Kti Oktafianto Andi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKITIS PADA An. S

DI RUMAH SAKIT TENTARA Dr. SOEJONO

MAGELANG

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas
Akhir Pada Program Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh:
Oktafianto Andhi Prasetyo
NIM. P 17420513057

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

MARET, 2016
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATANBRONKITIS PADA An. S

DI RUMAH SAKIT TENTARA Dr. SOEDJONO

MAGELANG

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas
Akhir Pada Program Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh:
Oktafianto Andhi Prasetyo
NIM. P 17420513057

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

MARET, 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Laporan Kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Bronkitis pada An. S di

Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang. Penyusunan laporan kasus ini

disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir pada Program

Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Prodi

Keperawatan Magelang Tahun 2015.

Pembuatan laporan kasus ini penulis banyak menghadapi masalah dan

hambatan. Berkat bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak maka

laporan kasus ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Sugiyanto, S.Pd. M. App. Sc, Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan proposal.

2. Putrono, S.Kep., Ns., M.Kes, Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

3. Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes, Ketua Perwakilan Jurusan

Keperawatan Magelang.

4. Tulus P. Hastuti, S.Kep., Ns., M. Kes .,selaku pembimbing dan penguji

proposal yang telah memberikan bimbingan serta bantuan kepada penulis

dalam penyusunan laporan kasus ini sampai selesai.


5. Hermani Triredjeki, S.Kep.,Ns.,M.Kes dan Susi Tentrem R. T.,

S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen penguji laporan kasus Karya Tulis Ilmiah

peminatan anak.

6. Para dosen beserta para staf Program Studi DIII Keperawatan Magelang.

7. Teman-teman seperjuangan NAKULA yang telah berjuang bersama dalam

menyelesaikan laporan kasus ini khususnya.

8. Adik-adik SADEWA, LESMANA, KRESNA DAN BISMA yang ikut

memberi semangat untuk menyelesaikan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat

membangun sebagai masukan untuk melengkapi dan memperbaiki laporan kasus

ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan

kontribusi bagi kemajuan profesi keperawatan.

Magelang, maret 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN.....................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iv

KATA PENGANTAR..........................................................................................v

DAFTAR ISI.......................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Tujuan Penulisan.....................................................................................3

C. Manfaat Penulisan...................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5

A. Konsep Penyakit......................................................................................5

1. Pengertian Bronkitis...............................................................................5
3. Etiologi Bronkitis...................................................................................6

4. Manifestasi Klinik...................................................................................7

5. Patofisiologi...........................................................................................8

6. Pathway Bronkitis..................................................................................9

7. Penatalaksanaan...................................................................................10

B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan..........................................11

C. Asuhan keperawatan..............................................................................18

1. Pengkajian..............................................................................................18

2. Diagnosa dan perencanaan...................................................................22

4. Evaluasi..................................................................................................30

BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................32

A. Biodata pasien.........................................................................................32

B. Pengkajian..............................................................................................32

1. Riwayat keperawatan.........................................................................32

2. Pemeriksaan fisik................................................................................34

3. Pemeriksaan diagnostik......................................................................35

C. Perumusan Masalah..............................................................................35

1. Analisa data.........................................................................................35

2. Perencanaan keperawatan...................................................................37

3. Penatalaksanaan keperawatan.............................................................39

4. Evaluasi................................................................................................42

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN....................................................38

A. Pembahasan.............................................................................................38
B. Simpulan..................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Table Halaman

2.1 Tumbuh kembang menurut Joeyce Engel (2008).......................................11

3.1 Pemeriksaan diagnostik laboratorium.......................................................35


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pathway Bronkitis..................................................................................9


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara yang hanya memiliki dua musim dalam kalender

musimnya yaitu penghujan dan kemarau. Pergantian musimnya terjadi musim

pancaroba atau peralihan. Musim ini adalah musim yang paling rentan dalam

penyebaran penyakit khususnya pernafasan karena patogen paling banyak terjadi.

(Wong, 2009)

Tubuh anak masih rentang, bagian paling reaktif dari saluran pernafasan

bagian bawah adalah bronkus dan bronkiolus. Kartilagosa yang merupakan

penopang jalan nafas besar belum berkembang secara optimal sampai usia remaja.

Akibatnya otot polos pada struktur ini menjadi faktor utama terjadinya konstruksi

jalan nafas terutama pada bronkus atau bronkiolus.

Bronkitis adalah inflamasi jalan nafas utama yang sering berkaitan dengan

infeksi saluran nafas. Agens virus merupakan penyebab utama penyakit ini,

menyerang anak usia 0-4 tahun. (Wong, 2009)

Berdasarkan data dari RST Dr. Soedjono sampai bulan September tahun

2015 di bangsal flamboyan presentase penyakit bronkitis cukup sedikit yaitu

0,7% dengan jumlah 5 kasus dari 679 kasus yang ada. Presentase paling banyak

adalah febris 22 %, demam berdarah 9,2 %, dyspepsia 9,6 %, BBLR 8 %, disentri


6,4 %, kejang demam 3 %, vomitus 2,9 %, ISPA 2,6 %, gastritis 1,5 %,

hidrosepalus 0,3 % afiksia 0,3 % dan sisanya 33,5 % tidak diketahui .

Bronkitis penyakit yang di sebabkan oleh virus maupun bakteri yang

menyerang system pernafasan manusia yang dapat menyerang siapa saja termasuk

anak-anak. Factor lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya bronkitis,

seperti lingkungan perokok ataupun lingkungan yang sering terpapar polusi udara

asap kendaraan. Anak yang masih bermain kesana kemari dan juga masih rentang

dengan proses terjadinya penyakit perlu pengawasan yang lebih dari orang tua

agar tidak terkena bronkitis, hal ini dikarenakan Anak anak yang masih dalam

tahap perkembangan dengan fungsi organ yang belum maksimal dibandingkan

dengan orang dewasa, meskipun presentase penyakit ini sedikit namun dapat

menjadi masalah yang serius. Gejala seperti demam, kemudian batuk dan sesak

nafas dapat terjadi karena penumpukan lendir pada saluran pernafasan, pada anak

dengan saluran pernafasannya yang berukuran kecil penumpukan lendir ini dapat

mengakibatkan masalah ketidak efektifan jalan pernafasan yang sangat serius jika

tidak dilakukan tindakan keperawatan yang tepat pada masalah ini dapat

menyebabkan kematian pada anak karena terjadi sumbatan pada jalan pernafasan

anak yang menyebabkan kekurangan suplai oksigen ke tubuh.

Berhubungan dengan hal tersebut diperlukan keperawatan yang

komprehensif pada anak yang terkena penyakit bronkitis agar tidak terjadi

masalah yang lebih serius dengan harapan dapat mempercepat proses

penyembuhan dan tidak mengganggu tumbuh kembangnya. berdasarkan uraian

diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dalam membuat karya tulis
ilmiah mengenai Pengelolaan Keperawatan Bronkitis pada anak di RST Dr.

Soedjono Kota Magelang.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Memberikan diskripsi tentang laporan kasus pada anak yang berjudul

Asuhan Keperawatan dengan Bronkitis pada anak di Rumah Sakit Tentara

Dr. Soedjono Magelang dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien Bronkitis pada anak di Rumah

Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Bronkitis pada anak

di Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang.

c. Menyusun rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan

yang telah ditentukan pada pasien Bronkitis pada anak di Rumah

Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang.

d. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan

yang telah ditentukan pada masing-masing masalah keperawatan

Bronkitis pada anak di Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono

Magelang.

e. Melakukan evaluasi pada pasien bronkitis pada anak di Rumah Sakit

Tentara Dr. Soedjono Magelang


C. Manfaat

1. Secara Teoritis

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam mengelola

kasus bronkitis, juga diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain

dalam mengelola kasus yang bersangkutan .

2. Secara Praktis

a. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi

institusi pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan

datang.

b. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penulisan laporan ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi

perawat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya

pada anak dengan bronkitis.

c. Manfaat Bagi Penulis

Hasil penulisan laporan ini diharapkan penulis dapat memperoleh

pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan serta

dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khususnya

dalam menangani pasien dengan bronkitis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

a. Bronkitis adalah proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkus

utama dan menengah yang memanifestasi sebagai batuk dan sesak karena

terjadi peningkatan pembentukan mukus , serta biasanya akan membaik

tanpa terapi dalam 2 minggu (IDAI, 2010)

b. Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi

dan batuk sebagai tanda paling dominan, disebabkan oleh virus dan bakteri

dengan factor presdiposisi alergi, perubahan cuaca, dan polusi udara.

