Makalah Appraisal and Performance Anjas
Makalah Appraisal and Performance Anjas
Makalah Appraisal and Performance Anjas
Disusun Oleh:
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber keunggulan
kompetitif dan elemen kunci yang penting untuk meraih kesuksesan dalam
bersaing untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya
manusia bagi organisasi hal yang penting bagi pelayanan kepada masyarakat.
Sumber daya manusia adalah bagian dari manajemen. Yang merupakan unsur
manajemen yang di dalamnya terdapat tenaga kerja pada perusahaan. Manusia
selalu aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia
menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi.
Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan meskipun alat-
alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya.Alat-alat canggih yang
dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi perusahaan.Jika peran aktif
karyawan tidak diikut sertakan.Mengatur karyawan adalah sulit dan kompleks,
karena mereka mempuyai pikiran, perasaan, status, keinginan, dan latar
belakang yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi.Karyawan tidak
dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin, modal, atau
gedung.
1
BAB II
PERFORMANCE AND APPRAISAL
2
Pendapat lain juga mengatakan bahwa Performance appraisal (seterusnya
disingkat PA) adalah proses penilaian dari ciri-ciri kepribadian, perilaku
kerja, hasil kerja karyawan yang dianggap menunjang performance (unjuk
kerjanya), yang digunakan sebagaibahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan di bidang ketenaga kerjaan (Munandar, 2000). Ada pula tokoh
yang mengatakan bahwa PA adalah Suatu sistem formal dan terstruktur yang
mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya
adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan dan apakah ia
bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang, sehingga
karyawan, organisasi, dan masyarakat semuanya memperoleh manfaat.
(Schuler & Jackson, 1996:3 dalam Bagus, 2010). Sedangkan menurut
Robbins (1996) yang dikutip oleh Rivai dan Basri dalam bukunya yang
berjudul performance apprasial, pada halaman 15 menyatakan bahwa ada tiga
kriteria dalam melakukan penilaian kinerja individu yaitu:(a) tugas individu,
(b) perilaku individu, (c) dan ciri individu. Pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kerja individu.
Jadi, berdasarkan definisi-definisi yang dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa PA merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan atau
kegagalan pencapaian kinerja, sehingga dapat diketahui faktor-faktor
penyebab terjadinya kegagalan/keberhasilan pencapaian kinerja.
Kegiatan Performance Appraisal (PA) sering dipandang sebagai kegiatan
yang menakutkan bagi karyawan yang akan dinilai. Takut apa?. Mereka takut
karena dengan kegiatan PA tersebut akan dicari-cari kesalahannya,
mendapatkan punishment, dianggap sebagai alasan pembenaran bagi
perusahaan. Memang, PA bukan hanya untuk menilai karyawan tetapi juga
dapat digunakan untuk mendeteksi permasalahan perusahaan misalnya
rendahnya produktivitas, identifikasi kebutuhan, analisis beban kerja,
menentukan keberhasilan alat tes seleksi dll. Kegiatan PA ini biasanya
dilakukan di akhir tahun atau pertengan tahun. Setahun sekali atau setahun
dua kali (semesteran).
3
B. Langkah-Langkah Performance Appraisal
Terdapat beberapa pendapat mengenai bagaimana melakukan PA dan
seperti apa langkah-langkah atau persiapan apa saja yang perlu dilakukan
dalam melakukan PA.
Penilaian kinerja (performance appraisal), juga disebut tinjauan kinerja,
evaluasi kinerja, atau penilaian karyawan, adalah upaya menilai prestasi
dengan tujuan meningkatkan produktivitas karyawan maupun perusahaan.
Sayangnya, tujuan tersebut sering tidak tercapai karena tidak sedikit
perusahaan yang melakukan penilaian kinerja yang kurang baik. Dampaknya
adalah demotivasi kerja dan turunnya pencapaian sasaran perusahaan dari
tahun ke tahun.
Guna menghindari dampak-dampak negatif tersebut, tidak ada jalan lain,
perusahaan harus melakukan penilaian kinerja yang efektif. Berikut kriteria
dan langkah-langkah penilaian kinerja yang efektif.
