan,
dan terpaksa makan sehingga asupan nutrisinya kurang.
b) Pola tidur normal klien demam mengalami kesulitan tidur karena klien
merasa gelisah dan berkeringat.
c) Hygine
d) Eliminasi Eliminasi klien demam biasanya sulit buang air besar dan juga
dapat menyebabkan konstipasi menjadi cair.
i. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran Biasanya kesadaran klien dengan berat dan tinggi badan 15-13
Februari
b) Tanda-tanda vital Klien biasa dengan demam > 37,5 °C, nadi > 80 x
c) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, bekas trauma atau tidak b) Kulit,
rambut, kuku Turgor kulit (baik atau buruk), tidak ada gangguan/kelainan.
d) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
e) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi
sensorik terganggu atau tidak, biasanya pada klien demam mukosa bibir
klien akan kering dan pucat
f) Toraks dan abdomen Napas cepat dan dalam biasa, abdomen biasanya
nyeri dan ada peningkatan bising usus Bunyi usus normal pada bayi 3-5 x
g) Sistem pernapasan Umumnya fungsi pernapasan lebih cepat dan lebih
dalam
h) Sistem kardiovaskular Dalam hal ini nadi biasanya pada nadinya
bertambah
i) Sistem muskuloskeletal Apakah ada gangguan atau tidak
j) Sistem pernafasan Dalam hal ini tidak ada nafas yang tertinggal oleh
gerakan nafas dan biasanya kesadaran gelisah, apatis atau koma
k) Pemeriksaan tingkat perkembangan
 Kemandirian dan kemampuan bersosialisasi Aktivitas sosial klien
 Gerakan motorik halus yang menggunakan halus otot atau bagian
tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan
berlatih. Contoh: memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain,
mencoret-coret, memotong
 Gerakan motorik kasar tubuh menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan fisik anak misalnya kemampuan duduk, menendang,
berlari, naik turun tangga
 Kognitif dan bahasa Kemampuan klien berbicara dan berhitung.
j. Data Pendukung
Biasanya pemeriksaan laboratorium urin, feses, darah, dan leukosit
biasanya > 10.000 (meningkat), sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data
pengobatan Biasanya obat antipiretik diberikan untuk menurunkan suhu tubuh
klien, seperti ibuprofen, parasetamol (Yahya, 2018)

2. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme (H.0130)
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik (D.0019)
3) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (D.0080)
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (D.0055)
6) Diare berhubungan dengan perubahan air dan makanan (D.0020)
3. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Hipertermia Setelah dilakukan intervensi MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
keperawatan selama waktu tertentu 1. Observasi
diharapkan suhu tubuh tetap
 Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
berada dalam rentan normal
dehidrasi terpapar lingkungan panas
dengan kriteria hasil :
penggunaan incubator)
1. Pucat berkurang pantau kadar
 Monitor suhu tubuh
elektrolit pantau komplikasi
 Monitor kadar elektrolit
2. Menggigil menurun
3. Takikardia menurun  Monitor haluaran urine

4. Suhu membaik 2. Terapeutik

 Sediakan lingkungan yang dingin

 Longgarkan atau lepaskan pakaian

 Basahi dan kipasi permukaan tubuh

 Berikan cairan oral

 Ganti linen setiap hari atau lebih


sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)

 Lakukan pendinginan eksternal (mis.


selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)

 Hindari pemberian antipiretik atau


aspirin

 Batasi oksigen, jika perlu

3. Edukasi

 Anjurkan tirah baring

4. Kolaborasi

 Kolaborasi cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu

2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyari


adgen keperawatan selama waktu tertentu Observasi
pencedera diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis berkurang. Kriteria hasil : frekuensi, intensitas nyeri.
(D.0077). 1. Pasien melaporkan keluhan 2. Identifikasi skala nyeri.
nyeri berkurang 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
2. meringis menurun memperingan nyeri.
3. Pasien menunjukkan sikap 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
protektif menurun. tentang nyeri
4. Pasien tidak tampak gelisah. 5. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan.
Terapeutik
6. Berikan tehnik norfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri (teknik
nafas dalam)
10. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
11. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk
mengutangi nyeri.
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3 Deficit nutrisi Setelah dilakukan intervensi
Manajemen Nutrisi
keperawatan selama waktu tertentu
diharapkan status nutrisi terpenuhi Observasi :
dengan kriteria hasil :  Identifikasi status nutisi
 IMT membaik  Identifikas alergi dan intoleransi makanan
 Frekuensi makan meningkat  Monitor asupan makanan
 Nafsu makan meningkat  Monitor berat badan

Terapeutik
 Lakukan oral hygene sebelum makan
Jikaperlu

Edukasi
 Ajakan diet yang diprogamkan

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahlh gizi untuk
menentukan jumlah kalor dan jumlah
nutrisi yang dibutuhkan

4. Implementasi keperawatan
Implentasi adalah tahap dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
berbabagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncakan
dalam rencana tindakan keperawatan. Implementasi merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat berdasarkan tindakan yang telah doi rencanakan ditahap
intervensi sebelumnya, implementasi terdiri dari melakukan dan mendoumentasikan
tindakan yang diberikan merupakan suatu tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensikeperawatan.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari prpses pelaksanaan asuhan keperawatan yang
bertujuan untuk mengevaluasi atau melihat tingakt keberhasilan dari tindakan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan dalam bentuk
pendekatan SOAP.Menyusun rencana keperawatan yang baru apabila tindakan yang
dilakukan sebelumnya tiadak atau belum berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi, Yessie Mariza. 2013. KMB 1 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika

Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh
di SMC RS telegorejo semarang

M.Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek. Yogyakarta : Arr-
Ruzz Media

Nur, Rohmah, Resty P And Agus sarwo prayogi, Suryani, (2018) Penerapan Kompres Hangat
Pada Anak Demam Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di
Rsud Sleman. Skripsi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan (cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Yang Mengalani


đeman eThadaP Penurunan Moeloek Tubuh Anak Lampung. Jurnal IImu
Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45.

Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris Di Ruang
Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinnggi Tahun 2018

Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan :USU PRESS 2012

Anda mungkin juga menyukai