(Ngastiyah, 2012)

c. Bronkitis adalah infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan inflamasi

yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang kebanyakan

disebabkan virus RSV, Virus influenza, virus parainfluensa dengan tanda

dan gejala timbulnya suara nafas yang berat dan kasar, demam dan

produksi dahak yang berlebihan . (Nanda, 2014)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

bronkitis adalah proses inflamasi yang mengenai trakea dan bronkus yang

disebabkan oleh banyak faktor diantaranya disebabkan oleh virus dan

bakteri ditambah alergi, perubahan cuaca, polusi udara sebagai factor


presdiposisi dengan tanda gejala yang sering terjadi seperti batuk, sesak

nafas, suara nafas yang berat dan kasar, demam dan prosuksi dahak yang

berlebihan.

2. Etiologi

Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2010

a. Virus

Sebagian besar disebabkan oleh virus, antara lain yaitu Rhinovirus,

RSV, Virus Influenza, Virus para influenza, Adenovirus, virus

rubeola dan paramyxovirus. Tetapi zat iritan seperti asam lambung,

atau polusi lingkungan.

b. Bakteri

Jumlah bronkitis akut bacterial jauh lebih sedikit dari pada

bronkitis akut viral. Invasi bakteri ke bronkus dapat merupakan

infeksi sekunder setelah terjadi kerusakan permukaan mukosa oleh

virus sebelumnya. Bakteri penyebabnya diantaranya

staphylococcus aureus, streptococcus pnumoniae dan haemophilus

influenza.

c. Faktor lingkungan

Karena terpapar polusi udara yang terus menerus seperti karena

asap rokok, perubahan cuaca.


3. Manifestasi klinis

a. Demam dengan kisaran suhu normal 40˚C

b. Batuk produktif dengan mukus kental dan sputum berlebih

c. Takipnea

d. dispnea

e. Terdengar suara ronkhi dan wheezing

f. Sianosis

g. Anoreksia dan sukar makan

(Corwin, 2009)
4. Patofisiologi

Serangan bronkitis terjadi karena tubuh terpapar oleh agen infeksi

seperti virus maupun bakteri atau oleh agen non infeksi seperti asap rokok.

Virus masuk melalui saluran pernafasan, masa intubasi virus ini adalah

selama 5 sampai 8 hari, setelat itu akan timbul gejala infeksi, agen infeksi

ini akan menyebabkan iritasi akan timbul respons inflamasi yang akan

menyebabkan edema mukosa yang akan mengganggu system pembersihan

di paru. Normalnya paru-paru memiliki kemampuan pembersihan yaitu

kemampuan yang dilakukan oleh mukus dan silia, namun pada pasien

dengan bronkitis kemampuan ini akan mengalami kerusakan sehingga

saluran pernafasan mudah terkena infeksi. Kelenjar mukus akan menjadi

hipertropi dan hiperplasi saat terjadi infeksi hal ini akan menyebabkan

produksi mukus yang meningkat, infeksi juga menyebabkan dinding

bronchial meradang, menebal dan mengeluarkan mukus kental.

Peradangan pada bronchial juga memicu tubuh Produksi mukus kental

dari peradangan dinding bronchial ditambah dengan peningkatan mukus

dari kelenjar mukus akan mengakibatkan terhambatnya beberapa saluran

udara kecil dan mempersempit saluran udara besar yang akan

mengakibatkan obstruksi jalan nafas terutama selama ekspirasi, sehingga

sering kali terjadi kekurangan oksigen tubuh dengan munculnya tanda

sianosis dan juga keletihan karena penggunaan otot bantu pernafasan yang

berlebihan. (IDAI 2010 dan Nanda 2014)


5. Pathway
Invasi
Saluranvirus atau
nafas bakteri
dalam

MK. hipertermi Radang bronkial

Inflamasi pada
bronkial Gangguan
pembersihan di paru

Akumulasi Mukus Produksi mukus


Kontriksi berlebihan

Edema
Timbul reaksi balik
Hiperventilasi paru

kelelahan
MK. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
atelektasis

Penegeluaran energy berlebihan MK. Intoleransi aktivitas hipoksemial

anoreksia Kompensasi frekueisi napas


MK.
Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kebersihan mulut menurun MK.


Ketidakefektifan pola napas

Gambar 2.1 Pathway bronkitis Dikembangkan dari Nanda NIC NOC 2014
6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bronkitis adalah sebagai berikut :

a. Lakukan fisioterapi dada untuk mengeluarkan mukus dari saluran nafas

b. Ajarkan pada anak yang sudah mengerti tentang apa yang harus dilakukan

saat terjadi batuk, yaitu batuk efektif agar mukus yang terdapat dalam

saluran pernafasan dapat dikeluarkan karena jika tidak dikeluarkan akan

merangsang untuk batuk lagi.

c. Pemberian terapi uap melalui nebulizer sebagai tindakan lanjut untuk

membantu pengeluaran mukus

d. Terapi oksigenasi dilakukan bila terjadi penurunan gas darah yang adekuat

e. Pemberian obat anti inflamasi kortikosteroid

f. Pemberian antibiotic jika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri adalah

penisilin dan kloramfenikol

g. Pemberian obat penurun panas jika terjadi demam

h. Menjaga asupan makanan pada anak, banyak minum terutama sari sari

buah

(L. Wong, 2009 dan Ngastiyah, 2012)


B. Konsep tumbuh dan perkembangan

Pertumbuhan pada anak dilihat dari pertumbuhan :

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dapat digunakan selama

mengobservasi bayi atau anak menurut Joyce Engel (2008) adalah:

a. Usia Bayi

Tabel 2.1

Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

Umur Fisik/motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi


1-2 BB bertambah Bilatidak Tidak ada Memanda
bulan tiap minggu nyaman tujuan, tidak ng wajah
140-200gr akan ada harapan dengan
Tinggi menangis pada usia 1 sungguh
Mengeluar- bulan Dapat
bertambah
kan suara Berespons tersenyum
2,5 cm
Bahasa secara
Mampu
sendiri terbuka
membuat
terhadap ojek
gerakan
yang berbeda
merangkak
Secara sadar
saat tengkurap
mengulang
Mengikuti
aktivitas
objek dan
suara secara
visual
3 -4 Mampu Mengeluar- Berespons Mengenali
bulan meletakkan kan suara secara wajah yg
tangan di dalam terbuka dikenal
depan dan berespons terhadap ojek Bila orang
memandannya terhadap yang berbeda tua
Mampu suara lain Secara sadar mendekati
memegang Menjerit mengulangi akan
objek dan tertawa aktivitas berhenti
Mengikuti Membuat menangis
bunyi secara suara Bosan jika
visual dengan konsonan ditinggal
memalingkan (b, g, k, n, ) sendiri
kepala

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Umur Fisik/motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi


5 -8 Memainkan Membuat Mencari Mengenali
bulan kakinya suara objek di dan
Memasukkan konsonan tempatnya memperlihatk
objek ke mulut (b, g, k, n, menghilan an ketakutan
Dapat p) g terhadap
berguling Mulai Meniru orang asing
sempurna meniru orang lain Bermain
Duduk sendiri suara Daftar ciluk ba
dengan stabil (batuk) aktivitas
Mampu meluas
menghasilk
an 4 suara
vokal yang
berbeda
9 Berusaha Mengucap- Memberik Bermain
bulan- berdiri kan dua an tanda ciluk ba
1 Merangkak ke kata selain terhadap Mengekspres
tahun arah belakang mama dan kejadian ikan frustasi
dada Aktivitas bila dihalangi
Meniru mengarah Berespon
suara yang ke tujuan terhadap
diucapkan perintah
Memperlihat
kan emosi

b. Usia Toodler dan prasekolah

Tabel 2.2

Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Toodler dan prasekolah

Umur Fisik/motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi


1-1,5 Berjalan Pada umur Memaham Memegang
tahun dengan kaki 1,5 tahun i gelas dengan
lebar mampu hubungan baik
Mampu mengucapk objek Tidak begitu
menaiki dan an 10 kata dengan takut dengan
merangkak atau lebih kegunaann orang asing
menuruni ya
tangga dibantu
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Umur Fisik/motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi
2 BB Bertambah Kosa kata Mempunyai Memperlak
Tahun 1,8-2,7 kg 300 kata pengertian ukan teman
Dapat naik Mampu dan lain seperti
sepeda roda membuat pemikiran objek
tiga kalimat ke masa Mengguna-
Menyusun 6-7 pendek depan kan pakaian
kubus dengan 2-3 Permulaan yang
Dapat dilatih kata masalah sederhana
eliminasi saat bermain Kemandiri-
siang hari an yang
meningkat

4 Melompat Mengetahui Mengulangi Agresif


Tahun dengan 1 kaki lagu 4 angka terhadap
Menggambar sederhana Menyebutka anggota
orang denga 3 Memahami n satu atau keluarga
bagian konsep di lebih uang Mengidentif
atas, bawah, logam ikasi orang
samping tua dari
dan depan jenis
kelamin

