Skripsi Rira

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

PROFIL ISPA BAWAH PADA ANAK RAWAT INAP DI RSUP DR. M.

DJAMIL PADANG TAHUN 2016-2017

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal skripsi


mahasiswa Program Studi Kedokteran Umum

RIRA DESTA SELI


1410070100062

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
PADANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL SKRIPSI

Judul :Profil ISPA Bawah Pada Anak di Rawat Inap RSUP M. Djamil Padang

Tahun 2016-2017

Disusun oleh

RIRA DESTA SELI


1410070100062

Telah disetujui

Padang, 25 Januari 2018

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(dr.Laura Zeffira Sp.A M.Biomed) (dr. Letvi Mona M.Kes (DV),

Sp.DV)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan skripsi ini.Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah.Penulis menyadari
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan proposal sampai dengan
terselesaikannya laporan hasil skripsi ini. Bersama ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak, Rektor Universitas Baiturrahmah Padang yang telah memberi


kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas
Baiturrahmah.

2. Bapak, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah yang telah


memberikan sarana dan prasarana kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar.

3. Ibu, dr.Laura Zeffira Sp.A M.Biomed selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.

4. Ibu, dr. Letvi Mona M.Kes (DV), Sp.DV selaku dosen pembimbing II yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam penyusunan skripsi ini.

5. Orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moral


maupun material.

6. Para sahabat yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi


ini.

7. Serta pihak lain yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu atas bantuannya
secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.

i
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Padang, 25 Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................

DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN ..........................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 LatarBelakang ........................................................................................................ 1

1.2 RumusanMasalah ................................................................................................... 3

1.3 TujuanPenelitian .................................................................................................... 3

1.3.1 TujuanUmum .............................................................................................. 3

1.3.2 TujuanKhusus ............................................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 3

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................

2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ...............................................................

2.2 Etiologi ................................................................................................................

2.3 Jenis ISPA ..............................................................................................................

2.4 Faktor Risiko ISPA ................................................................................................

2.5 Cara penularan penyakit ISPA ...............................................................................

2.6 Tanda dan Gejala....................................................................................................

2.7 Pencegahan Penyakit ISPA ....................................................................................

2.8 KerangkaTeori..................................................................................................... 13

2.9 KerangkaKonsep ................................................................................................. 13

iii
BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................................... 14

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 4

3.2 Jenis Penelitian .....................................................................................................

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................................. 14

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................................

3.4.1 Populasi ......................................................................................................

3.4.2 Sampel .......................................................................................................

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................................

3.6 Alur Penelitian .....................................................................................................

3.7 Cara Kerja Penelitian ..........................................................................................

3.8 Variabel Penelitian ...............................................................................................

3.9 Definisi Operasional.............................................................................................

3.10 Analisa Data .......................................................................................................

iv
DAFTAR GAMBAR

2.8 Kerangka Teori.....................................................................................................

2. 9 Kerangka Konsep ................................................................................................

v
DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN

1. ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut


2. WHO : World Health Organization
3. RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
4. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang

salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung sampai alveoli

termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).1 Definisi ISPA menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), adalah penyakit

saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksi yang menimbulkan gejala

dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.2 ISPA terbagi atas 2 yaitu Infeksi

respiratori atas (IRAA) dan Infeksi respiratori bawah (IRAB). Infeksi respiratori atas

terdiri dari rinitis, faringitis, tonsilitis, rinosinusitis dan otitis media. Sedangkan

infeksi respiratori bawah terdiri dari epiglotitis, croup (laryngotrakeobronkitis),

bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia. Sebagian besar IRA biasanya terbatas pada

IRAA saja, tetapi sekitar 5% melibatkan laring dan respiratori bawah berikutnya,

sehinga berpotensi menjadi serius.3

ISPA merupakan penyakit yang sering di masyarakat. Terdapat 156 juta

episode baru kejadian ISPA di dunia setiap tahun, dimana 151 juta episode (96,7%)

terjadi di negara berkembang. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak,

dengan insiden menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per anak

setiap tahun di negara berkembang dan 0,05 episode setiap anak pertahun di negara

maju.1

ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di

dunia. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia,

terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.

