Makalah Penilaian Kinerja
Makalah Penilaian Kinerja
Makalah Penilaian Kinerja
DI SUSUN OLEH :
(KELOMPOK 5)
MERYANA PERADA KEBAN
1302015264
LOLA PERTIKASARI
1302015292
1302015272
MERI MARDIANTI
1302015297
MASLAN
1302015260
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Berkat dan pertolonganNya sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Dalam Makalah ini kami membahas tentang Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) tentang Penilaian Kinerja.
Makalah ini akan menjelaskan mengenai Penilaian Kinerja yang kami
rangkum dari berbagai sumber baik melalui buku penunjang maupun dari sumbersumber lainnya.
Untuk itu semoga makalah yang kami buat ini dapat menjadi dasar
dan acuan agar kita menjadi lebih kreatif lagi dalam membuat suatu laporan atau
makalah.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor kritis yang berhubungan dengan keberhasilan jangka panjang
organisasi adalah kemampuannya untuk mengukur seberapa baik karyawankaryawannya berkarya dan meningkat sepanjang waktu. Penilaian kinerja
merupakan alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengeva;uasi kerja para
karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan.
Sayangnya, penilaian kinerja juga dapat menjadi sumber kerisauan dan frustasi
para manajer dan karyawan hal ini sering disebabkan oleh ketidakpastian dan
ambiguitas diseputar sistem penilaian kinerja. Pada intinya. Penilaian kinerja
dapat dianggap sebagai alat untuk memverikasi bahwa individu memenuhi standar
knerja yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dapat pula menjadi cara untuk
membantu para karyawan mengelola kinerja mereka.
Dalam upaya mengatasi permasalahan yang kompleks ini, manajemen
dapat melakukan perbaikan ke dalam, yang salah satunya melalui pengembangan
SDM. Perbaikan kondisi internal ini sekaligus bertujuan untuk memperkuat diri
dan meningkatkan daya tahan dalam menghadapi persaingan local dan global
yang pasti akan semakin ketat. Ini artinya perusahaan harus memperbaiki kinerja
perusahaannya melalui perbaikan kinerja karyawannya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian penilaian kinerja ?
2. Tujuan penilaian kinerja ?
3. Syarat efektivitas penilaian kinerja ?
4. Elemen-elemen penilaian kinerja ?
5. Proses penyusunan penilaian kinerja ?
6. Metode penilaian kinerja ?
7. Masalah dalam penilaian kinerja ?
8. Berbagai bias dalam penilaian kinerja ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
manajemen sumber daya manusia tentang penilaian kinerja. Selain itu tujuan
penulisan makalah ini adalah diharapkan agar para pembaca dapat memperoleh
pengetahuan dan memahami tentang seluk-beluk penilaian kinerja yang dilakukan
oleh perusahaan dalam menilai para kinerja para karyawannya. Para pembaca
diharapkan mampu memahami apa itu penilaian kinerja, tujuan penilaian kinerja,
syarat efektivitas penilaian kinerja, elemen penilaian kinerja, proses penyusunan
penilaian kinerja, metode penilaian kinerja, masalah dalam penilaian kinerja dan
berbagai bias dalam penilaian kinerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian Kinerja
Barangkali teknik paling tua yang digunakan oleh manajemen untuk
meningkatkan kinerja adalah penilaian (appraisal). Motivasi karyawan untuk
bekerja, mengembangkan kemampuan pribadi dan meningkatka kemampuan di
masa depan dipengaruhi oleh umpan balik mengenal kinerja masa lalu dan
pengembangan.
Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses yang dipakai
oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan. Dalam
penilaian kinerja dinilai kontribusi karayawan kepada organisasi selama periode
waktu tertentu. Umpan balik kinerja (perfomance feedback) memungkinkan
karyawan mengetahui seberapa mereka bekerja apabila dibandingkan dengan
standar organisasi. Sekalian penilaian kenirja dilakukan secara benar. Para
karyawan, penyedia mereka, departemen sumber daya manusia, dan akhirnya
organisasi akan diuntungkan dengan pemastian bahwa upaya individu
memberikonstribusi kepada fokus strategi organisasi.
