Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Pada
Program Studi D-III keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
MATHELDA P. SESFAO
NIM: PO.530320116361
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa menyertai dan memberkati
dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada An. M.S dengan Asma Bronchial di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr.
W.Z. Johannes
Kupang” .
Selama proses penulisan Karya Tulis Ilmiah, penulis mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan
penulis
menyampaikan penghargaan danucapan terimakasih kepada:
1. Ns. O. Diana Suek., S.Kep., M.Kep., Sp. An, selaku dosen
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu , pikiran dan
kesabaran serta penuh tanggung jawab dalam membimbing penulis
selama proses ujian akhir program berlangsung.
v
menyiapkan segala fasilitas pendukung selama perkuliahan di Jurusan
Keperawatan Kupang.
v
7. Seluruh dosen, staf dan tenaga kependidikan di Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang yang telah
menjadi pendidik yang memberikan materi dan bimbingan praktek
serta ajaran moral dan etika selama dalamproses perkuliahan .
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
2.2.4 Implementasi ..............................................................................22
2.2.5 Evaluasi ......................................................................................22
Bab 3 Studi Kasus Dan Pembahasan
3.1Hasil Studi Kasus ................................................................................23
3.2 Pembahasan ........................................................................................30
Bab 4 Kesimpulan Dan Saran
4.1Kesimpulan .........................................................................................36
4.2 Saran ...................................................................................................37
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 38
Lampiran ..................................................................................................................
viii
Daftar Tabel
ix
Daftar Lampiran
2. Lembar Konsultasi
3. SAP
x
BIODATA PENULIS
Motto
“pendidikan merupakan perlengkapanyang paling baikuntuk haru tau”
xi
ABSTRAK
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
asma sulit disembuhkan,hanya sajapenyakit ini dapat dikontrol sehingga
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma
dilakukan dengan menghindari faktor pencetus, yaitu segala hal yang
menyebabkan timbulnya gejala asma. Apabila anak menderita
serangan asma terus- menerus, maka mereka akan mengalami
gangguan proses tumbuh
kembang sertapenurunan kualitas hidup.
Faktor pencetus asma banyak dijumpai di lingkungan baik
di dalam maupun di luar rumah, tetapi anak dengan riwayat asma
pada keluarga memiliki risiko lebih besar terkena asma. Tiap penderita
asma akan memiliki faktor pencetus yang berbeda dengan penderita
asma lainnya sehingga orangtua perlu mengidentifikasi faktor yang
dapat mencetus kejadian asma pada anak. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa setiap unsur di udara yang kita hirup dapat
mencetus kambuhnya asma pada penderita. Faktor pencetus asma dibagi
dalam dua kelompok, yaitu genetik, di antaranya atopi/alergi bronkus,
eksim; faktor pencetus di lingkungan, seperti asap kendaraan bermotor,
asap rokok, asap dapur, pembakaran sampah, kelembaban dalam
rumah, serta alergen seperti
deburumah,tungau, dan bulubinatang (Wong, 2009).
Menurut Wong ( 2009 ) dampak penyakit kronis
dan ketidakmampuan pada anak cukup luas. Anak mengalami
gangguan aktivitas dan gangguan perkembangan. Serangan asma
menyebabkan anak dapat tidak masuk sekolah berhari-hari,
berisiko mengalami masalah perilaku dan emosional, dan dapat
menimbulkan masalah bagi anggota keluarga lainnya, orang tua sulit
membagi waktu antara kerja dan merawat anak, masalah keuangan,
fisik dan emosional.Keadaan ini berdampak pada pola interaksi orang
tua dan anak serta upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan dan kualitas hidup anak. Untuk itu peran perawat
diharapkan dapat membantu anak dan keluarga selama dirawat dalam
memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan edukasi agar keluarga
3
mampu merawat anak dengan asmma bronkial
dirumah serta mmeminimalkan kekambuhan serangan asma.
3
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
anak M. S dengan asma bronkial di Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr.
W.Z.
Johannes Kupang.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswamampu :
1.2.2.1.1 Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An M.S dengan
asma bronkial di Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes
Kupang.
1.2.2.1.2 Mampu menetapkan perumusan diagnosa keperawatan pada An M. S
dengan asma bronkial di Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr. W.Z.
Johannes Kupang
1.2.2.1.3 Mampu menyusun rencana keperawatan pada keperawatan pada An
M. S dengan asma bronkial di Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr. W.Z.
Johannes Kupang
1.2.2.1.4 Mampu melakukantindakan keperawatan pada An M. S dengan asma
bronkial di Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang
1.2.2.1.5 Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An M. S dengan asma
bronkial di Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang
1.3 MANFAAT PENULISAN
1.3.1 Manfaat bagi keluarga
Diharapkan keluarga dapat mengetahui masalah kesehatan anggota
keluarganya dan mampu mengatasimasalah kesehatankeluarga.
1.3.1.1 Manfaat bagi penulis
Diharapkan sebagai bahan tambahan pengetahuan dan
untuk membandingkan antara teori yang didapat selama perkuliahan
dengan praktik keterampilan dan pengalaman dalam memberikan
Asuhan
Keperawatan anak dengan asmma bronkial
4
1.3.2 Manfaat bagi Institusi pendidikan
Untuk bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan pada anak dengan asma bronkial yang
dapat
digunakan sebagai acuanpraktek bagimahasiswakeperawatan.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1.2 Patogenesis
Sampai saat ini patogenesis dan etiologi asma belum
diketahui dengan pasti, namun berbagai penelitian telah menunjukkan
bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi dan respon saluran nafas
yang berlebihan (sundaru, 2001). Dalam dua dekade yang lalu,
penyakit asma dianggap merupakan penyakit yang disebabkan
karena adanya penyempitan bronkus saja, sehingga terapi utama
pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti β -antagonis dan
golongan metal ksantin saja. Dalam konsep baru para ahli
mengemukakan bahwa asma merupakan penyakit inflamasi saluran
nafas yang ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi dan respon
yang berlebihan terhadap rangsangan
(hyperresponsiveness) (Ikawati, 2006).
2.1.3 Gambaran Klinis
Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk,
mengi, dan sesak nafas. Pada gejala awal sering gejala tidak jelas
seperti rasa berat di dada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek
atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret,
tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan
sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulen. Ada sebagian
kecil pasien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa disertai mengi,
dikenal dengan istilah cough variant asthma. Bila dicurigai seperti itu
maka perlu dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah
bronkodilator atau uji
provokasi dengan metakolin (Sundaru, 2001).