1
2

Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, sebanyak 98%

disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah.4 Sebagian besar hasil penelitian

di negara berkembang menunjukkan bahwa 20 – 35 % angka kematian bayi dan anak

balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan 2 – 5 juta bayi dan anak balita di berbagai

negara setiap tahun meninggal karena infeksi saluran pernafasan akut. Dua per tiga

dari kematian ini terjadi pada kelompok usia bayi, terutama bayi usia 2 bulan

pertama sejak kelahiran.5 Kasus terbanyak terjadi di India (43 Juta), China (21 Juta),

dan Pakistan (10 Juta). Sedangkan di Indonesia dan Nigeria masing-masing 6 juta

Prevalensi ISPA pada anak.6

Profil kesehatan Indonesia tahun 2014, Angka kematian akibat pneumonia

pada balita sebesar 0,08%, lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang sebesar

1,19%. Namun tahun 2015 angka kejadian pneumonia kembali meningkat yaitu

sebesar 0,16%. Pada tahun 2014 kelompok bayi angka kematian lebih tinggi yaitu

sebesar 0,11% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 0,06%.7 Profil

kesehatan Indonesia tahun 2015, Sumatera Barat menduduki posisi ke 9 dari 33

provinsi yang mempunyai insiden pneumonia pada balita yaitu 15.373 orang.3

Profil kesehatan kota Padang, jumlah balita di kota Padang tahun 2015

sebanyak 82.187 orang. Perkiraan penderita adalah 10% dari jumlah balita yaitu

sebanyak 8.219 balita, sementara penderita yang ditemukan dan ditangani sebanyak

2.486 (30,25%). Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka balita laki-laki lebih

banyak menderita pneumonia yaitu 33,09% dibandingkan balita perempuan yaitu

27,41%. Kasus pneumonia yang ditemukan dan ditangani beberapa tahun terakhir

adalah tahun 2014 sebanyak 1.850 orang, tahun 2013 sebanyak 1.183 orang, tahun

2012 sebanyak 340 orang, tahun 2011 sebanyak 586 kasus dan di tahun 2010

sebanyak 819 orang dan 100% dapat ditangani.8


3

ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri, faktor risiko terjadinya ISPA adalah

usia anak, jenis kelamin, status gizi, imunisasi. Serta keadaan lingkungan (polusi

udara dan ventilasi). Usia anak merupakan faktor predisposisi utama yang

menentukan tingkat keparahan serta luasnya infeki saluran nafas.3

Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui profil ISPA Bawah pada anak di Rawat Inap RSUP DR. M. Djamil

Padang selama tahun 2016-2017. RSUP DR. M. Djamil ini merupakan salah satu

rumah sakit rujukan di kota Padang. Rumah sakit ini banyak menerima pasien anak.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Profil pasien ISPA Bawah pada anak di RSUP DR. M. Djamil

Padang pada tahun 2016-2017?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui profil ISPA Bawah pada anak di Rawat Inap RSUP

DR. M. Djamil Padang pada tahun 2016-2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Prevalensi ISPA Bawah pada anak di Rawat Inap

RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2016-2017.

2. Untuk mengetahui pevalensi pasien ISPA Bawah pada anak di Rawat

Inap RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2016-2017 berdasarkan

usia.

3. Untuk mengetahui pevalensi pasien ISPA Bawah pada anak di Rawat

Inap RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2016-2017 berdasarkan

jenis kelamin.
4

4. Untuk mengetahui pevalensi pasien ISPA Bawah pada anak di Rawat

Inap RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2016-2017 berdasarkan

status gizi.

