LP Febris Anak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

NIUDQIK UMKCIL]N]IK

BMAQFZ UICI IKIH CFQ]IK@

U]ZUI

Diajukan untuk memenuhi tugas Stase Anak

Cdsmk 7 SFO

Disusun Oleh :
Risza Apriani
Fauziyah

JNR0200119

UQD@QIO ZS]CF UQDBMZF KMQZ


ZMHDNIL SFK@@F FNO] HMZMLISIK
H]KFK@IK
SIL]K IHICMOFH 1515/1511
Daftar isi

Dabtar isi............................................................................................................................. i
A. Debinisi...................................................................................................................... 1
A. Hlasibikasi bearis...................................................................................................1
J. Anatdmi Fisidldgi...................................................................................................3
D. Mtidldgi....................................................................................................................... 3
M. Sanca Dan @ejala................................................................................................... 5
F. Hdmplikasi................................................................................................................. 5
@. Uatdbisidldgi............................................................................................................. 2

L. Uathway...................................................................................................................... 0
F. Uemeriksaan Uenunjang......................................................................................0
J. Uenatalaksanaan Oecis......................................................................................10
H. Hdnsep Asuhan Heperawatan.........................................................................11
N. Dabtar Uustaka..................................................................................................... 21

i
A. Definisi

Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,70 C.


Ada yang menyebutkan demam
sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (380 ‚
400C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,10 C, ada
juga yang
menyebutkan > 400 C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal,
tapi lebih rendah dari 37,70C (Zein, 2012).

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi


yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi
suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh
untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam
terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan , ataupun obat ‚ obatan (Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas


normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan
akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit ‚ penyakit yang ditandai dengan adanya
demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas
spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahanan terhadap
infeksi (Wardiyah, 2016).

B. Klasifikasi febris

Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut:

1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal
pada pagi hari. Sering

1
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik.
2. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah


mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa
jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa
hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang- kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk
malaria.

Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat


dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti :
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa
atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti
kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
(Nurarif, 2015)

1
C. Anatomi Fisiologi

Gambar 1 Anatomi Hipotalamus

Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon


dan di depan nucleus interpedunkularis. Hipotalamus terbagi
dalam berbagai inti
dan dareah inti. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior
thalamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf
autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic, sangat kuat
dengan emosi dan dasar pengantaran tulang, Sangat penting
berpengaruh antara system syaraf dan endokrin. Hipotalamus
juga bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan
keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh
melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan

mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis.


Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat
badan. Sebagai pengatur
tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat
respons emosional (rasa malu, marah, depresi, panic dan takut).

Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:

a. Mengontrol suhu tubuh


b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
c. Mengontrol asupan makanan

d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior

3
e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian

mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin


h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi Peran
hipotalamus adalah pengaturan hipotalamus terhadap
nafsu makan terutama bergantung pada interaksi antara dua
area : area “makan” lateral di anyaman nucleus berkas
prosensefalon medial pada pertemuan dengan
serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa kenyang:' medial di
nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat makan
membangkitkan perilaku makan.

D. Etiologi

Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya


suatu molekul kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan
Pirogen, yaitu zat pencetus panas. Biasanya penyebab demam
sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau dua hari dengan
pemeriksaan medis yang terarah.

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab


demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan
antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi


pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi,
penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi

3
pusat pengaturansuhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni,
2015).

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal dalam Thobroni (2015) bahwa etiologi
febris,diantaranya

1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi

E. Tanda Dan Gejala

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:

1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5ºC - 39ºC)


2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

F. Komplikasi

1. Dehidrasi : demam ↑ penguapan cairan tubuh


2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak
demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga
tidak membahayan otak

3. Takikardi, Insufisiensi jantung, Insufisiensi pulmonal

5
G. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses


oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh
membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal, memmbran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh
ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)
serta elektrolit lainnya kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya,
konsentrasi ion K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+
rendah, sedangkan di luar sel neuron berlaku sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
sebagai potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini, diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-ATP-ase ynag terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler


2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,
kimiawia
atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri
karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan


meningkatkan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen
akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun,
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
orang dewasa yang hanya mencapai 15%. Oleh karena itu,
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion
kalium maupun ion natrium melalui membran sel yang
mengakibatkan lepasnya aliran listrik. Lepasnya aliran listrik
ini sedemikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh bagian sel maupun membran
sel di sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” sehingga terjadilah
kejang.Ambang kejang tiap anak berbeda. Pada anak dengan
ambang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 0C, sedang
anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada
suhu 400C atau lebih.