1. Kriteria Penilaian Kerja yang Efektif
Menurut Michael Adryanto, dalam bukunya Tips and Tricks for Driving
Productivity: Strategi dan Teknik Mengelola Kinerja untuk Meningkatkan
Produktivitas, penilaian kinerja hanya akan efektif bila dilakukan secara
fair dan objektif.
a. Fair
Fairadalah berdasarkan standar yang telah disepakati, sedangkan
objektif adalah nilai-nilai yang diberikan sesuai dengan tingkat
pencapaian. Agar penilaian fair, ada lima elemen yang harus
diperhatikan, antara lain:
1) Sasaran kinerja yang jelas
2) Sasaran disepakati Bersama
3) Sasaran berkaitan dengan uraian jabatan
4) Pertemuan tatap muka
5) Diskusi
4
b. Objektif
Sementara itu, untuk melakukan penilaian yang objektif, Anda harus
mempertimbangkan enam elemen di bawah ini:
1) Data aktual
2) Perilaku karyawan yang positif dan negatif
3) Keberanian atau ketegasan Anda
4) Sistem penilaian yang terstruktur
5) Formulir yang tidak rumit
6) Kemampuan menilai
5
tempat dan waktu yang nyaman (misalnya kantor Anda atau ruang
rapat) sehingga Anda berdua tidak terganggu aktivitas lain.
5. Serahkan hasil penilaian kepada bawahan Anda
Langkah kelima adalah menyerahkan hasil penilaian kepada
bawahan Anda. Jangan lupa, berikan waktu yang memadai agar
karyawan yang bersangkutan membaca hasil tersebut.
6. Bahas hasil penilaian
Langkah selanjutnya adalah membahas hasil penilaian Anda.
Dalam pembahasan ini, kemukakan dasar penilaian Anda dengan
bahasa yang positif dan ukurannya (misal pengukuran
motivasi).Setelah itu, berikan kesempatan bawahan Anda untuk
menyampaikan pendapat atau tanggapan.Mungkin saja dia
memiliki pandangan yang berbeda atas penilaian yang Anda
berikan.Terima argumentasi tersebut lalu diskusikan lebih lanjut
sehingga Anda berdua dapat menyepakati penilaian akhirnya.
7. Informasikan rencana pengembangan
Langkah terakhir adalah menginformasikan rencana
pengembangan untuk bawahan Anda. Rencana ini dapat berupa
pelatihan, promosi jabatan, penugasan, atau permagangan.
Seperti halnya langkah keenam, langkah ini bertujuan untuk
mendapatkan kesepakatan bersama agar pengembangan tersebut
berjalan dengan lancar dan berhasil guna (efektif).
6
3. Penentuan Metode dan Pelaksanaan PA
Pada tahap ini, ditentukan mengenai pendekatan / cara serta
perlengkapan yangg digunakan dan pelaksanaannya
4. Evaluasi
Tahap terakhir ini adalah tahap untuk melakukan pemberian umpan
balik kepada pegawai.
7
melihat kegiatan nyata sehari-hari temannya, namun diperlukan pedoman
yang jelas agar tidak bias.
c. Bawahan
Bawahan melakukan penilaian dapat berguna untuk pengembangan
atasannya langsung misal tentang komunikasi, kepemimpinan,
pengelolaan organisasi, namun sukar dilakukan karena bawahan takut
akan akibat buruk penilaian yang dilakukan.
d. Pelanggan
Penilaian yang dilakukan oleh pelanggan dapat berupa umpan balik
pelayanan, dilakukan untuk karyawan yang langsung berhubungan
dengan pelanggan seperti: teller, pramuniaga, petugas hotel, dan Info dari
pelanggan dapat dimanfaatkan untuk membuat keputusan
e. Penilaian Diri sendiri
Penilaian diri sendiri biasanya hanya beberapa perusahaan saja yang
menggunakan, dimana karyawan berkesempatan menilai diri sendiri,
dapat menjadi informasi untuk menetapkan tujuan-tujuan pribadi di masa
yang akan datang, namun ada kecenderungan menilai diri terlalu tinggi
PERFOMANCE KRITERIA
8
Dalam menilai performance (yang lain) harus ada kriteria dan harus
mengetahui standard performance, adapun characteristics of criteria-nya,
terdiri dari:
2. Criterion Complexity
Pada criteria ini, menjelaskan bahwa “multiple task = multiple Criterion”.
