B2 Kelompok 2 Isolasi Sosial
B2 Kelompok 2 Isolasi Sosial
B2 Kelompok 2 Isolasi Sosial
OLEH :
KELOMPOK 2 (B2)
RAHMATIA (NH0222049)
RAHMAWATI (NH0222050)
RAHMIATI (NH0222051)
SITI KHADIJAH ADHAR (NH0222052)
SITTI MUNADIRA (NH0222053)
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi,
pikiran, kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal, yang menjadi kelompok gejala
klinis yang disertai oleh penderita dan mengakibatkan terganggunya fungsi
humanistik individu1 Gangguan jiwa dikarakteristikkan sebagai respon maladaptif diri
terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, tingkah laku yang
tidak sesuai dengan norma setempat dan kultural sehingga mengganggu fungsi sosial,
kerja dan fisik individu yang biasa disebut dengan skizofrenia (Sari & Maryatun,
2020). Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan
utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana berbagai
pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru
afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang
bizzare (perilaku aneh), pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan,
sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinas
(Astuti, 2020). Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi,
menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta
penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan gangguan otak yang ditandai dengan
pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede 2018)
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, mau untuk
menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi. Pasien
skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat
sekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya. Penderita
skizofrenia biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, dan berusia 11-12 tahun
menderita skizofrenia (Damanik, Pardede & Manalu. 2020). Hasil Riskesdas (2018)
didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita skizofrenia di Indonesia
sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Hasil survey awal yang dilakukan di poliklinik rawat
jalan Rumah Sakit Jiwa Medan di temukan sebanyak 13.899 pasien yang rawat jalan
dibawa oleh keluarganya untuk berobat (Pardede, Ariyo, & Purba 2020).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa di tolak,tidak diterima,kesepian,dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk
menghindari interaksi dengan orang lain maupun berkomunikasi dengan orang lain
(Badriah.2020). Isolasi sosial merupakan salah satu masalah keperawatan yang
banyak dialami oleh pasien gangguan jiwa berat. Isolasi sosial sebagai suatu
pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain
sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam. (Pardede, Hamid, &
Putri, 2020).
Gejala isolasi sosial tersebut dibutuhkan rehabilitative yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi fisik, membantu menyesuaikan diri, meningkatkan toleransi,
dan meningkatkan kemampuan pasien berisolasi Untuk meminimalkan dampak dari
isolasi sosial dibutuhkan pendekatan dan memberikan penatalaksanaan untuk
mengatasi gejala pasien dengan isolasi sosial. Peran perawat dalam menangani
masalah pasien dengan isolasi sosial antara lain, menerapkan standar asuhan
keperawatan (Apriliani & Herliawati 2020).
Berdasarkan praktik yang dilakukan di ruang gunung sitoli di peroleh pasien
rawat inap sebanyak 13 orang dengan pasien skiofrenia dengan masalah halusinasi
dan isolasi sosial akan tetapi yang menjadi subjek pemberian asuhan keperawatan
pada Tn H Yang mengalami maalah isolasi sosial,klien dijaikan subjek karena belum
bia mengatai maalah isolasi sosialnya selain minum obat maka tujuan asuhan
keperawatan yang akan dilakukan adalah untuk mengajarkan standar pelaksanaan (SP
1-4) Masalah isolasi sosial pada saat Tn H Mengalami isolasi sosial, berdasarkan latar
belakang penulis ttarik mengambil judul, ‟Asuhan Keperawatan isolasi sosial Tn H di
ruang Gunung Sitoli”
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
kepada Tn. H dengan gangguan Isolasi Sosial di Di Rumah Sakit Jiwa Daerah di
Naimata.
b. Tujuan Khusus
b. Etiologi
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya
pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya,
waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta
represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W &Sundeen,
S,J (1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri: harga diri
rendah.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri
(Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga
diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.Pendapat senada
dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan
keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri
atau kemampuan diri.
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen beberapa factor pendukung terjadinya
gangguan dalam perkembangan social adalah :
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan social.Tugas masing-masing tahap tumbuh kembang ini
memiliki karakteristik tersendiri.
Pengamatan sosial individu pada masing-masing meninggalkan
sejumlah bekas beberapa sikap, sifat, nilai yang khas (Freud dalam
Koesworo, 1991)
b. Faktor dalam komunikasi keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan menjadi factor
pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan social.