Gejala pada penyakit asma ada dua fase, yaitu gejala fase akut
dan gejala fase kronik. Gejala fase akut terjadi pada hitungan menit
dan berakhir setelah beberapa jam, dimana pada saat itu terjadi
interaksi antara alergen dengan makrofag. Respon yang terjadi pada
fase akut adalah bronkokonstriksi. Fase lambat terjadi dalam 2-6 jam
dan berakhir kurang lebih setelah 12-24 jam. Sitokin seperti
interleukin bekerja mengaktifasi eosinofil dan limfosit T di
7
saluran pernafasan untuk
melepaskan mediator yang memicu serangan ulang asma. Pada asma
7
non-atopik, alergen bukan penyebab serangan, tetapi pemicu serangan
asma lebih banyak dilakukan oleh faktor lain seperti penggunaan
obat seperti aspirin, AINS, dan golongan beta bloker, adanya iritan
kimiawi, penyakit obstruksi kronik, udara kering, stress yang berlebih,
dan olah raga. Mekanismenya bukan melalui sel mast, tetapi melalui
stimulasi pada jalur refleks parasimpatik yang melepaskan
asetilkolin, dan kemudian mengontrol otot polos bronkus. Peningkatan
permeabilitas dan sensitivitas terhadap alergen yang terhirup, iritan, dan
mediator inflamasi merupakan konsekuensi dari adanya cedera pada
epitel. Inflamasi kronik pada saluran pernafasan dapat menyebabkan
penebalan membran dasar dan deposisi kolagen pada dinding
bronchial. Perubahan ini dapat menyebabkan sumbatan saluran
nafas secara kronik seperti yang dijumpai pada penderita asma.
pelepasan berbagai media inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi,
sumbatan vaskuler, permeabilitas vaskuler, edema, produksi dahak
yang kental, dan gangguan fungsi
mukosiliar (Ikawati, 2006).
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini
dapat ditangani dengan baik, mengi (wheezing) berulang dan atau
batuk kronik berulang merupakantitik awal untuk menegakkan diagnosa.
Asma pada anak-anak umumnya hanya menunjukkan batuk dan saat
diperiksa tidak ditemukan mengi maupun sesak. Diagnosis klinis
asma sering ditegakkan oleh gejala berupa sesak episodik, mengi,
batuk dan dada sakit/sempit. Pengukuran fungsi paru digunakan
untuk menilai berat keterbatasan arus udara dan reversibilitas
yang dapat membantu diagnosis. Mengukur status alergi dapat
membantu identifikasi faktor resiko.Diagnosis asma berdasarkan
anamnesia, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (Rengganis, 2009).
8
2.1.5 Pathway Asma Bronchial
Dikeluarkannya substansivasoaktif
(histamin, bradikinin dan
anafilaktosin)
Permeabilitaskapiler
Kontraksi otot polos Sekresi mucus
Bronkospasme
Bronkospasme Produksi mucus
Edemma mukosa
hipersekresi bertambah
Ketidakefektifan
bersihanjalan Obstruksi salurannapas
napas Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhantubuh (risiko/
aktual)
Hipoventilasi
Distribusi ventilasitidakmerata dengan sirkulasi
darahparu-paru gangguan difusi gas di alveoli
Kerusakan
pertukaran gas
Hipoksemia
hiperkapnia
9
2.1.6 Penatalaksanaan Asma
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup
normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada
prinsipnya
penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Penatalaksanaan Asma Akut
Serangan akut merupakan suatu keadaan darurat
dimana membutuhkan penanganan medis segera. Penanganan harus
cepat dan seharusnya dilakukan di rumah sakit/gawat darurat.
Penilaian berat serangan dilakukan berdasarkan riwayat serangan,
gejala, pemeriksaan fisis dan bila memungkinkan pemeriksaan faalparu,
agar dapat diberikan
pengobatanyang tepat (Rengganis, 2008).
b. Penatalaksanaan Asma Kronik
Pasien asma kronik diupayakan untuk dapat memahami sistem
penanganan asma secara mandiri, sehingga dapat mengetahui kondisi
kronik dan variasi keadaan asma. Antiinflamasi merupakan suatu
pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah
serangan. Bronkodilator merupakan pengobatan saat serangan
untuk mengatasi serangan (Rengganis, 2008). Pada penatalaksanaan
asma kronik bisa diklasifikasikan menurut kontrol asma. Kontrol asma
dapat didefinisikan menurut berbagai cara. Pada umumnya, istilah
kontrol menunjukkan penyakit yang tercegah atau bahkan sembuh.
Namun pada asma, hal itu tidak realistis. Maksud kontrol adalah
kontrol manifestasi penyakit. Kontrol yang lengkap biasanya diperoleh
dengan pengobatan. Tujuan pengobatan adalah memperoleh dan
mempertahankan kontrol untuk waktu lama dengan pemberian obat
yang aman, dan tanpa efek samping (Rengganis, 2008). Dalam terapi
asma biasanya pasien-pasien asma belum mendapatkan terapi yang
optimal. Banyak pasien asma yang mengabaikan terapinya padahal
penyakit asma merupakan penyakit yang sulit disembuhkan. Ada
10
beberapa komponen dalam pengobatan asma,
yaitu penilaian beratnya asma, pencegahan dan pengendalian faktor
10
pencetus serangan, penyuluhan atau edukasi kepada pasien (Sundaru,
2001).
a. Penilaian beratnya asma
Usia ≤ 5 tahun
Pilihan pengobatan:
kortikosteroid hirup dosis
rendah dengan nubelizer
atau MDI.
Alternatif
pengobatancromolyn
(nubelizer atau MDI /
antagonis
reseptor
leukotrien).
11
Tahap 3 Adagejalatiap >1x PEV atau Usia ≥ 5 tahun
Sedang Perlu PEF 60-80%
menetap penggunaan sebulan
prediksi Perlakuan yang dipilih:
agonis β setiap variabilit diberikankortikosteroid hirup
hari. as >30% dalam media-dosis sedang
Eksaserbasi (Beklomathason, Budesonida,
mempengaruhi Flutikason) dan menambah β2
aktivitas agonis dosis panjang.
eksaserbasi ≥2x Alternatif pengobatan:
seminggu. meningkatkan
kortikosteroid hidup dalam
dosis sedang (Beklomathason,
Budesonida, Flutikason)
dan menambah leukotrine
atau
teofilin.
11
Usia ≤ 5 tahun
Perlakuan yang dipilih:
diberikankortikosteroid hirup
dalam media-dosis sedang
(Beklomathason, Budesonida,
Flutikason) dan menambah β2
agonis dosis panjang.
Alternatif pengobatan:
meningkatkan
kortikosteroid hirup dalam
dosis sedang (Beklomathason,
Budesonida, Flutikason)
dan menambah leukotrine
atau
teofilin.
Tahap 4 Gejala Sering PEV 1 Usia ≥ 5 tahun
Berat terusmenerus atau PEF Perlakuan yang dipilih:
Menetap Aktifitas fisik ≤60%pre kortikosteroid hirup dosis
terbatas. diksi tinggi dan bronkodilator
Sering serangan. variabilit dosis yang panjang yaitu
as >30% agonis β2 agonis aksipanjang
(formoterol, salmeterol),
Kortikosteroid tablet atau
sirup jangkapanjang (2
mg/kg/hari, tidakmelebihi 60
mg per hari). Ulangi
upayauntuk
mengurangikortikosteroid
sistemik dan
mempertahankan control
kortikosteroid hirup
dosis tinggi
(Beklomethason,
Budesonida, Flutikason).