Job performance dinilai secara Kualitatif (how well the person does the
job) dan Kuantitatif ( how much & how quickly the person does the job)
atau salah satu
Rating Categories
3. Dinamic Criteria
Pada criteria ini, jika karyawan perform well pada bulan tertentu dan tidak
well perform pada bulan lain, bagaimana seharusnya menilai
performance?. Barret, Caldwell & Alexander (1985), menyatakan bahwa
job performace cenderung stabil (tidak percaya dengan kriteria itu
9
dinamis). Deadrick & Madigan (1990), mendukung dynamic creterion.
Data melihat bahwa performance operator jahit cenderung konsisten dalam
jangka pendek (weeks) dan tidak konsisten dalam jangka panjang (month).
Namun sarannya adalah kondisi pekerjaan dan setting pekerjaan
menentukan stabilitas job performance.
C. Performance Measures
Pengukuran Performance Appraisal dapat dilakukan dengan cara:
1. Observasi, yaitu:
Direct Observation yaitu penilai melihat langsung performa dari
setiap karyawan
Indirect Observation yaitu penilai melakukan penilaian melalui
cara lain, mis: tes tertulis
2. Objective atau Subjective
Objective yaitu indikator dari performa kerja dapat diverifikasi dan
biasanya dalam bentuk kuantitatif / yang dapat dihitung nilainya
Subjective yaitu berdasarkan standar personal atau opini, biasanya
tidak dapat terverifikasi.
Types and Accuracy of Performance Measures
10
Didasarkan pada suatu skala (misalnya: sangat memuaskan-kurang
memuaskan) kemudian diberikan bobot (5-1)
Contoh : Graphic Rating Scales Method
b. Checklist
Didasarkan pada suatu standar yang sudah dideskripsikan terlebih dahulu,
kemudian memeriksa yang sudah dipenuhi karyawan
c. Critical Incident Technique
Didasarkan pada perilaku khusus yang dilakukan ditempat kerja
(baik/buruk). Dengan cara pencatatan
d. Behaviorally anchored rating scale (BARS)
Dengan menspesifikasi unjuk kerja dengan dimensi-dimensi tertentu,
kemudian masing-masing dimensi diidentifikasi berdasarkan perilaku
tertentu (baik yang diharapkan maupun yang tidak).
e. Observasi dan Tes Unjuk Kerja
Dilakukan melalui tes di lapangan.
Misalnya: Pilot, dilakukan 6 bulan sekali, tes pengujian pengetahuan
mengenai prosedur pelaksanaan pekerjaan dalam menerbangkan pesawat,
tes kesehatan
11
f. Metode Perbandingan Kelompok
Dilakukan dengan membandingkan seorang pegawai dengan rekan
kerjanya dengan beberapa teknik (peringkat, klasifikasi, pemberian poin,
perbandingan dengan pegawai lain)
2. Metode yang berorientasi pada masa yang akan datang (akan potensi
pegawai untuk pekerjaan yang akan datang):
a. Penilaian diri sendiri
Pegawai mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu
diperbaiki pada masa yang akan datang dari harapan yang dikemukakan
oleh atasan/organisasi
b. Management By Objective (MBO)
Melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan untuk menentukan
sasaran yang dicapainya dengan dirundingkan bersama, kemudian
dievaluasi pada periode yang sudah ditentukan.
Contoh : Future Oriented Appraisals/ Management By Objective
12
Dilakukan oleh sejumlah penilai untuk mengetahui potensi dengan
berbagai serangkaian tes.
