LP Isos Via
LP Isos Via
LP Isos Via
ISOLASI SOSIAL
Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa
Disusun Oleh:
NOVIA AYU RAHMADANI
P17210221019
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2024
I. Konsep Dasar Isolasi Sosial
A. Definisi
Isolasi sosial yaitu dimana keadaan seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan tidak mampu sama sekali berkomunikasi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien merasa tidak diterima atau di tolak, kesepian, serta tidak
mampu membina hubungan saling percaya dan berarti dengan orang lain (Sari,
Apriliyani, and Dewi 2023).
Isolasi sosial adalah gangguan didalam hubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang,
karena itu adalah sikap yang negatif dan mengancam pada diri seseorang (Damanik,
Amidos Pardede, and Warman Manalu 2020).
B. Tanda Dan Gejala
Menurut (Zhen-hao and Hao 2020) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Tanda Dan Gejala Menurut …. Isolasi sosial: Menarik diri sering ditemukan adanya
tanda dan gejala sebagai berikut : kurang spontan, apatis, ekspresi wajah tidak
berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal kurang,
menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi urine dan
feses, aktivitas menurun, posisi baring seperti fetus, menolak berhubungan dengan
orang lain.
C. Etiologi
Menurut (Yuswatiningsih and Rahmawati 2020) merupakan ada dua faktor
yaitu faktor presipitasi dan faktor prdisposisi, berikut adalah penjelasan masing-
masing faktornya:
1. Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelaianan
struktur otak. Beberapa faktor lainnya ialah pengalaman abuse dalam keluarga.
Penerapan aturan atau tuntutan dikeluarga dan masyarakat yang sering tidak
sesuai dengan pasien dan konflik antar masyarakat. Selain itu pada pasien yang
tidak mengalami isolasi sosial, yang dapat ditemukan adanya pengalaman
negatif pasien yang tidak menyenangkan terhadap gambaran dirinya,
ketidakjelasan atau selebihnya peran yang dimiliki serta mengalami krisis
identitas. Pengalaman kegagalan yang berulang dalam mencapai harapan atau
cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri dan lingkungan.
Faktor-faktor diatas, menyebabkan gangguan dalam berinteraksi social dengan
orang lain, yang pada akhirnya menjadi masalah sosial dengan orang lain, yang
pada akhirnya menjadi masalah isolasi social.
2. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat memperngaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
a. Faktor Biologi
Faktor biologis meliputi adanya faktor herediter dimana ada riwayat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Adanya risiko bunuh
diri, riwayat penyakit atau injury kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA
selain itu adanya ditemukan adanya kondisi patologis otak, yang dapat
diketahui dari hasil pemeriksaan CT Scan dan hasil pemeriksaan MRI untuk
melihat gangguan struktur dan fungsi otak.
b. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala Subjektif
Pasien mengungkapkan tentang:
a) Perasaan sepi.
b) Perasaan tidak aman.
c) Perasaan bosan dan waktu berjalan lambat.
d) Ketidakmampuan berkonsentarasi.
e) Perasaan ditolak.
2. Gejala Objektif
E. Penatalaksanaan
a. Terapi fakmakologis
Penderita skizofrenia biasanya diberikan anti psikotik. Prinsip pemberian
farmakoterapi pada skizofrenia adalah "start low, go show" dimulai dari
dosis rendah ditingkatkan sampai dosis noptimal kemudian diturunkan
perlahan untuk pemeliharaan. Biasanya seperti Chlorpromazine,
Haloperidol, dan Tryhexypenidilatas.
b. Terapi psikososial
Salah satu dampak skizofrenia merupakan sulit menjalin hubungan sosial.
Terapi psikososial bertujuan agar dapat kembali beradaptasi dengan
lingkungan sekitar.
c. Rehabilitas
Di dalam rehabilitasi terdapat beberapa kegiatan seperti menyanyi, melukis,
mengaji, membuat kerajinan tangan dan lain-lain.
d. Terapi aktivitas kelompok
TAK sangat efektif mengubah perilaku karena di dalam kelompok terjadi
interaksi satu dengan lainnya dan saling mempengaruhi ….
F. Mekanisme Koping
Menurut (Muliani 2017) Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain.
Mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya.
Mekanisme koping yang umum di gunakan adalah mekanisme pertahanan ego
seperti :
a. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu seperti
pada mulanya yang membangkitkan emosi.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang tidak baik.
c. Depresi
Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya
G. Rentang Respon
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
a. Menyendiri
Merupakan suatu bentuk sikap menghindar dari suatu kumpulan dan tidak
ingin bergaul dalam suatu kelompok..
b. Otonomi
Otonomi dapat merujuk pada upaya memberikan pasien dengan lebih banyak
kendali dan keputusan.
c. Bekerja sama
Merupakan Bentuk hubungan yang mana saling menguntungkan untuk
mencapai tujuan yang sama.
d. Saling Bergantung
Merupakan suatu bentuk hubungan ketergantungan,dan hanya mengandalkan
bantuan dari orang
e. Menarik diri
Merupakan bentuk usaha percobaan menghindar dari orang lain
f. Tergantung / Dependent
Merupakan suatu bentuk perilaku ketergantungan dengan orang lain, tidak
memiliki rasa percaya diri.
g. Manipulasi
Merupakan berorientasi sendiri untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan
tanpa memperdulikan orang sekitarnya.
h. Implusif
Tidak bisa melakukan apa-apa dan tidak dapat diandalkan.
i. Narsisme
Merupakan keadaan dimana seorang individu merasa lemah dan pencemburu.
H. Pathway
Sp keluarga
Aprilia, Chika Sindia, Erik Khairudin Saputra, and Hetika Sari. 2022. “Peran Pancasila Dalam
Membentuk Karakter Kewarganegaraan Bagi Mahasiswa.” IJOCE: Indonesia Journal of
Civic Education 2(2):51–55. doi: 10.31539/ijoce.v2i2.3857.
Arisandy, Widya. 2022. “Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Gangguan
Isolasi Sosial.” Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 14(1):54–68.
Damanik, Rani Kawati, Jek Amidos Pardede, and Licy Warman Manalu. 2020. “Terapi Kognitif
Terhadap Kemampuan Interaksi Pasien Skizofrenia Dengan Isolasi Sosial.” Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan 11(2):226. doi: 10.26751/jikk.v11i2.822.
ika namira tanjung, and jek amidos pardede. 2020. “Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Ny.N Dengan Masalah Isolasi Sosial.” (2018).
Muliani, Nuria. 2017. “Penerapan Terapi Keterampilan Sosial Dan Cognitive Behaviour Therapy
Pada Klien Isolasi Sosial Dan Halusinasi.” Jurnal Ilmiah Kesehatan 1(1):83–90. doi:
10.35952/jik.v6i2.98.
Sari, Indah Liyana, Ita Apriliyani, and Feti Kumala Dewi. 2023. “Asuhan Keperawatan Pada Ny.
I Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
Tahun 2021.” Jurnal Cakrawala Ilmiah 2(5):1979–86.
Yuswatiningsih, Endang, and Iva Milia Hani Rahmawati. 2020. Terapi Social Skill Training
(SST) Untuk Klien Isolasi Sosial.