Usia ≤ 5 tahun
Perlakuan yang dipilih:
kortikosteroid hirup dosis
tinggi dan bronkodilator
dosis yang panjang yaitu
agonis β2 agonis aksipanjang
(formoterol, salmeterol),
Kortikosteroid tablet atau
sirup jangkapanjang (2
mg/kg/hari, tidakmelebihi 60
mg per hari). Ulangi
upayauntuk
mengurangikortikosteroid
sistemik dan
mempertahankan control
kortikosteroid hirup
dosis tinggi
(Beklomethason,
Budesonida, Flutikason)
12
pengobatan. Banyak pasien asma yang tanpa gejala, ternyata pada
pemeriksaan uji final parunya menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas (Sundaru,
2001).
12
b. Pencegahan dan Pengendalian Faktor Pencetus Asma
13
hiperresponsivitas saluran nafas dengan mengurangi inflamasi
(Ikawati, 2006). Untuk mengontrol gejala, direkomendasikan untuk
menggunakan dosis terendah, yaitu 2-4 hirupan sebanyak 2-4 kali
sehari. Steroid inhalasi ada yang dalam bentuk serbuk, dengan harapan
dapat mencapai paru-paru dengan lebih baik. Contohnya (Pulmicort
turbuhaler). Untuk mencapai efektivitas yang maksimum, diperlukan
kira-kira 2 minggu penggunaan kortikosteroid inhalasi secara
kontinyu. Jika didapatkan hambatan pertumbuhan, perlu dirujuk ke
bagian pediatrik (Ikawati,
2006).
b. Bronkodilator
1) Agonis β2
Stimulasi reseptor β2-adrenergik mengaktivasi adenil siklase, yang
menghasilkan peningkatan AMP siklik intraselular. Menyebabkan
relaksasi otot polos, stabilisasi membrane sel mast, stimulasi otot
skelet (Depkes, 2008). Albuterol dan inhalasi agonis β2 selektif aksi
pendek lain diindikasikan untuk penanganan episode bronkospasmus
ireguler dan merupakan pilihan dalam penanganan asma para akut.
Sedangkan formaterol merupakan inhalasi agonis β2 kerja lama yang
diindikasikan sebagai kontrol tambahan jangka panjang untuk
pasien yang telah mengkonsumsi inhalasi kortikosteroid dosis sedang
atau tinggi. Zat aksi pendek memberikan perlindungan penuh selama
paling sedikit 2 jam setelah dihirup, zat kerja lama setelah
memberikan perlindungan signifikan 8- 12 jam pada awal pemberian,
dan durasi terapi ini akan berkurang apabila pemakaian rutin dan
asma mulai terkontrol (Depkes,
2008).
2) Metilxantin
Yang merupakan obat golongan metilxantin adalah
theophyline, theobromine dan caffeine. Manfaat theophyline dalam
pengobatan asma berkurang karena efektivitas obat-obat adrenoreseptor
per inhalasi untuk asma akut asma kronik telah ditemukan, tetapi harga
murah theophyline memiliki keuntungan untuk pasien dengan
14
ekonomi lemah dan dana
kesehatan pada masyarakat yang terbatas. Mekanisme kerjanya terjadi
14
hambatan pada reseptor-reseptor pada permukaan sel untuk
adenosline. Reseptor-reseptor tersebut memodulasi aktivitas adenylyl
cyclase dan adenoslyne, yang telah terbukti dapat menyebabkan
kontraksi otot polos jalan nafas terpisah dan menyebabkan rilis
histamine dari sel-sel mast jalan nafas. Theophyline melawan efek-
efek tersebut, dengan menyekat
reseptoradenosline permukaan sel (Katzung, 2001).
3) Antikolinergik
Yang merupakan obat golongan antikolinergik yaitu
ipratropium bromida, tiotropium dan deptropium. Agen antikolinergik
memperbaiki efek vegal yang dimediasi bronkospasme tetapibukan
bronkospasme yang diinduksi oleh alergen atau olahraga. Mekanisme
kerja Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik
(parasimpatomimetik) yang akan menghambat refleks vegal dengan cara
mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat
lokal, pada tempat tertentu dan tidak bersifat sistemik. Ipratropium
bromida (semprot hidung) mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan
lokal dapat menghambat sekresi kelenjar serosa dan seromukus
mukosa hidung. Digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi
dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik) sebagai
bronkodilator dalam pengobatan bronkospasmus yang
berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik, termasuk
bronkhitis kronik dan emfisema. (Katzung, 2001).
c. Kortikosteroid
Obat-obat ini merupakan steroid adrenokortikal steroid sintetik
dengan cara kerja dan efek yang sama dengan
glukokortikoid. Glukokortikoid dapat menurunkan jumlah dan aktivitas
dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta
adrenergik dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi mekanisme
bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara langsung.
Penggunaan inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara
15
efektif dengan efek sistemik
minimal. Terapipemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang
15
memerlukan kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan keuntungan
dari penggunaan dosis sistemik, terapi pemeliharaan asma dan
terapi profilaksis pada anak usia 12 bulan sampai 8 tahun. Obat ini
tidak diindikasikan untuk pasien asma yang dapat diterapi dengan
bronkodilator dan obat non steroid lain, pasien yang kadang-kadang
menggunakan
kortikosteroid sistemikatauterapi bronkhitis non asma.
2.1.8 Penatalaksanaan dan Perawatan dirumah
Menurut mutaqqin, (2008) jika pasien tidak mendapat serangan asma
maka perawatan dirumah ditujukan untuk mencegah timmbulnya serangan
asma dengan memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga pasien.
Mencegah serangan asma dengan menghilangkan faktor pencetus
timmbulnya serangan. Pendidikan kesehatan yang diberikan tersebut
antara lain :
a) Menghilangkan faktor pencetus misalnya debu rumah, bau-bau
yang merangsang, hawa dingin dan lainnya
b) Keluarga harus mengenalitanda-tanda akanterjadi serangan asma
c) Cara memberikan obat bronkodilator sebagai pencegahan
bila dirasakan anak akan mengalami serangan asma serta wajib
mengetahui obatmanayanglebih efektif bila anakmendapat serangan
asma
16
2.1.9 Komplikasi
Menurut surandro, (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada asma
bronkial apabilatidak segera ditangani, adalah : (Sundaro, 2008).
a) Gagalnapas.
b) Bronkhitis.
c) Fraktur iga (patahtulangrusuk).
d) Pneumotoraks (penimbunan udara pada rongga dada
disekeling paru yang menyebabkan paru-parukolaps).
e) Pneumodiastinumpenimbunan dan emfisema subkitus.
f) Aspergilosis bronkopulmoner alergik.
g) Atelektasis.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Asma Bronkial
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), asuhan keperawatan dengan asma
meliputi :
1 Pengkajian
a. Biodata
Asma bronchial dapat meyerang segala usia tetapi lebih
sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum 10
tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Predisposisi laki- laki dan perempuan diusia sebesar 2 : 1 yang kemudian
sama pada usia 30
tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhanutama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma dalah
dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan
mengi (pada
beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
2) Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor
predisposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi
dan riwayat
penyakit saluran nafas bagianbawah (rhinitis, urtikaria, dan eskrim).
17
3) Riwayat kesehatankeluarga
17
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya
riwayat penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan
adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posisi duduk.