Hubungan komunikasi yang tidak jelas, dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, ekspresi, emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk perkembangan dengan lingkungan di luar keluarga
c. Faktor social budaya
Menjauhkan diri dari lingkungan social merupakan factor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan social. Hal ini
disebabkan oleh norma- norma yang salah yang dianut oleh keluarga
dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut.
Penyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dan lingkungan
sosialnya.
d. Faktor biologis
Orang tubuh yang jelas dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
hubungan social adalah otak, pada klien dengan schizophrenia yang
menagalami
masalah dalam hubungan social terdapat struktur yang abnormal pada
otak seperti atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam
limbic dan daerah kortikal.
Adanya kelainan-kelainan kronis seperti kelainan mental
organik atau
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya yakni stress yang ditimbulkan
oleh factor social budaya yang antara lain adalah keluarga
b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis yakni stress terjadi akibat ansietas
yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat
tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya
kebutuhan individu sebagaimana yang dikemukakan oleh direktorat
pelayanan medik
c. Perilaku
Menurut direktorat pelayanan Keperawatan perilaku yang
ditampakkan klien menarik diri adalah :
• Ekspresi wajah kurang berseri
• Apatis
• Kurang spontan
• Mengisolasi diri
• Rendah diri
• Aktivitas menurun
d. Mekanisme koping
Menurut W.F Maramis (1998), mekanisme pertahanan diri yang
sering digunakan pada klien menarik diri yaitu :
• Regresi adalah mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah
dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi
yang kurang.
• Respresi adalah menekan perasaan pengalaman yang
menyakitkan atau konflik dan cederung memperkuat mekanisme
ego lainnya.
• Isolasi adalah memutuskan pelepasan afektif karena
keadaannya yang menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang
bertentangan.
• Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls kepada
orang lain terutama keinginan, perasaan yang tidak dapat
ditoleransi
c. Tanda dan Gejala
Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998:
382) isolasi sosial: menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala
sebagaiberikut:
Data subjektif :
B. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan
C. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
Data objektif:
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan
perkembangan usianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
Tanda dan gejala isolasi social yang didapat melalui observasi adalah
sebagai berikut:
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tidak ada kontak mata
g. Tampak sedih, afek tumpul.
d. Patofisiologi
e. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sudden, respon social individu berada dalam
rentang respon adaptif dan maladaptive
- Saling ketergantungan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
tahap pengkajian terdiri dari atas pengumpulan data dan perumusan masalah.
Data yang dikumpulkan meliputidata biologis, psikologis, sosial, dan spiritual
(Hutagalung, 2020). Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi
faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,
dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Hermawan, 2015).
a. Faktor Predisposisi
Menurut Muhith, (2015), Faktor predisposisi antara lain :
1) Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang. Mulai usia bayi
sampai dengan dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan sosial
yang positif. Diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui
dengan sukses.Sistem keluarga yang tergantung dapat berperan dalam
perkembangan respons sosial maladaptif. Yang paling sering adalah
adanya gangguan dalam mencapai tugas perkembangan sehingga individu
tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat.
a) Masa bayi : bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat
sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya. Karena bayi sangat
tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan
psikologisnya. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan rasa tidak
percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri.
b) Toodler : mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri.
c) Pra Sekolah : anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah
dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam
hal ini, anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga
khususnya pemberian positif terhadap perilaku anak yang adaptif.
Kegagalan anak dalam berhubungan mengakibatkan anak tidak mampu
mengontrol diri, tergantung, ragu, menarik diri dari lingkungan, pesimis.
d) Anak sekolah : pada usia ini anak mulai mengenal bekerjasama,
kompetisi, kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua. Teman
dan orang dewasa merupakan sumber pendukung yang penting bagi
anak. Kegagalan dalam tahap ini mengakibatkan anak menjadi frustasi,
putus asa, merasa tidak mampu, dan menarik diri dari lingkungan.
e) Pra remaja : pada usia ini, anak mengembangkan hubungan intim
dengan teman sebaya dan teman sejenis maupun lawan jenis.Kegagalan
membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua
akan mengakibatkan keraguan akan identitas dan rasa percaya diri yang
kurang.
f) Dewasa muda : individu belajar mengambil keputusan dengan
memperhatikan saran dan pendapat orang lain seperti memilih
pekerjaan, karir, melangsungkan pernikahan.Kegagalan pada tahap ini
mengakibatkan individu menghindari hubungan intim, menjauhi
orang lain, putus asa akan karir.
g) Dewasa tengah : individu pada usia dewasa tengah umumnya telah
menikah. Individu yang perkembangannya baik akan dapat
mengembangkan hubungan dan dukungan yang baru.Kegagalan pada
tahap ini mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada dirinya sendiri,
produktivitas dan kreatifitas berkurang, dan perhatian terhadap orang
lain berkurang.
h) Dewasa lanjut : individu tetap memerlukan hubungan yang
memuaskan dengan orang lain. Kegagalan pada tahap ini
mengakibatkan perilaku menarik diri.
