Isolasi Sosial
Isolasi Sosial
Isolasi Sosial
PENDAHULUAN
maupun sehat jiwa merupakan modal utama kita untuk berhubungan ataupun
pengertian sehat jiwa adalah kondisi seseorang yang mampu berkembang secara fisik,
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat berkerja secara produktif dan mampu
(2007) ada atau tidaknya gangguan jiwa tidak mencerminkan kesehatan jiwa,
kedewasaan kepribadianya.
gangguan yang di sebabkan oleh tingginya beban dari penyakit seperti depresi ,
retardasi mental gangguan perkembangan yang pada umumnya terjadi pada masa
kanak kanak ,dewasa dan autismen ini merupakan istilah gangguan jiwa. dan
untuk menangani gangguan jiwa yang di alami oleh klien di perlukan keperawatan
jiwa. Menurut American Nurses Association (ANA) area khusus dalam praktek
keperawawtan yang meng gunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar
1
mental masyarakat dimana klien berada ,ini merupakan pengertian keperawatan
Menurut WHO (2013) Angka kejadian di dunia lebih dari 450 juta jiwa
orang dewasa secara global mengalami ganguan jiwa, dari jumlah itu hanya
sekitar 10 % orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan ironisnya
yang terjadi di dunia dan di perkirakan akan menjadi lebih besar yaitu 15% dari
gangguan jiwa berat di indonesia 1,7 per mill. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah.Proporsi RT yang pernah
memasung ART gangguan jiwa berat 14,3% dan terbanyak penduduk yang mengalami
Hawani (2016) skizofrenia adalah gangguan jiwa dimana penderita tadak dapat
diri sendiri (self insight) yang buruk. Gejala positif meliputii waham, halusinasi,
gaduh gelisah, menganggap dirinya besar, pikiran penuh kecurigaan dan gejala
2
diri,afek tumpul, sulit berfikir abstrak, pola pikir stereotif, pasif. Menurut hasil
berada pada usia dewasa dan kelompok klien dengan diagnosa Regradasi Mental
makanan, dan kehamilan dan kelahiran komplikasi telah berulang kali terlibat, dan
juga faktor lingkungan yang lebih umum yang beragam seperti tempat perkotaan
lahir, peristiwa kehidupan yang penuh stres dan perang atau bencana alam
diri ,isolasi sosial : menarik di ri adalah suatu keadaan diamana seorang individu
terjadi penurunan interaksi atau bahkan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya .klien mungkin merasa ditolak ,tidak diterima,kesepian dan klien tidak
klien untuk menghindari dari orang lain agar pengalaman yang tidak
menyebabkan seorang individu tidak percaya pada dirinya sendiri maupun orang lain
ragu,takut salah, pesimis pada dirinya sendiri, putus asa dan merasa tertekan keadaan
ini menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain, suka berdiam diri
dan menghindari orang lain (kusumawati & hartono,2010) dan faktor presipitasi yaitu
sosial : menarik diri ini jika ti dak segera di tangani akan menimbulkan dampak
negatif. Menurut Purwanto tahun, ( 2015) dampak yang ditimbulkan dari isolasi
sosial adalah menarik diri, narcissism atau mudah marah, melakukan hal yang tak
3
terduga atau impulsivity, memberlakukan orang lain seperti objek, halusinasi dan
untuk meningkatkan derajat sosialisasi pada pasien isolasi sosial agar dapat
berinteraksi dengan orang lain di dalam masyarakat dan menghindarkan agar tidak
terjadi dampak negatif yang berkepanjangan oleh karena itu berdasarkan hal diatas
keperawatan utama yaitu : kerusakan interaksi sosial : menarik diri pada Tn. A
dengan Menarik diri : Isolasi Sosial di Ruang Kakak Tua Rumah Sakit Jiwa Dr.
Isolasi Sosial di Ruang Kakak Tua Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang, Malang ?