5. Untuk mengetahui jenis ISPA Bawah terbanyak pada anak di Rawat

Inap RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2016-2017

6. Untuk mengetahui faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian

ISPA Bawah pada anak di Rawat Inap RSUP DR. M. Djamil Padang

pada tahun 2016-2017 .

7. Untuk mengetahui lama rawat inap pasien ISPA Bawah pada anak di

RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2016-2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah wawasan mengenai epidemiologi ISPA Bawah pada

anak dan dapat digunakan sebagai rujukan penelitian selanjutnya.

2. Dapat dijadikan referensi bagi praktisi yang tertarik mempelajari ISPA

bawah pada anak.

3. Dapat dijadikan sebagai informasi yang tepat dan aktual terkait dengan

faktor risiko terjadinya ISPA bawah pada anak sehingga dapat

direncanakan program yang relevan dalam meminimalkan kejadian ISPA

bawah pada anak.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian bertujuan untuk mengetahui profil ISPA Bawah pada anak

di Rawat Inap RSUP DR. M. Djamil Padang selama tahun 2016-2017.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data rekam medis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Etiologi

ISPA yaitu infeksi yang terjadi mulai dari saluran pernapasan bagian atas dan

adneksanya hingga parenkim paru yang berlangsung hingga 14 hari. 9 Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization), ISPA merupakan

penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang

menimbulkan gejala dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.2

Batasan istilah ISPA menurut Depkes RI, mengandung tiga unsur yaitu infeksi,

saluran pernapasan dan akut. Pengertian masing – masing batasan adalah:10

1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2) Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan

pleura.

3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun

untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari.

ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang

disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari berbagai jenis bakteri,

virus, dan protozoa. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari Streptokokus sp,

Stafilokokus sp, Pneumikokus sp, Hemofillus sp, Bordetella Pertusis dan

5
6

Korinebakterium difteria. Sedangkan virus penyebab ISPA antara lain adalah

golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Reovirus, Herpesvirus. Sedangkan protozoa penyebab ISPA adalah Pneumocystis

carinii.11

2.2 Epidemiologi

Epidemiologi penyakit ISPA yaitu mempelajari frekuensi, distribusi penyakit


11
serta faktor-faktor (determinan) yang mempengaruhi penyakit ISPA. Berdasarkan

data SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) 2001, menunjukkan bahwa proporsi

ISPA sebagai penyebab kematian bayi < 1 tahun adalah 27,6% sedangkan proporsi

ISPA sebagai penyebab kematian anak balita 22,68%.12 Hasil survei program

P2ISPA (Pengembangan Program ISPA) di 12 provinsi di Indonesia (Sumatera

Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan

Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat) selama kurun waktu 2000-2002

prevalensi ISPA terlihat berfluktuasi, tahun 2000 prevalensi sebesar 30,1% (479.283

kasus), tahun 2001 prevalensi sebesar 22,6% (620.147 kasus) dan tahun 2002

pervalensi menjadi 22,1% (532.742 kasus).13

2.3 Jenis ISPA Bawah

2.3.1 Epiglotitis

Merupakan infeksi yang sangat serius dari epiglotis dan struktur supraglotis,

yang berakibat obstruksi jalan napas akut dan menyebabkan kematian jika tidak

diobati. Epiglotitis hampir selalu disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe B.

manifestasi klinis dari epiglotitis adalah demam tinggi mendadak dan berat, nyeri

tenggorok, sesak napas, diikuti dengan gejala obstruksi saluran respiratori yang
7

progresif (dalam beberapa jam dapat memburuk menjadi obstruksi pernapasan total

dan dapat menyebabkan kematian.14

2.3.2 CROUP (Laringotrakeobronkitis Akut)

Merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan suara serak, batuk

menggoggong, stridor inspirasi, dengan atau tanpa adanya stres pernapasan. Virus

penyebab tersering sindrom croup adalah Human parainfluenzae virus tipe 1 (HPIV-

I), HPIV-2,3, dan 4, virus influenzae A dan B, adenovirus, respiratori syncytial virus

(RSV), dan virus campak. Manifestasi klinis biasanya didahului dengan demam yang

tidak begitu tinggi selama 12-72 jam, hidung berair, nyeri menelan dan batuk ringan.