METHODS FOR ASSESSING JOB PERFORMANCE
Contoh : Objective Measures of Job Performance
13
2. Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan dalam diri
seseorang dengan berjalannya waktu
3. Pemeliharaan sistem.
4. Dokumentasi keputusan-keputusan sumber daya manusia bila terjadi
peningkatan.
Efektifitas dari penilaian kinerja diatas yang dikategorikan dari dua puluh
macam tujuan penilaian kinerja ini tergantung dalam sasaran bisnis strategis
yang ingin dicapai. Oleh sebab itu penilaian kinerja diintegrasikan dengan
sasaran-sasaran strategis karena berbagai alasan (Schuler&Jackson ,1996 :
48), yaitu:
1. Mensejajarkan tugas individu dengan tujuan organisasi yaitu,
menambahkan deskripsi tindakan yang harus diperlihatkan karyawan dan
hasil-hasil yang harus mereka capai agar suatu strategi dapat hidup.
2. Mengukur kontribusi masing-masing unut kerja dan masing-masing
karyawan.
3. Evaluasi kinerja memberi kontribusi kepada tindakan dan keputusan-
keputusan administratif yang mempetinggi dan mempermudah strategi
4. Penilaian kinerja dapat menimbulkan potensi untuk mengidentifikasi
kebutuhan bagi strategi dan program-program baru
E. Manfaat Performance Appraisal
14
2. Employee Development & Feedback
a. Job performance feedback dari Atasan bermanfaat untuk memelihara,
meningkatkan performance dan job skill karyawan
b. Feedback dari Atasan, berisi informasi tentang apa yang diharapkan
(target) dan bagaimana memenuhi target tersebut atau bagaimana
meningkatkan dengan lebih baik.
c. Feedback untuk Karyawan, untuk mengetahui apa yang harus
diperbaiki/diubah atau apa yang harus dilanjutkan atau bagaimana
meningkatkan skillnya untuk mencapai posisi yang lebih tinggi
d. Hasil feedback bisa digunakan untuk evaluasi training dan
development.
3. Criteria For Research
Data Job Performance memberikan kriteria tentang aktivitas yang
dinilai/dievaluasi, sehingga bisa menjadi acuan untuk riset yang terdiri
dari:
a. Disain yang paling umum, yaitu membandingkan performance
karyawan sebelum Vs sesudah penerapan program baru untuk
meningkatkan performance
b. Disain eksperimental, yaitu membandingkan 1 kelompok (experiment)
yang menerima prosedur baru dan 1 kelompok (control) tidak
diberikan. Kemudian dilihat hasil temuannya.
Manfaat penilaian kinerja bagi semua pihak adalah agar bagi mereka
mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan. (Rivai & Basri, 2004:55).
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam penilaian adalah:
1. Orang yang dinilai (karyawan)
Bagi karyawan yang dinilai, keuntungan pelaksanaan penilaian kinerja,
menurut Rivai&Basri, 2004: 58, antara lain:
a. Meningkatkan motivasi.
b. Meningkatkan kepuasan hidup.
c. Adanya kejelasan standard hasil yang diterapkan mereka.
d. Umpan balik dari kinerja lalu yang kurang akurat dan konstruktif.
15
e. Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar.
f. Pengembangan tantang pengetahuan dan kelemahan menjadi lebih
besar, membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal
mungkin.
g. Adanya kesempatan untuk berkomunikasi ke atas.
h. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.
i. Kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan
bagaimana mereka mengatasinya.
j. Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang perlu
untuk dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut.
k. Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan.
l. Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apa pun
dorongan atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita-cita
karyawan.
m. Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan.
2. Penilai (atasan, supervisor, pimpinan, manager, konsultan)
Bagi penilai, manfaat pelaksanaan penilaian kinerja (Rivai&Basri, 2004:
60) adalah;
a. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan
kinerja karyawan untuk perbaikan manajeman selanjutnya.
b. Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang
pekerjaan individu dan departemen yang lengkap.
c. Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan baik
untuk pekerjaan manajer sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya.
d. Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi.
e. Peningkatan kepuasan kerja.
f. Pemahaman yang lebih baik terhadap karyawan, tentang rasa takut, rasa
grogi, harapan, dan aspirasi mereka.
g. Menigkatkan kepuasan kerja baik terhadap karyawan dari para manajer
maupun dari para karyawan.