5 Menulis - Menyebut- Menyenang


Tahun beberapa huruf kan 4 warna kan
dengan benar atau lebih Lebih
Menggambar Menyebut- sering
orang dengan 6 kan nama mencari ibu
atau 8 bagian hari Lebih kuat
Menggunakan mengenali
gunting dan orang tua
pensil dengan dengan
benar jenis
Dapat menulis kelamin
nama yang
panggilan berbeda
c. Usia Sekolah

Tabel 2.3

Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Sekolah

Umur Fisik/motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi


7 -9 Kecepatan dan Membaca Membaca Lugu
tahun kehalusan seperti waktu untuk terhadap
aktivitas mesin seperempat masalah
motorik jam seksual
meningkat Umur dan Aktif
Menggunakan pemikiran mencari
alat-alat secara mulai teman
umum berhubunga Bermain
Variasi n dengan
keterampilan Menyebutka teman
lebih n nama hari sejenis
individual dan bulan Mulai
dengan memuja
berurutan pahlawan
Menghitung
mundur dari
20 ke 1

10-12 Pertambahan Senang Pemikiran Sangat


tahun TB lambat menulis logis dan tertarik
Pertambahan surat kemampuan dengan
BB cepat Membaca berfikir berbagai
Mulai Nampak untuk abstrak macam
perubahan kesenangan berkembang bacaan
tubuh akibat dan tujuan Pemikiran Teman
pubertas tertentu reflektif dan sebaya dan
Memasak, futuristik orang tua
memcuci, penting
mengergaji, Mulai
mengecat tertraik
dengan
lawan jenis
d. Remaja

Tabel 2.4

Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Umur Fisik/motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi

Remaja Pertambahan Berbicara Kikuk dan Suasanan hati


awal maksimum lama di tidak berubah-ubah
TB dan BB telepon konsisten Konflik yang
Anak wanita dalam intens dengan
mulai pemikiran orang tua
mendapat abstrak Anak laki-
haid Titik laki
terendah menyukai
dalam olahraga
kreativitas Anak wanita
membicara-
kan pakaian

Remaja Anak laki- - Berfikir Identitas


Akhir laki kompleks seksual
mencapai Kreativitas terbentuk
maturitas memudar Lebih
fisik nyaman
dengan diri
sendiri
Membentuk
hubungan
yang
menetap
C. Asuhan Keperawatan Anak dengan Bronkitis

1. Pengkajian :

a. Pola pengkajian fungsional menurut Gordon

1) Pola penatalaksanaan kesehatan-persepsi kesehatan

Persepsi yang berhubungan dengan penatalaksanaan kesehatan

umum dan praktik pencegahan yang dapat menimbulkan

masalah dalam kesehatan.

2) Pola nutrisi metabolik

Asupan makanan dan cairan yang berhubungan dengan

kebutuhan metabolik. Adanya mual dan muntah, penurunan

nafsu makan selama sakit,

3) Pola eliminasi

Regulasi dan kontrol fungsi ekskresi, defekasi berkemih dan

zat sisa.

4) Pola aktivitas-latihan

Pola aktivitas yang memerlukan penggunaan energi dan

memberikan energi, karena anak yang mengalami bronkitis

akan mengalami kelelahan dan keletihan

5) Pola tidur-istirahat

Kebiasaan tidur anak akan terganggu dikarenakan suhu badan

yang meningkat dan batuk keras paroksimal , sehingga anak

merasa gelisah dan terganggu pada waktu tidur.

6) Pola kognitif-perseptual
Keadekuatan ketrampilan kognitif bahasa dan persepsi yang

berhubungan dengan aktivitas yang dibutuhkan atau diinginkan

termasuk persepsi nyeri. Perubahan kondisi kesehatan dan gaya

hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam

merawat diri.

7) Pola konsep diri-persepsi diri

Keyakinan dan evaluasi terhadap makna diri. Perubahan

apabila anak tidak efektif dalam mengatasi masalah

penyakitnya.

8) Pola hubungan-peran

Peran keluarga dan sosial khususnya hubungan orang tua

dengan anak. Kondisi kesehatan mempengaruhi hubungan

interpersonal dan peran serta dalam menjalankan perannya

selama sakit.

9) Pola reproduktif seksualitas

Masalah atau masalah potensial dengan seksualitas atau

reproduksi.

10) Pola toleransi stress koping

Tingkat toleransi stress dan pola koping termasuk pola

pendukung. Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif

dalam memgatasi masalah penyakitnya.

11) Pola keyakinan-nilai


Nilai, tujuan atau keyakinan yang mempengaruhi keputusan

dari tindakan yang terkait kesehatan. Timbulnya distress

spiritual pada pasien menjadikan cemas dan takut.

(L. Wong 2009 dan Nanda 2014)

b. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

2) TTV

Suhu meningkat berkisar 40˚C pada fase infeksi yaitu 1-4 hari.

Pemeriksaan nadi dapat didapatkan penurunan frekuensi nadi

(bradikardi relatif).

3) Sistem pernapasaan

Pernafasan cepat, dangkal dengan adanya cuping hidung

mengembang dan retraksi dada, adanya batuk dengan produksi

mukus yang meningkat pada saluran nafas. Muncul suara

wheezing dan ronchi

4) Sistem neurosensori dan sistem saraf pusat

5) Sistem gastrointestinal

Men galami mual muntah nafsu makan menurun, anoreksia

dapat ditemukan penurunan berat badan

6) Sistem muskuloskeleta

Respon sistemik akan menyebabkan malaise, kelemahan fisik

umum dan keletihan (Muttaqin, 2013)


c. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan foto thoraks dinilai untuk menilai derajat

progesivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru

obstruksi menahun

2) Pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya

perubahan pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil

hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara makroskospis

untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru.

3) Analisa gas darah

Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri

dan peningkatan karbon dioksida arteri (Muttaqin, 2008)

2. Diagnosa

a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas

Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau

obstruksi selaruan nafas guna mempertahankan jalan nafas yang

bersih.

Batasan karakteristik :

1) Subjektif

a) Dispnea

2) Objektif

a) Suara nafas tambahan (crackel, mengi, ronchi)

b) Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan


c) Batuk tidak ada atau tidak efektif

d) Sianosis

e) Kesulitan untuk berbicara

f) Penurunan suara nafas

g) Sputum berlebihan

Hasil NOC :

1) Pencegahan aspirasi : tindakan personal untuk mencegah

masuknya cairan dan parikel padat ke dalam paru

2) Status pernafasan : kepatenan jalan nafas, jalan nafas

trakepbronkial terbuka dan bersih untuk pertukaran gas

3) Status pernafasan : ventilasi : pergerakan udara masuk dan keluar

paru

Intervensi NIC :

1) Manajemen jalan nafas : memfasilitasi kepatenan jalan udara

2) Pengisapan jalan nafas : mengeluarkan secret dari jalan nafas

dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan nafas

oral atau trakea

3) Kewaspadaan aspirasi : mencegah atau meminimalkan factor

resiko pada pasien yang beresiko mengalami aspirasi.

4) Peningkatan batuk : meningkatan inhalasi dalam pada pasien yang

memiliki riwayat keturunan mengalami tekanan intratoraksit dan

kompres parenkim paru yang mendasar untuk pengarahan tenaga

dalam menghembuskan udara.


5) Pengaturan posisi : mengubah posisi pasien atau bagian tubuh

pasien secara sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologi

dan psikologi.

6) Pemantauan pernapasan : mengumpulkan dan menganalisis data

pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas

yang adekuat.

7) Bantuan ventilasi : meningkatkan pola pernafasan spontan yang

optimal sehingga memaksimalkan pertukaran oksigen dan

karbondioksida didalam paru.

(Nanda NIC-NOC,2015,hal.37)

b. Ketidak efektifan pola nafas

Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang

adekuat

Batasan kareteristik :

1) Subjektif

a) Dispnea

b) Nafas pendek

2) Objektif

a) Takipnea

b) Penggunaan otot batu asesorius untuk bernafas

c) Nafas cuping hidung

d) Penurunan kaasitas vital

e) Fase ekspirasi memanjang


f) Perubahan ekstruksi dada

Hasil NOC :

1) Respon alergik : tingkat keparahan respon imun hipersensitif

sitemik terhadap antigen tertentu dari lingkungan

2) Respon ventilasi mekanik : pertukaran alveolar dan perfusi

jaringan yang dibantu oleh ventilasi mekanik.

3) Status penapasan : jalur napas trakeobronkial bersih dan terbuka

untuk pertukaraan gas.

4) Status respirasi : pergerakan udara kedalam dan keluar paru.

5) Status tanda vital : tingkat suhu, nadi, pernapasan dan tekanan

darah dalam rentan normal.

Intervensi NIC :

1) Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas.

2) Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret jalan napas dengan

cara memasukkan kateter pengisapan ke dalam jalan napas oral

atau trakea pasien.

3) Manajemen anafilaksis : meningkatkan ventilasi dan perfusi

jaringan yang adekuat untuk individu yang mengalami reaksi

alergi berat.