18
3) Perkusi . Suaraperkusi normal.:
a) Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,
mencakup mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas
tambahan (abnormal), dan suara.
19
3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria
Hasil
1. Bersihanjalan nafas NOC: 1) Kaji frekuensi kedalaman
tidak efektif Mampu pernafasan dan ekspansi dada
berhubungan dengan mengeluarkan 2) Catat upaya pernafasan
bronkus spasme, sekret lebih termasuk penggunaan otot bantu
eningkatan produksi efektif. pernafasan. Kecepatan biasanya
mukus, mukus Kriteria hasil : mencapai kedalaman pernafasan
bertahan tebal dan bervariasi tergantung derajat
kental, penurunan Sekresidapat gagalnafas.
energi/ kelemahan diluluhkan 3) Auskultasi bunyi nafas dan catat
untuk batuk atau adanyabunyi nafas seperti krekels,
dihisap wheezing. Ronchi dan wheezing
minimal menyertai obstruksi jalan nafas
ataukegagalan pernafasan.
Bunyinafas 4) Observasi pola batuk dan
terdengar karakter sekret. Kongesti
bersih alveolar mengakibatkan batuk
sering/iritasi.
5) Dorong/bantu pasien dalam nafas
dan latihan batuk. Untuk dapat
meningkatkan/banyaknya sputum
dimana gangguan ventilasi dan
ditambah ketidaknyaman upaya
bernafas.
6) Kolaborasi : Berikan
oksigen tambahan, Berikan
humidifikasi tambahan
bertujuan memaksimalkan
bernafas dan menurunkan
kerja nafas, memberikan
kelembaban pada membran
mukosa dan membantu
pengenceran sekret.
2. Ketidakefektifan pola NOC : Pola 1) Auskultasi bunyi nafasuntuk
napas berhubungan nafas kembali mmengetahui derajat spasme
dengan penurunan efektif. 2) Kaji pantau frekuensi pernafasan
ekspansiparu 3) Catat adanya/derajat distres,
Kriteria misal : keluhan air hungry,
hasil : Pola gelisah,
nafas ansietas, distres pernafasan,
efektif, penggunaan otot bantu .
pasientidak Disfungsi pernafasan adalah
sesak napas indikator
kegagalannafas
4 ) Kajipasien untuk posisi yang
nyaman untuk bernafas. Pasien
dengan distress pernafasan akan
mencari posisi yang nyaman dan
mudahuntuk bernafas, membantu
20
menurunkan kelemahan otot dan
mempermudah ekspansi dada
20
3. Perubaha nutrisi NOC :butuhan 1) Kajikebiasaan diet, masukan
n kurang nutrisiterpenuhi makanan, catat derajatkesulitan
kebutuhan dari Kriteria hasil: makan, evaluasi BB.
berhub tubuh 2) Avskultasi bunyi usus.
anoreksia, dengan Menunjukan 3) Berikan perawatan oral
bertambah mukus peningkatan sering, buang sekret.
BB 4) Dorong periode istirahat,
1jam sebelum dan
Menunjukan sesudahmakan
perilaku / 5) Berikan makanporsikeciltapi
perubahan sering.
pada hidup 6) Hindarimakanan penghasil gas
untuk dan minumankarbonat.
meningkatka 7) Hindarimaknanyang sangat panas
n dan / / dingin.
mempertahan 8) Timbang BB sesuai induikasi.
kan berat 9) Kajipemeriksaan laboratorium, ex
yang ideal : alb.serum.
4. Kerusakan pertukaran NOC : 1) Kaji frekuensi, ke dalam
gas berhubungan Mempertahankan pernafasan, catat penggunaan otot
dengan obstruksi suplai O2 dan aksesori, nafas, bibir,
jalan nafas oleh ventilasi ketidakmampuan berbicara.
sekresi mukus, alveolus yang Bertujuan untuk mengevaluasi
spasmebronkus. adekuat. derajat distrees pernafasan
Kriteria hasil : 2) Tinggikan kepalatempattidur,
Bebas bantu pasien untuk memilihposisi
gejala yang mudahuntuk bernafas.
distress Distribusi Oksigen dapat
pernafasan diperbaiki dengan posisi duduk.
3) Dorong pasien untuk
mengeluarkan sputum, bila perlu
lakukan penghisapan. Sputum
yang tebal dan kental
adalah sumber utama
gangguan pertukaran gas,
penghisapan dilakukan bilabatuk
tidak efektif.
4) Auskultasi bunyi nafas secara
periodik. Masih adanya mengi
mengidentifikasikan masih adanya
spasme bronkus/tertahannya
sekret.
5) Awasi tanda - tanda vital
dan irama jantung.
Takikardia, disritmia, dan
perubahan tekanan darah
menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.
6) Kolaborasi berikan O2 sesuai
hasil GDA dan toleransi pasien
untuk memperbaiki hipoksia
21
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi
yang sudah dibuat dengan melihat respon pasien. Apabila
diperlukan
maka intervensi dapat dimodifikasi sesuaikebutuhan.
5. Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat
dinilai dari adanyakemampuan dalam: (Somantri, 2009).
a) Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, jalan nafas bersih, tidak ada
sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta
tidak ditemukan adanyatandahipoksia.
22
BAB 3
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Studi Kasus
Pasien di rawat diruang Kenanga RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang pada tanggal 25 - 28 Mei 2019.
3.1.1 Pengkajian Keperawatan
Anak M. S usia 2 tahun 4 bulan jenis kelamin perempuan
dirawat diruang Kenanga RSUD Prof. Dr. W.Z.
Johannes Kupang masuk dari tanggal 24 Mei 2019 dengan keluhan
batuk dan sesak napas. Diagnosa medik: asma bronchial. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 25 Mei 2019, Jam 08.00 WITA. Anak
nampak sakit sedang, dengan GCS = 15, kesadaran Composmentis,
0
Tanda vital : Suhu 37 C, Pernapasan 32x/ menit, Nadi 112x/ menit.
Padapemeriksaan auskultasi ditemukan adanya ronchi dan
wheezing. Orang tua mengatakan anak batuk berdahak dan
lendir susah untuk dikeluarkan. Nafsu makan baik dan anak kooperatif
selama dirawat. Anak baru pertama kali dirawat dengan sakit ini
sehingga orang tua juga bingung, khawatir dengan kondisi anak serta
mengharapkan segera sembuh. Selama ini hanya berobat ke puskesmas
saja dengan keluhan batuk dan sesak napas. Dampak hospitalisasi pada
anak yang ditemukan adalah ketakutan pada suasanabaru di rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan anak nampak sakit sedang,
0
dengan GCS = 15, kesadaran Composmentis, Tanda vital : Suhu 37
C, Pernapasan 32x/ menit, Nadi 112x/ menit. Pada pemeriksaan
auskultasi ditemukan adanya ronchi danwheezin, tinggi badan 80 cm,
berat saat ini 9 kg, berat sebelum sakit 8,9 kg, lingkaran kepala: 47
cm, konjungtiva anemis, sklera putih, hidung terdapat sekret,
mukosa lembab, dada
simteris, bunyiparu adanya ronchi dan wheezing di lobus kanan atas, tidak
pemakaian otot bantu pernapasan, bising usus 32 kali per menit, mual
23
ditemukan Hb 11,2 g/dl (11- 15 g/dl), hematokrit 34,2 L % (30-60 %). Saat
23
perawatan pasien mendapat therapi obat ambroxol pulvis 3 x 1
mg. Ambroxol pulvis adalah obat yang digunakan untuk mengencerkan
dahak, umumnya digunakan untuk mengatasi gangguan pernapasan
akibat produksi dahak yang berlebihan. Dahak yang diproduksi akan
lebih encer sehinggan mudah dikeluarkan dari tenggorokan saat batuk.
