Tugas MKWK 1
Tugas MKWK 1
Tugas MKWK 1
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada
Tn. Y dengan gangguan Isolasi Sosial di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera.
Subjektif
a. Perasaan sepi
b. Perasaan tidak aman
c. Perasan bosan dan waktu terasa lambat
d. Ketidakmampun berkonsentrasi
e. Perasaan ditolak
Objektif
a. Banyak diam
b. Tidak mau bicara
c. Menyendiri
d. Tidak mau berinteraksi
e. Tampak sedih
f. Ekspresi datar dan dangkal
g. Kontak mata kurang
(Suciati, 2019)
2.1.4 Etiologi
1. Predisposisi
Predisposisi adalah ada juga faktor presipitasi yang menjadi
penyebab antara lain adanya stressor sosial budaya serta stressor psikologis yang
dapat menyebabkan klien mengalami kecemasan(Arisandy, 2017).
a. Aspek Biologis
Sebagian besar faktor predisposisi pada klien yang diberikan terapi latihan
ketrampilan sosial adalah adanya riwayat genetik yaitu sebanyak 66,7%.
Faktor genetik memiliki peran terjadinya gangguan jiwa pada klien yang
menderita skizofrenia
b. Aspek Psikologis
Faktor predisposisi pada aspek psikologis sebagian besar akibat adanya
riwayat kegagalan/kehilangan (77,8%). Pengalaman kehilangan dan
kegagalan akan mempengaruhi respon individu dalam mengatasi
stresornya
c. Aspek sosial budaya
Dimana pada klien kelolaan didapatkan aspek sosial budaya
sebagian besar adalah pendidikan menengah dan social ekonomi rendah
masingmasing
2. Presipitasi
Merupakan faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami
isolasi sosial: menarik diri adalah adanya tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan komunikasi
didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah yang dianut
dalam keluarga serta faktor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga yang
menyebabkan klien menderita gangguan jiwa (Arisandy, 2017).
2.1.5 Penatalaksanaan Medis
Menurut Yusuf ( 2015) Penatalakasanaan pada pasien skizofrenia dapat diberikan
dengan pemberian terapi yang diberikan secara komperehensif sesuai dengan tanda gejala dan
penyebab terjadinya penyakit. Pengalaman terapis akan menentukan pilihan alternatif yang tepat,
dan sering merupakan kombinasi antara satu terapi dengan lainya. Beberapa alternatif terapi yang
dapat diberikan antara lain dengan pendekatan farmakologi psikososial , rehabilitasi dan
program intervensi keluarga. (Henry, 2020)
1. Terapi Farmakologi
Pada pendekatan farmakologis, penderita skizofrenia biasanya diberikan obat
anti psikotik. Antipsikotik juga dikenal sebagai penenang mayor atau
neuroleptic. Pengobatan antipsikotik membantu mengendalikan perilaku
skizofrenia yang mencolok dan mengurangi kebutuhan untuk perawatan
rumah sakit jangka panjang apabila dikonsumsi pada saat pemeliharaanatau
secara teratur setelah episode akut. Prinsip pemberian farmakoterapi
pada skiofrenia adalah “start low, go slow” dimulai dengan dosis
rendah ditingkatkan sampai dosis noptimal kemudian diturunkan
perlahan untuk pemeliharaan. Berikut adalah sediaan antipsikotik yang sering
diberikan. Pemberian antipsikotik dilakukan melalui 3 tahapan dosis, initial,
optimal dan maintenance. Dosis optimal dipertahankan sampai 1-2 tahun.
Dosis maintenance diturunkan perlahan sampai mencapai dosis terkecil yang
mampu
2. Terapi psikososial
Salah satu dampak yang terjadi pada penderita skiofrenia adalah
menjalin hubungan sosial yang sulit. Hal ini dikarenakan skizofrenia merusak
fungsi sosial penderitanya. Untuk mengatasi hal tersebut, penderita diberikan
terapi psikososial yang bertujuan agar dapat kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya, mampu merawat diri sendiri, tidak bergantung pada
orang lain.
3. Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit jiwa yang
dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, diantaranya terapi
okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan, melukis,
menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung
3-6 bulan
4. Program intervensi keluarga
Intervensi keluarga mempunyai banyak variasi namun pada
umumnya intervensi yang dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari
kehidupan sehari-hari, mendidik anggota keluarga tentang skizofrenia,
mengajarkan bagaimana cara berhubungan dengan cara yang tidak terlalu
frontal terhadap anggota keluarga yang menderita skiofrenia, meningkatkan
komunikasi dalam keluarga, dan memacu pemecahan masalah dan
keterampilan koping yang baik.
A. SIMPULAN
Berdasarkan setudi kasus keperawatan pada Tn.S dengan gangguan isolasi sosial
menarik diri, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
sedangkan hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Tn.S adalah klien kurang
berenergi, lemah, malas beraktifitas, perasaan malu pada orang lain, tidak tidak
mampu berkosentrasi dan membuat keputusan, bingung, merasa tidak berguna,
menarik diri, tidak atau jarang berkomunikasi dengan orang lain, tidak memiliki
teman dekat, menjauh dari orang lain tidak ada kontak mata, berdiam diri di
kamar
3. Rencan keperawatan yang dapat dilakukan pada Tn.S meliputi tujuan umum klien
dapat berinteraksi dengan orang lain. Untuk tujuan pertama klien dapat membina
hubungan saling percaya.,tujuan khusus kedua klien dapat mengenal perasaan
yang menyebabkan prilaku menarik diri, tujuan khusus ke tiga klien dapat
mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain, tujuan khusus keempat klein dapat berhubungan
denangan orang lain secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat
dukungan dari keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis member saran bagi:
1.Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada klien jiwa dengan seoptimal
mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan
fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.
3. Penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektif
mungkin, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien gangguan
jiwa dapat tercapai secara optimal.