Kondisi ini akan berkembang menjadi batuk nyaring, suara menjadi parau dan kasar.

Gejala sistemik yang menyertai seperti demam, malaise. Bila keadaan berat dapat

terjadi sesak napas, stridor inspiratorik yang berat, retraksi, dan anak tampak gelisah,

dan akan bertambah berat pada malam hari. 15

2.3.3 Bronkitis

Merupakan proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkus utama

dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya akan membaik

tanpa terapi dalam 2 minggu.16 Virus merupakan penyebab tersering pada bronkitis,

seperti Rhinovirus, Respiratory sincytial virus (RSV), Virus Influenzae, Virus para-

influenzae, adenovirus dan coxsackie virus.17 Manifestasi klinis dari bronkitis adalah

batuk biasanya muncul 3-4 hari setelah rinitis. Batuk pada mulanya keras dan kering,

kemudian seringkali berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan produktif.

Karena anak-anak biasnaya tidak membuang lendir tetapi menelannya, maka dapat

terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada anak yang lebih

tua, keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk, serta nyeri dada

pada keadaan yang lebih berat. 16


8

2.3.4 Bronkiolitis

Merupakan penyakit IRAB yang ditandai dengan adanya inflamasi pada


18
bronkiolus. Infeksi tersebut disebabkan oleh virus seperti RSV. Manifestasi klinis

penyakit ini ditandai oleh pilek dan batuk, diikuti distress pernapasan, takipnea,

retraksi dada, dan mengi pada ekspirasi. Bronkiolitis berat dapat ditemukan adanya

grunting , napas cuping hidung, dan kesulitan masuknya udara melalui jalan napas. 19

2.3.5 Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, dari bronkiolus

terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.20

Penyebab pneumonia adalah sejumlah agen menular termasuk virus, bakteri

dan jamur. Penyebab paling umum pneumonia bakteri pada anak adalah

Streptococcus pneumoniae, diikuti Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Respiratory

syncytial virus (RSV) adalah virus penyebab tersering pada pneumonia virus. Pada

bayi yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), Pneumocystis jiroveci

merupakan penyebab pneumonia terhadap lebih kurang seperempat dari semua

kematian pneumonia pada bayi yang terinfeksi HIV.21

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya

infeksi, tetapi secara umum adalah22:

a) Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan

nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare

kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.

b) Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea,

napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.


9

2.4 Faktor Risiko ISPA 23,24

1) Usia

Usia mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terjadinya ISPA.WHO

melaporkan bahwa penyebab utama dari empat penyebab kematian anak di negara

berkembang adalah ISPA, dengan kasus terbanyak pada anak berusia dibawah 1

tahun. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan memberikan gambaran klinis yang

lebih buruk, disebabkan ISPA pada bayi merupakan kejadian infeksi pertama serta

belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan alamiah. Pada orang dewasa

sudah banyak terbentuk proses kekebalan alamiah yang lebih optimal.

2) Jenis kelamin

Pada umumnya tidak ada perbedaan kejadian ISPA pada laki-laki dan

perempuan, namun berdasarkan hasil berbagai penelitian menemukan bahwa

kejadian ISPA lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.

3) Status gizi

Status gizi merupakan faktor predisposisi terjadinya ISPA pada anak. Dalam

keadaan status gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk

mempertahankan diri terhadap infeksi. Apabila status gizi menjadi buruk maka reaksi

kekebalan tubuh akan menurun.

4) Pemberian ASI

Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pemberian ASI

dengan kejadian ISPA. ASI berfungsi sebagai proteksi karena kandungan imunologik

yang dimilikinya.

5) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR yaitu berat lahir kurang dari 2500 gram. Sebanyak 22% kematian

akibat ISPA terjadi pada bayi dengan BBLR. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan
10

dan perkembangan paru yang belum sempurna dan otot pernapasan yang masih

lemah.

6) Sosial ekonomi

Status sosial ekonomi mempunyai pengaruh terhadap faktor lain seperti

nutrisi, penerimaan layanan kesehatan, dan lingkungan. Status sosial ekonomi yang

rendah mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami ISPA.

7) Imunisasi

Anak yang telah mendapatkan imunisasi memiliki kekebalan terhadap

penyakit tertentu. Maka jika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh, secara langsung

tubuh akan membentuk antibodi terhadap kuman tersebut.

8) Lingkungan

Polutan lingkungan kotor berkaitan dengan infeksi saluran pernapasan karena

dapat mengiritasi mukosa saluran respiratori. Orangtua yang merokok juga

menyebabkan anak lebih rentan untuk terkena ISPA.

2.5 Cara Penularan Penyakit ISPA

ISPA ditularkan melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh

melalui saluran pernafasan (Air Borne Diseases).25 Jasad renik yang berada di udara

akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan menimbulkan infeksi,

penyakit ISPA dapat pula berasal dari penderita yang kebetulan mengandung bibit

penyakit, baik yang sedang jatuh sakit maupun karier. Jika jasad renik bersal dari

tubuh manusia maka umumnya dikeluarkan melalui sekresi saluran pernafasan dapat

berupa saliva dan sputum. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung/tidak

langsung dari benda yang telah dicemari jasad renik (hand to hand transmission).24
11

2.6 Pencegahan Penyakit ISPA

2.6.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan (health

promotion) dan pencegahan khusus (spesific protection) terhadap penyakit tertentu.

Termasuk disini adalah penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana

kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-

hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini

dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan

imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan

lingkungan, penyuluhan bahaya rokok. 26,24

a) Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angka

kesakitan ISPA

b) Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi mal nutrisi.

c) Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir

rendah.

d) Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani

masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.

2.6.2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan dan

diagnosis sedini mungkin. Seorang balita keadaan penyakitnya termasuk dalam

klasifikasi bukan pneumonia apabila ditandai dengan batuk, serak, pilek, panas

atau demam (suhu tubuh lebih dari 370C), maka dianjurkan untuk segera diberi

pengobatan. Upaya pengobatan yang dilakukan terhadap klasifikasi ISPA atau

bukan pneumonia adalah tanpa pemberian obat antibiotik dan diiberikan


12

perawatan di rumah. Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ibu untuk

mengatasi anaknya yang menderita ISPA adalah : 27

a) Mengatasi panas (demam)

Untuk balita, demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau

dengan kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak

perlu air es).

b) Pemberian makanan dan minuman

Memberikan makanan yang cukup tinggi gizi sedikit-sedikit tetapi

sering., memberi ASI lebih sering. Usahakan memberikan cairan (air putih,

air buah) lebih banyak dari biasanya.

2.6.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita yang bukan pneumonia agar

tidak menjadi lebih parah (pneumonia) dan mengakibatkan kecacatan (pneumonia

berat) dan berakhir dengan kematian. Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan

Penyakit bukan pneumonia pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila timbul

gejala pneumonia seperti nafas menjadi sesak, anak tidak mampu minum dan sakit

menjadi bertambah parah, agar tidak bertambah parah bawalah anak kembali pada

petugas kesehatan dan pemberian perawatan yang spesifik di rumah dengan

memperhatikan asupan gizi dan lebih sering memberikan ASI.1


BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

3.2 Kerangka Konsep

13
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan secara

retrospektif menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis pasien ISPA

bawah anak di rawat inap RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2016-2017.

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai dari Februari 2018 yang bertempat di rawat

inap RSUP DR. M. Djamil Padang.