1. Tujuan Umum
gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial dengan metode komunikasi
terapeutik.
2. Tujuan khusus
4
c) Mahasiswa dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend,
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (
Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat,
2006)
6
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
a) Masa Bayi
ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang
masa berikutnya.
b) Masa Kanak-kanak
7
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak
frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena
pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara
berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini
remaja.
pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap
8
kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan
(mutuality).
anak.
a) Sikap bermusuhan/hostilitas
mengungkapkan pendapatnya.
9
tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan
4) Faktor Biologis
otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak
b. Faktor Presipitasi
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.
10
2) Stressor Biokimia
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-
sel otak.
4) Stressor Psikologis
dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal
dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk
11
mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
12
4. Rentang Respon
5. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
13
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
3) Trihexyphenidil (THP)
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat
pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan
14
menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba,
dkk. 2008)
c. Terapi kelompok
bangun tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
berganti pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
15
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
dan sebagainya.
16
6. Pohon Masalah
7. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial
pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:
1. Identitas klien
klien.
2. Keluhan utama
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi
3. Faktor predisposisi
17
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai
suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban
perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
5. Aspek Psikososial
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
2) Identitas diri
3) Peran
4) Ideal diri
18
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
6) Status mental
8) Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9) Aspek medik
19
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
a. Klien
SP 1
SP 2
SP 3
- Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang
SP 4
- Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek
samping obat)
20
- Anjurkan Klien memasukan kegiatan bersosialisasi dalam jadwal kegiatan
harian dirumah
b. Keluraga
- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami Klien dan
proses terjadinya
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
- Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak singkat tapi sering
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya
TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
1. Klien
- Bantu klien memilih kegiatan dan melatih sesuai dengan kemampuan klien
21
- Melatih kemampuan kedua
2. Keluarga:
- Jelaskan pengertian, tanda, dan gejala harga diri rendah yang dialami klien
- Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri
rendah dirumah
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
- Beri kesempatan pada klien untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
sendiri misalnya merapikan tempat tidur, membersihkan alat makan, dan minum
obat
- Berikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan secara mandiri
22
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
CONTOH KASUS
Tanggal MRS :
Tanggal Dirawat di Ruangan :
Tanggal Pengkajian :
Ruang Rawat :
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Sdr. Y
Umur : 31 tahun
Alamat : Solok
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Tidak Bekerja
JenisKel. : Laki-laki
No CM :-
b. Data Sekunder
Menurut data dari perawat px datang tampak bingung, mondar-mandir di IGD,
orientasi cukup baik, px tidak tahu kenapa dibawa kesini, px merasa sudah sembuh,
px ingat kemarin kesini sudah sehat, px tampak tersenyum, bicara seperlunya, px
tidak mengaku mendengar bisikan atau melihat bayangan.
23
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Pasien baru KRS 1 minggu yang lalu, sejak dirumah tidak mau minum obat, pasien
kambuh, ngomel-ngomel, bicara melantur, marah-marah, sering merasa curiga sejak obat
tidak diminum, malam sulit tidur, mondar-mandir, kadang terlihat bicara dan tertawa
sendiri, makan dan mandi tidak teratur, tidak ada keinginan atau percobaan untuk bunuh
diri.
Diagnosa Keperawatan : Regimen Terapi Inefektif
Px mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berupaya atau mencoba bunuh diri.