4) Ventilasi mekanis : menggunakan alat buatan untuk membantu

pasien bernapas.
5) Bantuan ventilasi : meningkatkan pola pernapasan spontan yang

optimal sehingga memaksimalkan pertukaran oksigen dan

kabondioksida di dalam paru.

6) Pemantauan pernapasan : mengumpulkan dan menganalisis data

pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas

yang adekuat.

(Nanda NIC-NOC,2015,hal.102)

c. Hipertermi

Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

Batasan karateritik :

1) konvulsi

2) kulit kemerahan

3) peningkatan suhu tubuh diatas kisaran

normal hasil NOC :

1) suhu tubuh dalam rentang normal

2) nadi dan RR dalam rentang normal

3) tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi NIC

1) Monitor warna dan suhu kulit

2) Monitor intake dan output

3) Monitot tanda-tanda hipertermi dan hipotermi

4) Kompres pasien dengan air hangat

5) Kolaborasi pemberian cairan intravena


d. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

metabolik.

Batasan karakteristik :

1) Subjektif

a) Kram abdomen

b) Menolak makan

c) Indigesti

d) Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan

2) Objektif

a) Pembuluh kapiler rapuh

b) Diare

c) Bising usus hiperaktif

d) Membran mukosa pucat

e) Tonus otot buruk

f) Kelemahan otot

Hasil NOC :

1) Selera makan : keinginan untuk makan ketika dalam keadaan

sakit atau sedang menjalani pengobatan.

2) Status gizi : tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi

kebutuhan metabolik.

3) Perawatan diri : kemampuan untuk mempersiapkan dan

mengingesti makanan dan cairan secara mandiri dengan atau


tanpa alat bantu.Berat badan : tingkat kesesuaian berat badan,

otot, dan lemak dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis

kelamin dan usia.

Intervensi NIC :

1) Bantuan pemberian ASI : mempersiapkan ibu baru untuk

menyusui anaknya.

2) Manajemen gangguan makan : mencegah dan menagani

pembatasan diet yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan

atau memasukkan makanan dan minuman dalam jumlah

banyak kemudian berusaha mengeluarkan semuanya.

3) Manajemen nutrisi : membantu atau menyediakan asupan

makanan dan cairan diet seimbang.

4) Terapi nutrisi : pemberian makanan atau cairan untuk

mendukung proses metabolik pasien yang malnutrisi atau

beresiko tinggi terhadap malnutrisi.

5) Pemantauan nutrisi : mengumpulkan dan menganalisis data

pasien untuk mencegah dan meminimalkan kurang gizi.

6) Bantuan menaikkan berat badan : memfasilitasi pencapaian

kenaikan berat badan.

(Nanda NIC-NOC,2013,hal.503)
e. Intoleransi aktivitas

Definisi : Ketidak cukupan energi fisioligi atau psikologis untuk

melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau

harus dilakukan.

Batasan karakteristik :

1) Subjektif

a) Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas

b) Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal

2) Objektif

a) Tekanan darah tidak normal

b) Perubahan EKG yang menunjukan aritmia atau iskemia

Hasil NOC :

1) Toleransi aktivitas : respon fisiologi taerhadap gerakan yang

memakan energy dalam aktivitas sehari-hari.

2) Ketahanan : Kapasitas untuk menyelesaikan aktifitas.

3) Penghematan Energi : tindakan individu dalam mengelola energi

untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas.

4) Kebugaran fisik : pelaksanaan aktivitas fisik yang penuh vitalitas.

5) Energi Psikomotirk : dorongan dan energi individu untuk

mempertahankan aktivitas hidup sehari-hari, nutrisi, dan keamanan

personal.

6) Perawatan-Diri : aktivitas kehidupan sehari-hari (AKSI) :

Kemampuan untuk melakukan tugas-tugas fisik yang paling dasar


dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa

alat bantu.

Intervensi NIC :

1) Terapi aktivitas : memberi anjuran tentang dan bantuan dalam

aktivitas fisik, kognitif, social, dan spiritual yang spesifik untuk

meningkatkan rentang, frekuensi atau durasi aktivitas individu

(atau kelompok)

2) Manajemen energi : mengatur penggunaan energy untuk mengatasi

atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi.

3) Manajemen lingkungan : memanipulasi lingkungan sekitar pasien

untuk memperoleh manfaat terapeutik,stimulasi sensorik, dan

kesejahteraan psikologi.

(Nanda NIC-NOC,2013,hal.27)

3. Evaluasi

Berdasarkan implementasi yang dilakukan, maka evaluasi yang

diharapkan:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan

napas Kriteria hasil :

1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan depsneu.

2) Menunjukkan jalan nafas yang paten.

3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat

menghambat jalan nafas.


b. Gangguan pola

nafas Kriteria hasil :

1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang

tidak bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu.

2) Menunjukkan jalan nafas yang paten.

3) Tanda – tanda vital dalam rentan normal.

c. Hipertermi

Kriteria hasil :

1) Suhu tubuh dalam rentang normal

2) Nadi dan RR dalam rentang normal

3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kriteria hasil :

1) Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan.

2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.

3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

4) Tidak ada tanda – tanda malnutrisi.

5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

e. Intoleransi

aktivitas Kriteria

hasil :

1) Respon fisiologi taerhadap gerakan yang memakan energi

dalam aktivitas sehari-hari.

2) Dapat menyelesaikan aktifitas.


3) Dapat untuk melakukan tugas-tugas fisik yang paling dasar dan

aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa

alat bantu.
BAB III

LAPORAN

KASUS

A. Biodata Pasien

Klien bernama An. S, umur 22 bulan ,jenis kelamin laki-

laki,beragama islam, dan beralamat di asrama Armed II Magelang. Klien

masuk rumah sakit pada tanggal 22januari 2016 jam 09.30 WIB, lewat

Instalasi Gawat Darurat dengan diagnosa masuk bronkitis, dan klien di

rawat inap di bangsal FlamboyanRumah Sakit dr Soedjono

Magelangdengan penanggung jawab yaitu Tn. S ayah kandung dari An. S,

beragama islam, berumur 42 tahun, pekerjaan sebagai anggota TNI AD

dan beralamat di asrama Armed II magelang.

B. Pengkajian Keperawatan

1. Riwayat keperawatan

Klien datang di Instalasi Gawat Darurat tanggal 22 januari 2016,

jam 09.30 WIB, dengan keadaan sesak nafas dan demam sejak 1 hari

yang lalu disertai batuk. Klien mendapat terapi O 2 nasal 2 lpm, dengan

terapi ventolin 1 ml + Nacl 1,5 ml, otopan 3 x 1 cth, lapixime 3x1

250mg dan dipasang infuse D5 ¼ Ns ditangan kanan.

Sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit, bila klien

sakit orang tua klien membawanya di puskesmas atau bidan. Riwayat

kehamilan dan persalinan, prenatal : selama kehamilan An. S, ibu klien

sering memeriksakan kehamilannya ke bidan dan puskesmas.


Intranatal : An. S lahir di bidan, persalinan normal, berat badan saat

lahir 3200 gram dan panjang badan 49 cm. Postnatal : klien dirumah

diasuh oleh kedua orang tuanya. Riwayat imunisasi klien mendapat

imunisasi Hb0 saat lahir dan imunisasi dasar lengkap yaitu : BCG saat

berumur 1 bulan, hepatitis B I, II, III, polio I, II dan DPT I, II saat

berumur 2-3 bulan, DPT III dan polio III saat berusia 4 bulan dan polio

IV serta campak saat berusia 9 bulan. Riwayat tumbuh kembang klien,

Riwayat perkembangan motorik kasar : klien sudah dapatbisa berlari.

Motorik halus : klien bisa melambaikan tangan, komunikasi verbal :

dalam berbicara klien sudah dapat dimengerti. Riwayat pertumbuhan :

tinggi badan 96 cm, berat badan 9,1 kg.

2. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data keadaan umum sedang,

kesadaran klien compos mentis. Data yang diperoleh dari pemeriksaan

kepala mesocepal, rambut menyebar merata.Pemeriksaan mata sklera

mata tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan

normal, telinga simetris, tidak ada pengeluaran serumen, pendengaran

baik.Pemeriksaan hidung ada sekret.Pemeriksaan mulut mukosa bibir

lembab, gigi belum tumbuh sempurna dan lidah bersih.

