ASMA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN STUDI KASUS

Asuhan Keperawatan Penyakit Asma

Disusun oleh :
1. Donata Danar Ispriatmini
2. Haya Ulya Afifah
3. Muhammad Zainuddin

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PROFESI NERS
2020/2021
KATA PENGANTAR

             Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus
tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ASMA”
             Laporan studi kasus ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan ini.
      Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAIT ASMA” ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

    

                                                                     
Pontianak, 2 Sept 2021
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTRA ISI..........................................................................................................

BAB I Pendahuluan ...................................................................................................


1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................................
1.3 Tujuan Studi Kasus ..............................................................................................
1.4 Manfaat Studi Kasus ............................................................................................
BAB II Tinjauan Pustaka.......................................................................................
2.1 Konsep Teori..................................................................................................
2.1.1 Pengertian Asma Bronkial ................................................................................
2.1.2 Etiologi Asma Bronkial.......................................................................................
2.1.3 Klasifikasi Asma Bronkial ..................................................................................
2.1.4 Manifestasi Klinis...............................................................................................
2.1.5 Patofisiologi.......................................................................................................
2.1.6 Penatalaksanaan ..............................................................................................
2.1.7 Komplikasi ........................................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................
2.1.9 Pathway ............................................................................................................
2.2.Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan...................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .....................................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ...................................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan..............................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................................................
BAB III Hasil Studi Kasus dan Pembahasan...........................................................
3.1 Hasil Studi Kasus............................................................................................
3.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian .............................................................................
3.1.2 Pengkajian Keperawatan ..................................................................................
3.1.3 Diagnosa Keperawatan .....................................................................................
3.1.4 Intervensi Keperawatan ...................................................................................
3.1.5 Implementasi Keperawatan .............................................................................
3.1.6 Evaluasi Keperawatan ......................................................................................
3.2 WOC .............................................................................
3.3 Pembahasan Studi Kasua...............................................................................
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................
4.1 Kesimpulan....................................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan
secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu
dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena
pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya
pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita
atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih
lama, sering menjadi problem tersendiri.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai
pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma,
harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah
memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada
penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana
sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan
bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di
Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus
asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun,
baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit
ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup,
produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya
kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid
dkk,2007)
            Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada
SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke-
4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh
Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi
paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan
kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC),
didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 %
yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.

1.2. Perumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan terhadap penyakit asma?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu mengidentifikasi pengkajian
2) Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan
3) Mampu menetapkan intervensi keperawatan
4) Mampu melaksanakan implementasi keperawatan
5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan

1.4. Manfaat Studi Kasus


1) Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis
khususnya dibidang keperawatan
2) Bagi Institusi Sebagai acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka
tentang asuhan keperawatan
3) Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktik pelayanan keperawatan khususnya keperawatan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Pengertian Asma
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di
dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang
pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan. (Infodatin, 2017) Asma
merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan menjadi
hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi,
edema, dan hipersekresi kelenjar.(Nelson, 2013) Asma adalah suatu
keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. (Amin & Hardi, 2016) Beberapa faktor penyebab asma,
antara lain umur pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor
lingkungan. Asma dibedakan menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi, 2016) yakni
: 1) Asma bronkial Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif
terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap
dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat
mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba.
Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaranadanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan iniakibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan. 2) Asma kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan
jantung. Gejala asma kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai
sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul
dispnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.

2.1.2 Etiologi Asma


Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkaan faktor
autonom, imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai
tingkat pada berbagai individu. Pengendalian diameter jalan napas
dapat dipandang sebagai suatu keseimbangan gaya neural dan humoral.
Aktivitas bronkokonstriktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik
sistem saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan napas,
disebut reseptor batu atau iritan, tergantung pada lokasinya,
mencetuskan refleks arkus cabang aferens, yang pada ujung eferens
merangsang kontraksi otot polos bronkus.
1. Faktor imunologis
Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau
alergik, eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor
lingkungan seperti debu rumah, tepungsari, dan ketombe. Bentuk
asma adanya instrinsik dan ekstrinsik. Perbedaan intrinsik dan
ekstrinsik mungkun pada hal buatan (artifisial), karena dasar imun
pada jejas mukosa akibat mediator pada kedua kelompok tersebut.
Asma ekstrinsikmungkin dihubungkan dengan lebih mudahnya
mengenali rangsangan pelepasan mediator daripada asma instrinsik.
2) Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan
dan menstruasi, terutama pre menstruasi, atau dapat timbul pada
saat wanita menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat
pubertas.
3) Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan
dewasa yang berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan” emosional
atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pad anak asma tidak lebih
sering daripada anak dengan penyakit cacat kronis yang lain.
2.1.3 Klasifikasi Asma
Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat
obat yang digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal
ini dapat dinilai jika pasien telah menggunakan obat pengontrol untuk
beberapa bulan. Yang perlu dipahami adalah bahwa keparahan asma
bukanlah bersifat statis, namun bisa berubah dari waktu-waktu, dari
bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun, (GINA, 2015) Adapun
klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1. Asma Ringan adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap
1 atau tahap 2, yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat
pengontrol dengan intensitas rendah seperti steroid inhalasi dosis
rendah atau antogonis leukotrien, atau kromon.
2. Asma Sedang adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3,
yaitu terapi dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah
plus long acting beta agonist (LABA).
3. Asma Berat Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5,
yaitu terapi dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus
long acting beta agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma
yang tidak terkontrol meskipun telah mendapat terapi. Perlu dibedakan
antara asma berat dengan asma tidak terkontrol. Asma yang tidak
terkontrol biasnya disebabkan karena teknik inhalasi yang kurang tepat,
kurangnya kepatuhan, paparan alergen yang berlebih, atau ada
komorbiditas. Asma yang tidak terkontrol relatif bisa membaik dengan
pengobatan. Sedangkan asma berat merujuk pada kondisi asma yang
walaupun mendapatkan pengobatan yang adekuat tetapi sulit mencapai
kontrol yang baik.