Di dalam organisasi modern, penilaian kinerja merupakan mekanisme
penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan dan standar
kinerja dan memotivasi kinerja individu diwaktu berikutnya. Penilaian kinerja
menjadi
basis
bagi
keputusan-keputusan
yang
mempengaruhi
mereka
merupakan
tugas
yang
paling
sulit
dan
tidak
menyenangkanyang harus mereka laksanakan. Penyelian acapkali mencari caracara untuk menghindari penilaian kinerja.
Mengapa manajemen harus melakukan penilaian kinerja jikalau memang
aktivitas ini merupakan proses yang tidak menyenangkan dan memakan waktu?
Ada beberapa tujuan penting dari program penilian kinerja yang tidak dapat
dicapai oleh metode yang lain. Tujuan utama sistem penilaian kinerja adalah
untuk menghasilkan informasi yang akurat dan sahih tentang perilaku dari kinerja
anggota organisasi. Semakin akurat dan sahih informasi yang dihasilkan oleh
sistem penilaian kinerja, semakin besar potensi nilainya bagi organisasi.
Kendatipun semua organisasi sama-sama memiliki tujuan utama tersebut
untuk sistem penilaian kinerja mereka, terdapat variasi yang sangat besar dalam
pengguanaan khusus yang dibuat organisasi dari informasi yang dihasilkan oleh
sistem penilaian mereka. Tujuan khusus itu dapat digabungkan kedalam dua
bagian besar. (1) evaluasi dan (2) pengembangan. (development). Kedua tujuan
tadi tidaklah saling terpisah, tetapi memang secara tidak langsung berbeda dari
segi orientasi waktu, metode, dan peran atasan dan bawahan. Penilaian untuk
kedua tujuan itu harus dilaksanakan dalam konteks program konseling,
perencanaan
karier,
penentuan
tujuan,
dan
pemantauan
kinerja
yang
berkelanjutan.
Dengan memadukan aspek evaluasi maupun aspek pengembangan,
penilaian kinerja haruslah (1) menyediakan basis bagi keputusan-keputusan
sumber daya manusia, termasuk promosi, transfer, demosi atau pemberhentian,
dan (2) meningkatakan pendayagunaan sumber daya manusia melalui penempatan
pekerjaan yang lebih baik dan spesifikasi kebutuhan pelatihan.
Salah satu masalah utama yang ditemui oleh perusahaan dalam menilai
kinerja karyawan adalah tujuan ganda dari penilaian kinerja. Di satu pihak
perusahaan memerlukan evaluasi yang obyektif dari kinerja masa lalu individu
dalam mengambil keputusan personalia. Di satu pihak perusahaan membutuhkan
alat-alat untuk
meningkatkan
mereka,
merencanakan
pekerjaan
mendatang,
sensitivitas
(sensitivity),
pengembangan
sistematis
(systematic
criteria
dibuat
berdasarkan
dimensi
kegunaan
10
11
Menilai Kinerja
Langkah berikutnya
siklus yang terus-menerus ini berlanjut dengan
1.1 dari
Proses
menetapkan kriteria-kriteria (standar-standar) kinerja dan mengkomunikasikan
ekspektasi-ekspektasi kinerja tersebut kepada mereka yang berkepentingan.
Kemudian pekerjaan dijalankan dan atasan menilai kinerja. Pada akhir priode
penilaian, penilaian dan karyawan bersama-sama menilai kinerja dalam pekerjaan
dan mengevaluasinya berdasarkan standar-standar kinerja yang telah ditetapkan.