24
Diagnosa Keperawatan : Respon Pasca Trauma
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang tidak disukai dan merasa tidak
masalah dengan penampilan fisiknya.
b. Identitas :
Pasien mengatakan namanya Tn. Y berusia 31 tahun berjenis kelamin laki laki anak
pertama dari 2 bersaudara, px menyakini bahwa dirinya benar-benar laki- laki dan
mempunyai keinginan untuk menikah.
c. Peran :
25
Pasien mengatakan berperan sebagai anak, pasien tidak diizinkan oleh orang tuanya
untuk bekerja.
d. Ideal diri :
Pasien ingin cepat sembuh dan ingin segera bertemu dengan orang tuanya
e. Harga diri :
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Px mengatakan tidak punya orang yang terdekat, baik orang tua, adik , tetangga,
dan teman-temanya dirumah sakit jiwa karena menganggap dirinya dijauhi oleh
orang disekitarnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Px mengatakan bahwa dirinya tidak pernah bersosalisasi dengan masyarakat
karena menganggap dirinya ditolak. Saat dirumah tua pasien terlihat menyendiri
dan jarang berinteraksi dengan teman-temannya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Px mengatakan tidak mau bergaul dengan temannya karena malas.
4. Spiritual
a. Agama
Px mengatakan bahwa dirinya beragama Islam dan yakin bahwa Tuhan akan
membalas setiap perbuatan orang-orang yang menganiaya dan menolak dirinya.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Px mengatakan bahwa gangguan jiwa adalah hal yang dialami oleh orang-orang
yang tidak waras.
Diagnosa Keperawatan: -
26
Compos mentis, GCS 15 E: 4 V: 5 M: 6
3. Tanda vital:
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,4 OC
P : 19 x/menit
4. Ukur:
BB : 65 Kg
TB : 165 Cm
5. Keluhan fisik:
Pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini.
Diagnosa Keperawatan : -
Pasien mengenakan pakaian dari RSJ, pasien tampak kurang bersih, baju agak kusut,
pasien kurang peduli terhadap kebersihannya, jambang tidak dicukur, kulit berdaki,
pasien sering menggaruk punggungnya.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :
Pasien menjawab pertanyaan seperlunya, dengan kata yang singkat tetapi
masih bisa dipahami. Suara agak keras, kadang bicaranya kurang terarah dan diulang-
ulang.
Diagnosa Keperawatan: -
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
27
Grimace
28
Pasien tampak mengerutkan otot dahi dan berubah-ubah yang tidak terkontrol.
Diagnosa Keperawatan : -
4. Mood dan Afek
a. Mood
Kesepian
Pasien mengatakan dirinya kesepian dan terlihat menyendiri
b. Afek
Labil
Pasien tampak tersenyum dan dengan segera terlihat mengerutkan dahi
seperti orang yang ingin marah
Diagnosa Keperawatan : -
7. Proses Pikir
a. ArusPikir:
Perseverasi
Saat diwawancara, pasien menjawab dirinya dianiaya oleh tetangganya yang
merebut sahamnya dan membunuh rekan kerjanya yang berasal dari Amerika,
jawaban tersebut selalu diulang-ulang.
b. Isi Pikir
Pikiran isolasi sosial
Pasien mengatakan bahwa dirinya ditolsk oleh keluarga dan tetangganya sehingga
terlihat menyendiri.
c. Bentuk pikir :
Non realistik
29
Bentuk piker non realistic ditandai dengan pasien mengatakan dirinya pemilik
saham banyak ini, Mall Matos dan MOG, NetTV, Indosiar, dan TVOne, dan
saham itu direbut oleh tetangganya yang menganiaya dirinya. Pasien juga
mengatakan bahwa tetangganya tersebut telah membunuh rekan kerjanya yang
berasal dari Amerika.
8. Kesadaran
Orientasi (waktu, tempat, orang)
Waktu : baik, saat ditanya sekarang jam berapa, pasien menjawab jam 19.00,
pada kenyataannya memang jam 19.00.
Orang : baik, saat ditanya kami ini siapa, pasien menjawab “perawat”
Tempat : baik, saat ditanya sekarang dirinya dimana, pasien menjawab dirumah
Kesadaran pasien Compos Mentis, tidak menurun, orientasi pasien terhadap waktu,
orang, dan tempat baik.
Diagnosa Keperawatan: -
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Kurang baik, saat ditanya kejadian 2 bulan yang lalu yang sangat
menyenangkan pasien menjawab “lupa”
Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
30
b. Berhitung
Baik, dibuktikan dengan saat ditanya “2+3 berapa hasilnya pak?” dijawab “5”.