2.1.4 Manifestasi Klinik


Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Zullies (2016),
tanda dan gejala pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni :
1. Stadium dini
2. Stadium lanjut/kronik

2.1.5 Patofisiologi
Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan
penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan bronkus saja,
sehingga terapi utama pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti
betaegonis dan golongan metil ksantin saja. Namun, para ahli
mengemukakan konsep baru ayng kemudian digunakan hingga kini,
yaitu bahwa asma merupakan penyakit inflamasi pada saluran
pernafasan, yang ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan
respon yang berlebihan terhadap rangsangan (hyperresponsiveness).
Selain itu juga terdapat penghambatan terhadap aliran udara dan
penurunan kecepatan aliran udara akibat penyempitan bronkus.
Akibatnya terjadi hiperinflasi distal, perubahan mekanis paruparu, dan
meningkatnya kesulitan bernafasan. Selain itu juga dapat
terjadipeningkatan sekresi mukus yang berlebihan.
Secara klasik, asma dibagidalam dua kategori berdasarkan faktor
pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan asma intrinsik atau
idiosinkratik. Asma ekstrinsik mengacu pada asma yang disebabkan
karena menghirup alergen, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang
memiliki keluarga dan riwayat penyakit alergi (baik eksim, utikaria atau
hay fever). Asma instrinsik mengacu pada asma yang disebabkan oleh
karena faktor-faktordi luar mekanisme imunitas, dan umumnya
dijumpai pada orang dewasa. Disebut juga asma non alergik, di mana
pasien tidak memiliki riwayat alergi. Beberapa faktor yang dapat
memicu terjadinya asma antara lain : udara dingin, obat-obatan, stress,
dan olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu oleh olahraga. Khusus
untuk asma yang dipicu oleh olahraga dikenal dengan istilah.
Seperti yang telah dikatakan diatas, asma adalah penyakit
inflamasi saluran napas. Meskipun ada berbagai cara untuk
menimbulkan suatu respons inflamasi, baik pada asma ekstrinik maupun
instrinsik, tetapi karakteristik inflamasi pada asma umunya sama, yaitu
terjadinya infiltrasi eosinofil dan 23 limfosit serta terjadi pengelupasan
sel-sel epitelial pada saluran nafas dan dan peningkatan permeabilitas
mukosa. Kejadian ini bahkan dapat dijumpai juga pada penderita asma
yang ringan. Pada pasien yang meninggal karena serangan asma , secara
histologis terlihat adana sumbatan (plugs) yang terdiri dari mukus
glikoprotein dan eksudat protein plasma yang memperangkap debris
yang berisi se-sel epitelial yang terkelupas dan sel-sel inflamasi. Penyakit
asma melibatkan interaksi yang kompleks antara sel-sel inflamasi,
mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran napas. Sel-sel inflamasi
utama yang turut berkontribusi pada rangkaian kejadian pada serangan
asma antara lain adalah sel mast, limfosit, dan eosinofil, sedangkan
mediator inflamasi utama yang terlibat dalam asma adalah histamin,
leukotrein, faktor kemotaktik eosinofil dan beberapa sitokin yaitu :
interleukin.
Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari
meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya
rangsangan dari luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian
akan memicu pelepasan berbagai senyawa endogen dari sel mast yang
merupakan mediator inflamasi, yaitu histamin, leukotrien, dan faktor
kemotaktik eosinofil. Histamin dan leukotrien merupakan
bronkokonstriktor yang poten, sedangkan faktorkemotaktik eosinofil
bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinofil 24 menuju tempat
terjadinya peradangan yaitu di bronkus.