Penilaian ini membantu menentukan penyebab kegagala, dan mengembangkan
rencana untuk memperbaiki masalah-masalah. Pada pertemuan tersebut tujuantujuan ditetapkan untuk priode evaluasi berikutnya da siklus tersebut berulang
kembali.
F. Metode Penilaian Kinerja
Para manajer bisa memilih dari sejumlah metode penilaian. Jenis system
penilaian kinerja yang digunakan bergantung pada tujuannya. Jika penekanan
utamanya pada pemilihan karyawan untuk promosi,pelatihan,dan peningkatan
bayaran berdasarkan prestasi, metode tradisional seperti skala penilaian mungkin
tepat. Metode-metode kolaboratif, termasuk input dari para karyawan itu sendiri,
mungkin terbukti lebih cocok untuk pengembangan karyawan.
1. Metode Penilaian Umpan Balik 360-Derajat
Metode penilaian umpan balik 360-derajat adalah metode penilaian
kinerja popular yang melibatkan masukan evaluasi dari banyak level dalam
perusahaan sebagaimana pula dari sumber-sumber eksternal.
Dalam metode ini, orang-orang disekitar karyawan yang dinilai bias ikut
serta
memberikakan
nilai,
antara
lain
manajer
senior,
karyawan
itu
memberikan
evaluasi-evaluasi
untuk
penggunaan
konvensional.
Banyak
ditetapkan.
Menggunakan pendekatan ini, para evaluator mencatat penilaian mereka
mengenai kinerja pada sebuah skala. Skala tersebut meliputi beberapa kategori,
biasanya dalam angka 5 sampai 7, yang didefinisikan dengan kata sifat seperti
luar biasa, memenuhi harapan, atau butuh perbaikan. Meskipun system-sistem
seringkali memberikan penilaian keseluruhan, metode ini secara umum
memungkinkan penggunaan lebih dari satu kriteria kinerja.
Untuk dapat menerima nilai luar biasa untuk factor seperti kualitas kerja.
Seseorang harus secara konsisten melampaui tuntutan-tuntutan kerja yang
ditetapkan. Meskipun contoh formulir tersebut kurang dalam hal ini, semakin rinci
definisi mengenai factor-faktor dan tingkat-tingkat, semakin akurat penilai bias
mengevaluasi kinerja karyawan.
3. Metode Insiden Kritis
13
14
Manajemen juga harus menjelaskan alas an dari setiap perubahan pada standardstandar.
6. Metode Peringkat
Metode peringkat (ranking metode) adalah metode penilaian kinerja
dimana penilai menempatkan seluruh karyawan dari sebuah kelompok dalam
urutan kinerja keseluruhan.
Sebagai contoh, karyawan terbaik dalam kelompok diberikan peringakat
tertinggi, dan yang terburuk diberi peringkat terendah. Anda mengikuti prosedur
ini hinggah anda memeringkaat semua karyawan. Kesulitan timbul ketika semua
orang kerja pada tingkat yang sebanding (sebagaimana dipersepsikan oleh si
evaluator).
Perbandingan berpasangan (paired comparison) adalah variasi dari
metode peringkat dimana kinerja tiap karyawan dibandingkan dengan setiap
karyawan lainnya dalam kelompook. Sebuahu kriteria tunggal. Seperti kinerja
keseluruuhan, seringkali menjadi dasar perbandingan tersebut. Karyawan yang
memperoleh angka perbandingan positif terbanyak mendapatkan
peringkat
tertinggi.
7. Metode Distribusi Dipaksakan
Metode distribusi dipaksakan (forced distribution method) adalah
metode penilaian kinerja yang mengharuskan penilai untuk mebagi orang-orang
dalam sebuah kelompok kinerja kedalam sejumlah kategori terbatas, mirip suatu
distribusi frekuensi normal
System distribusi dipaksakan sudah ada sejak beberapa dekade dan
perusahan-perusahaan seperti General Electric, Microsoft, dan JPMorgan
menggunakannya saat ini. Disebabkan adanya peningkat focus pada bayaran
untuk kinerja (pay for performance), semakin banyak perusahan mulai
menggunakan disribusi dipaksakan. Para pendukung distribusi dipaksakan yakin
bahwa system tersebut memfasilitasi penganggaran dan mencegah para manajer
yang terlalu ragu-ragu untuk menyingkirkan mereka yang berprestasi buruk.