Diagnosa Keperawatan: -
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Diagnosa Keperawatan: -
12. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah sembuh dan ia tidak gila.
Diagnosa Keperawatan: -
transportasi,
tempat tinggal.
Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan:
Ketika ditanya kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan, klien hanya diam.
31
Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis, memakai sendok dan kadang
belepotan
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
Pasien makan 3x sehari , dan 1x sehari untuk kudapan atau makanan
ringannya.
Diagnosa Keperawatan: -
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : jam 12.00 s/d jam 15.000
Tidur malam, lama : jam 20.30 s/d jam 05.30
Aktifitas sebelum/sesudah tidur :
Sebelum tidur : minum obat,
Setelah bangun : duduk duduk
Jelaskan :
Pasien tidak mengalami gangguan tidur. Pasien tidur siang selama 3
jam, dan tidur malam selama kurang lebih 9 jam. Sebelum tidur pasien
minum obat, setelah bangun pasien duduk-duduk.
2) Gangguan tidur
Insomnia
Hipersomnia
Parasomnia
Lain lain
Jelaskan
Pasien tidak mengalami gangguan tidur karena pasien tidur dengan nyenyak.
32
Diagnosa Keperawatan: -
Pasien mengatakan malu dengan orang di sekitarnya karena merasa kurang percaya
diri.
33
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Pasien mangatakan dirinya tidak bekerja karena tidak diijinkan oleh orangtuanya.
Pasien mengatakan tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi karena tidak bekerja.
Pasien selalu mengatakan ingin pulang karena menganggap dirinya tidak gila dan tidak perlu
dirawat di RSJ atau minum obat.
34
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : Skizofrenia Hebefrenik berkelanjutan ( F 20.1)
Axis II : Gangguan Kepribadian Schizoid ( F 60.1)
Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Masalah dengan lingkungan sosial
Axis V : GAF Scale 40-31
2. Terapi Medis
Tab Seroquel 1x400mg (0-0-1-0)
Tab Depakote 2x250mg (1-0-1)
Tab Klobazam 1x10mg (0-0-0-1)
DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS:
Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan
temannya malas. Pasien juga mengatakan
tidak punya orang yang terdekat, baik orang
tua, adik , tetangga, dan teman-temanya
dirumah karena menganggap dirinya dijauhi
oleh orang disekitarnya. Px mengatakan
bahwa dirinya tidak pernah bersosalisasi
Isolasi Sosial
dengan masyarakat karena menganggap
dirinya ditolak. pasien terlihat menyendiri dan
jarang berinteraksi dengan keluarga
DO:
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Pasien menunduk saat diwawancarai
- Pasien bicara seperlunya
- Pasien terlihat menyendiri
2. DS: Respon Pasca Trauma
Pasien mengatakan dirinya pernah dipukul
oleh ibunya ketika masih usia 3 tahun dan
dipukuli tetangganya hingga kepalanya sobek
35
dan dijahit.
DO:
- Wajahnya tampak memerah dan
tegang
- Bicara agak keras
- Pandangan mata tajam dan melotot
3. DS:
Pasien mengatakan kurang percaya diri dan
malu dengan orang sekitarnya
DO:
- Klien bicara diulang-ulang
- Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan
36
1. Isolasi Sosial
2. Kerusakan Interaksi Sosial
3. Resiko Perilaku Kekerasan
4. Harga Diri Rendah
5. Defisit Perawatan Diri
6. Perubahan Proses Pikir : Waham Kebesaran
7. Gangguan Memori Jangka Panjang dan Menengah
8. Gangguan Proses Pikir
9. Regimen Terapi Inefektif
10. Koping Individu Inefektif
37
38
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
Dx. Perencanaan
Tgl
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
13/5/19 Isolasi Sosial TUM:
Klien mampu
berinteraksi
dengan orang
lain
TUK 1: Setelah 1x 1.1 BHSP dengan:
pertemuan, pasien
Klien dapat a. Sapa klien denhan
dapat menerima
membina ramah, baik verbal
kehadiran perawat.