2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma
terkontrol sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya
penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2, yaitu : penatalaksanaan asma
jangka panjang dan penatalaksanaan asma akut/saat serangan.
1) Tatalaksana Asma Jangka Panjang Prinsip utama tatalaksana jangka
panjang adalah edukasi, obat Asma (pengontrol dan pelega), dan
menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan pada saat
serangan, obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan
diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus.
2) Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa Tujuan tatalaksana
serangan Asma akut:
1) Mengatasi gejala serangan asma
2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan
3) Mencegah terjadinya kekambuhan
4) Mencegah kematian karena serangan asma
Menurut Kusuma (2016), ada program penatalaksanaan asma meliputi 7
komponen, yaitu :
1. Edukasi Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti.
Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga
pihak lain yang membutuhkan energi pemegang keputusan, 25 pembuat
perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala Penilaian klinis
berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri
mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai faktor antara lain : Gejala dan berat asma berubah sehingga
membutuhkan perubahan terapi, Pajanan pencetus menyebabkan
penderita mengalami perubahan pada asmanya, Daya ingat (memori)
dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga membantu
penanganan asma terutama asma mandiri.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut
sebagai asma terkontrol.
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut Pengobatan pada
serangan akut antara lain : Nebulisasi agonis beta 2 tiap 4 jam,
alternatifnya Agonis beta 2 subcutan, Aminofilin IV, Adrenalin 1/1000
0,3 ml SK, dan oksigen bila mungkin Kortikosteroid sistemik.
6. Kontrol secara teratur 27 Pada penatalaksanaan jangka panjang
terdapat 2 hal yang penting diperhatikan oleh dokter yaitu: Tindak lanjut
(follow-up) teratur, Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan
lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisik
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat
menimbulkan asma.

2.1.7 Komplikasi
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama,
maka akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk
toraks, yaitu toraks menbungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto
rontgen toraks terlihat diafragma letaknya rendah, gambaran jantung
menyempit, corakan hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma kronik
dan berat dapat terjadi bentuk dada burung dara dan tampak sulkus
Harrison. Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat
tersumbat sehingga dapat terjadi atelektasis pada lobus 28 segmen yang
sesuai. Mediastinum tertarik ke arah atelektasis. Bila atelektasis
berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkietasis, dan bila ada
infeksi akan terjadi bronkopneumonia. Serangan asma yang terus
menerus dan berlangsung beberapa hari serta berat dan tidak dapat
diatasi dengan obat-obat yang biasa disebut status asmatikus. Bila tidak
ditolong dengan semestinya dapat menyebabkan kematian, kegagalan
pernafasan dan kegagalan jantung.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Ngastiyah (2013), ada beberapa pemeriksaan diagnostik
bagi para penderita asma, antara lain :
1) Uji faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai
hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti
perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak
flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali
(sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut kemudian
menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.
2) Foto toraks
Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung
pertama kali di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada
penyakit lain. Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas
adanya kelainan berupa hiperinflasi dan atelektasis.
3) Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung.
Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan
uji tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan alergen.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :
1. Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan
4. Riwayat Kesehatan
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi

2.2.2 Analisa Keperawatan

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


Menurut diagnosis, diagnosa keperawatan yang dapat diambil
pada pasien dengan asma adalah :

2.2.4 Intervensi keperawatan


Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah
keperawatan pada klien dengan asma bronkial :

2.2.5 Implementasi Keperawatan

2.2.6 Evaluasi Keperawatan Efektivitas


BAB III
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Studi Kasus


3.1.1 Pengkajian
3.1.2 Rumusan Diagnosa Keperawatan
3.1.3 Intervensi
3.1.4 Implementasi
3.1.5 Evaluasi
3.2 WOC Kasus
3.3 Pembahasan
Pada pembahasan akan diuraikan kesenjangan antara teori dan
praktek. Pada dasarnya dalam memberikan asuhan keperawatan,
proses keperawatan merupakan salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan. Diamana melalui seluruh tahapan proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi keperawatan

BAB  IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas
obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya
periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma
gabungan.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya
serangan asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor
presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/
aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan
dengan :
1. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
2. Menghindari kelelahan
3. Menghindari stress psikis
4. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
5. Olahraga renang, senam asma

4.2 Saran
Asuhan keperawatan yang diberikan harus tepat dan rasional untuk
pasien sehingga tercapailah kepuasan keluarga dan pasien. Bagi petugas
kesehatan sebagai pelaksana asuhan keperawatan, hendaknya dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi bio, psiko, sosial, dan
spiritual terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.


Diakses 22 Juni 2012 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas
Dan Klinik Depkes RI:http://125.160.76.194 /bidang/yanmed/farmasi/
Pharmaceutical/ASMA.pdf
Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 22 Juni 2012
dari USU digital library:

Anda mungkin juga menyukai