Mereka berpikir bahwa peringkat yang dipaksakan mengharuskan para manajer
bersikap jujur kepada para karyawan mengenai prestasi mereka.
8. Metode Skala Penilaian Berjangkar Keperilakuan
Metode skala penilaian berjangkar keperilakuan (behaviourally
anchored
rating
scale/BARS)
adalah
metode
penilaian
kinerja
yang
keperilakuan yang
16
17
Metode Komparatif
Penentu peringkat
Distribusi paksa
Metode Penilaian
Kinerja
Metode Naratif
Metode kejadian
penting
Esai
Pendekatan
penilaian perilaku
Manajemen
18
didasarkan
terutama
pada
karakteristik-karakteristik
pribadi
bisa
20
21
8. Manipulasi Evaluasi
Dalam beberapa kasus , para manejer mengendalikan hampir semua aspek
proses penilaian dan dengan demikian berada dalam posisi yang bisa
memanipulasi sistem. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin ingin memberikan
kenaikan bayaran kepada karyawan tertentu. Guna membenarkan tindakan
tersebut, sang atasan bisa tanpa dasar yang kuat memberikan nilai yang rendah
kepada si karyawan. Dalam kedua kasus tersebut, sistem sistim terdistrosi dan
tujuan penilaian kinerja tidak dapat dicapai. Di samping itu, pada contoh yang
terakhir di pengadilan. Jika organisasi tersebut tidak mampu secara layak
mendukung evaluasi tersebut, organisasi itu bisa menderita kerugian finansial
yang signifikan.
9. Kecemasan Karyawan
Proses penilaian juga bisa menciptakan kecemasan bagi karyawan yang
dinilai. Peluang peluang promosi, penugasan penugasan kerja yang lebih baik,
dan peningkatan kompetensi bisa bergantung pada hasil penilaian. Hal tersebut
menimbulkan bukan hanya kegelisahan, namun juga penolakan total. Sebuah
pendapat menyatakan bahwa jika anda menyurvei para karyawan pada umumnya,
mereka akan mengatakan kepada anda bahwapenilaian kinerja adalah cara
manajemenuntuk mengungkapkan semua hal buruk yang mereka lakukan
sepanjang tahun.
H. Berbagai Bias dalam Penilaian Kinerja
Tidak jarang para karyawan merasa kecewa karena dinilai tidak memiliki
kinerja yang standar. Mereka menganggap telah terjadi manipulasi data oleh
penilai. Bisa saja itu terjadi kalau penilaian kinerja terhadap karyawan dilakukan
dengan ukuran subyektif. Dengan kata lain terjadi peluang munculnya bias. Di
sini, bias merupakan distorsi pengukuran yang tidak akurat. Meskipun pelatihan
bagaimana melakukan penilaian kerja dapat mengurangi bias, maka bias sering
terjadi ketika penilaian tetap tidak lepas dari unsur emosional para penilai.
Bentuk bias penilai meliputi hal hal berikut.
1. Hallo Effect
Bias ini terjadi ketika opini personal penilai terhadap karyawan
mempengaruhi ukuran kinerja. Sebagai contoh, jika seorang penilai menyukai
seorang karyawan, maka opini tersebut bisa jadi mengalami distorsi estimasi
terhadap kinerja karyawan itu. Masalah ini sering meringankan atau memberatkan
22
ketika para penilai harus menilai karakter kepribadian temanteman mereka, atau
seseorang yang sangat tidak disukainya.