2
H. Pathway

diare

hipertermi

lntoleransi
Deficit
aktivitas
nutrisi

Ganggua
n
ansietas pola tidur

(Sumber : Yahya, 2018)

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012),

7
Pemeriksaan radiologis :

thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga


harus diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap,
termasuk kimia darah, serologi terhadap beberapa seromarker
yang ada, serta pemeriksaan imunologi, seperti ANA test untuk
melihat kemungkinan SLE.

Pemeriksaan labolatorium :

1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk


penjajakan demam. Kalau dari darah dan urine rutin sudah
dapat menemukan penyebab demam, maka pemeriksaan
lainnya hanya untuk konfirmasi diagnostik atau untuk melihat
kemungkinan komplikasi. Banyak penyakit infeksi sudah bisa
diketahui atau sudah dapat diduga dengan pemeriksaan darah
dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1 beberapa
penyakit infeksi yang umum di Indonesia dengan manifestasi
demam dapat dibedakan dengan pemeriksaan darah rutine
dan mengenali jenis demamnya. Beberapa petunjuk penting
pada kasus demam akibat penyakit infeksi dan non infeksi
yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara
lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis,
demam tifoid, tuberkulosis, infeksi saluran kemih dengan
batu (biasanya disertai dengan hematuria), SLE, ITP, dan
malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti
DBD, chikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria,
leptospirosis, leukemia (lebih dari 20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya,
leptosopirosis, malaria, ITP, dan anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti
pada diare akut, DBD.

<
f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.

i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi


parasit seperti askariasis, trichuriasis,
schistosomiasis, necatoriasis,
trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis, paragonimiasis, Loefler's
syndrome dan reaksi alergi
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung.
Proteinuria ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan
berbagai sebab. Proteinuria juga dijumpai pada keadaan
hematuria. Gross hematuria sering dijumpai pada pasien
leptospirosis, malaria berat (Black Water Fever), batu
saluran kemih, DBD, dan kelainan

hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara
mikroskopik, dapat menemukan berbagai mikroorganisme
penyebab demam, seperti amuba, shigella, berbagai cacing
usus, dan berbagai jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa
dilanjutkan dengan kultur dan tes sensitivitas serta PCR. Bila
diperlukan kultur feses sesuai dengan mikroorganiosme yang
dicurigai sebagai penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus
dilakukan pada pasien demam yang dicurigai malaria.
Pemeriksaan darah malaria

harus diambil dari ujung jari (darah tepi, bukan darah vena).
Hapusan darah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan
untuk darah tebal,
tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi
malaria harus susuai dengan standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak
digunakan untuk mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD
(NS1, IgM, IgG), Malaria (falciparum dan vivax), Influenza,
Demam tifoid (typhidot), Leptospirosis, Infeksi HIV.
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang

diduga sebagai akibat dari infeksi.

6
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa
penyakit infeksi, seperti NS1 pada DBD
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang
saat ini

untuk menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker


penyakit. Pemeriksaan serologik untuk mendiagnosa
penyebab demam
dimintakan sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO
meninggi pada demam rematik, ANA positip pada SLE, viral
marker hepatitis seperti anti HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada
hepatitis akut, dan lain- lain.
9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai
dengan temuan dan dugaan klinis. Pengambilan sampel darah
untuk kultur setelah pemberian antibiotik selalu
memberikan nilai negatip.

Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih


terarah dalam menelusuri etiologi penyebab demam.
10.Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin,
LFT, dan lain-lain tergantung kondisi klinis pasien.
Pemeriksaan kimia darah ditujukan untuk melihat fungsi
organ dan gangguan metabolik lain akibat penyakit yang
mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga untuk
menunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya,
tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan
fungsi ginjal terjadi pada Weil's diseases, hiponatremia bisa
terjadi pada

malaria dan DBD, enzim transaminase selalu meninggi pada


DBD, leptospirosis dan malaria.

G. Penatalaksanaan Oedis

Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas diperlukan


penggunaan obat — obatan antipiretik. Ibuprofen mungkin aman bagi anak
— anak dengan kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar
dan lama kerja yang serupa dengan kerja asetaminofin

10
K. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir,
umur, jenis kelamin, nama orang tua, perkerjaan orang
tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris
mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C, berkeringat,
mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan
peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang
biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah,
berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot
dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan
apabila klien pernah mengalmi penyakit sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di
derita oleh keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun
penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal,
natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi
pada anak.
h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan
keadaan sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris
mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan
sehingga kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah
untuk tidur karena klien merasa gelisah dan
berkeringat.
3) Mandi

11
4) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk
buang air besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi
konsitensi bab menjadi cair.

j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 —
13, berat badan serta tinggi badan
2) Tanda — tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya >
37,5
°C, nadi > 80 x i Head to toe
a) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas
trauma atau tidak
b) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk),
tidak ada gangguan / kelainan.

c) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.


d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk,
kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau
tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa
bibir klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan
dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada
peningkatan bising usus bising usus normal pada
bayi 3 — 5 x
f) Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih
cepat

dan dalam
g) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya
denyut pada nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
i) Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat
nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan biasanya
kesadarannya gelisah, apatis atau koma
j) Pemeriksaan tingkat perkembangan
(1) Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial klien

12
(2) Motorik halus Gerakan yang menggunakan otot
halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Misalnya :

memindahkan benda dari tangn satu ke yang


lain, mencoret — coret, menggunting
(3) Motorik kasar Gerakan tubuh yang menggunakan
otot
— otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang di pengaruhi oleh
kematangan fisik anak contohnya kemampuan
duduk, menendang, berlari, naik turun tangga
( Lerner & Hultsch. 1983)
(4) Kognitif dan bahasa Kemampuan klien untuk
berbicara dan berhitung.

k. Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor


urine, feses, darah, dan biasanya leokosit nya > 10.000
( meningkat ) ,
sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data pengobatan Biasanya
diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh
klien, seperti ibuprofen, paracetamol (Yahya, 2018)
2. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS : keluarga mengatakan Peningkatan Hiperter
pasien demam laju mi
DO : suhu tubuh diatas metbolisme (D.0130)
nilai normal, kulit merah,
takikardi,
kulit terasa hangat
DS : keluarga Peningkatan Deficit
mengatakan pasien nafsu kebutuhan nutrisi
makan menurun DO : metabolism (D.0019)
membran mukosa pucat,
sariawan, diare, bising
usus hiperaktif
DS : keluarga mengatakan Kelemahan Intoleransi

13
pasien lemah aktivita
DO : frekuensi jan s
tung meningkat (D.005
6)

DS : keluarga Hambata Gangguan


mengatakan pasien sulit n pola tidur
tidur, istirahat tidak lingkunga (D.0055)
cukup n
DO : waktu tidur
DS : keluarga Ansietas
mengatakan khawatir Disfungsi (D.0080)
dengan akibat dari kondisi system
yang dihadapi keluarga
DO : tampak gelisah, suara
bergetar, tampak tegang
DS : keluarga Perubahan air Diare (D.0020)
mengatakan pasien dan makanan
perutnya sakit
DO : defekasi lebih dari
3x dalam 24 jam, feses
lembek, atau cair, BU
hiperaktif

3. Diagnosis keperawatan yang mngkin muncul


a. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme (D.0130)
b. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolisme (D.0019)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan
lingkungan (D.0055)
e. Ansietas berhubungan dengan disfungsi system keluarga
(D.0080)
f. Diare berhubungan dengan perubahan air dan makanan (D.0020)