16
h. Kesempatan untuk menjelaskan tujuan dan prioritas penilai dengan
memberikan pandangan yang lebih baik terhadap bagaimana mereka
dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan.
i. Meningkatkan rasa harga diri yang kuat diantara manajer dan juga para
karyawan, karena telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan dengan
ide para manajer.
j. Sebagai media untuk mengurangi kesejangan antara sasaran individu
dengan sasaran kelompok atau sasaran departemen SDM atau sasaran
perusahaan.
k. Kesempatan bagi para manajer untuk menjelaskan pada karyawan apa
yang sebenarnya diingikan oleh perusahaan dari para karyawan
sehingga para karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya,
dan berjaya sesuai dengan harapan dari manajer.
l. Sebagai media untuk menigkatkan interpersonal relationship atau
hubungan antara pribadi antara karyawan dan manajer.
m. Dapat sebagai sarana menimgkatkan motivasi karyawan dengan lebih
memusatkan perhatian kepada mereka secara pribadi.
n. Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai
kembali apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi
target atau menyusun prioritas kembali.
o. Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi atau perubahan tugas
karyawan.
3. Perusahaan.
Bagi perusahaan, manfaat penilaian adalah, (Rivai&Basri, 2004: 62) antara
lain:
a. Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan karena:
1) Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan
nilai budaya perusahaan.;
2) Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas;
3) Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk
menggunakan keterampilan dan keahlian memimpinnya untuk
17
memotivasi karyawan dan mengembangkan kemauan dan
keterampilan karyawan.
b. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan
oleh masing-masing karyawan;
c. Meningkatkan kualitaskomunikasi;
d. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan
e. Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam pencapaian tujuan
perusahaan;
f. Peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap kegiatan yang
dilakukan oleh setiap karyawan;
g. Harapan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan;
h. Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan pengembangan yang
dibutuhkan;
i. Kemampuan menemu kenali setiap permasalahan;
j. Sebagai sarana penyampaian pesan bahwa karyawan itu dihargai oleh
perusahaan;
k. Budaya perusahaan menjadi mapan. Setiap kelalaian dan ketidakjelasan
dalam membina sistem dan prosedur dapat dihindarkan dan kebiasaan
yang baik dapat diciptakan dan dipertahankan. Berita baik bagi setiap
orang dan setiap karyawan akan mendukung pelaksanaan penilaian
kinerja, mau berpartisipasi secara aktif dan pekerjaan selanjutnya dari
penilaian kinerja akan menjadi lebih baik;
l. Karyawan yang potensil dan memungkinkan untuk menjadi pimpinan
perusahaan atau sedikitnya yang dapat dipromosikan menjadi lebih
mudah terlihat, mudah diidentifikasikan, mudah dikembangkan lebih
lanjut, dan memungkinkan peningkatan tanggung jawab secara kuat;
m. Jika penilaian kinerja ini telah melembaga dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan menjadi lebih besar, penilaian kinerja akan
menjadi salah satu sarana yang paling utama dalam meningkatkan
kinerja perusahaan.
18
F. Sumber Kesalahan dalam Performance Appraisal
Dalam melakukan performance appraisal, tidak dipungkiri dapat terjadi
beberapa kesalahan yang dapat mengganggu penilaian, antara lain:
1. Liniency Error (Kesalahan karena Sikap Lunak)
Kesalahan ini terjadi karena penilai terlalu murah menilai, adanya
anggapan bahwa penilai harus berlaku “baik” terhadap bawahan, penilai
bertujuan memberi kepercayaan sehingga karyawan lebih termotivasi,
terkadang penilai takut bawahan marah atau kecewa dengan hasil P.A, dan
terkadang penilai ingin menunjukkan diri bahwa ia mampu memimpin
2. Strictness Error ( Kesalahan karena terlalu ketat)
Kesalahan ini terjadi karena penilai terlalu ketat/kaku dalam menilai,
penilai beranggapan tidak ada karyawan yang baik kinerjanya, dan
berharap karyawan malu dan meningkat motivasi kerjanya.