2. Kesalahan Kecenderungan Penilaian Berlebihan
Beberapa penilai tidak menyukai untuk menilai karyawan apakah dalam
kondisi efektif atau dalam kondisi ratarata. Dalam bentuk penilaian, distorsi ini
menyebabkan para penilai untuk menghindari penilaian ekstrem, seperti nilai amat
buruk dan sempurna. Sebagai gantinya mereka menempatkan angkaangka
penilaiannya dekat dengan ratarata. Inilah yang disebut bias atau kesalahan
menilai. Padahal ini mengakibatkan kerugian pada karyawan yang memang secara
obyektif memiliki kinerja tinggi.
3. Bias Kemurahan dan Ketegasan Hati
Bias kemurahan hati terjadi ketika para penilai cenderung begitu mudah
dalam menilai kinerja para karyawan. Beberapa penilai melihat semua karyawan
adalah baik dan memberikan penilaian yang menyenangkan. Bias ketegasan hati
merupakan hal yang sebaliknya. Hal itu merupakan hasil dari para penilai yang
begitu keras dalam evaluasinya. Sering disebut kikir dalam menilai. Kedua
bentuk bias ini lebih umum terjadi ketika standar kinerja tidak jelas.
4. Bias Lintas Budaya
Tiap penilai memiliki harapan tentang perilaku manusia yang didasarkan
pada budayanya. Ketika orangorang diharapkan untuk mengevaluasi yang
lainnya dari kultur yang berbeda, mereka mungkin menggunakan harapan
budayanya kepada seseorang yang memiliki kepercayaan atau perilaku yang
berbeda. Dengan keragaman budaya yang lebih besar dan tingginya mobilitas
karyawan melintas batas internasional, sumber bias potensial menjadi lebih
mungkin muncul.
5. Prasangka Personal (Contrast Effect)
Ketidaksukaan penilai terhadap sebuah kelompok orang dapat mendistorsi
penilaian yang orang terima. Sebagai contoh, beberapa departemen SDM telah
memperhatikan penyelia pria boleh jadi memberikan penilaian rendah yang tidak
semestinya diberikan pada perempuan yang memegang pekerjaan atau jabatan
yang secara tradisi dipegang kaum lakilaki. Kadangkadang para penilai tidak
sadar akan prasangkanya, dan hal ini membuat bias lebih sulit untuk dibatasi.
Meskipun demikian, para ahli hendaknya memberi perhatian dalam membuat pola
penilaian tanpa adanya unsur prasangka. Prasangka akan mengabaikan penilaian
23
efektif dan dapat melanggar hukum antidiskriminasi. Hal ini akan melanggar
persamaan hak dalam pekerjaan.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Penilaian kinerja
(performance appraisal) adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk
mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan.
2. Tujuan utama sistem penilaian kinerja adalah untuk menghasilkan informasi
yang akurat dan sahih tentang perilaku dari kinerja anggota organisasi.
3. Dalam melakukan penilaian atau evaluasi kinerja yang efektif, ada beberapa
syarat dalam efektivitas penilaian kinerja yaitu; Relevance, Sensitivity,
Reliability, Acceptability dan Practicality.
4. Elemen-elemen utama dalam sistem penilaian kinerja Werther & Davis
(1996) adalah; Performance Standart, Criteria for Managerial Performance
dan Performance Measures.
5. Proses penyusunan penilaian kinerja yaitu; mengidentifikasi tujuan-tujuan
penilaian
spesifik,
menetapkan
kriteria-kriteria
kinerja
dan
25
http://stiebanten.blogspot.com/2011/09/elemen-penilaian-kinerja.html
http://www.slideshare.net/IceuAdinata/evaluasi-kinerja-24856570
Mathis, Robert L., Jackson H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba
Empat, Jakarta.
Mondy, R.W. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke 10, PT. Gelora
Aksara Pratama: Penerbit Erlangga.
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke 3,
Cetakakn ke-1 Yogyakarta, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN: Yogyakarta.
Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
26