Efek samping dari pengguan obat ini adalah gangguan pencernaan
ringan, mual dan
munta, sakituluh hati.
3.1.2 Analisa Data
Bersadarkan hasil pengumpulan data maka di tegakan beberapa
masalah keperawatan. Adapun masalah keperawatan yang dialami pasien
berdasarkan hasil pengumpulan data adalah: Data subjektif : Ibu
mengatakan anaknya batuk dan sesak napas. Data Obyektif :
pernapasan 25 kali per menit menit, anak batuk dan sesak napas,
terdengar bunyi ronchi dan wheezing. Masalah: peningkatan produksi
mukus dan adanaya
eskudat dalam alveoli, penyebab : Ketidakefektifan bersihanjalan
Data subjektif: ibu mengatakan anaknya selama ini batuk dan
sesak napas tapi berobat ke puskesmas saja ibu mengatakan anak baru
pertama kali dirawat dantidak tahu anaknya sakit asma. Data objektif:
Ibunampak khawatir dan sering bertanya tentang sakit. Masalah:
kurang terpapar
terhadapinformasi, penyebab: Kurang pengetahuan orang tua.
Data subjektif: Ibu mengatakan anak takut karena baru
pertama kali dirawat. Data objektif: Anak nampak ketakutan, rewel dan
hanyamau
didekatibunya. Masalah: dampak hospitalisasi, penyebab: Cemas
24
3.1.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan
Penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan data pendukung
yang ditemukan saat melakukan pengkajian pada An. M. S
Adapun
masalahkeperawatanyang diangkat adalah :
1) Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan
peningkatan produksimukus dan adanaya eskudat dalam alveoli
25
Kolaborasi : pemberian oksigen dan humidifikasi tambahan, dan obat
pengencer dahak.
Untuk diagnosa keperawatan 2: Kurang pengetahuan orang tua
berhubungan dengan kurangterpaparterhadap informasi. Goal :orang tua
ataukeluargameningkatkan peningkatkan pengetahuan dalamperawatan.
Objektif: dalam jangka waktu 1×30 menit pengetahuan klien
dan keluarga mampu meningkatkan tingkat pengetahuan selama
dalam perawatan. Intervensi keperawatan : 1)Kaji pengetahuan
orang tua tentang penyakit. 2) Berikan Penyuluhan kesehatan
tentang penyakit Gagal ginjal kronik. 3) Diskusikan mengenai
kemungkinan proses penyembuhan. informasi yang didapat,
dapat mengatasi ketidakmampuannya dan juga menerima perasaan
tidak nyaman yang
lama.
Untuk diagnosa keperawatan 3; Kecemasan anak
berhubungan dengan dampak hospitalisasi. Goal : anak akan
menunjuakn kecemasan berkurang. objektif: Setelah dilakukan
perawatan 1 x 24 jam kecemasan anak menurun atau hilang, dengan
kriteria hasil kooperatif pada tindakan keperawatan, komunikatif pada
perawat, secara verbal mengatakan tidak takut. Intervensi keperawatan
antara lain 1) validasi perasaan takut atau cemas anak sebagai upaya
memantapkan hubungan saling percaya dan meningkatkan ekspresi
perasaan; pertahankan kontak dengan klien untuk mengurangi
ketakutan; 2) upayakan ada keluarga (orang tua) yang menunggu
untuk meminimalkan dampak hospitalisasi; 3) anjurkan orang tua utnuk
membawakan mainan; 4)rencanakan terapi bermain sesuai usia
anak.
26
3.1.5 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan setelah perencanaan
selesai disusun denganbaik. Tindakan keperawatan dimulai sejak tanggal
25 Mei
2019.
Hari pertama tanggal 25 Mei 2019.
Tindakan keperawatan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan napas, 1)08.00 implementasi yang dilakukan antara lain
mengkaji frekuensikedalaman pernafasan danekspansi dada : RR 25x/
menit, dalam dan teratur, mencatat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot bantu pernafasan: tidak ada pemakaian otot
bantu pernapasan, 2)08.30 melakukan auskultasi bunyi nafas dan catat
adanya bunyi nafas: terdengar ronchi, wheezing, mengobservasi pola
batuk dan karakter sekret: batuk dan sekret susah dikeluarkan;
kolaborasi dokter : 3)10.00 pemberian obat ambroxol 3x1 dan nebulizer
ventolin + NaCl frekuensi 1x sehari. Untuk diagnosa kurang
pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang terpapar
terhadap informasi tindakan yang dilakukan: melakukan
pengkajian tingkat pengetahuan orang tua ditemukan orang tua belum
mengetahui apa itu asma dan bagaimana perawatan dan pencegahan
dirumah serta belum pernah mendapat informasi jelas dari petugas
kesehatan
Hari kedua tanggal 26 Mei 2019
Tindakan keperawatan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan napas yaitu : 1)08.40 implementasi yang dilakukan antara
lain mengkaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada : RR
25x/ menit, dalam dan teratur, mencatat upaya pernafasan
termasuk penggunaan otot bantu pernafasan: tidak ada pemakaian
otot bantu pernapasan, 2)08.55 melakukan auskultasi bunyi nafas dan
catat adanya bunyi nafas: terdengar ronchi, wheezing, mengobservasi
pola batuk dan karakter sekret: batuk dan sekret susah dikeluarkan;
kolaborasi dokter : 3)10.00 pemberian obat ambroxol 3x1 dan
27
nebulizer ventolin + NaCl
frekuensi 1x sehari. Tindakan keperawatan untuk diagnosa kurang
27
pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang terpapar terhadap
informasi diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan.
informasi yang didapat, dapat mengatasi ketidakmampuannya dan
juga
menerima perasaantidak nyamanyanglama.
Hari ketiga 27 Mei
Tindakan keperawatan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan napas 1)08.40 implementasi yang dilakukan antara lain
mengkaji frekuensikedalaman pernafasan danekspansi dada : RR 25x/
menit, dalam dan teratur, mencatat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot bantu pernafasan: tidak ada pemakaian otot
bantu pernapasan, 2)08.55 melakukan auskultasi bunyi nafas dan
catat adanya bunyi nafas: tidak terdengarronchi, wheezing,
mengobservasi pola batuk dan karakter sekret: batuk dan sekret sudah
dikeluarkan; kolaborasi dokter : 3)10.00 pemberian obat ambroxol 3x1
dan nebulizer ventolin + NaCl frekuensi 1x sehari. kondisi sesak
napas berkurang, bunyi ronchi dan wheezing pada hari
ketiga menghilang, kondisi anakmembaik, pengobatantetap diberikan.