Pemeriksaan fisik bagian dada, inspeksi ekspansi dada simetris

dan ictus cordis tak terlihat, palpasi vokal fremitus sama pada kanan

dan kiri, tidak ada nyeri tekan, dan ictus cordis teraba pada intercosta

5,6,perkusi terdengar bunyi sonor dan redup, auskultasi terdengar


suara wheezing dan ronchi dan bunyi jantung S1 dan S2reguler. Pada

pemeriksaan abdomen simetris tidak ada lesi, perkusi tympani,

peristaltik 20 kali permenit, tidak ada nyeri tekan, pada pemeriksaan

genetalia terlihat bersih dan tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan

ekstremitas atas dan bawah fungsinya normal, terpasang infus D5 ¼

Ns tetes permenit pada tangan kanan.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 januari 2016 pukul 16.30

WIB pada An. S didapatkan data antara lain : Keadaan umum klien

sedang, kesadaran compos mentis, klienbatuk berdahak dan dahak sulit

keluar, klien juga sesak nafas terlihat penggunaan otot bantu

pernafasan , saat dilakukan auskultasi paru terdengar suara tambahan

yaitu ronchi dan wheezing, kulit kemerahan, klien rewel. Diperoleh

pengukuran tanda-tanda vital suhu 38o C, nadi 170 x/menit, respirasi

45 x/menit.
3. Pemeriksaan diagnostik

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 23januari 2016 pukul 10.38

WIB

Hematologi :

Darah lengkap Hasil Satuan Nilai rujukan

WBC (H) 14,2 K/uL 4,0 – 10,0

LYM (L) 14,3 % 25 – 50

RGB (H) 11,7 g/dl 12,0 – 16,0

MCV (L) 73,3 Fl 81 – 101

MCH (L) 25 Pg 27 – 33

Tabel 3.1

C. Perumusan Masalah

1. Analisa data

a. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 23 januari 2016

pukul 16.30 WIB didapatkan data yang didapat meliputi : data

subjektif : ibu klien mengatakan bahwa An. Sbatuk dengan

yangdahak sulit keluar, sedangkan data objektif : Klien batuk

berdahak, terdapat suara nafas wheezing dan ronchi, dan respirasi

45 x/menit. Berdasarkan hasil analisa data yang ada maka masalah

keperawatan yang muncul pada klien yaitu ketidakefektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret di jalan

nafas.
b. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 23 januari 2016

pukul 16.30WIB didapatkan data yang didapat meliputi : data

subjektif : ibu klien mengatakan bahwa An. S sesak nafas sejak

tadi malam pukul 01.00 WIB , sedangkan data objektif : klien

tampak sesak nafas, terlihat penggunan otot bantu pernafasan saat

bernafas, nafas dangkal dan cepat, dan respirasi 45 x/menit.

Berdasarkan hasil analisa data yang ada maka masalah

keperawatan yang muncul pada klien yaitu ketidakefektifan pola

nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru.

c. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 23 januari 2016

pukul 16.30 WIB didapatkan data yang didapat meliputi : data

subjektif : ibu klien mengatakan An. S demam sejak 1hari yang

lalu , sedangkan data objektif : suhu klien 38 C, kulit kemerahan

dan klien rewel WBC 14,2 K/uL . Berdasarkan hasil analisa data

yang ada maka masalah keperawatan yang muncul pada klien

yaitu hipertermi berhubungan dengan. Proses infeksi.

D. Perencanaan (Plan)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi

sekret di jalan nafas

a. Tujuan Umum

Dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari diharapkan masalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada klien An. S dapat

teratasi.
b. Tujuan Khusus

Dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan :

1) Jalan nafas bersih

2) Respirasi pada klien normal ( 30-40 x/menit )

3) Tidak ada sekret

4) Tidak ada suara tambahan wheezing dan ronchi

c. Rencana tindakan

Dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas ada

beberapa rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu :

1) Observasi keadaan umum

2) Ukur tanda-tanda vital

3) Auskultasi bunyi paru

4) Beri posisi dengan kepala agak ditinggikan (semifowler)

5) Kolaborasi dengan fisioterapi untuk melakukan fisioterapi

dada

6) Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat via

nebulizer

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru

a. Tujuan Umum

Dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari diharapkan masalah

ketidakefektifan pola nafas pada klien An. S dapat teratasi.

b. Tujuan Khusus

Dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan :


1) Respirasi pada klien normal ( 30-40 x/menit )

2) Pola nafas efektif

3) Tidak ada penggunaan otot bantu pada pernafasan

c. Rencana tindakan

Dalam mengatasi masalah pola nafas tidakefektif ada beberapa

rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu :

1) Observasi keadaan umum

2) Ukur tanda-tanda vital

3) Auskultasi bunyi paru

4) Beri posisi dengan kepala agak ditinggikan (semifowler)

5) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai program

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

a. Tujuan Umum

Dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari diharapkan masalah

hipertermi An. S dapat teratasi.

b. Tujuan Khusus

Dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan :

1) Suhu tubuh normal (36-37)

2) Kulit tidak kemerahan

3) Klien tidak rewel

c. Rencana tindakan

Dalam mengatasi masalah hipertermi ada beberapa rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu :


1) Kaji TTV

2) Kompres dengan air hangat

3) Motivasi keluarga agar klien banyak minum

4) Kolaborasi pemberian obat anti piretik

5) Kolaborasi pemberian antibiotik

E. Pelaksanaan

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret di

jalan nafas

a. Tanggal 23 januari 2016 Implementasi tindakan keperawatan

pukul 16.30 WIB mengobservasi keadaan umum klien,

keadaan umum klien sedang. Tanda tanda vital klien RR 45

x/menit, S 38oC, Nadi 170 x/menit. Melakukan tindakan

fisioterapi dada, terdengar suara ronkhi dan whezzing saat

memantau suara nafas tambahan. Pukul 16.49 WIB merubah

posisi klien semifowler membuat klien lebih nyaman dan jalan

pernafasan lancar. Berkolaborasi dalam pemberian obat fartolin

11/2 ml + 1 cc NaCL via nebulizer pada pukul 18.15 WIB.

b. Tanggal 24 januari 2016 implementasi tindakan keperawatan

pada pukul 07.30 WIB mengobservasi keadaan umum

klien,keadaan umum klien sedang tanda tanda vital klien RR 42

x/menit, S 37,1oC, nadi 120 x/menit. Mengkaji suara nafas

klien masih terdengar suara ronkhi dan whezzing dan

melakukan fisioterapi dada pada klien agar dahak mudah


keluar. Pukul 08.00 memposisikan klien dengan posisi nyaman

yaitu posisi semifowler serta dilanjutkan berkolaborasi dalam

pemberian obat fartolin 11/2 ml + 1 cc NaCL via nebulizer pada

pukul 08.15 WIB

c. Tanggal 25 januari 2016 mengkaji tanda tanda vital klien pada

pukul 07.30 dengan hasil RR 40 x/menit, S 36 oC, nadi 108

x/menit, mendengarkan suara nafas klien, sudah tidak

ditemukan suara ronkhi dan whezzing, mengajarkan keluarga

klien untuk tindakan fisioterapi dada pada klien agar dahak

mudah keluar. Pukul 08.00 memposisikan klien dengan posisi

semifowler atau memposisikan klien senyaman mungkin

dilanjutkan berkolaborasi dalam pemberian obat fartolin

11/2ml

+1 cc NaCL via nebulizer pada pukul 08.16 WIB.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru

a. Tanggal 23 januari 2016 Implementasi tindakan keperawatan

pukul 16.30 WIB mengobservasi keadaan umum klien,

keadadaan umum klien sedang. Tanda tanda vital klien RR 45

x/menit, S 38oC, Nadi 170 x/menit. Kemudian memposisikan

klien senyaman mungkin yaitu semifowler untuk memperlancar

jalan nafas dan berkolaborasi dalam pemberian terapi O2 2 lpm

b. Tanggal 24 januari 2016 implementasi tindakan keperawatan

pada pukul 07.30 mengobservasi keadaan umum klien didapat

keadaan umum klien sedang dengan tanda tanda vital RR 42


x/menit, S 37,1 oC, nadi 120 x/menit. Memperlancar jalan nafas

klien dengan memposisikan klien semifowler mengurangi

sesak dan berkolaborasi dalam pemberian terapi 02 2 lpm.

c. Tanggal 25 januari 2016 implementasi tindakan keperawatan

pada pukul 07.30 WIB keadaan umum klien sedang setelah

diobservasi. Hasil tanda tanda vital klien RR 40 x/menit, nadi

108 x/menit, S 36 oC. Memposisikan klien senyaman serileks

mungkin untuk memperlancar jalan nafas. Terapi O2 sudah

dilepas.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

a. Tanggal 23 januari 2016 mengkaji tanda tanda vital klien

dengan hasil RR 45 x/menit, S 38 0C, nadi 170 x/menit.

Mengompres klien dengan air hangat untuk mengurangi panas

klien. Memberitahu dan memotivasi keluarga agar klien banyak

minum kemudian berkolaborasi dalam pemberian obat

antibiotic lapixim 250 mg dan antipiretik ottopan 1 cth pada

pukul 08.00 WIB.

b. Tanggal 24 januari 2016 mengkaji tanda tanda vital klien

dengan hasil RR 42 x/menit, S 37,1 0C, nadi 120 x/menit.