3. Central Tendency Error (Kesalahan karena menilai rata-rata)
Kesalahan ini terjadi karena penilai memberi nilai rata-rata kepada semua
karyawan, karena ragu-ragu dan tidak mengetahui secara pasti kinerja
karyawan, dan encari “aman” sehingga membingungkan bawahan
4. Halo Error (Pengaruh halo/pamor)
Kesalahan ini terjadi karena memberi penilaian berdasarkan kesan-kesan
umum, misalnya karyawan sopan pasti jujur, bicara keras pasti kasar,
cantik pasti pandai, terjadi karena Penilai memiliki sedikit pengetahuan
tentang pekerjaan yang dinilai, terjadi karena kurang mengenal karyawan
yang dinilai, dan hasil penilaian bisa menguntungkan – merugikan
karyawan
5. First Impression Effect ( Pengaruh Kesan Pertama)
Kesalahan ini terjadi karena dinilai berdasarkan kesan pertama saat
bertemu yang terbawa terus ke dalam diri penilai, kesan pertama “tidak
baik” maka karyawan tersebut akan selalu dinilai rendah dan sebaliknya
6. Recency Effect (pengaruh dari peristiwa yang baru terjadi)
19
Kesalahan ini terjadi karena karyawan dinilai hanya berdasarkan kinerja
akhir periode, dan kurang diperhatikan secara keseluruhan (sering
terlupakan)
7. Kesalahan Kesamaan
Kesalahan ini terjadi karena menilai berdasarkan persamaan atau
perbedaan sifat antara penilai dan dinilai, serta karyawan dinilai tinggi bila
dirasakan memiliki sifat yang sama dengan penilai dan sebaliknya
G. Peningkatan Efektivitas Penilai
Untuk dapat meningkatkan efektivitas dari Penilai, ada beberapa hal yang
perlu dilakukan, yang terbagi atas 3 bagian yaitu sebelum, selama dan setelah
penilaian.
1. Sebelum PA berlangsung
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sering berkomunikasi
dengan bawahan tentang kinerjanya, memperoleh pelatihan wawancara
PA, dan merencanakan untuk memberi penjelasan kepada bawahan.
2. Selama Wawancara PA
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain mendorong peran serta
bawahan, menilai kinerja, bukan kepribadiannya, memberi feedback
berdasarkan data, menjadi pendengar yang aktif, dan menetapkan
tujuan bersama untuk perbaikan yang akan datang.
3. Setelah Penilaian
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sering berkomunikasi
dengan bawahan tentang kinerjanya, menilai secara periodik kemajuan
bawahan, dan memberikan reward sesuai kinerjanya.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian kinerja adalah kegiatan menajer untuk mengevaluasi perilaku
prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijakan selanjutnya. Penilaian
perilaku meliputi penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerja sama,
loyalitas, dedikasi, dan partisipasi karyawan. Menilai perilaku ini sulit karena
tidak ada standar fisiknya, sedangkan untuk penilaian hasil kerja relatif lebih
mudah karena ada stndar fisik yang dapat dipakai sebagai tolak ukurnya,
seperti meter, liter, dan kilogram. Aspek penting dari suatu sistem penilaian
kerja adalah memiliki standar yang jelas. Sasaran utama dari adanya standar
tersebit ialah teridentifikasinya unsur-unsur krital suatu pekerjaaan. Standar
itulah yang merupakan tolak ukur seseorang melakukan pekerjaannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Mondy dan Noe. (2005). Human Resource Management, PT. Bumi Aksara.
Jakarta. Mondy, R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia,
Edisi 10.
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press
Schuler, R.S. & Jackson, S.E., 2006, Human Resource Management, International
Perspective, Mason: Thomson South-Western.
22