LP Isolasi Sosial
LP Isolasi Sosial
LP Isolasi Sosial
Oleh:
Susanti Marilalan
NIM : NH0118085
CI Institusi
B. Etiologi
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa
percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang
lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W
&Sundeen, S,J (1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri:
harga diri rendah.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri(Stuart
dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah
merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif baik langsung maupun tidak langsung.Pendapat senada dikemukan oleh
Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana
individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen beberapa factor pendukung terjadinya gangguan
dalam perkembangan social adalah :
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan
social.Tugas masing-masing tahap tumbuh kembang ini memiliki karakteristik
tersendiri.
Pengamatan sosial individu pada masing-masing meninggalkan sejumlah
bekas beberapa sikap, sifat, nilai yang khas (Freud dalam Koesworo, 1991)
b. Faktor dalam komunikasi keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan menjadi factor
pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan social. Hubungan
komunikasi yang tidak jelas, dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi, emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk perkembangan dengan lingkungan di
luar keluarga
c. Faktor social budaya
Menjauhkan diri dari lingkungan social merupakan factor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan social. Hal ini disebabkan oleh norma-
norma yang salah yang dianut oleh keluarga dimana setiap anggota keluarga
yang tidak produktif seperti usia lanjut. Penyakit kronis dan penyandang cacat
diasingkan dan lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis
Orang tubuh yang jelas dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
hubungan social adalah otak, pada klien dengan schizophrenia yang menagalami
masalah dalam hubungan social terdapat struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
Adanya kelainan-kelainan kronis seperti kelainan mental organik atau
retardasi mental, dianggap membatasi kapasitas adaptif seseorang secara umum.
2. Faktor presipitasi atau pencetus
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya yakni stress yang ditimbulkan
oleh factor social budaya yang antara lain adalah keluarga
b. Faktor internal
Cont
ohnya adalah stressor psikologis yakni stress terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu
sebagaimana yang dikemukakan oleh direktorat pelayanan medik
c. Perilaku
Menurut direktorat pelayanan Keperawatan perilaku yang ditampakkan
klien menarik diri adalah :
Ekspresi wajah kurang berseri
Apatis
Kurang spontan
Kurang komunikasi verbal
Mengisolasi diri
Rendah diri
Aktivitas menurun
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
Retensi urine dan feces
Banyak tidur siang
Kurang bergairah
d. Mekanisme koping
Menurut W.F Maramis (1998), mekanisme pertahanan diri yang sering
digunakan pada klien menarik diri yaitu :
Regresi adalah mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan
respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.
Respresi adalah menekan perasaan pengalaman yang menyakitkan atau
konflik dan cederung memperkuat mekanisme ego lainnya.
Isolasi adalah memutuskan pelepasan afektif karena keadaannya yang
menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang bertentangan.
Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls kepada orang lain
terutama keinginan, perasaan yang tidak dapat ditoleransi
Data objektif:
a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tampak sedih, afek datar
e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur
denganperkembanganusianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara
adalah sebagai berikut:
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Tanda dan gejala isolasi social yang didapat melalui observasi adalah sebagai
berikut:
c. Tidak memiliki teman dekat
d. Menarik diri
e. Tidak komunikatif
f. Tindakan berulang dan tidak bermakna
g. Asyik dengan pikirannya sendiri
h. Tidak ada kontak mata
i. Tampak sedih, afek tumpul.