14
4. Intervensi

No. Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional


keperawat
an
1. Hipertemi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I. 15506) – Mengidentifikasi
berhubung tindakan Observasi
dan mengelola
– ldentifikasi penyebab Hipertermia
an dengan keperawatan 3x 24 kelebihan
– monitor suhu tubuh
peningkata jam, diharapkan : volume cairan
– monitor kadar elektrolit
n laju 1. Pucat menurun – monitor komplikasi intravaskuler
metabolis 2. Menggigil dan ekstraseluler
– Akibat
me menurun Hipertermia
Terapeutik serta mencegah
(D.0130) 3. Takikardi – Longgarkan atau lepaskan pakaian terjadinya
menurun ketat komplikasi
4. Suhu membaik – berikan cairan
5. Suhu oral Edukasi
– Anjurkan tirah
kulit
baring Kolaborasi
membai – Kolaborasi
2. Deficit k pemberian Cairan dan
– Keadekuatan
(Termoregulasi elektrolit
nutrisi asupan nutrisi
Pemantauan Nutrisi (I.03123)
berhubungan L.14134)
Observasi untuk
dengan – Identifikasi faktor yang
memenuhi
Setelah dilakukan mempengaruhi asupan gizi
peningkatan kebutuhan
tindakan – Identifikasi perubahan BB
keperawatan 3x 24 – Identifikasi kelainan pada kulit
jam, diharapkan :
1. Pola makanan

15

kebutuhan
yang – Identifikasi kelainan pada rambut metabolism
metabolis dihabiskan – Identifikasi pola makan – Mengumpulkan
me 2. Sariawan – Identifikasi kelainan pada kuku dan
(D.0019) berkurang – Identifikasi Kemampuan menelan
menganalisis
– Identifikasi kelainan pada rongga
3. Perasaan cepat data yang
mulut
kenyang – Identifikasi kelainan eliminasi berkaitan
menurun – Monitor mual muntah dengan asupan
4. Nafsu – Monitor asupan oral
dan status gizi
makan – Monitor warna konjungtiva
meningkat
– Monitor hasil
laboratorium Terapeutik
5. Bising – Timbang BB
usus – Ukur antroprometri komposisi
membaik tubuh
6. Membran – Hitung perubahan BB
– Atur interval waktu pemantauan
mukosa
sesuai dengan kondisi pasien
membaik (Status – Dokumentasi kan hasil
nutrisi L.03030) pemantauan Edukasi
– Jelaskan tujuan dan
prosedur Pemantauan
3. Intoleran
– Informasi kan hasil
si
pemantauan Pemantauan tanda Mengumpulkan dan
aktivitas vital (I.02060) Observasi menganalisis data
Setelah dilakukan hasil
tindakan
keperawatan

16
berhubung
3x 24 jam, – monitor nadi ( frekuensi, pengukuran
an dengan diharapkan : kekuatan, irama ) fungsi vital
kelemahan 1. Frekuensi – monitor pernapasan ( kardiovaskuler,
(D.0056) nadi frekuensi, kedalaman )
pernafasan dan
– monitor suhu tubuh
membaik suhu tubuh
– monitor oksimetri nadi
2. Kemudahan – identifikasi penyebab perubahan
dalam tanda vital
melakukan Terapeutik
aktivitas sehari -
– atur interval pemantauan sesuai
kondisi
hari
3. Perasaan lemah

menurun
pasien
4. Frekuensi
– Dokumentasikam hasil pemantauan
napas
Edukasi
membaik
– Jelaskan tujuan dan
(Toleransi prosedur pemantauan
aktivitas – Informasikan hasil pemantauan,
L.05047) jika perlu
4. Gangguan Teknik Menenangkan (I.08248) Teknik relaksasi
pola Setelah dilakukan Observasi dengan
tindakan
– Identifikasi masalah yang pembetukan
dihadapi Terapeutik
tidur keperawatan 3x 24 imajinasi individu
– Buat kontrrak dengan pasien
berhubungan jam, diharapkan : – Ciptkan ruangan yang nyaman dengan
dengan 1. Kesejahteraan dan tenang meggunakan
hambatan fisik membaik semua indera
melalui