hubungan saling maupun nonverbal
Klien dapat
percaya b. Perkenalkan diri
mengungkapkan
dengan sopan
perasaannya dan
c. Tanyakan nama
keberadaannya saat
lengkap dan nama
ini secara verbal :
panggilan yang
- Klien mau disukai klien
menjawab salam d. Jelaskan tujuan
- Ada kontak mata pertemuan
- Klien mau e. Buat kontrak
berjabat tangan interaksi yang
- Klien mau jelas
berkenalan f. Jujur dan tepati
- Klien mau janji
menjawab g. Tunjukkan sikap
pertanyaan empati dan
- Klien mau duduk menerima klien
berhadapan apa adanya
dengan perawat h. Beri perhatian
- Mau pada klien dan
mengungkapkan perthatikan
perasaannya kebutuhan dasar
klien
TUK 2:
Klien mampu
menyebutkan
Setelah 1x interaksi 2.1 Tanyakan pada
penyebab
dengan perawat, klien tentang:
menarik diri
klien dapat
a. Orang yang tinggal
menyebutkan
39
minimal satu serumah/sekamar
penyebab menarik dengan klien
diri yang berasal b. Orang yang paling
dari: dekat dengan klien
di rumah/ di ruang
1. Diri sendiri
perawatan
2. Orang lain c. Apa yang membuat
klien dekat dengan
3. Lingkungan
orang tersebut
d. Orang yangtidak
dekat dengan klien
di rumah/ di ruang
perawatan
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang
tersebut
f. Upaya yang sudah
dilakukan
dilakukan agar
dekat dengan orang
lain
2.2 Kaji pengetahuan
klien tentang
perilaku menarik
diri dan tanda
tandanya
2.3 Diskusikan
dengan klien
penyebab menarik
diri atau tidak mau
bergaul dengan
orang lain
2.4 Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3:
Klien dapat Setelah 1x interaksi, 3.1 Kaji pengetahuan
menyebutkan klien dapat klien tentang
keuntungan menyebutkan manfaat dan
berhubungan keuntungan keuntungan
dengan orang berhubungan bergaul dengan
lain dan dengan orang lain orang lain.
kerugian tidak dan kerugian tidak
3.2 Beri kesempatan
berhubungan berhubungan
pada klien untuk
dengan orang dengan orang lain.
mengungkapkan
lain.
perasaannya
tentang keuntungsn
40
berhubungan
dengan orang lain.
3.3 Diskusikan
bersama klien
tentang manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
3.4 Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang lain.
3.5 Kaji pengetahuan
klien tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang lain
3.6 Beri kesempatan
pada klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang lain
3.7 Diskusikan
bersama klien
tentang kerugian
bila tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
3.8 Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
TUK 4:
Klien dapat Setelah 1x interaksi, 4.1 Observasi perilaku
melaksanakan klien dapat klien saat
hubungan social melaksanakan berhubungan
41
secara bertahap. hubungan social dengan orang lain
secara bertahap
4.2 Beri motivasi dan
dengan :
bantu klien untuk
- Klien – perawat berkomunikasi
- Klien – perawat – dengan
perawat lain oranhglain
- Klien – perawat – melalui :
perawat lain –
- Klien – perawat
klien lain
- Klien – perawat –
- Klien – kelompok
perawat lain
kecil
- Klien – perawat –
- Klien – keluarga /
perawat lain – klien
kelompok /
lain
masyarakat
- Klien – kelompok
kecil
- Klien – keluarga /
kelompok /
masyarakat
4.3 Beri reinforcement
atas keberhasilan
yang telah dicapai
4.4 Bantu klien
mengevaluasi
manfaat
berhubungan
dengan orang lain
4.5 Motivasi dan
libatkan klien
untuk mengikuti
Terapi Aktivitas
Kelompok
Sosialisasi
4.6 Diskusikan jadwal
kegiatan hatrian
yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.7 Beri motivasi
klien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal
4.8 beri pujian
terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang
42
dilaksanakan
TUK 5:
Klien mampu Setelah 1x interaksi, 5.1 Dorong klien
mengungkapkan klien mampu untuk
perasaan setelah mengungkapkan mengungkapkan
berhubungan perasaan setelah perasaannya
dengan orang berhubungan setelah
lain. dengan orang lain berhubungan
untuk : dengan orang
lain.