Tindakan keperawatan untuk diagnosa kurang pengetahuan orang
tua berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi
dilakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media lembar
balik yang berisi pengertian asma bronchial, faktor penyebab, tanda
dan gejala penyakit, mcara pencegahan dan perawatan dirumah.
Setelah dilakukan penyuluhan orang tua mampu menjelaskan kembali
tentang penyakit asma dan cara perawatan serta pencegahan dirumah.
Tindakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan kecemasan anak
berhubungan dengan dampak hospitalisasi yaitu 1) mempertahankan
kontak dengan klien : anak sering rewel sehingga butuh waktu lama.
2) Mengupayakan ada keluarga (orang tua) yang menunggu untuk
mmeminimalkan dampak hospitalisasi: orang tua selalu ada selama anak
dirawat. 3) menganjurkan orang tua utnuk membawakan mainan : orang
tua membawakan boneka;
28
merencanakanterapi bermain sesuaiusia anak dengan meniup balon.
28
3.1.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam asuhan
keperawatan untuk menilai keberhasilan tindakan asuhan keperawatan
yang telah dilakukan. Evaluasi pada An.M.S dilaksanakan sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkanbaik secara objektif maupun secara
subjektif
menggunakan evaluasi SOAP.
Hari pertama tanggal 25 Mei 2019
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan napaspada ditemukanyaitu S : ibu mengatakan anaknya masih batuk
dan sesak napas; O: frekuensinapas : 25x/ menit, anak nampak batuk dan
terlihat sesak napas, bunyi ronchi dan wheezing terdengar, ada
pemakaian otot bantu napas, A: masalah belumteratasi; P: intervensi tetap
dilanjutkan dengan modifikasi pemberian fisioterapi dada dan anjuran
banyak minum air hangat. Evaluasi keperawatan untuk diagnosa
kurang pengetahuan yaitu S : ibu mengatakan belum paham tentang
sakit anaknya dan akan merawat dengan baik dirumah; O: keluarga
belum dapat menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala
serta cara perawatan nantinya
dirumah; A: masalah teratasi, P: intervensi dihentikan.
Hari kedua tangal 27 Mei 2019
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan napaspada ditemukanyaitu S : ibu mengatakan anaknya masih batuk
sesekali; O: frekuensi napas : 22x/ menit, anak nampak batuk tapi tidak
disertai lendir/ sputum, bunyi ronchi dan wheezing tidak ada, tidak ada
pemakaian otot bantu napas,; A: masalah teratasi; P: intervensi tetap
dilanjutkan dengan modifikasi pemberian fisioterapi dada dan anjuran
banyakminum air hangat.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa kurang pengetahuan pada S
: ibu mengatakan belum paham tentang sakit anaknya dan akan
merawat dengan baik dirumah; O: keluarga belum dapat menyebutkan
kembali pengertian, tanda dan gejala serta cara perawatan nantinya
29
dirumah; A:
masalah teratasi, P: intervensi dihentikan.
29
Hari ketiga tanggal 27 Mei 2019
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan napaspada ditemukanyaitu S : ibu mengatakan anaknya masih batuk
sesekali; O: frekuensi napas : 22x/ menit, anak nampak batuk tapi
tidak disertai lendir/ sputum, bunyi ronchi dan wheezing tidak ada,
tidak ada pemakaian otot bantu napas,; A: masalah teratasi; P:
intervensi tetap dilanjutkan dengan modifikasi pemberian fisioterapi
dada dan anjuran
banyakminum air hangat.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa kurang pengetahuan pada
yaitu S : ibu mengatakan sudah paham tentang sakit anaknya dan
akan merawat dengan baik dirumah; O: ibu dapat menyebutkan
kembali pengertian, tanda dan gejala serta cara perawatan nantinya
dirumah; A:
masalah teratasi, P: intervensi dihentikan.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa kecemasan anak pada yaitu
: S: ibu mengatakan anaknya masih sering rewel; O: anak masih
nampak rewel, susah diajak bermain; A : masalah belum teratasi; P:
intervensi
dilanjutkan.
3.2. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini penelitian akan membandingkan antara
kasus dan teori, dengan aplikasi atau asuhan keperawatan pada An.
M.S dengan kasus yang telah di lakukan sejak tanggal 25 - 27 Mei
2019. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,
dan evaluasi
keperawatan.
30
ditandai berupa batuk sesak napas, wheezing (mengi). Gejala biasanya
timbul atau memburuk terutama malam atau dini hari. Gejala asma
sering terjadi padamalam hari dan saatudara dingin, biasanya dimulai
mendadak dengan gejala batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan
sesak napas
(dyspnea) dan mengi.
Menurut (Price & Wilson, 2006), penyakit asma juga ditandai
dengan akan timbul mengi yang merupakan ciri khas asma saat
pasien memaksakan udara keluar. Biasanya juga diikuti batuk produktif
dengan sputum berwarna keputih-putihan. Menurut Smeltzer (2010),
ciri khas pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan
bronkus, yang disebabkan oleh spasme atau kontirksi otot-otot
polos bronkus, dan
hipersekresimukosa/ kelenjar bronkus.
Hasil analisa peneliti terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus dimana pada pemeriksaan fisik teori terdapat bunyi suara napas
mengi (wheezing),sedangkan pemeriksaan fisik yang di dapatkan
peneliti pada kasus terdapat juga bunyi suara napas ronchi.
Wheezing atau mengi merupakan salah satu ciri khas dari gejala asma.
Hal ini diakibatkan oleh penyempitan saluran napas yang terjadi
namun kondisi tertentu ronchi juga dapat terdengar pada serangan
asma karena penumpukan sekret dijalan napas. Ibu anak M.S
mengatakan faktor penyebab serangan asma terjadi jika ia merasa
kedinginan atau terkena paparan debu, ketika serangan terjadi gejala
lain yang di timbulkan yaitu pilek dan batuk berdahak. Faktor
pencetus asma diperburuk oleh keadaan lingkungan seperti perubahan
temperatur, terpapar bulu bianatang, uap kimia, debu, serbuk, obat-
obatan,olahraga berat, infeksi saluran napas, asap rokok dan stress.
Menurut Sundaru (2008), pada awal serangan asma gejala tidak jelas
seperti rasa berat di dada, pada asma alergik biasanya disertai pilek atau
bersin. Meski pada mulanya batuk tidak disertai sekret, namun dalam
perkembangannya pasien asma akan mengeluarkan sekret baik yang
31
mukoid, putih danterkadangpuluren. Terdapat sebagian kecilpasien asma
yang hanya mengalami gejalabatuk tanpadisertaimengi.