17

lingkunga 2. Perawatan membaik Edukasi


n sesuai – Anjurkan
(D.0055) mendengarkan
kebutuhan music, video
3. Keluhan tidak
animasi, yang
nyaman lembut atau music
yang disukai
menurun – Anjurkaan
4. Gelisah menurun melakukan teknik
menen angkan
5. Keluhan sulit
hingga perasaan
tidur menurun menjadi tenang
6. Keluhan
kedinginan
7. Pola
eliminasi
membaik
8. Pola tidur
5. Ansietas membaik (Status
berhubung Kenyamanan
an dengan L.08064)
disfungsi Reduksi ansietas
Setelah dilakukan (I.09314)
system tindakan Observasi
keperawatan 3x 24 – Identifikasi
saat tingkat
jam, diharapkan :
ansietas
1. Kontak berubah
mata – Identifikasi

18
kemampuan pemrosesan
mengambil
kognitif untuk
keputusan
mengurangi stress

Meminimalkan
kondisi individu
dan pengalaman
subyektif terhadap
objek yang tidak
jelas dan spesifik

18
keluarg
2. Pola – Monitor tanda-tanda akibat atsipasi
a ansietas Terapeutik
tidur bahaya yang memun
(D.008
membaik
– Ciptakan suasana terapeutik gkinkan individu
0) untuk menumbuhkan
3. Pucat menurun kepercayaan melakukan tin dakan
4. Perilaku – Pahami situasi yang membuat untuk menghadapi
gelisah ansietas ancaman
– Gunakan pendekatan yang
menurn
tenang dan meyakinkan
5. Tremor – Dengarkan dengan penuh
menurun (Tingkat perhatian
Ansietas L.09093) – Edukasi
– Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi
yang dialami
– Anjrkan keluarga untuk tetap
bersama
pasien
– Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan Menyiapkan,
6. Diare Setelah dilakukan – Latih teknik memberi dan
berhubungan relaksasi Kolaborasi
tindakan mengevaluasi
dengan
– Kolaborasi pemberian obat
keperawatan 3x 24 antiansietas, jika perlu keefektifan agen
perubahan jam, diharapkan : Pemberian Obat ( I. 02062 ) farmakologis yang di
air Observasi
1. Nyeri abdomen
– identifikasi kemungkinan
alergi, interaksi dan kontra
indikasi obat
– monitor tanda vital dan nilai

19

dan menuru laboratorium sebelum pemberian progamka


n obat n
(D.002 2 Konaistensi
0) . feses Terapeutik
membaik – Perhatikan peroduser pemberian
obat
– lakukan prinsip 6 benar
3. Frekuensi – buang obat yang tidak terpakai
defekasi /kadaluarsa
membaik
– dokumentasikan pemberian
4. Distensi obat dan respon terhadap obat
abdomen Edukasi
menurun – Jelaskan jenis obat, alasan
pemberian
(Eliminasi fekal L.
– Tindakan yang di harap kan dan
04033 ) efek samping
– Jelaskan faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
efektifitas obat

20
N. Daftar Pustaka

Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat


terhadap
penunrunan suhu
RS Telogorejo tubuh anak
Semarang. demam usia 1 — 3 tahun di SMC
Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id

M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan


Praktek.
Yogyakarta : Arr-Ruzz Media

Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko


Suryani, (2018) Umkmripik Hdoprms Lik`it Uici Ikih Cmoio
Cmk`ik @ik``uik Umomkulik Hmautulik Kyioik Ci Qsuc
Znmoik. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1
ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1
ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan
II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian


Kompres
Hangat Dan Yang
Tubuh Anak Tepid Mengalami
sponge Terhadap
demam Penurunan
Rsud Dr.Suhu
H.
Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45.
Diakses dari
Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94

Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q


Dengan Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad
Mochtar Bukittinnggi Tahun 2018
.Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska
Pdf
%20damayanti.

Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012

21

Anda mungkin juga menyukai