D. Patofisiologi
Menurut Lynda Juall (carpenito:1998) bahwa proses terjadinya menarik diri
adalah sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan keadaan yang memalukan, keterbatasan energi terhadap
kehilangan faktor tubuh, penyakit terminal, kehilangan sebagian tubuh
b. Berhubungan hambatan komunikasi terhadap kehilangan pendengaran,
retardasi mental kesulitan bicara, deficit penglihatan dan penyakit mental
kronis
c. Situasional yang berhubungan dengan pengasingan dari orang lain terhadap
tidak percaya atau curiga, ansietas, halusinasi dan ketergantungan
d. Berhubungan dengan hambatan budaya dan bahasa
e. Berhubungan dengan perubahan pola hubungan social terhadap perceraian,
kematian, kehilangan pekerjaan
E. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sudden, respon social individu berada dalam rentang
respon adaptif dan maladaptive
No Pasien keluarga
1 SPIP SPIK
a. Identifikasi penyebab isolasi a. Diskusikan masalah yang
sosial : siapa yang serumah, dirasakan dalam merawat pasien
siapa yang dekat, yang tidak b. Jelaskan pengertian, tanda &
dekat, dan apa sebabnya. gejala, dan proses terjadinya
b. Keuntungan punya teman dan isolasi sosial (gunakan booklet)
bercakap-cakap c. Jelaskan cara merawat isolasi
c. Kerugian tidak punya teman sosial
dan tidak bercakap-cakap d. Latih dua cara merawat
d. Latih cara berkenalan dengan berkenalan, berbicara saat
pasien dan perawat atau tamu melakukan kegiatan harian
e. Masukan pada jadwal e. Anjurkan membantu pasien
kegiatan untuk latihan sesuai jadwal dan memberikan
berkenalan pujian saat besuk
2 SPIIP SPIIK
a. Evaluasi kegiatan berkenalan a. Evaluasi kegiatan keluarga
(berapa orang). Beri pujian dalam merawat/melatih pasien
b. Latih cara berbicara saat berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian melakukan kegiatan harian. Beri
(latih 2 kegiatan) pujian
c. Masukkan pada jadwal b. Jelaskan kegiatan rumah tangga
kegiatan untuk latihan yang dapat melibatkan pasien
berkenalan 2-3 orang pasien, berbicara (makan, sholat
perawat dan tamu, berbicara bersama) di rumah
saat melakukan kegiatan c. Latih cara membimbing pasien
harian berbicara dan memberi pujian
d. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal saat besuk
3 SPIIIP SPIIIK
a. Evaluasi kegiatan latihan a. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan (beberapa orang) dalam merawat/melatih pasien
& bicara saat melakukan dua berkenalan, berbicara saat
kegiatan harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian. Beri
b. Latih cara berbicara saat pujian
melakukan kegiatan harian (2 b. Jelaskan cara melatih pasien
kegiatan baru) melakukan kegiatan sosial
c. Masukkan pada jadwal seperti berbelanja, meminta
kegiatan untuk latihan sesuatu dll
berkenalan 4-5 orang, c. Latih keluarga mengajak pasien
berbicara saat melakukan 4 belanja saat besuk
kegiatan harian d. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan berikan pujian
saat besuk
4 SPIVP SPIVK
a. Evaluasi kegiatan latihan a. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, bicara saat dalam merawat/melatih pasien
melakukan empat kegiatan berkenalan, berbicara saat
harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian/RT,
b. Latih cara bicara sosial : berbelanja. Beri pujian
meminta sesuatu, menjawab b. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
pertayaan tanda kambuh, rujukan
c. Masukkan pada jadwal c. Anjurkam membatu pasien
kegiatan untuk latihan sesuai jadwal kegiatan dan
berkenalan >5 orang, orang memberikan pujian
baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
dan sosialisasi
5 SPVP SPVK
a. Evaluasi kegiatan latihan a. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, berbicara saat dalam merawat/melatih pasien
melakukan kegiatan harian berkenalan, berbicara saat
dan sosialisasi. Beri pujian melakukan kegiatan harian/HR,
b. Latih kegiatan harian berbelanja & kegiatan lain dan
c. Nilai kemampuan yang telah follow up. Beri pujian
mandiri b. Nilai kemampuan keluarga
d. Nilai apakah isolasi sosial merawat pasien
teratasi c. Nilai kemampuan keluarga
melakukan control ke RSJ/PKM
DAFTAR PUSTAKA
Anna Keliat, Budi. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Anonym. 2011. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosialhttp://www.scribd.com diakses tanggal
25/09/2012
Anonym. 2010. KTIIsolasiSosialhttp://www.docstoc.com diakses tanggal 25/09/2012
Yosep, iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Sukaesti, D. (2019). Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 6(1), 19. https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.19-24