4.4 Popilasi dan Sampel Penelitian

4.4.1 Populasi

Populasi target adalah semua rekam medis penderita ISPA bawah anak yang

tercatat di rawat inap RSUP DR. M. Djamil Padang. Populasi terjangkau adalah

semua rekam medis penderita ISPA bawah anak di rawat inap RSUP DR. M. Djamil

Padang pada tahun 2016-2017.

4.4.2 Sampel
Sampel penelitian adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan

eklusi, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling.

4.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eklusi

4.5.1 Kriteria inklusi

Data rekam medis anak yang berumur 0-14 tahun dengan diagnosis ISPA

bawah pada tahun 2016-2017.

4.5.2 Kriteria Eksklusi:


15

Data rekam medis pasien dengan diagnosis ISPA bawah anak tahun 2016-

2017 yang tidak memiliki salah satu data dari data yang ingin dicatat (umur, jenis

kelamin, status gizi).

4.6 Alur Penelitian

Persiapan Penelitian Pembuatan surat Pengambilan Data


perizinan di
kampus

seleksi Rekam Pengolahan dan Laporan Penelitian


Medis analisa data

4.7 Variabel Penelitian

1. ISPA bawah pada Anak

2. Usia, jenis kelamin, status gizi, lama rawat inap dan ISPA bawah terbanyak.

4.8 Definisi Operasional


1) Pasien ISPA bawah anak

a. Definisi : data rekam medis yang mencatat ISPA bawah anak sebagai

diagnosis baik primer maupun skeunder sesuai ICD 10 pada tahun 2016-

2017

b. Cara ukur : Rekam medis

c. Alat ukur : Rekam medis

d. Hasil ukur : 1: ISPA bawah

2: bukan ISPA bawah

e. Skala ukur : Nominal

2) Usia anak
16

a. Definisi : Usia pasien yang tercatat dalam rekam medis

terhitung dari lahir sampai pada saat didiagnosis menderita ISPA

bawah

b. Cara Ukur : Rekam Medis

c. Alat Ukur : Rekam Medis

d. Hasil ukur : 1. 0 - <5 tahun

2. 5- <10 tahun

3. 10 -14 tahun

e. Skala ukur : Ordinal

3) Jenis kelamin

a. Definisi : identitas pasien yang dapat digunakan untuk

membedakan antara laki-laki dan perempuan yang tercatat dalam

rekam medis pasien.

b. Cara Ukur : anamnesis dan pemeriksaan fisik

c. Alat Ukur : Rekam Medis

d. Hasil ukur :1. Laki-laki

2. Perempuan

e. Skala ukur : Nominal

4) Status Gizi

a. Definisi : Angka yang diambil dari rekam medis didapat dari

BB x anak dibagi BB ideal dikali 100 berdasarkan CDC 2000.

b. Cara Ukur : Titik tinggi badan diproyeksikan pada grafik sesuai

usia anak ke kurva persentil 50 tinggi badan, lalu kurva persentil 50

berat badan lalu dilanjutkan dengan ketentuan eid indeks dari BB/TB.

c. Alat Ukur : Grafik CDC-NCHS 2000


17

d. Hasil ukur : 1.Gizi buruk (<60%)

2.Gizi kurang (60-79%)

3.Gizi baik (80- 100%)

4.Gizi lebih (>110%)

e. Skala ukur : Ordinal

5) Jenis ISPA Bawah

a. Definisi : jenis dari ISPA bawah terbanyak yang diderita oleh

anak di rawat inap RSUP M.Djamil Kota Padang

b. Cara ukur : Rekam medis

c. Alat ukur : Rekam medis

d. Hasil ukur : 1: Epiglotitis

2: Bronkhitis

3: Bronkiolitis

4: Croup

5: Pneumonia

e. Skala ukur : Nominal

6) Lama Rawatan

a. Definisi : lamanya pasien anak yang terdiagnosa ISPA bawah

dimulai dari awal masuk sampai keluar dari rumah sakit

b. Cara ukur : Rekam medis

c. Alat Ukur : Rekam medis

d. Hasil Ukur : 1. 1-3 hari

2. 4-7 hari

3. > 7 hari

e. Skala Ukur : Ordinal


18

4.9 Analisa Data

Data yang telah terkumpul akan diolah secara manual dan elektronik dengan

menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS. Rekam medis pasien dan

dimasukkan kedalam master tabel kemudian dianalisa untuk menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase.


19

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia tahun


2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; (2012).
2. World health organization (WHO). Pencegahan dan pengendalian infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) cenderung menjadi epidemi dan pandemi di
fasilitas pelayanan kesehatan. (2007). Di unduh 28 januari 2014. http:
//apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007.6_inb.pd
3. Wantania JM, Naning R, Wahani A. Infeksi Respiratori Akut. Dalam: Buku ajar
respirologi anak IDAI: Jakarta; 2012. h.268-76.
4. WHO. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas kesehatan. Jenewa:
Organisasi Kesehatan Dunia; 2007. hal 12.
5. Djaja, S., Ariawan, I. & Afifah, T. Determinan perilaku pencarian pengobatan
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita. Buletin penelitian
kesehatan; 2001. h.29(1).
6. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
dasar Kemenkes RI: Jakarta; 2013.
7. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI ; 2015 diunduh dari www.depkes.go.id pada 23

Maret 2017.

8. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Tahun 2015. Padang: Dinas

Kesehatan Kota Padang ; 2016 diunduh dari www.dinkes.padang.go.id pada 27

Maret 2017).

9. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan tahun 2012. Padang: Dinas

Kesehatan Kota Padang; 2013.

10. Rahajoe, N., Supriyanto, B., Seyanto, DB. Buku Ajar Respiralogi Anak, edisi
ke 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2013.h. 268-83.
11. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, volume ke 2, edisi
ke 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.h.174-7.
12. Volk & Wheeler, 1990. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta.
20

13. Budiarto, E. Anggraeni, D. 2001. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Bandung.
14. Yangtjik, Kiagus, dan Fatimah arifin. Epiglotitis. Dalam: Buku Ajar Respirologi
Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI): Jakarta; 2013. h.316-317.
15. Dadiyanto, Dwi Wastoro. CROUP (Laringotrakeobronkhitis Akut).Buku Ajar

Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI): Jakarta; 2013. h.320-

322.

16. Naning, Roni dkk. Bronkitis Akut. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI): Jakarta; 2013. h.330.
17. Staf pengajar ilmu kesehatan anak. Pulmonologi. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta; 2007.

h.1197.

18. Zain, Magdalena Sidhartani. Bronkiolitis. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI): Jakarta; 2013. h.333.

19. Schuh, Suzanne. Bronkhiolitis. Dalam: Kegawatdaruratan Pediatri. EGC :

Jakarta; 2011.h.113.

20. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang

Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta; 2008. h.5-10.

21. Virkki, R, et al. Differentiation of Bacterial and Viral Pneumonia in Children.


Thorax 2002, 57: 438- 41.
22. Said, Mardjanis. Pneumonia. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI): Jakarta; 2012. h.350-65.
23. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) Indonesia tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
24. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Pencegahan dan Pemberantasannya.
Jakarta : Penerbit Erlangga; 2013.
25. Lumbanraja, P.L. Distribusi Alergen Pada Penderita Rhinitis Alergi di
Departemen THT-KL FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis. Medan:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2008.
21

26. Kresno, S. Pengetahuan, Kepercayaan Ibu Balita Tentang Pneumonia Dan


Pencarian Pertolongan Dan Pengobatan Bagi Balita Dengan Pneumonia.
Makara, Jurnal Penelitian Universitas Indonesia, No.4 seri A, Jakarta; 2000.
27. Depkes. Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk
Petugas Kesehatan. Dirjen PPL & PLP: Jakarta; 2002.

Anda mungkin juga menyukai