1 Laporan Pendahuluan Febris
1 Laporan Pendahuluan Febris
1 Laporan Pendahuluan Febris
Dosen : TIM
Disusun Oleh :
Risza Apriani Fauziyah
JNR0200119
i
A. Definisi
B. Klasifikasi febris
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
1
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-
kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria.
2
C. Anatomi Fisiologi
3
e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian
mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin
h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi Peran hipotalamus
adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama
bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan”
lateral di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada
pertemuan dengan serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa
kenyang:’ medial di nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat
makan membangkitkan perilaku makan.
D. Etiologi
4
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015).
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
F. Komplikasi
5
G. Patofisiologi
6
H. Pathway
diare
hipertermi
Intoleransi
Deficit
aktivitas
nutrisi
Gangguan
pola tidur
ansietas
I. Pemeriksaan Penunjang
7
Pemeriksaan radiologis :
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia
darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan
imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium :
8
f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit
seperti askariasis, trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis,
trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis, paragonimiasis, Loefler’s
syndrome dan reaksi alergi
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung.
Proteinuria ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan berbagai
sebab. Proteinuria juga dijumpai pada keadaan hematuria. Gross
hematuria sering dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria berat
(Black Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan kelainan
hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara
mikroskopik, dapat menemukan berbagai mikroorganisme penyebab
demam, seperti amuba, shigella, berbagai cacing usus, dan berbagai
jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan tes
sensitivitas serta PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan
mikroorganiosme yang dicurigai sebagai penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan
pada pasien demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria
harus diambil dari ujung jari (darah tepi, bukan darah vena). Hapusan
darah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah tebal,
tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi malaria
harus susuai dengan standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan
untuk mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG),
Malaria (falciparum dan vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot),
Leptospirosis, Infeksi HIV.
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga
sebagai akibat dari infeksi.
9
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit
infeksi, seperti NS1 pada DBD
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini
untuk menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit.
Pemeriksaan serologik untuk mendiagnosa penyebab demam
dimintakan sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi
pada demam rematik, ANA positip pada SLE, viral marker hepatitis
seperti anti HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain-
lain.
9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan
temuan dan dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur
setelah pemberian antibiotik selalu memberikan nilai negatip.
Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah
dalam menelusuri etiologi penyebab demam.
10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan
lain-lain tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah
ditujukan untuk melihat fungsi organ dan gangguan metabolik lain
akibat penyakit yang mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga
untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya,
tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi
ginjal terjadi pada Weil’s diseases, hiponatremia bisa terjadi pada
malaria dan DBD, enzim transaminase selalu meninggi pada DBD,
leptospirosis dan malaria.
J. Penatalaksanaan Medis
10
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, nama orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku,
bangsa, agama.
b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris mengeluh
suhu tubuh panas > 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan
peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang biasanya
yang kan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu
makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan apabila klien
pernah mengalmi penyakit sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh
keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun penyakit menular,
ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal, natal,
postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan
sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris mengalami
nafsu makan, dan susuh untuk makan sehingga kekurang
asupan nutrisi.
2) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk
tidur karena klien merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
11
4) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air
besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab
menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13,
berat badan serta tinggi badan
2) Tanda – tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5
°C, nadi > 80 x i Head to toe
a) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma
atau tidak
b) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada
gangguan / kelainan.
c) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk,
kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak,
biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir klien akan
kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam,
abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan bising usus
bising usus normal pada bayi 3 – 5 x
f) Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat
dan dalam
g) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut pada
nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
i) Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang
tertinggal / gerakan nafas dan biasanya kesadarannya
gelisah, apatis atau koma
j) Pemeriksaan tingkat perkembangan
(1) Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial klien
12
(2) Motorik halus Gerakan yang menggunakan otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi
oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya :
memindahkan benda dari tangn satu ke yang lain,
mencoret – coret, menggunting
(3) Motorik kasar Gerakan tubuh yang menggunakan otot
– otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak
contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik
turun tangga ( Lerner & Hultsch. 1983)
(4) Kognitif dan bahasa Kemampuan klien untuk berbicara
dan berhitung.
k. Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine,
feses, darah, dan biasanya leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) ,
sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data pengobatan Biasanya
diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,
seperti ibuprofen, paracetamol (Yahya, 2018)
2. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS : keluarga mengatakan Peningkatan laju Hipertermi
pasien demam metbolisme (D.0130)
DO : suhu tubuh diatas nilai
normal, kulit merah, takikardi,
kulit terasa hangat
DS : keluarga mengatakan Peningkatan Deficit nutrisi
pasien nafsu makan menurun kebutuhan (D.0019)
DO : membran mukosa pucat, metabolism
sariawan, diare, bising usus
hiperaktif
DS : keluarga mengatakan Kelemahan Intoleransi
13
pasien lemah aktivitas
DO : frekuensi jan tung (D.0056)
meningkat
DS : keluarga mengatakan Hambatan Gangguan pola
pasien sulit tidur, istirahat tidak lingkungan tidur (D.0055)
cukup
DO : waktu tidur
DS : keluarga mengatakan Disfungsi system Ansietas
khawatir dengan akibat dari keluarga (D.0080)
kondisi yang dihadapi
DO : tampak gelisah, suara
bergetar, tampak tegang
DS : keluarga mengatakan Perubahan air dan Diare (D.0020)
pasien perutnya sakit makanan
DO : defekasi lebih dari 3x
dalam 24 jam, feses lembek,
atau cair, BU hiperaktif
14
4. Intervensi
15
kebutuhan yang dihabiskan Identifikasi kelainan pada rambut metabolism
metabolisme 2. Sariawan Identifikasi pola makan Mengumpulkan
Identifikasi kelainan pada kuku
(D.0019) berkurang dan menganalisis
Identifikasi Kemampuan menelan
3. Perasaan cepat Identifikasi kelainan pada rongga mulut data yang berkaitan
kenyang menurun Identifikasi kelainan eliminasi dengan asupan dan
4. Nafsu makan Monitor mual muntah status gizi
Monitor asupan oral
meningkat
Monitor warna konjungtiva
5. Bising usus
Monitor hasil laboratorium
membaik Terapeutik
6. Membran Timbang BB
Ukur antroprometri komposisi tubuh
mukosa membaik
Hitung perubahan BB
(Status nutrisi
Atur interval waktu pemantauan sesuai
L.03030) dengan kondisi pasien
Dokumentasi kan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
Pemantauan
Informasi kan hasil pemantauan
3. Intoleransi Setelah dilakukan Pemantauan tanda vital (I.02060) Mengumpulkan dan
aktivitas tindakan keperawatan Observasi menganalisis data hasil
16
berhubungan 3x 24 jam, diharapkan : monitor nadi ( frekuensi, kekuatan, pengukuran fungsi
dengan 1. Frekuensi nadi irama ) vital kardiovaskuler,
monitor pernapasan ( frekuensi,
kelemahan membaik pernafasan dan suhu
kedalaman )
(D.0056) 2. Kemudahan dalam monitor suhu tubuh tubuh
melakukan monitor oksimetri nadi
aktivitas sehari - identifikasi penyebab perubahan tanda
vital
hari
Terapeutik
3. Perasaan lemah atur interval pemantauan sesuai kondisi
menurun pasien
4. Frekuensi napas Dokumentasikam hasil pemantauan
Edukasi
membaik
Jelaskan tujuan dan prosedur
(Toleransi aktivitas pemantauan
L.05047) Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
4. Gangguan Setelah dilakukan Teknik Menenangkan (I.08248) Teknik relaksasi
pola tidur tindakan keperawatan Observasi dengan pembetukan
Identifikasi masalah yang dihadapi
berhubungan 3x 24 jam, diharapkan : imajinasi individu
Terapeutik
dengan 1. Kesejahteraan fisik Buat kontrrak dengan pasien dengan meggunakan
hambatan membaik Ciptkan ruangan yang nyaman dan semua indera melalui
tenang
17
lingkungan 2. Perawatan sesuai Edukasi pemrosesan kognitif
(D.0055) kebutuhan Anjurkan mendengarkan music, video untuk mengurangi
animasi, yang lembut atau music yang
3. Keluhan tidak stress
disukai
nyaman menurun Anjurkaan melakukan teknik menen
4. Gelisah menurun angkan hingga perasaan menjadi
tenang
5. Keluhan sulit tidur
menurun
6. Keluhan
kedinginan
7. Pola eliminasi
membaik
8. Pola tidur membaik
(Status Kenyamanan
L.08064)
5. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314) Meminimalkan
berhubungan tindakan keperawatan Observasi kondisi individu dan
Identifikasi saat tingkat ansietas
dengan 3x 24 jam, diharapkan : pengalaman subyektif
berubah
disfungsi 1. Kontak mata Identifikasi kemampuan mengambil terhadap objek yang
system membaik keputusan tidak jelas dan spesifik
18
keluarga 2. Pola tidur Monitor tanda-tanda ansietas akibat atsipasi bahaya
(D.0080) membaik Terapeutik yang memun gkinkan
Ciptakan suasana terapeutik untuk
3. Pucat menurun individu melakukan tin
menumbuhkan kepercayaan
4. Perilaku gelisah Pahami situasi yang membuat ansietas dakan untuk
menurn Gunakan pendekatan yang tenang dan menghadapi ancaman
5. Tremor menurun meyakinkan
Dengarkan dengan penuh perhatian
(Tingkat Ansietas
Edukasi
L.09093) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang dialami
Anjrkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
6. Diare Setelah dilakukan Pemberian Obat ( I. 02062 ) Menyiapkan, memberi
berhubungan tindakan keperawatan Observasi dan mengevaluasi
identifikasi kemungkinan alergi,
dengan 3x 24 jam, diharapkan : keefektifan agen
interaksi dan kontra indikasi obat
perubahan air 1. Nyeri abdomen monitor tanda vital dan nilai farmakologis yang di
19
dan makanan menurun laboratorium sebelum pemberian obat progamkan
(D.0020) 2. Konaistensi feses Terapeutik
Perhatikan peroduser pemberian obat
membaik
lakukan prinsip 6 benar
3. Frekuensi defekasi buang obat yang tidak terpakai
membaik /kadaluarsa
4. Distensi abdomen dokumentasikan pemberian obat dan
respon terhadap obat
menurun
Edukasi
(Eliminasi fekal L. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian
04033 ) Tindakan yang di harap kan dan efek
samping
Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan
dan menurunkan efektifitas obat
20
L. Daftar Pustaka
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS
Telogorejo Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek.
Yogyakarta : Arr-Ruzz Media
Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko
Suryani, (2018) Penerapan Kompres Hangat Pada Anak Demam
Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud
Sleman. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi
Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Yang Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45. Diakses
dari Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan
Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar
Bukittinnggi Tahun 2018
.Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti.
Pdf
Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012
21