31
3.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dimana
perawat mempunyai lisensi dankemampuan untuk mengatasinya (Potter &
Perry, 2005). Peneliti menegakan diagnosa ketidak efektifan bersihanjalan
napas sesuai dengan batasan kareteristik data yang diperoleh saat
pengkajian pada An. M.S yaitu : suara napas tambahan,
perubahan frekuensi napas, dispnea, batuk berdahak. Diagnosa
keperawatan ini penulis prioritaskan karena pemenuhan kebutuhan
oksigen adalah bagian penting dari kebutuhan fisiologis
menurut Hierarki Maslow. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
adalah ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan kepatenan
jalan napas (NANDA, 2015). Batasan karateristik ketidakefektifan
bersihan jalan napas adalah ada suara napas tambahan, perubahan
frekuensi napas, sianosis, penurunan bunyi napas,
dispnea, sputum dalam jumlah berlebih dan batuk yang tidak efektif.
Dalam teori pada kasus asma dibuktikan diagnosa
keperawatan utama yang muncul adalah ketidakefektifan bersiahan
jalan napas
(Muttaqin, 2008).
3.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tujuan yang berpusat pada klien dari hasil perkiraan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter
& Perry, 2005). Penulis mencantumkan diagnosa ketidak efektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan mucus dalam
jumlah berlebihan, dengan tujuan setelah dilakukan tindakan 3 kali 24
jam bersihan jalan napas kembai efektif, dalam teori juga disebutkan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam bersihan
jalan napas dapat
32
kembali efektif ( Muttaqin, 2008).
32
Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan NIC
yang sudah dirumuskan, akan tetapi perlakuan batuk efektif tidak
dapat diberikan karena anak masih berumur 2 tahun sehingga
belum bisa mengikuti arahan atau instruksi. Modifikasi intervensi
lainnya adalah pemberian posisi semifowler untuk meningkatkan
ekspansi paru, minum air hangat dan dilakukan fisioterapi dada.
Menurut Muttaqin (2008) sekresi bergerak sesuai gaya grafitasi
akibat perubahan posisi dan meningkatkan kepala, tempat tidur akan
merendahkan isi perut menjadi diafragma sehingga meningkatkan
diafragma berkontraksi. Intervensi ke empat kaloborasi pemberian
obat (nebulizer) sesuai program terapi. Rasionalnya dengan
pemberian obat dapat memudahkan pengeluaran sekeret di jalan napas
dan memperlancar pernapasan. Obat nebulizer atau combivent
merupakan obat terapi pada penyakit obstruksi saluran napas atau
sumbatan, seperti penyakit paru-paru obstruksi kronik atau asma. Obat
nebulizer ini bekerja dengan melebarkan saluran napas bawah
(bronkus).
Menurut Natoatmodjo, (2003) pendidikan kesehatan
merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan, dalam keperawatan
pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan
yang mandiri untuk membantu klien atau individu, kelompok,
maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya, melalui
kegiatan pembelajaranya, yang didalam perawat berperan sebagai
perawat pendidik. Terapi bermain yang
diberikan bertujuan untuk mengurangikecemasan akibat hospitalisasi.
3.2.4 Implementasi keperawatan
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang mengambarkan criteria
hasil yang di harapkan (Gordon, 2011). Implementasi
keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
33
tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
33
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilakasanakan untuk memodifikasi faktor yang mempengaruhi
masalah
kesehatan klien (Carpenito, 2000).
Implementasi yang dilakukan pada hari pertama sesuai intervensi
kecuali menganjurkan pasien batuk efektif, dimana tidak dilakukan
karena pasien masih berumur 2 tahun sehingga belum bisa melakukan
sesuai arahan. Tindakan yang bisa dilakukan adalah pemberian
nebuliser dan pengobatan sebagai tindakan kolaborasi, fisioterapi dada
yang bertujuan membantu merontokkan sekret di dinding alveoli.
Pemberikan health education tentang penyakit dengan cara
menghindari faktor pencetus. Pendidikan kesehatan yang diberikan
yaitu pengertian asma bronkial, tanda dan gejala asma bronkial, faktor
pencetus asma bronkial, perawatan
asma bronkial di rumah, cara pencegahankekambuhan asma bronkial.
3.2.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan selama
3 hari pasien dirawat di Ruang Kenanga. Untuk diagnosa
ketidakefektifan bersihanjalan napas berdasarkan evaluasi SOAP hari
pertama dan kedua masalah belumteratasi, akantetapipadahariketiga
perawatan pasientidak batuk lagi, ronchi dan wheezing tidak ada
sehingga pasien diperbolehkan
pulang dengantetap konsumsi obat sampai habis dirumah.
Evaluasikeperawatan pada diagnosakurang pengetahuan orang tua
pada hari ketiga perawatan masalah selesai setelah dilakukan pendidikan
kesehatan mengenai masalah kesehatan anaknya dan cara perawatan
dirumah sehingga mencegah terjadinya kekambuhan nantinya. Untuk
masalah kecemasan pada anak sebagai dampak dirawat dirumah
sakit belum teratasi karena usia yang masih balita anak takut dengan
suasana yang baru, orang baru yang ditemui serta segala aktifitas rumah
sakit yang merupakan pengalaman pertama anak. Terapi bermain
34
diyakini mampu menghilangkan batasan, hambatan dalam diri,
kecemasan, frustasi serta
mempunyai masalah emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku anak
34
yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan dan anak
sering diajak bermain akan lebih kooperatif dan mudah diajak kerjasama
ketika
menjalani pengobatan.
3.3. Keterbatasan studi kasus
Dalam melakukan penelitian studi kasus ini terdapat keterbatasan
yaitu:
1. Faktor orang atau manusia
Orang dalam hal ini pasien yang hanya berfokus pada satu pasien
saja sehingga penulis tidak dapat melakukan perbandingan
mengenai masalah-masalah yang mungkin di dapatkan dari pasien
yang lainnya
dan efektifitas perawatanyang sudah diberikan.
2. Faktorwaktu
Waktu rawat yang pendek 3 hari membuat penulis belum
terbina hubungan baik dengan pasien yang merupakan balita usia
2 tahun
sehinggaterapi bermain belum optimal dilakukan selama anak dirawat.
35
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1 Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Mei 2019 Pukul 08.00
WITA, pasien An. M. S dirawat di Ruang Kenanga RSUD Prof.
Dr. W. Z. Johannes Kupang dengan diagnosa medis asma bronchial
ditandai dengan keluhan batuk, sesak napas, pada saat auskultasi
ditemukan ronchi dan wheezing, orang tua merasa khawatir akan
kondisi anaknya karena baru pertama kali dirawat di rumah sakit dan
anak terlihat rewel, ketakutan akibat hospitalisasi.
36
6 Dokumentasi keperawatan dilakukan sesuai tahapan proses keperawatan
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, impelementasi
dan
evaluasikeperawatan.
4.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas , maka penulis merekomendasikan
beberapa hal berupa saran sebagai berikut :
1 Bagimasyarakat
Diharapkan agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan dan penanganan penyakit asma bronkial khususnya
dalam penanganan dirumah untuk meminimalkan kekambuhan
dengan
mengkontrol faktor pencetusterjadinya asma.
2 Bagi Tenaga Kesehatan
Khususnya perawat di ruang perawatan anak diharapkan
selalu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
dengan
mengikuti pelatihan ataupendidikan berkelanjutan lainnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
--------------- Register Ranap Anak 2019 RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang.
38
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Pusat Data & Imformasi Infodat. (2013). You Can Control Asma. (p. 2-4).