2) Faktor Biologis
Menurut Gaol, (2021), Faktor genetik dapat berperan dalam respons
sosial maladaptif. Terjadinya penyakit jiwa pada individu juga
dipengaruhi oleh keluarganya dibanding dengan individu yang tidak
mempunyai riwayat penyakit terkait.
3) Faktor Sosiokultural
Menurut Hasriana, Nur & Anggraini, (2013) Isolasi sosial merupakan
faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi:
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produkstif seperti
lanjut usia (lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Puspitawati, (2020) faktor presipitasi terdiri dari :
1) Stressor Sosiokultural
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Sutejo (2017) adapun daftar masalah keperawatan pada klien dengan
isolasi sosial sebagai berikut:
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi
c. Intervensi keperawatan
Intervensi pada pasien dengan Isolasi Sosial dapat dilakukan sebagai berikut, SP 1
menjelaskan keuntungan dan kerugian mempunyai teman, SP 2 melatih klien
berkenalan dengan 2 orang atau lebih, SP 3 melatih bercakap cakap dengan melakukan
kegiatan harian, SP 4 melatih berbicara sosial seperti meminta sesuatu, berbelanja dan
sebagainya. Intervensi tersebut dilakukan kepada pasien lalu pasien diberikan jadwal
kegiatan sehari dalam upaya mengevaluasi kemampuan pasien (Hasannah, 2019).
d. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan klien isolasi sosial yaitu dengan cara membantu klien
mengidentifikasi penyebab, manfaat mempunyai teman,kerugian tidak mempunyai
teman, latihan berkenalan dengan orang lain secara bertahap, Beberapa studi telah
dilakukan untuk mengatasi masalah isolasi sosial dengan memberikan berbagai
intervensi keperawatan (Fadly & Hargiana, 2018).
e. Evaluasi
Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :
1. Pasien sudah dapat memahami keuntungan dan keruguan memiliki teman
2. Pasien dapat berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Pasien dapat bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan harian
4. Pasien dapat berbicara social meminta sesuatu berbelanja dan sebagainya.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. H
DENGAN ISOLASI SOSIAL
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. H
TTL/Umur : 10 November 1980
Informan : Status klien dan komunikasi dengan klien
Jenis Kelamin : Laki laki
Tanggal Pengkajian : 21 Februari 2022
No. Rekam Medik : 178290
IV. FISIK
1. Vital sign : TD : 120/80 mmHg N : 75x/i S : 370C P : 20x/i
2. Antropometri : TB : 167 cm BB : 67 kg Turun : - Naik :-
3. Keluhan fisik : Ya Tidak
Jelaskan :
Masalah keperawatan :-
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
Pasein merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, pasien memiliki 2 orang
adik perempuan dimana semua sudah berkeluarga, ayah dan ibu pasien telah
meninggal dunia.
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
Masalah keperawatan :-
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Anggota tubuh yang paling disukai adalah dada,
karena menurut klien paling dekat dengan organ tubuh lainnya seperti
jantung dan paru-paru, dan yang paling tidak disukai adalah model
kepalanya.
b. Identitas : Pasien mengatakan hanya lulusan SMA tetapi
sempat kuliah di salah satu universitas yang berada di medan, tetapi
tidak menyelesaikannya.
c. Peran : Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara sekaligus
sebagai ayah dari dua orang anak.
d. Ideal diri : Klien menginginkan cepat sembuh, cita-cita klien sejak kecil
adalah ingin menjadi seorang Arsitektur namun gagal skripsi.
e. Harga diri : Pasien mengatakan merasa dirinya tidak dianggap oleh
keluarga dan merasa malu apabila keluar rumah
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat : Anak laki-laki dan perempuannya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Sebelum sakit
klien pernah mengikuti kegiatan STM (Serikat Tolong Menolong) karena
kegiatan ini sosialnya sangat baik
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien jarang
berinteraksi dengan orang lain, selain dengan anggota keluarganya.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama dan
kepercayaan katolik.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan
keagamaan karena sakit.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : Memori klien mengalami gangguan khususnya pada ingatan yang sudah
lama.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
HALUSINASI
PENDENGARAN
ISOLASI SOSIAL