Mengompres dengan air hangat untuk mengurangi panas tubuh

klien dan pada pukul 08.15 berkolaborasi dalam pemberian

obat antipiretik ottopan 1 cth dan obat antibiotic lapixim

250mg
c. Tanggal 25 januari 2016 mengkaji tanda tanda vital klien

dengan hasil RR 40 x/menit, S 36 0C, nadi 108 x/menit.

Mengajarkan keluarga klien untuk kompres air hangat jika

klien sewaktu waktu panas, berkolaborasi dalam pemberian

antibiotic lapixim 250mg dan antipiretik ottopan 1 cth.

F. Evaluasi

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret di

jalan nafas

a. Tanggal 23 januari 2016 dilakukan tindakan keperawatan

selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 21.00 WIB.

Data Subjective (S) dari ibu klien : ibu klien mengatkan bahwa

An. S masih batuk dengan dahak yang sulit keluar, data

Objective (O) : terdengar suara ronchi dan wheezing kesadaran

compos mentis, klien terlihat masih batuk, RR 45 x/menit, S

38oC, Nadi 170 x/menit, dengan demikian Assesment (A) :

Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S

belum teratasi maka dari itu Planning (P) : Intervensi masih di

lanjutkan.

b. Tanggal 24januari 2016 dilakukan tindakan keperawatan

selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 14.00 WIB.

Data Subjective(S) dari ibu klien : ibu klien mengatkanbahwa

An. S batuk sudah berkurang dahak sudah bisa keluar, data

Objective (O) : keadaan umum klien baik, kesadaran compos


mentis, klien nampak masih batuk, masih terdengar suara

ronchi dan wheezing, RR 43 x/menit, S 37,10C, Nadi 120

x/menit, dengan demikian Assesment (A) : Masalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S teratasi

sebagian maka dari itu Planning (P) : Intervensi masih

perludilanjutkan.

c. Tanggal 25 januari 2016 dilakukan tindakan keperawatan

selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 14.00 WIB.

Data Subjective (S) dari ibu klien : ibu klien mengatakan bahwa

An. S sudah tidak batuk , data Objective (O) : keadaan umum

klien baik, kesadaran compos mentis, sudah tidak terdengar

suara ronchi dan wheezing, RR 40 x/menit, S 36 0C, Nadi 108

x/menit, dengan demikian Assesment (A) : Masalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S sudah teratasi

maka dari itu Planning (P) : Hentikan Intervensi.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru

a. Tanggal23 januari 2016 dilakukan tindakan keperawatan

selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 21.00 WIB.

Data Subjective (S) dari ibu klien : ibu klien mengatkan bahwa

An. S masih sesak nafas, data Objective (O) : keadaan umum

klien sedang, kesadaran compos mentis, klien terlihat masih

sesak nafas, masih terlihat penggunaan otot bantu dalam

bernafas,terpasang terpasang O2 2 Lpm via kanul, RR


45x/menit, Nadi 170 x/menit, dengan demikian Assesment (A) :

Masalah ketidakefektifan pola nafas pada An. S belum teratasi

maka dari itu Planning (P) : Intervensi masih di lanjutkan.

b. Tanggal 24 januari 2016 dilakukan tindakan keperawatan

selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 14.00 WIB.

Data Subjective (S) dari ibu klien : ibu klien mengatkan bahwa

An. S masih sesak nafas tetapi sudah berkurang, data Objective

(O) : keadaan umum klien baik, kesadaran compos mentis,

klien masih terpasang O2 2 Lpm via kanul, RR 43 x/menit, S

37,10C, Nadi 120 x/menit, dengan demikian Assesment (A) :

Masalah ketidakefektifan pola nafas pada An. S teratasi

sebagian maka dari itu Planning (P) : Intervensi masih perlu

dilanjutkan.

c. Tanggal 25 januari 2016 dilakukan tindakan keperawatan

selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 14.00 WIB.

Data Subjective (S) dari ibu klien : ibu klien mengatkan bahwa

An. S sudah tidak sesak nafas, data Objective (O) : keadaan

umum klien baik, kesadaran compos mentis, klien sudah tidak

terpasang O2 2 Lpm via kanul, sudah tidak terlihat penggunaan

otot bantu dalam bernafas, RR 40 x/menit, S 36 0C, Nadi 108

x/menit, dengan demikian Assesment (A) : Masalah pola nafas

0tidak efektif pada An. S sudah teratasi maka dari itu Planning

(P) : Hentikan Intervensi.


3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

a. Tanggal 23 januari 2016 dilakukan tindakan keperawatan

selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 21.00 WIB.

Data Subjective (S) ibu klien mengatakan tubuh klien terasa

hangat dan kemerahanObjective (O) : tanda tanda vital klien

RR 45 x/menit, S 38oC, Nadi 170 x/menit, badan klien hangat,

klien terlihat rewel Assesment (A) : Masalah hipertermi pada

An. S belum teratasi maka dari itu Planning (P) : lanjutkan

intervensi .

b. Tanggal 24 januari 2016 dilakukan tindakan keperawatan

selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 14.00 WIB.

Data Subjective (S) ibu klien mengatakan tubuh klien masih

terasa hangat, tadi sudah di kompres dan sudah banyak

minumObjective (O) : tanda tanda vital klien RR 43 x/menit, S

37,1oC, Nadi 120 x/menit, badan klien masih hangat, klien

sudah tenang, Assesment (A) : Masalah hipertermi pada An. S

belum teratasi maka dari itu Planning (P) : lanjutkan intervensi

karena meneruskan obat antibiotic.

c. Tanggal 25 januari 2016 dilakukan tindakan keperawatan

selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 14.00 WIB.

Data Subjective (S) ibu klien mengatakan kien sudah tidak

panas sudah tidak rewel Objective (O) : tanda tanda vital klien

RR 40 x/menit, S 36oC, Nadi 108 x/menit, , klien sudah tenang,


Assesment (A) : Masalah hipertermi padaAn. Ssudah teratasi

maka dari itu Planning (P) : hentikan intervensi.


BAB IV

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada

An. S dengan diagnosa medis bronkitis di bangsal flamboyan RST dr.

Soedjono Magelang. Penulis melakukan asuhan keperawatan dari

pengkajian sampai evaluasi mulai tanggal 23 Januari 2016 sampai 25

Januari 2016. Penulis akan mengulas kembali diagnosa yang muncul

sesuai dengan prioritasnya mulai dari pengkajian, diagnosa, penyebab

masalah muncul, tanda gejala, apa akibat jika masalah tersebut tidak

diatasi, memprioritaskan masalah, rasional tindakan yang telah dilakukan,

perkembangan yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan,

serta kekuatan dan kelemahan selama melakukan tindakan dan evaluasi

hasil setelah melakukan tindakan, hambatan atau kendala yang dirasakan

saat mengelola kasus dan pembenaran apabila penulis melakukan

kesalahan saat mengelola kasus.

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi

sekret di jalan nafas

Ketidakefektidan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret atau obstruksi saluran nafas guna

mempertahankan jalan nafas yang bersih. Diagnosa ketidakefektifan

jalan nafas dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karateristik


yang meliputi suara nafas (ronkhi), perubahan frekuensi nafas,

perubahan irama nafas, produksi sputum berlebih serta dispnea (sesak

atau kesulitan dalam bernapas). (Wilkinson, 2013)

Peningkatan produksi sputum terjadi akibat proses inflamasi

awal yang berlangsung di daerah paru yang terinfeksi karena infeksi

tersebut menyebabkan produksi sputum meningkat sehingga

menyebabkan bersihan jalan nafas yang tidak efektif. (Corwin, 2009)

Keterlambatan dalam penanganan bersihan jalan nafas dapat

mengganggu pernafasan anak karena sputum yang menutup pernafasan

menyebabkan aliran oksigen yang masuk sedikit dan dapat

menyebabkan dispnea dan sianosis. (Ngastiyah, 2005)

Pengkajian pada tanggal 23 januari didapatkan data subjektif

ibu klien mengatakan bahwa An. S batuk dengan yang dahak sulit

keluar, sedangkan data objektif : Klien batuk berdahak, terdapat suara

nafas wheezing dan ronchi, dan respirasi 45 x/menit. Berdasarkan hasil

analisa data yang ada maka masalah keperawatan yang muncul pada

klien yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

akumulasi sekret di jalan nafas.

Intervensi yang akan dilakukan pada klien adalah kaji tanda-

tanda vital, auskultasi suara paru, berikan posisi senyaman mungkin

dengan kepala agak ditinggikan (semifowler), kolaborasi dengan

fisioterapi dalam pemberian tindakan fisioterapi dada dan kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian obat via nebulizer.


Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 23 januari

2016 yaitu mengkaji tanda-tanda vital klien, mengauskultasi suara

paru, Selanjutnya memberikan posisi senyaman mungkin (semifowler),

rasionalnya tindakan tersebut adalah meningkatkan inspirasi maksimal

dan meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi

(Doengoes, 2000). Melakukan fisioterapi dada. Kemudian

berkolaborasi dalam pemberian terapi obat fartolin 11/ 2 ml + 1 cc

NaCL via nebulizer dengan rasional di dalam obat yang mengandung

salbutamol sulfat yang berfungsi mengurangi bronkospasme (IONI,

2008)

Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 24 januari 2016

mengkaji tanda-tanda vital, mengauskultasi suara paru, rasionalnya

penurunan aliran udara terjadi pada area yang terdapat cairan, bunyi

nafas krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi

pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme

jalan nafas/obstruksi (Doengoes, 2000). Melakukan fisioterapi dada,

memberikan posisi senyaman mungkin (semifowler) , rasionalnya

tindakan tersebut adalah meningkatkan inspirasi maksimal dan

meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi

(Doengoes, 2000). Berkolaborasi dalam pemberian terapi obat fartolin

11/2 ml + 1 cc NaCL via nebulizer.


Tindakan keperawatan tanggal 25 januari 2016 mengkaji tanda-

tanda vital. Mengauskultasi suara paru rasionalnya penurunan aliran

udara terjadi pada area yang terdapat cairan, bunyi nafas krekels, ronki,

dan mengi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi pada respon terhadap

pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi

(Doengoes, 2000). Memberikan posisi senyaman mungkin

(semifowler) rasionalnya tindakan tersebut adalah meningkatkan

inspirasi maksimal dan meningkatkan pengeluaran sekret untuk

memperbaiki ventilasi (Doengoes, 2000). Mengajarkan pada keluarga

fisioterapi dada. Berkolaborasi dalam pemberian terapi obat fartolin

11/2 ml + 1 cc NaCL via nebulizer

Dilakukan beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan

selama tiga hari diperoleh evaluasi pada setiap harinya. Evaluasi pada

tanggal 23 januari 2016 pada pukul 21.00 didapatkan hasil data

Subjective (S) dari ibu klien : ibu klien mengatkan bahwa An. S masih

batuk dengan dahak yang sulit keluar, data Objective (O) : terdengar

suara ronchi dan wheezing kesadaran compos mentis, klien terlihat

masih batuk, RR 45 x/menit, S 38 oC, Nadi 170 x/menit, dengan

demikian Assesment (A) : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan

nafas pada An. S belum teratasi maka dari itu Planning (P) : Intervensi

masih di lanjutkan.

Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 24 januari

2016 pukul 14.00 di dapatkan hasil data Subjective(S) dari ibu klien :
ibu klien mengatkanbahwa An. S batuk sudah berkurang dahak sudah

bisa keluar, data Objective (O) : keadaan umum klien baik, kesadaran

compos mentis, klien nampak masih batuk, masih terdengar suara

ronchi dan wheezing, RR 43 x/menit, S 37,1 0C, Nadi 120 x/menit,

dengan demikian Assesment (A) : Masalah ketidakefektifan bersihan

jalan nafas pada An. S teratasi sebagian maka dari itu Planning (P) :

Intervensi masih perlu dilanjutkan.

Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 25 januari

2016 pukul 14.00 di dapatkan hasil Data Subjective (S) dari ibu klien :

ibu klien mengatakan bahwa An. S sudah tidak batuk , data Objective

(O) : keadaan umum klien baik, kesadaran compos mentis, sudah tidak

terdengar suara ronchi dan wheezing, RR 40 x/menit, S 36 0C, Nadi

108 x/menit, dengan demikian Assesment (A) : Masalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S sudah teratasi maka

dari itu Planning (P) : Hentikan Intervensi.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru

Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan ekspirasi yang tidak

dapat memberikan ventilasi yang adekuat. Diagnosa ketidakefektifan

pola nafas dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karateristik

yang meliputi dispnea, nafas pendek, bardipnea, penurunan tekanan

inspirasi-ekspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas

vital, nafas dalam, nafas cuping hidung, fase ekspirasi memanjang,


kecepatan respirasi, penggunaan otot bantu pernafasan (Wilkinson,

2012).

Ibu klien mengatakan An. S mengalami sesak nafas sejak 1 hari

yang lalu. Data objektifnya RR 45 x/menit, bernafas menggunakan

otot bantu pernafasan, sehingga diagnose yang muncul

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperentilasi paru.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 23 januari

2016 mengkaji tanda-tanda vital. Mengauskultasi suara nafas

rasionalnya penurunan aliran udara terjadi pada area yang terdapat

cairan, bunyi nafas krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi

atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental

dan spasme jalan nafas/obstruksi (Doengoes, 2000). Memberikan

posisi senyaman mungkin (semifowler) rasionalnya tindakan tersebut

adalah meningkatkan inspirasi maksimal dan meningkatkan

pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (Doengoes, 2000).

Berkolaborasi dalam pemberian terapi oksigen 2 lpm.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 24 januari

2016 mengkaji tanda-tanda vital. Mengauskultasi suara nafas

rasionalnya penurunan aliran udara terjadi pada area yang terdapat

cairan, bunyi nafas krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi

atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental

dan spasme jalan nafas/obstruksi (Doengoes, 2000). Memberikan

posisi senyaman mungkin (semifowler) rasionalnya tindakan tersebut


adalah meningkatkan inspirasi maksimal dan meningkatkan

pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (Doengoes, 2000).

Berkolaborasi dalam pemberian terapi oksigen 2 lpm.

Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 25 januari 2016

mengkaji tanda-tanda vital. Mengauskultasi suara nafas rasionalnya

penurunan aliran udara terjadi pada area yang terdapat cairan, bunyi

nafas krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi

pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme

jalan nafas/obstruksi (Doengoes, 2000). Memberikan posisi senyaman

mungkin (semifowler) rasionalnya tindakan tersebut adalah

meningkatkan inspirasi maksimal dan meningkatkan pengeluaran

sekret untuk memperbaiki ventilasi (Doengoes, 2000). Berkolaborasi

dalam pemberian terapi oksigen 2 lpm.

Dilakukan beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan

selama tiga hari diperoleh evaluasi pada setiap harinya. Evaluasi pada

tanggal 23 januari 2016 pukul 21.00 di dapatkan data Subjective (S)

dari ibu klien : ibu klien mengatkan bahwa An. S masih sesak nafas,

data Objective (O) : keadaan umum klien sedang, kesadaran compos

mentis, klien terlihat masih sesak nafas, masih terlihat penggunaan otot

bantu dalam bernafas,terpasang terpasang O 2 2 Lpm via kanul, RR

45x/menit, Nadi 170 x/menit, dengan demikian Assesment (A) :

Masalah ketidakefektifan pola nafas pada An. S belum teratasi maka

dari itu Planning (P) : Intervensi masih di lanjutkan.


Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 24 januari

2016 pukul 14.00 di dapatkan data Data Subjective (S) dari ibu klien :

ibu klien mengatkan bahwa An. S masih sesak nafas tetapi sudah

berkurang, data Objective (O) : keadaan umum klien baik, kesadaran

compos mentis, klien masih terpasang O2 2 Lpm via kanul, RR 43

x/menit, S 37,1 0C, Nadi 120 x/menit, dengan demikian Assesment (A)

: Masalah ketidakefektifan pola nafas pada An. S teratasi sebagian

maka dari itu Planning (P) : Intervensi masih perlu dilanjutkan.

Evaluasi untuk tindakan pada tanggal 25 januari 2016 pukul

14.00 di dapatkan data Data Subjective (S) dari ibu klien : ibu klien

mengatkan bahwa An. S sudah tidak sesak nafas, data Objective (O) :

keadaan umum klien baik, kesadaran compos mentis, klien sudah tidak

terpasang O2 2 Lpm via kanul, sudah tidak terlihat penggunaan otot

bantu dalam bernafas, RR 40 x/menit, S 36 0C, Nadi 108 x/menit,

dengan demikian Assesment (A) : Masalah ketidakefektifan pola nafas

pada An. S sudah teratasi maka dari itu Planning (P) : Hentikan

Intervensi.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang

normal (>37,5 0C). diagnose hipertermi dapat ditegakkan saat terdapat

beberapa batasan karateristik yang meliputi kulit merah, suhu tubuh

meningkat diatas rentang normal, kejang atau konvulsi, frekuensi nafas

meningkat, kulit teraba hangat, takikardi, takipnea. (Wilkinson, 2012).