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Retrived
01 Juni , 2019.http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/
infodatin/infodatin-asma.pdf.
Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
ProsesdanPraktik Edisi 4, Jakarta: EGC.
Sundaru, H., 2001, BukuAjarIlmu PenyakitDalam, Edisi III, Gaya Baru, Jakarta
Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Jakarta : EGC
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC
39
Lampiran 1. Pengkajian
Lampiran 3. Lembarkonsultasi
40
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES REPUBLIK INDONESIA
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK
-
I. IDENTITAS KLIEN NO. MR : 513412
Tanda Vital
41
Suhu 37 Nadi : 112 x/mnt
Pernapasan 32 x/mt Tekanandarah : - mmHg
Prenatal
Tempatpemeriksaan kehamilan :. Puskesmas Uitao
Frekuensipemeriksaan kehamilan : 1 bulan 1x
Sakit yang diderita/ keluhan : mual, muntah
Intranatal
Tempat persalinan : puskesmas
Tenaga Penolong : bidan
Jenis Persalinan : √ spontan SC Forcep
Induksi
Usia kehamilan : 66 .minggu Berat badan lahir : 2800 gram
Apgar score : tidak tahu Panjang badan lahir : 50 cm
Menangis : √ ya tidak, Jaundice : ya √tidak
Postnatal
Lama mendapat ASI : 2 tahun
ASI eksklusif : ya √ tidak
Usiamendapatkan MP-ASI : .4 bulan
42
7. Imunisasidasar : Hepatitis : √ I √ II √III BCG : √
DPT : √ I √ II √ III Campak :
√ Polio : √ I √ II √ III √ IV
= laki-laki
= perempuan
= pasien
43
1. Nutrisi
Makananyang disukai/ tidak disukai : semua makanandisukai
Selera : selera makanbaik,bisa menghabiskan 1 porsimakan, selamasakit
tidakada perubahan
Alat makanyang digunakan : piring/sendok
Pola makan/ jam : 4x sehari setiap 3 jam
2. Istirahat dantidur
Pola tidur : baik, 2xsehari
Kebiasaansebelum tidur (perlumainan, dibacakan cerita, benda yang
dibawasaat tidur, dll) nonton film Upin Ipin
Jam tidursiangdanlamatidur :jam 12 - 13 00 (1 jam)
Jam tidur malam dan lamatidur : jam 20.00 - 08.00
3. Personal hygiene
Mandi :2 xsehari Keramas : setiap mandi
Sikat gigi : 1x sehari Gunting kuku : jarang
4. Aktivitas bermain : bermain boneka
5. Eliminasi (urine dan bowel) : masihdibantu
44
4. Leher : kaku kuduk : ya √
tidak Pembesaran limfe : ya √ tidak
5. Mata :
Konjuctiva : anemis √ merah muda
Sklera : √ putih ikterik kemerahan
6. Telinga : √ bersih kotor Simetris : ya
tidak Gangguan pendengaran: ya √ tidak
Sekresi/ serumen : ya √ tidak Nyeri : ya √
tidak
7. Hidung : Hidung : sekret ya √ tidak
8. Mulut : Mukosa : √ lembab kering kotor
sariawan
Lidah : √ lembab kering kotor jamur
Gigi : √ bersih kotor karies
9. Dada : simetris, Lingkardada :46 cm
10. Jantung : normal , tidakada suaratambahan
11. Paru – paru : terdengarbunyironchidan wheezing
12. Abdomen : √ lembek kembung tegang
Bisingusus : √ ya tidak Frekuensi :32x/mnt
Mual : ya √ tidak
Muntah : √ tdk ya, frekuensi …… - ……x
45
1) Sosialisasidan Kemandirian : anak dapat makandan minum sendiri
2 ) Motorikkasar : berdiridan berjalan naik turun tempattidur
3) Motorikhalus : baik
4) Kemampuan Bicaradan Bahasa : bisamenggucapkan beberapa kata
dan kalimat dengan menggunakan bahasa indonesia
Kesimpulan : √ Sesuaiusia Meragukan Penyimpangan
1. Beripujian padaibu
2. Lanjutkan pola asuh
3. Lanjutkan stimulasisesuaiusia anak
4. Ikutkananak diposyandusetiapbulan
Yang Mengkaji
(Mathelda P. Sesfao)
NIM. PO.
530320116361
46
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
D. Materi
1. Pengertian, asma bronchial
2. Tanda dan gejala asma bronkial
3. Faktor pencetus asma bronkial
4. Perawatan asma bronkial di rumah
5. Cara pencegahankekambuhan asma bronkial
6. Cara pernafasanyang benar
47
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Media
Lembar balik asma bronkial
G. Kegiatan Penyuluhan
20 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan pengertian Memperhatikan
asma bronkial penjelasan
2. Menjelaskantanda dan gejala
asma
bronkial
3. Menjelaskan faktor
pencetus asma Memperhatikan dan
4. Menjelaskan tentang memberikan
perawatan asma di pertanyaan
rumah
5. Menjelaskan pencegahan asma
bronkial
6. Memberikesempatan kepada
klien dan
keluargauntuk bertanya
7. Menjawab pertanyaanyang
belum
dimengerti oleh klien dan keluarga
48
15 menit Evaluasi :
· Menanyakan kepadapeserta
tentang
materi yang telah diberikan, dan
reinforcement kepada klien
yang dapat
menjawab pertanyaan.
Menjawab
pertanyaan
49
MATERI PENYULUHAN ASMA BRONKIAL
A. Pengertian
Asma bronkial adalah penyakit kronik saluran nafas yang ditandai oleh
hiperaktivitas bronkus, yaitu kepekaan saluran nafas terhadap berbagai
rangsangan. yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi,
batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini
hari yang
umumnya bersifat reversible baik dengan atautanpapengobatan.
B. Penyebab/Faktor Pencetus
1. Deburumah
2. Bulu-bulubinatang
3. Asaprokok/ asappabrik ataukendaraan
4. Infeksi saluran pernafasan
5. Kegiatanyang berlebihan (capek dan kelelahan)
6. Obat-obatan
7. Makanan dan minumantertentu
8. Udara dingin
9. Stress dan emosi yang berlebihan
50
Gejala yang berat adalahkeadaan gawat darurat yang mengancam
jiwa. Yang termasuk gejala yang berat adalah:
1. Serangan batuk yang hebat
2. Sesak napas yang berat dantersengal-sengal
3. Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
4. Sulit tidur dan posisitiduryang nyaman adalah dalam keadaan duduk
5. Kesadaran menurun (Kemenkes RI, 2007)
D. Perawatan dirumah
1. Jauhkan dari faktor pencetus
2. Sirkulasi lingkungan rumahbaik
3. Melatih pernafasan
4. Batasi aktifitas
5. Kenakanbaju hangat dantebal bila cuaca dingin
F. Evaluasi
Materipenilaian/test :
1. Sebutkan pengertian asma ?
2. Sebutkantanda dan gejala asma ?
3. Sebutkan faktor pencetus asma ?
4 . Peragakan caraperawatan asma dirumah ?
51
Lembar Konsultasi
52
53