- Diri sendiri
- Orang lain 5.2 Diskusikan
- Kelompok dengan klien
manfaat
berhubungan
denagn orang lain
5.3 Beri reinforcement
positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan tentang
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain.
TUK 6:
Klien mendapat Setelah 1x 6.1 Diskusikan
dukungan pertemuan, keluarga pentingnya peran
keluarga dalam dapat menjelaskan serta keluiarga
memperluas tentang: sebagai
hubungan sosial pendukung untuk
- Pengertian
mengatasi
menarik diri
perilaku menarik
- Tanda gejala
diri
menarik diri
- Penyebab dan 6.2 Diskusikan
akibat menarik dengan anggota
diri keluarga tentang:
- Cara merawat
a. Perilaku
klien menarik
menarik diri
diri
b. Tanda gejala
menarik diri
c. Penyebab
Setelah 1x
perilaku
pertemuan keluarga
menarik diri
dapat
d. Cara keluarga
mempraktekkan
menghadapi
cara merawat klien
klien yang
manarik diri.
sedang menarik
diri
6.3 Diskusikan
potensi keluarga
43
untuk membantu
klien mengatasi
perilaku menarik
diri
6.4 Latih keluarga
cara merawat
klien menarik diri
6.5 Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mwncoba
cara yang
dilatihkan
6.6 Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien
berkomunikasi
dengan orang
lain.
6.7 Anjurkan anggota
keluarga untuk
secara rutin dan
bergantian
mengunjungi
klien minimal 1x
seminggu
6.8 Beri reinforcement
atas hal-hal yang
telah dicapai dan
keterlibatannya
keluarga merawat
klien di rumah
sakit.
TUK 7:
Klien dapat Setelah 1x interaksi, 7.1 Diskusikan
memanfaatkan klien menyebutkan dengan klien
obat dengan tentang manfaat
a. Manfaat minum
baik dan kerugiantidak
obat
minum obat,
b. Kerugian tidak
nama, warna,
minum obat
dosis, cara, efek
c. Nama, warna,
terapi dan efek
dosis, efek terapi
samping
dan efek
penggunaan obat
samping obat
7.2 Pantau klien saat
penggunaan obat
7.3 Anjurkan klien
minta sendiri obat
pada perawat agar
44
dapat merasakan
manfaatnya
7.4 Beri pujian jika
klien
menggunakan
obat dengan
benar
7.5 Diskusikan akibat
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
7.6 Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat
jika terjadi hal-
hal yang tidak
diinginkan.
45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P=
Perawat: Dekati pasien
untuk sering-sering
berkomunikasi
46
Pasien: menganjurkan
pasien untuk mau diajak
berkomunikasi
2 1. Menanyakan tentang S = pasien mengatakan
kerugian tidak berhubungan akan kesepian bila tidak
dengan orang lain punya teman da nada
2. Menanyakan tentang teman yang diajaka
keuntungan berhubungan biacara bila punya teman
dengan orang lain
3. Mengajarkan cara O = pasien tidak
berkenalan kooperatif, kontak mata
4. Menganjurkan pasien kurang, tampak
memasukkan ke dalam menunduk, tampak
jadwal kegiatan harian menyendiri, ekspresi
tidak berseri, pasien lupa
nama perawat
A = pasien mampu
mempraktekkan cara
berkenalan dengan
perawat, pasien tidak mau
menambah pertanyaan
hobi dan alamat saat
berkenalan karena malas
P=
Perawat: Dekati pasien
untuk sering-sering
berkomunikasi
Pasien: menganjurkan
pasien untuk mau diajak
berkomunikasi
47
A = pasien mampu
memperagakan cara
berkenalan dengan
perawat, dan
menambahkan
pertanyaan hobi dan
alamat, pasien tidak mau
berkenalan lagi karena
malas.
P=
Perawat: Dekati pasien
untuk sering-sering
berkomunikasi
Pasien: menganjurkan
pasien untuk mau diajak
berkomunikasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk.
2008).Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
48
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias
dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
kekecewaan dan kecemasan.
Tanda gejala yang ditemukan pada pasien dengan isolasi sosial seperti
tidak memiliki teman dekat, menarik diri, tidak komunikatif, tindakan berulang,
dan tidak bermakna, asik dengan pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata,
tampak sedih dan afek tumpul (Keliat,2010). Selain itu terdapat gejala objektif
dari isolasi sosial menurut (Dalami dkk, 2008) yaitu apatis, ekspresi wajah
sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri
dari orang lain, komunikasi kurang, klien tampak bercakap-cakap sendiri, tidak
ada kontak mata atau kontak mata kurang, lebih sering menunduk, berdiam diri
di kamar. Menolak berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, tidak
melaukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin pada sast lahir, retensi urine
dan feses, masukan makanan dan minuman terganggu, tidak atau kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya.
Pada kasus diatas faktor presipitasi dari klien yaitu Pasien baru KRS 1
minggu yang lalu, sejak dirumah tidak mau minum obat, pasien kambuh,
ngomel-ngomel, bicara melantur, marah-marah, sering merasa curiga sejak obat
tidak diminum, malam sulit tidur, mondar-mandir, kadang terlihat bicara dan
tertawa sendiri, makan dan mandi tidak teratur, tidak ada keinginan atau
percobaan untuk bunuh diri.
4.2 Saran
Untuk pengembangan dari laporan asuhan keperawatan ini, masih jauh
dari sempurna maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan
untuk membuat laporan ini menjadi lebih baik. Adapun manfaat laporan ini
dapat dijadikan masukan untuk :
49
1. Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa supaya dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa
khususnya pada pasien dengan isolasi sosial agar lebih mempelajari dan
menguasai teori maupun keterampilan, baik mulai dari pengkajian sampai
evaluasi, agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa dapat berjalan
dengan lancar.
2. Bagi Perawat
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa perlu memberikan
asuhan keperawatan TAK stimulasi sensori menggambar untuk
meningkatkan kemampuan mengekspresikan perasaan pada pasien
dengan isolasi sosial dan harga diri rendah.
Pemberian TAK stimulasi sensori menggambar pada pasien isolasi
sosial dan harga diri rendah yang selama ini telah dijalankan agar terus
dikembangkan sesuai dengan tahap yang diajarkan.
TAK stimulasi sensori menggambar hanya dilakukan pada pasien
harga diri rendah dan isolasi sosial.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberi bimbingan kepada mahasiswa dalam menyusun
laporan hasil makalah asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan isolasi
sosial. Selain itu sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada
kepustakaan institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan
datang di bidang keperawatan khususnya dalam keperawatan jiwa.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapinya, dan juga dapat memberikan kepuasan bagi keluarga klien atas
asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan oleh mahasiswa.
50
DAFTAR PUSTAKA
Desember 2013
medika.
51
Pikalov, a, Schooler, N., Hsu, J., Cucchiaro, J., Goldman, R., & Loebel, A. (2014).
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rachm
Wakhid, A., Hamid, A. Y. S., Keperawatan, F. I., Indonesia, U., Keperawatan, F. I., &
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DS: Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena malas
DO:
52
Ekspresi wajah kurang berseri,
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien mampu membinahubungan saling percaya
b. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
c. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
d. Klien mampu mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
e. Klien mampu berkenalan
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
53
2. Evaluasi / validasi
“Apa keluhan bapak hari ini?”
3. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman bapak ?
b. FASE KERJA
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak? Apa yang membuat bapak
jarang bercakap-cakap dengannya?”
”Apa yang bapak rasakan selama bapak dirawat disini? O.. bapak merasa
kesepian? Siapa saja yang bapak kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan dengan teman yang ibu kenal?”
”Menurut bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
pak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah bapak bergaul
dengan orang lain ?
54
“Begini lho pak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
R, senang dipanggil R. Asal saya dari Lumajang, hobi nyanyi”
“Ayo pak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan
dengan saya!”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
”Bagaimana perasaan bpk setelah kita latihan berkenalan?”
55
Topik : ”Besok pagi saya akan datang kesini lagi untuk mengajak bapak
ngobrol tentang pengalaman bapak bercakap-cakap dengan
keluarga bapak.
Waktu : bapak maunya jam berapa? Baik, jam 08.30 setelah ditensi ya
pak?
C. PROSES KEPERAWATAN.
56
1. Kondisi Klien:
DS: Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena malas
DO:
Ekspresi wajah kurang berseri,
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
Klien mampu membinahubungan saling percaya
Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
4. Tindakan Keperawatan
e. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
f. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
g. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
h. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
5. Evaluasi / validasi
“Apa keluhan bapak hari ini?”
6. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman bapak ?
b. FASE KERJA
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak? Apa yang membuat bapak
jarang bercakap-cakap dengannya?”
”Apa yang bapak rasakan selama bapak dirawat disini? O.. bapak merasa
kesepian? Siapa saja yang bapak kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan dengan teman yang ibu kenal?”
”Menurut bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
pak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah bapak bergaul
dengan orang lain ?
58
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain”
“Begini lho pak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
R, senang dipanggil R. Asal saya dari Lumajang, hobi nyanyi”
“Ayo pak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan
dengan saya!”
c. FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
”Bagaimana perasaan bpk setelah kita latihan berkenalan?”
59
6. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Besok pagi saya akan datang kesini lagi untuk mengajak bapak
ngobrol tentang pengalaman bapak bercakap-cakap dengan
keluarga atau tetangga bapak.
Waktu : bapak maunya jam berapa? Baik, jam 08.30 setelah ditensi ya
pak?
60
E. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DS: Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena malas
DO:
Ekspresi wajah kurang berseri,
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
f. Klien mampu membinahubungan saling percaya
g. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
h. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
i. Klien mampu mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
j. Klien mampu berkenalan
4. Tindakan Keperawatan
i. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
j. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
k. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
l. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
61
“Saya Lili Marlen, Saya senang dipanggil Lili, Saya perawat dipuskesmas
Tanah Garam bapak.”
“Siapa nama bapak? Senang dipanggil siapa?”
8. Evaluasi / validasi
“Apa keluhan bapak hari ini?”
9. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman bapak ?
b. FASE KERJA
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak? Apa yang membuat bapak
jarang bercakap-cakap dengannya?”
”Apa yang bapak rasakan selama bapak dirawat disini? O.. bapak merasa
kesepian? Siapa saja yang bapak kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan dengan teman yang ibu kenal?”
”Menurut bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
pak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah bapak bergaul
dengan orang lain ?
62
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain”
“Begini lho pak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
R, senang dipanggil R. Asal saya dari Lumajang, hobi nyanyi”
“Ayo pak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan
dengan saya!”
c. FASE TERMINASI
7. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan?”
63
9. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Besok pagi saya akan datang kesini lagi untuk mengajak bapak
ngobrol tentang pengalaman bapak bercakap-cakap dengan tean
atau keluarga
64