Ibu klien mengatakan klien demam sejak 1 hari yang lalu

sedangkan data objektif : suhu klien 38 C, kulit kemerahan dan klien

rewel, WBC 14,2 K/uL . Berdasarkan hasil analisa data yang ada maka

masalah keperawatan yang muncul pada klien yaitu hipertermi

berhubungan dengan. Proses infeksi

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 23 januari

2016 mengkaji tanda-tanda vital. Mengompres hangat rasionalnya

untuk menurunkan suhu tubuh yang terlalu tinggi dengan cara dengan

melakukan kompres air hangat maka pembuluh darah pada lima titik

(dahi, axila, dan pangkal paha) yang kontak dengan kain hangat akan

membuka sehingga memudahkan pengeluaran panas dan melancarkan

sirkulasi darah. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme

pertahanan umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat

pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus

mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan

mekanisme umpan balik, terjadi bila satu inti tubuh melewati batas

toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap

(set point). Di titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti

konstan pada 37 C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,

hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian

mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan

produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu

kembali pada titik tetap (Smeltzer, 2002). Memotivasi keluarga agar


klien banyak minum rasionalnya saat suhu badan naik maka

metabolisme tubuh meningkat sehingga banyak cairan yang keluar

sehingga dapat mengakibatkan dehidrasi. Hipertermi menyebabkan

evaporasi yang memungkinkan terjadi kekurangan cairan. Air

merupakan unsur pendingin tubuh dan untuk mencegah terjadinya

dehidrasi (Purwanti & Ambarwati, 2005),. Berkolaborasi dalam

pemberian obat antipiretik ottopan 1 cth rasionalnya dari tindakan ini

adalah antipiretik dan analgetik menurunkan panas dan menurunkan

nyeri, pemberian antipiretik dilakukan untuk menghilangkan demam,

nyeri ringan sampai sedang (IONI, 2008). Berkolaborasi dalam

pemberian obat antibiotic lapoxime 1 x 250mg rasionalnya dari

tindakan ini adalah pemberian antibiotik digunakan untuk memutus

rantai metabolisme kuman/ virus. (IONI,2008)

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 24 januari

2016. Mengkaji tanda-tanda vital. Mengompres hangat. Memotivasi

keluarga agar klien banyak minum, antipiretik ottopan 1 cth rasional

dari tindakan ini adalah antipiretik dan analgetik menurunkan panas dan

menurunkan nyeri, pemberian antipiretik dilakukan untuk

menghilangkan demam, nyeri ringan sampai sedang (IONI, 2008).

Berkolaborasi dalam pemberian obat antibiotic lapoxime 1 x 250mg

rasional dari tindakan ini adalah pemberian antibiotik digunakan untuk

memutus rantai metabolisme kuman/ virus. (IONI,2008)


Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 25 januari

2016. Mengkaji tanda-tanda vital. Mengajarkan keluarga mengompres

hangat. Memotivasi keluarga agar klien banyak minum,. Berkolaborasi

dalam pemberian obat antipiretik ottopan 1 cth rasional dari tindakan

ini adalah antipiretik dan analgetik menurunkan panas dan

menurunkan nyeri, pemberian antipiretik dilakukan untuk

menghilangkan demam, nyeri ringan sampai sedang (IONI, 2008).

Berkolaborasi dalam pemberian obat antibiotic lapoxime 1 x 250mg

rasional dari tindakan ini adalah pemberian antibiotik digunakan untuk

memutus rantai metabolisme kuman/ virus. (IONI,2008).

Dilakukan beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan

selama tiga hari diperoleh evaluasi pada setiap harinya. Evaluasi pada

tanggal 23 januari 2016 pukul 21.00 di dapatkan data Subjective (S)

ibu klien mengatakan tubuh klien terasa hangat dan kemerahan

Objective (O) : tanda tanda vital klien RR 45 x/menit, S 38 oC, Nadi

170 x/menit, badan klien hangat, klien terlihat rewel Assesment (A) :

Masalah hipertermi pada An. S belum teratasi maka dari itu Planning

(P) : lanjutkan intervensi .

Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tangal 24 januari

2016 pukul 14.00 di dapatkan Data Subjective (S) ibu klien

mengatakan tubuh klien masih terasa hangat, tadi sudah di kompres

dan sudah banyak minum Objective (O) : tanda tanda vital klien RR 42

x/menit, S 37,1 oC, Nadi 120 x/menit, badan klien masih hangat, klien
sudah tenang, Assesment (A) : Masalah hipertermi pada An. S belum

teratasi maka dari itu Planning (P) : lanjutkan intervensi karena

meneruskan obat antibiotik

Evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 25 januari 2016

pukul 14.00 di dapatkan data Data Subjective (S) ibu klien mengatakan

kien sudah tidak panas sudah tidak rewel Objective (O) : tanda tanda

vital klien RR 40 x/menit, S 36 oC, Nadi 108 x/menit, , klien sudah

tenang, Assesment (A) : Masalah hipertermi pada An. S sudah teratasi

maka dari itu Planning (P) : hentikan intervensi.

4. Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas adalah Ketidak cukupan energi fisioligi

atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-

hari yang ingin atau harus dilakukan. Diagnosa ini dapat ditegakkan

jika terdapat batasan karaterisitik meliputi ketidaknyamanan saat

beraktifitas, cepat merasakan lelah, , tekanan darah yang tidak normal.

(Wilkinson, 2012)

Penulis tidak mengangkat diagnosa intoleransi aktivitas

dikarenakan dalam pengkajian penulis tidak menemukan data yang

cukup dan memenuhi batasan karateristik untuk dapat ditegakkannya

diagnosa intoleransi aktivitas.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nurtisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi yang

kurang untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Diagnosa ini


dapat ditegakkan jika terdapat batasan karateristik meliputi kram

abdomen, menolak makan atau makan minum susah, diare, bising usus

hiperaktif, membran mukosa pucat, tonus otot buruk.(Wilkinson 2012)

Penulis tidak mengangkat diagnosa nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh dikarenakan dalam pengkajian penulis tidak

menemukan data yang cukup dan memenuhi batasan karateristik untuk

dapat ditegakkannya diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

B. SIMPULAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah di berikan kepada An.

S dengan bronkitis di ruang flamboyan RST dr. Soedjono Magelang dapat

di simpulkan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang yang di lakukan telah sesuai dengan teori. Ibu klien

mengatakan anaknya sesak nafas dan demam sejak 1 hari yang lalu

disertai batuk dengan dahak yang sulit dikeluarkan, klien rewel, kulit

kemerahan, terdengar suara ronkhi dan whezzing RR 45 x/menit, nadi

138 x/menit, S 38 oC, klien terpasang oksigen nasal 2 liter/menit, WBC

14,2 K/ul. Sehingga penulis menegakkan 3 diagnosa yaitu

ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas dan

hipertermi.
2. Diagnosa

Berdasarkan data yang diperoleh penulis menegakkan diagnosa

keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan akumulasi sekret di jalan nafas, ketidakefektifan pola anfas

berhubungan dengan hiperventilasi paru, hipertermi berhubungan

dengan proses infeksi. Namun ada diagnosa yang tidak penulis

tegakkan yaitu intoleransi aktivitas dan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di karenakan tidak ditemukannya data pengkajian

yang cukup yang dapat menegakkan diagnosa tersebut

3. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada anak untuk

mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu kaji tanda-tanda

vital, auskultasi suara paru, posisikan klien senyaman mungkin

(semifowler), melakukan fisioterapi dada, kolaborasi pemberian obat

via nebulizer.

Tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada anak untuk

mengatasi ketidakefektifan pola nafas yaitu kaji tanda-tanda vital,

auskultasi suara paru, berikan posisi nyaman (semifowler), kolaborasi

pemberian oksigen

Tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada anak untuk

mengatasi hipertermi berhubungan dengan proses infeksi yaitu kaji

tanda-tanda vital, kompres dengan air hangat, motivasi keluarga agar


klien banyak minum, kolaborasi pemberian obat antipiretik, kolaborasi

pemberian obat antibiotik.

4. Implementasi

Implementasi tindakan keperawatan ketidakefektifan bersihan

jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas dan hipertermi sudah dilakukan

sesuai teori. Mengkaji tanda-tanda vital, mengauskultasi suara nafas,

memberikan posisi senaman mungkin (semifowler), melakukan

fisioterpi dada, mengompres hangat pada klien, memotivasi keluarga

agar klien banyak minum, kolaborasi pemberian obat nebulizer,

kolaborasi pemberian terapi oksigen, kolaborasi pemberian obat

antipiretik, kolaborasi pemberian obat antibiotik.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi yang di dapatkan selama 3 hari di lakukan

asuhan keperawatan dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan

nafas sudah teratasi di tandai dengan dahak yang sudah bisa keluar.

Masalah ketidakefetifan pola nafas sudah teratasi di tandai dengan RR

40 x/menit, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Masalah

hipertermi sebenarnya sudah teratasi pada hari kedua di tandai dengan

S 37,1 oC, namun karena klien mendapat terapi antibiotik yang

pemberiannya sesuai dengan advis dokter maka walaupun suhu tubuh

sudah mencapai normal tetapi intervensi tetap dilanjutkan sampai hari

ke tiga (obat antibiotic habis).


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai