Asuhan Keperawatan Pada Ny

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 69

Asuhan Keperawatan Pada Ny.

D dengan Prioritas Masalah


Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman : Nyeri pada Pasien
Post Operasi Fraktur Tibia 1/3 Proximal dextra di
RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
Christi Agustina 142500051

PROGRAM STUDI DIII KEPERAATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JULI 2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.D
dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman: Nyeri pada Pasien Post Operasi
Fraktur Tibia 1/3 Proximal Dextra di RSUD. Dr. Pringadi Medan”, yang merupakan salah satus
syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan serta pengalaman penulis.
Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat
membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis dikemudian hari.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selakuWakil Dekan III Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Mahnum L Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktu dan member masukan dalam KaryaTulis Ilmiah ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khususnya jurusan DIII KeperawatanUniversitas Sumatera
Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan Staff non akademik
yang telah banyak membantu penulis di bidang administrasi.

ii
Universitas Sumatera Utara
9. Kedua orangtua penulis Bapak Nomensen Munte dan Ibu Siti Mariani tambunan yang telah
membesarkan serta mendidik penulis sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan, serta kakak-
kakak saya Nofriyanti Marlinang, Rina Mawarni, dan abang saya Freddy Munthe yang selalu
mendukung, mendoakan, dan memberi motivasi kepada penulis.

10. Roby Satria, sahabat yang siap menemani, menghibur, dan menolong di kala senang dan susah
dan sahabat-sahabat penulis Maria Gultom, Erica Ginting, Martina Sihombing, Dessi Sitanggang,
Yuke Sitorus, Ledy nainggolan, Ismaul Husna, Jesica Gultom dan juga teman-teman DIII
Keperawatan USU stambuk 2014 khususnya Komunitas CBD: Bulan, Lia, Ayu, Desi Sinaga, Anna,
Novi, Amin dan teman kelompok Eliora, lab A4,serta teman satu bimbingan KTI : Desi Sinaga,
Tina Harahap, Dede Atika yang selalu memberikan dukungan pada saat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua
pihak yang memerlukan.

Medan, Juli 2017

Penulis

Christi Agustina

iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman Pernyataan Orisinalitas

Lembar Pengesahan ................................................................................................ i

Kata pengantar......................................................................................................... ii

Daftar isi................................................................................................................... iv

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang. ........................................................................................ 1


B. Tujuan ..................................................................................................... 3
C. Manfaat ................................................................................................... 3

Bab II Pengelolaan Kasus

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah


Kebutuhan Dasar Nyaman Nyeri ............................................................ 4
1. Pengkajian ...................................................................................... 11 2.
Analisa Data .................................................................................... 14
3. Rumusan Masalah ........................................................................... 16
4. Perencanaan ................................................................................... 17
B. Asuhan Keperawatan Kasus ................................................................... 18
1. Pengkajian ...................................................................................... 18
2. Analisa Data .................................................................................... 31
3. Masalah Keperawatan ..................................................................... 35
4. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 35
5. Perencanaan ................................................................................... 36
6. Implementasi dan Evaluasi............................................................... 41

Bab III Penutupan

A. Kesimpulan ............................................................................................. 46
B. Saran ...................................................................................................... 46

Daftar Pustaka .......................................................................................................... 48

Lampiran

iv
Universitas Sumatera Utara
v
Universitas Sumatera Utara
-

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja merupakan suatu keadaan yang tidak
diinginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak. Angka kecelakaan lalu
lintas di Sumatera Utara sepanjang tahun 2013 mencapai 4.954 orang. Jumlah korban
meninggal 1.931 orang, luka berat 2.792 orang, dan luka ringan sejumlah 6.763 orang
(Polda Sumut, 2013).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKERDAS) oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes RI tahun 2013, angka kejadian cedera mengalami peningkatan
dibandingkan pada hasil tahun 2007. Di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan
oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau
tumpul. Kecendrungan prevalensi cedera menunjukkan kenaikan dari 7,5% (RKD 2007)
menjadi 8,2% (RKD 2013). Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur
sebanyak 1.775 orang (58%) mengalami penurunan menjadi 40,9%. Dari 20.829 kasus
kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (25,9%) meningkat
menjadi 47,7%. Dari 14.125 trauma benda tajam atau tumpul yang mengalami fraktur
sebanyak 236 orang (20,6%) mengalami penurunan menjadi 7,3%.
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik tulang rawan
yang bersifat total maupun sebagian yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Helmi, 2012). Menurut Rosdahl (2014), fraktur terjadi ketika tekanan yang
diberikan pada tulang lebih besar dari yang dapat ditahan oleh tulang. Salah satu dari
dua tulang yang menyusun batang kaki ialah tibia (Dwisang, 2014). Menurut Muttaqin
(2012), fraktur tibia adalah terputusnya hubungan tulang tibia yang disebabkan oleh
cedera dari trauma langsung yang mengenai kaki. Patah tulang tertutup atau terbuka
akan mengenai serabut syaraf yang akan menimbulkan rasa nyeri. Selain itu fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2010).

Penanganan terhadap fraktur bisa dilakukan dengan pembedahan atau tanpa


pembedahan, meliputi reduksi, imobilisasi, dan rehabilitasi. Pembedahan merupakan
segala upaya tindakan pengobatan yang secara invasif dengan cara membuka bagian
organ tubuh yang akan ditangani (Djamal, 2015). Immobilisasi adalah upaya yang

Universitas Sumatera Utara


dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara
optimum. Sedangkan Imobilisasi fraktur adalah fraktur yang telah direduksi, fragmen
tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan
teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna
yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur (Arifianato, 2014).
Hampir semua pembedahan / operasi mengakibatkan rasa tidak nyaman; nyeri.
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami individu.
Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien di rumah
sakit (Prasetyo, 2010).
Nyeri merupakan fenomena multidimensional sehingga sulit untuk
didefenisikan. Nyeri merupakan pengalaman personal dan subjektif, dan tidak ada dua
individu yang merasakan nyeri dalam pola yang identik. Nyeri biasanya dikaitkan dengan
beberapa jenis kerusakan jaringan, yang merupakan tanda peringatan, namun
pengalaman nyeri lebih dari itu. International Association for the Study of Pain (IASP)
memberikan defenisi medis nyeri yang sudah diterima sebagai “pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan, aktual
ataupun potensial, atau digambarkan sebagai kerusakan yang sama” (Black & Jane,
2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menyusun Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.D dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman: Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur Tibia 1/3
Proximal Dextra di RSUD. Dr. Pringadi Medan”.

B. Tujuan
I. Tujuan Umum
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada pasien post operasi fraktur tibia 1/3 proximal dextra dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman nyeri di RSUD. Dr.
Pringadi Medan.

Universitas Sumatera Utara


II. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
b. Melakukan perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
c. Melakukan penyusunan rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
d. Melakukan implementasi yang dilakukan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
C. Manfaat
I. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah dasar
kenyamanan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi praktik mahasiswa
keperawatan.
II. Bagi Praktik Keperawatan
Dapat sebagai bahan masukan kepada perawat untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
rasa nyaman; nyeri.
III. Bagi Kebutuhan Klien
Dapat digunakan untuk mengetahui cara memenuhi kebutuhan klien
khususnya kebutuhan dasar rasa nyaman nyeri.

BAB II PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Gangguan Rasa


Nyaman: Nyeri I. Konsep Dasar Rasa Nyaman: Nyeri 1. Kebutuhan
Dasar Rasa Nyaman

Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai


kehidupan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
keperawatan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama
dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial,
spiritual, psikologis,dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka

Universitas Sumatera Utara


menginterprestasikan dan merasakan nyeri. Nyeri tidak dapat diukur secara
objektif, seperti dengan menggunakan sinar-x atau pemeriksaan darah
(Potter& Perry, 2006).
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak
menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang
tidak menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa
nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan
diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien di rumah sakit (Prasetyo,
2010).
2. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat
individual. Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal
tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien.
Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada persepsinya.
Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri.
Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu
merasa tersiksa, menderita, yang akhirnya akan mengganggu aktivitas
sehari-hari, psikis, dan lain –lain (Asmadi, 2008).
McCaffery (dalam Prasetyo,2010) menyatakan nyeri adalah segala
sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan
saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri.
Defenisi ini menempatkan seseorang pasien sebagai expert (ahli) di
bidang nyeri, karena hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri yang ia
rasakan. Bahkan nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada
ukuran yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang merasakannya
yang paling akurat dan tepat dalam mendefenisikan nyeri. Defenisi diatas
membantu perawat untuk lebih memahami nyeri yang dialami seorang
pasien dan sebagai dasar didalam melakukan pengkajian keperawatan
terhadap pasien yang mengalami nyeri, serta membangun suatu konsep /
nilai yang berkaitan dengan nyeri:
• Nyeri hanya dapat dirasakan dan digambarkan secara akurat oleh
individu yang mengalaminyeri itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


• Apabila seorang pasien mengatakan bahwa dia nyeri, maka dia benar
merasakan nyeri walaupun mungkin anda tidak menemukan adanya
kerusakan pada tubuhnya.
• Nyeri mencakup dimensi psikis,emosional,kognitif,sosiokultural dan
spiritual.
• Nyeri sebagai peringatan terhadap adanya ancaman yang bersifat
aktual maupun potensial.
3. Fisiologi Nyeri
Reseptor saraf untuk nyeri disebut dengan nosiseptor. Ujung saraf
bebas ini bergelombang melalui seluruh jaringan tubuh kecuali otak.
Nosiseptor merupakan beberapa bagian yang utama pada kulit dan otot.
Nyeri terjadi ketika jaringan yang mengandung nosiseptor dicederai.
Intensitas dan durasi stimulus menentukan sensasi. Stimulus yang intens
dan berlangsung lama menghasilkan nyeri yang lebih hebat dibandingkan
stimulasi yang singkat dan ringan.

Nosiseptor berespons terhadap beberapa jenis stimulus berbahaya


yang berbeda: mekanik, kimia, atau termal. Beberapa nosiseptor hanya
berespons terhadap satu jenis stimulus tunggal, sedangkan nosiseptor lain
berespons terhadap ketiga jenis stimulus. Persepsi nyeri pada bagian tubuh
yang berbeda dipengaruhi oleh variasi sensitivitas ini terhadap jenis
stimulus dan distribusi nosiseptor pada berbagai jaringan (Fauci, et al, 2008
dalam buku LeMone, 2016).
Trauma jaringan, inflamasi, dan iskemia cenderung mengeluarkan
sejumlah biokimia. Biokimia ini memiliki beberapa efek. Zat kimia ini seperti
bradikinin, histamin, serotonin, dan ion kalium merangsang nosiseptor
secara langsung, dan menghasilkan nyeri. Zat kimia ini dan zat lainnya
(seperti ATP dan prostaglandin) juga merangsang nosiseptor, meningkatkan
respons nyeri dan menyebabkan stimulus yang normalnya tidak berbahaya
(seperti sentuhan) diterima sebagai nyeri. Mediator kimia juga bekerja
untuk memicu inflamasi, yang akhirnya menyebabkan pengeluaran zat
kimia tambahan yang menstimulasi reseptor nyeri. Selanjutnya, yang
disebut dengan nosiseptor silent (misalnya: reseptor sensori pada usus yang
normalnya tidak merespons stimulus mekanik atau termal) dapat menjadi
sensitif terhadap stimulus mekanik karena adanya mediator inflamasi

Universitas Sumatera Utara


sehingga menyebabkan nyeri yang parah dan melemahkan serta nyeri tekan
(Fauci, et al, 2008 dalam buku LeMone, 2016).
4. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu pengalaman sensori,
persepsi dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan, yang disebabkan oleh kerusakan
jaringan dari suatu penyakit seperti pada luka yang diakibatkan oleh
kecelakaan, operasi, atau oleh karena prosedur terapeutik (Lewis,
1983). Nyeri akut umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan
biasanya kurang dari satu bulan. Cedera atau penyakit yang
menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara spontan atau
memerlukan pengobatan (Brunner dan Suddarth, 2002).
b. Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus
menerus yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis
dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan
sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Perbedaan Antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Tujuan Memperingatkan Memberikan alasan
klien terhadap pada klien untuk
adanya mencari informasi
cedera/masalah berkaitan dengan
perawatan dirinya

Awitan Mendadak Terus


menerus/intermittent

Durasi Intesitas Durasi singkat(dari Durasi lama(6 bulan


beberapa detik /lebih)
sampai 6 bulan) Ringan sampai berat
Ringan sampai berat

Universitas Sumatera Utara


Respon otonom Frekuensi jantung Tidak terdapat respon
meningkat Volume otonom
sekuncup meningkat Vital sign dalam batas
Tekanan darah normal
meningkat
Dilatasi pupil
meningkat
Tegangan otot
meningkat

Motilitas
gastrointestinal
mnurun
Aliran saliva
menurun

Respon psikoogis Ansietas Depresi


Keputus asaan Mudah
tersinggung/marah
Menarik diri

5. Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan
terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien
digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini
mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi
nyeri yang dirasakan (Prasetyo, 2010). a. Skala Numerik
NRS (Numerical Rating Scale) digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0
sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri,
angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien.
Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi teraupetik. Sebagai contoh: pada hari pertama post
operasi klien menyatakan skala nyeri yang ia rasakan pada angka 8,

Universitas Sumatera Utara


kemudian hari kedua post operasi saat dilakukan pengkajian klien
melaporkan adanya penurunan nyeri yang ia rasakan pada angka
4.

b. Skala Analog Visual


VAS (Visual Analog Scales) merupakan suatu garis lurus, yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan
kebebasan penuh pada pasien untuk
mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri yang ia rasakan. Skala
Analog Visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif
karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian
daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire, 1984
dalam Prasetyo, 2010).

c. Skala Deskriptif Verbal


VDS (Verbal Desciptor Scale) merupakan salah satu alat ukur
tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala Deskriptif Verbal
ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat
pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis.
Kalimat pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri
paling hebat. Perawat menunjukkan skala tersebut pada klien dan
meminta untuk menunjukkan intesitas nyeri terbaru yang ia rasakan
(Prasetyo,2010).

Universitas Sumatera Utara


d. Skala oucher
Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak
dikembangkan alat yang dinamakan “oucher”. Alat ini terdiri dari dua
skala yang terpisah, sebuah skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah
kiri untuk anak anak yang berusia lebih besar dan skala fotografik enam
gambar pada sisi sebelah kanan yang digunakan pada anak – anak yang
lebih kecil. Perlu diperhatikan dalam menggunakan skala nyeri, bahwa
perawat tidak menggunakan skala nyeri tersebut untuk
membandingkan satu klien dengan klien lainnya, walaupun skala
tersebut untuk membandingkan satu klien dengan klien lainnya,
walaupun skala tersebut bersifat objektif, akan tetapi tingkat
keparahan nyeri terlalu subjektif untuk digunakan dalam perbandingan
nyeri antar individu (Prasetyo, 2010).

e. Skala Wang dan Baker


Wong dan Baker (1988) juga mengembangkan skala wajah
untuk mendiskripsikan nyeri pada anak anak skala tersebut terdiri dari
6 wajah profil kartun yang menggambarkan wajah tersenyum (bebas
dari rasa nyaman nyeri) kemudian bertahap menjadi wajah kurang
bahagia, wajah yang sangat sedih dan wajah yang sangat ketakutan
(nyeri yang sangat). Anak-anak berusia tiga tahun dapat menggunakan
skala tersebut (Prasetyo,2010).

Universitas Sumatera Utara


II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Nyeri IV. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan
memudahkan perawat didalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan
diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang
cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien
terhadap terapi yang diberikan. Tindakan perawat yang perlu dilakukan
dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah mengkaji perasaan klien
(respon psikologis yang muncul), menetapkan respon fisiologis klien
terhadap nyeri dan lokasi nyeri, dan mengkaji tingkat keparahan dan
kualitas nyeri (Prasetyo, 2010).
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang
perawat dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien.
Donovan & Girton 1984 (dalam Prasetyo, 2010) mengidentifikasi
komponen-komponen yaitu penentuan ada tidaknya nyeri, karakteristik
nyeri, respon fisiologis, responperilaku, respon afektif, pengaruh nyeri
terhadap kehidupan kita, persepsi klien tentang nyeri, dan mekanisme
adaptasi klien terhadap nyeri.

a. Penentuan Ada Tidaknya Nyeri


Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus
mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam
observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap
nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata.

Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru


menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.
b. Karakteristik Nyeri (Metode PQRST)
a) Faktor pencetus (P : Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri
pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi
bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat

10

Universitas Sumatera Utara


mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat
mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan
apa yang dapat mencetus nyeri.
b) Kualitas (Q : Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan
oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-
kalimat tajam, tumpul, berdenyut, berpindahpindah, seperti
tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain, dimana tiap klien mungkin
berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c) Lokasi (R : Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman
oleh klien. Untuk melokalisasikan nyeri lebih spesifik, maka perawat
dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang
paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang
dirasakan bersifat difus (menyebar).
d) Keparahan (S : Severity)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik
yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri
sedang atau berat.
e) Durasi (T : Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan,
durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan
nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”,
“Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap
hari?”, “Seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata lain yang
semakna.
c. Respon Fisiologis
Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak
dan thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai
bagian dari respon stress. Stimulus pada cabang simpatis pada system
saraf otonom menghasilkan respon fisiologis.
d. Respon Perilaku

11

Universitas Sumatera Utara


Perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon perilaku tersebut
untuk memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi masalah
nyeri yang di rasakan klien. Respon perilaku yang biasa di tunjukkan
adalahmerubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit,
menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis,
mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.
e. Respon Afektif
Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat di dalam
melakukan pengkajian terhadap klien dengan gangguan rasa nyeri.
Ansietas (kecemasan) perlu di gali dengan menanyakan pada klien
seperti: “Apakah anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga ada
depresi, ketidak tertarikan terhadap aktivitas fisik dan perilaku menarik
diri dari lingkungan perlu di perhatikan.

f. Pengaruh Nyeri terhadap Kehidupan Kita


Klien yang merasakan nyeri setiap hari pasti akan mengalami gangguan
dalam kegitan sehari-harinya. Pengkajian pada perubahan aktivitas ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam
berpartisipasi terhadap kegiatan seharihari, sehingga perawat juga
mengetahui sejauh mana dia dapat membantu dalam program
aktivitas pasien.
g. Persepsi Klien tentang Nyeri
Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri,
bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang di alami dengan
proses penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan di sekitarnya.
h. Mekanisme Adaptasi Klien terhadap Nyeri
Terkadang individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi
terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa
saja yang biasa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami,
mengkaji keefektifan cara tersebut dan apakah bisa di gunakan saat
klien menjalani perawatan di rumah sakit. Apabila cara tersebut dapat
di gunakan, perawat dapat memasukkannya dalam rencana tindakan.

12

Universitas Sumatera Utara


V. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klian mengelola kesehatan terhadap dirinya
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya
(Prasetyo, 2010). Data focus adalah data tentang perubahan-perubahan
atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-
hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Prasetyo,
2010).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
di lakukan secara sistematis untuk menentukan masalahmasalah, serta
kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang
terkumpul, didapat data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi
klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data
dimulai sejak klien masuk rumah sakit, selama klien dirawat secara terus
menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data
(Prasetyo, 2010).
Tujuan Pengumpulan Data

a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.


b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-
langkah berikutnya.
Tipe Data :

a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan
oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, misalnya tentang nyeri,
perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, mual, perasaan malu.
b. Data Objektif
Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat
diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium,

13

Universitas Sumatera Utara


sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik, misalnya frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran.

Karakteristik Data a.
Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi
masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama
3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien
tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut; Apakah tidak
mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja? Apakah
karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis?
Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan (Sigit, 2010).

b. Akurat dan Nyata


Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir akurat
dan nyata untuk membuktikan benar atau tidaknya apa yang
didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan. Apabila
perawat masih kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang
telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan
perawat yang lebih mengerti.
c. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak
sekali data yang dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam
mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan
membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat
data relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data
fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus
(Prasetyo, 2010).
VI. Rumusan Masalah
Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah gangguan rasa
nyaman; nyeri bisa pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan
yang lain. Menurut NANDA, label diagnosis untuk masalah gangguan rasa
nyaman nyeri meliputi defisit perawatan diri : makan & minum. Sedangkan
label diagnosis dengan masalah gangguan rasa nyaman nyeri sebagai
etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi
(Prasetyo, 2010).

14

Universitas Sumatera Utara


Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk klien dengan gangguan
nyeri :
1. Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis.
2. Nyeri berhubungan dengan :
- Cedera fisik/trauma
- Penurunan suplai darah ke jaringan
- Proses melahirkan
3. Nyeri kronik berhubungan dengan :
- Kontrol nyeri yang tidak adekuat
- Jaringan parut
- Kanker maligna
4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan :
- Nyeri muskuloskeletal
- Nyeri insisi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan.

VII. Perencanaan
Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri
diharapkan berorientasi untuk memenuhi hal-hal berikut (Prasetyo,
2010) :
a) Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.
b) Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman.
c) Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang
dimiliki.
d) Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.
e) Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi
rasa nyeri.

15

Universitas Sumatera Utara


B. Asuhan Keperawatan Kasus PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH
SAKIT

1.PENGKAJIAN I.
BIODATA

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 47 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :JL. Bangau No.552 DeliSerdang
Tanggal Masuk RS : 2 Mei 2017
No. Register : 01.02.91.94
Ruangan / Kamar : Icu dewasa
Golongan Darah :B
Tanggal Pengkajian : 6 Mei 2017
Tanggal Operasi : 2 Mei 2017
Diagnosa Medis : post op fraktur tibia 1/3 proximal dextra

II. KELUHAN UTAMA:


Pasien mengatakan nyeri pada tungkai bawah kaki kanan.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative / palliative
1. Apa penyebabnya :
Nyeri disebabkan oleh post operasi hari ke-4

16

Universitas Sumatera Utara


2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Pasien mengatakan nyeri akan hilang jika pasien beristirahat dan dengan
pemberian obat analgesik
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan :
Pasien mengatakan merasakan nyeri seperti ditusuk tusuk.

2. Bagaimana dilihat :
Pasien tampak gelisah dan meringis kesakitan.

C. Region
1. Dimana lokasinya :
Lokasi nyeri pada tungkai bawah sebelah kanan

2. Apakah menyebar :
Pasien mengatakan nyeri hanya pada tungkai bawah sebelah kanan

(terlokalisasi)

D. Saverity
Pasien mengatakan sakit yang dirasakannya menganggu aktivitas. Skala nyeri :
6(PNRS).

E. Time
Klien mengatakan nyeri timbul tiba-tiba dan pada saat kaki digerakkan.

Berlangsung 5-10 menit saat nyeri muncul.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami


Pasien mengatakanpernah mengalami sakit demam .

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan


Pasien mengatakan jika demam,membeli obat ke warung atau minum obat
tradisional
C. Pernah dirawat/operasi
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat maupun operasi sebelumnya.

17

Universitas Sumatera Utara


D. Lama dirawat
Pasien tidak mendapatkan perawatan sebelumnya, sebab pasien belum pernah
di rawat di rumah sakit.
E. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, cuaca dan
obat-obatan.

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi Pasien tentang Penyakitnya

Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan saat ini sangat mengganggu


aktivitasnya.

B. Konsep Diri

- Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bagian


tubuhnya karena itu adalah pemberian dari
Tuhan.
- Ideal diri : Pasien mengatakan sangat ingin cepat
sembuh agar dapat
berkumpul dengan keluarganya.
- Harga diri : Pasien merasa bahwa dirinya tidak
maksimal menjalani aktivitasnya sebagai
anak/kakak di dalam keluarga.
- Peran diri : Setelah sakit pasien mengatakan ia
merasa terganggu karena tidak bisa
berkerja.
- Identitas : Pasien berperan sebagai anak ke2 berumur
47 tahun beragama islam.

18

Universitas Sumatera Utara


C. Keadan Emosi

Pasien tampak gelisah dan sering meringis kesakitan.

D. Hubungan Sosial

- Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang berarti adalah


keluarga besarnya terutama abang dan adik adiknya

- Hubungan dengan keluarga : Pasien menjalin hubungan yang baik


dengan keluarga terbukti keluarga pasien bergantian datang untuk
menjenguk pasien dirumah sakit.

- Hubungan dengan orang lain : Pasien berhubungan baik dengan orang


lain terbukti dengan pasien terlihat berkomunikasi dengan perawat
diruangan.

- Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan


tidak memiliki hambatan dengan orang lain.

E. Spiritual

- Nilai dan kenyakinan : Pasien beragama islam dan dalam kehidupan


sehari-hari klien melakukan aktivitas sesuai dengan ajaran dari
kenyakinannya.

- Kegiatan ibadah : Sejak mendapat perawatan di rumah sakit, pasien


melakukan kegiatan ibadah yaitu berdoa.

VI. PEMERIKSAAN FISIK A.


Keadaan Umum
Compos Mentis dengan Gcs 15 dan pasien tampak lemah dan kesakitan.
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 36,8°C

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 84x/i

Pernafasan : 22x/i

Skala Nyeri : 6

19

Universitas Sumatera Utara


TB : 150 cm
55 kg
BB :

C.
PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
Kepala dan Rambut

- Bentuk : Bentuk kepala pasien simetris dan

bulat.

- Ubun - ubun : Tepat di tengah dan tidak ada

benjolan
- Kulit kepala :
Kulit kepala tampak kurang bersih,
berketombe dan kusam.

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut pasien

merata, tipis dan bewarna

hitam.

- Bau : Berbau.

Wajah
- Warna kulit : Normal, warna kulit sawo Matang
- Struktur wajah : Simetris

Mata

: Lengkap dan simetris


- Kelengkapan dan
kesismetrisan

- Palpebra : Tidak ada oedema pada mata kanan.

- Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva bewarna merah

20

Universitas Sumatera Utara


muda (tidak anemis) &
sklera bewarna putih
(tidak icterus).

- Pupil : Isokor, dan refleks terhadap


cahaya ada.

-Kornea dan iris : Tidak ada katarak dan peradangan.


Refleks terhdapap cahaya(+)

Hidung
:
: Simetris
- Tulang hidung dan posisi
septum nasi
- Lubang hidung : Simetris dan bersih

- Cuping hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping


hidung

Telinga
- Bentuk telinga : Simetris antara telinga kanan dan
kiri.

- Ukuran telinga : Ukuran telinga simetris kanan dan


kiri.

- Lubang telinga : Tidak bersih,ada kotoran

- Ketajaman pendengaran : Pasien dapat mendengar

21

Universitas Sumatera Utara


dengan baik.

Mulut dan Faring

- Keadaan bibir : Keadaan bibir tampak lembab.


- Keadaan gusi dan gigi : Gigi dan gusi terawat baik.
- Keadaan lidah : Medial, berwarna merah muda,
tidak ada sariawan dan pecah-
pecah.

- Orofaring : tidak ada peradangan.

- :

Leher
- Posisi trachea : Posisi medial/normal
- Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar

Thyroid

- Suara : Suara pasien terdengar jelas dan

tidak serak

- Kelenjar Limfa : Tidak ada pembengkakan kelenjar

limfa

- Vena jugularis : Tidak ada distensi vena jugularis

: Teraba, kuat dan teratur


- Denyut nadi karotis

Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Kulit bersih, tidak ada kotoran pada

Kulit

- Kehangatan : Akral teraba hangat

- Warna : Sawo matang

- Turgor : Turgor kulit kurang < 2 detik


- Kelembapan : Kulit pasien kering

: Tidak ada alergi/kelainan pada kulit


- Kelainan pada kulit

22

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan Thorak/Dada

- Inspeksi thoraks : Simetris kanan dan kiri


- Pernapasan : 22 x/i dan berirama normal

Tidak ada tanda kesulitan bernafas


- Tanda kesulitan :

bernafas

Pemeriksaan Paru

- Palpasi dan getaran


: Tidak dilakukan pemeriksaan
suara
- Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi : Tidak terlihat ada pembengkakan
pada kardiak.
- Palpasi : Tidak ada pembengkakan

- Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Tidak terdapat benjolan

- Auskultasi : Peristaltik usus (+), tidak


ada suara tambahan

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada massa

- Perkusi : Timpani

Pemeriksaan Muskuloskeletal / Ekstremitas


Ekstremitas kaki kanan terpasang gips dari perbatasan sepertiga atas dan tengah
paha sampai dasar jari kaki,lutut sedikit fleksi, terpasang infuse NaCl 0,9% 20
gtt/menit ekstremitas kanan atas.

23

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan Neurologi (Nervus Cranialis)
Tidak dilakukan pemeriksaan

Fungsi Sensorik
Tidak dilakukan pemeriksaan

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola Makan dan Minum

- Frekuensi makan/hari : 3 x sehari, ditambah dengan makanan


selingan 2x
- Nafsu/selera makan : Baik.

- Nyeri ulu hati : Tidak terdapat masalah pada ulu hati.

- Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi pada makanan.

- Mual dan muntah : Pasien mengeluh mual dan muntah.

- Waktu pemberian makan : Disesuaikan dari rumah sakit, pagi


(07.00), siang (12.00), malam (20.00)

- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi bubur

- Waktu pemberian cairan : Sesuai dengan kebutuhan pasien

- Masalah makan dan minum :Tidak ada masalah.

II. Perawatan Diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : Pasien tampak bersih dan terawat

- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi dan mulut tampak kurang bersih
dan ada kotoran pada gigi dan mulut.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku sedikit panjang dan


bersih.

24

Universitas Sumatera Utara


III. Pola Kegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti,


pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.

Selama masa perawatan, pasien tidak mampu makan secara


mandiri, dan eliminasi urine pasien membutuhkan bantuan baik
dari petugas kesehatan maupun keluarga. Pasien tidak bisa
secara mandiri, sebab pasien hanya terbaring di atas tempat
tidur, sehingga pasien membutuhkan bantuan dalam memenuhui
kebutuhan dasar, begitu juga dalam hal berpakaian.

- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Selama masa perawatan pasien tampak melaksanakan kegiatan


ibadah yaitu berdoa.

25

Universitas Sumatera Utara


VIII. POLA ELIMINASI

1. BAB

-Pola BAB : 2 - 3 x perhari

-Karakter feses : Encer

-Riwayat perdarahan: Pasien mengatakan tidak pernah mengalami


perdarahan saat BAB
-Diare : Pasien tidak pernah mengalami diare hebat
-Penggunaan laktasif : Pasien tidak menggunakan laktasif

2. BAK
- Pola BAK : lancar (4 kali/hari) dengan volume >300 ml
- Karakter urine : Kuning
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan : terpasang kateter
- Riwayat penyakit ginjal : Pasien tidak menderita penyakit ginjal sebelumnya
- Penggunaan diuretik : Pasien tidak menggunakan direutik
- Upaya mengatasi masalah : Memberikan lingkungan yang nyaman dan pasien
dianjurkan untuk istirahat.

26

Universitas Sumatera Utara


IX. TERAPI OBAT
Nama Dosis Fungsi Efek samping
Terapi/Obat

NaCl 0,9% 20 gtt/i Untuk mengembalikan Reaksi-reaksi yang mungkin


keseimbangan
terjadi karena larutannya atau
elektrolitpada dehidrasi.
cara pemberiannya, termasuk
timbulnya panas, infeksi pada
tempat penyuntikan,
thrombosis vena atau flebitis
yang meluas dari tempat
penyuntikan, ekstravasasi.

Inj. cefriaxon 1gr/12 jam Mengobati dan Lelah, sariawan, nyeri


mencegah infeksi yang tenggorokan, diare.
disebabkan bakteri.

Inj. 30mg/8 Untuk penata laksanaan Diare, dispepsia, nyeri


jangka pendek terhadap
Ketorolac Jam gastrointestinal, sakit kepala,
nyeri akut sedang sampai
berat. pusing, mengantuk,
berkeringat.

Inj. 30mg/8 jam Tukak lambung dan usus Diare, nyeri otot, pusing, timbul
12 jari, hipersekresi ruam pada kulit, malaise,
Ranitidine
patologik sehubungan eosinofila, konstipasi,
dengan syndrome penurunan jumlah sel darah
zollinger- Ellison. putih, sedikit peningkatan kadar
serum kreatinin.

27

Universitas Sumatera Utara


2. ANALISA DATA

N DATA MASALAH KEPERAWATAN MASALAH


O. KESEHATAN
1. DS: Post Operasi Nyeri akut
-Ny. D mengatakan nyeri
kaki pada tungkai kanan
bawah hari ke-4 pasca
operasi P : nyeri timbul Trauma jaringan pemasangan
setelah operasi (luka insisi) gips

Q : Klien mengatakan
nyeri terasa seperti
tertusuk-tusukpada
tungkai kanan bawah (kaki Peradangan
yang di gips) imobilisasi /

R: Klien mengatakan nyeri inflamasi

dirasakan pada tungkai


bawah kaki kanan

S: Klien mengatakan Keterbatasan gerak

sakit yang dirasakannya pelepasan mediator


mengganggu aktivitas, nyeri(histamine,
skala nyeri :6 (PNRS) prostaglandin

T: Nyeri timbul tibatiba bradikinin, serotonin)

dan pada saat digerakkan,


Gangguan
berlangsung 5-10 menit
mobilitas fisik
saat nyeri muncul.
ditangkap reseptor nyeri
DO:
perifer
Tirah baring

Impuls ke otak

Defisit Perawatan Diri

28

Universitas Sumatera Utara


Tanda-tanda vital : persepsi nyeri

TD : 130/80 mmHg

HR : 84 x/i
Nyeri Akut
RR: 22 x/i

T : 36,8 °C

-kaki sebelah kanan


terpasang gips dari
perbatasan sepertiga
atas dan tengah paha
sampai dasar jari
kaki,lutut sedikit fleksi

-Klien terlihat meringis


kesakitan terutama saat
melakukan pergerakan.

-pasien mengalami nyeri


sedang

2. DS: Gangguan Mobilitas


-Ny. D mengatakan Fisik
bahwa kaki sebelah
kanan nya belum bisa
digerakkan,sakit saat
digerakkan. -Ny. D
mengatakan pada jari
kaki kanan terasa
kebas.
DO:

29

Universitas Sumatera Utara


3. -Ny D tampak lemah Defisit Perawatan
-Ny. D terbaring di Diri
tempat tidur dan
aktivitas seperti
makan,berpakaian
dibantu perawat -Ny. D
dimandikan dengan cara
di lap oleh perawat
-Ny. D terpasang
kateter dan pampers
DS:
-NY. D mengatakan belum
mampu bergerak bebas
-Ny. D mengatakan
belum mampu mandi
sendiri, berpakaian,
toileting, dan belum
bisa beraktivitas
DO:
-Ny.D mandi 2 kali sehari
-Ny.D mandi dibantu
perawat dengan cara di
lap
-Rambut Ny. D tampak
kurang bersih, berminyak,
berketombe, dan kusam
-Gigi tampak kurang

30

Universitas Sumatera Utara


bersih, dan ada skaries
pada gigi

31

Universitas Sumatera Utara


3. MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri akut
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Defisit perawatan diri

4. DIAGNOSA KEPERAWATN

1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan keluhan nyeri
pada tungkai bawah kanan dengan skala nyeri : 6.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan fiksasi eksternal
ditandai dengan keterbatasan gerak.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan tungkai
bawah ditandai dengan tirah baring pada klien .

32

Universitas Sumatera Utara


5. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/Tanggal No.Dx Perencanaan Keperawatan

Sabtu, 6Mei 1. Tujuan dan Kriteria Hasil :


2017 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
- Tampak rileks.
- Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional

1. Lakukan hubungan 1. Membangun hubungan yang


baik terhadap klien
teraupetik dengan
klien.

2. Atur posisi 2. imobilisasi yang adekuat


imobilisasi pada
dapat mengurangi
tungkai
bawah(memberi pergerakan fragmen tulang
posisi yang
yang menjadi unsur utama
nyaman)
penyebab nyeri pada
tungkai bawah

3. Kaji skala nyeri 3. Memberikan informasi untuk


membantu dalam
yang dialami pasien
menentukan
dengan pilihan/keefektifan
PQRST intervensi.

33

Universitas Sumatera Utara


4. Monitor tanda- 4. Nyeri yang berkelanjut akan
berdampak pada peningkatan
tanda vital.
tanda-tanda vital. Merupakan
indikator/derajat nyeri, tidak
langsung yang dialami .

5.Berikan 5.Menurunkan reaksi


lingkungan yang terhadap stimulus dari luar
tenang untuk dan meningkatkan istirahat
mengurangi atau relaksasi.
peningkatan nyeri,
yaitu mengurangi
kebisingan disekitar
ruangan.

6. Ajarkan teknik 6. Meningkatkan relaksasi,


relaksasi untuk memfokuskan kembali
tindakan perhatian, dan dapat
pengendalian meningkatkan kemampuan
nyeri, yaitu tarik koping
nafas dalam.

Kolaborasi
7.Berikan terapi 7.Mempercepat proses
sesuai indikasi. penyembuhan.
IVFD Nacl 0,9%
inj.cefriaxon
1gr/12 jam
inj.ranitidine 30
mg/8 jam
inj.katerolac 30
mg/8 jam

34

Universitas Sumatera Utara


2. Tujuan dan Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24


jam mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.

Kriteria hasil :

- Klien dapat ikut serta dalam program latihan


- Tidak mengalami kontraktur sendi
- Kekuatan otot bertambah
- Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas

Intervensi Rasional

1. atur posisi 1. imobilisasi yang adekuat


imobilisasi pada
dapat mengurangi
tungkai bawah.
pergerakan fragmen tulang
yang menjadi unsur utama
penyebab nyeri pada
tungkai bawah

2. ajarkan klien 2. gerakan aktif memberikan


massa,tonu,dan kekuatan
melakukan
otot,serta memperbaiki
latihan gerak aktif fungsi jantung dan
pernafasan.
pada ekstremitas
yang tidak sakit
.

35

Universitas Sumatera Utara


3. Bantu klien 3. Untuk mempertahankan
Melakukan
fleksibilitas sendi sesuai
latihan ROM
kemampuan.
ekstremitas
bawah terutama
pada jari kaki.

Kolaborasi
4. kolaborasi dengan 4. kemampuan
ahli fisioterapi mobilisasi,ekstremitas
untuk melatih fisik dapat ditingkatkan dengan
klien latihan fisik dari tim
fisioterapi.

3 Tujuan dan Kriteria hasil :

Perawatan diri klien dapat terpenuhi.


Kriteria Hasil:
- klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk
kebutuhan merawat diri
-mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
dengan tingkat kemampuan, dan mengidentifikasi
individu/masyarkat yang dapat membantu.

Intervensi Rasional
1. Monitor 1. Membantu dalam
kemampuan klien
merencanakan pemenuhan
dalam perawatan
diri secara mandiri secara individual

36

Universitas Sumatera Utara


2. Pantau kebutuhan 2. Mengarahkan klien dalam
klien untuk kebersihan diri
kebersihan pribadi,
berpakaian,
toileting, dan
makan

3. Dorong klien 3. membantu dalam


untuk melakukan mengantisipasi/merencan
aktivitas normal akan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari secara individual
dengan tingkat
kemampuan

4. Mengarahkan 4. Meningkatkan perasaan


makna diri,meningkatkan
klien dalam
kemandirian dan mendorong
kebersihan diri pasien untuk berusaha secara
kontinu

37

Universitas Sumatera Utara


Kolaborasi
5 . Kolaborasi 5. Meningkatkan
kemandirian klien untuk
dengan keluarga
berusaha secara kontinu.
untuk
mendorong
kemandirian
klien,namun
campur tangan
ketika klien tidak
mampu
melakukannya

6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI


Hari/ No. Implementasi Evaluasi (SOAP)
Tanggal Dx Keperawatan

38

Universitas Sumatera Utara


Minggu, 1. 1 Melakukan hubungan S : Pasien mengatakan nyeri pada
7 Mei 2017 teraupetik dengan klien. tungkai bawah belum berkurang.

2 Memberikan posisi yang P: Nyeri post operasi hari ke-5


( R.ICU ) nyaman(mempertaha Q: Nyeri seperti ditusuk tusuk

nkan imobilisasi). R:Ekstremitas bawah,kaki sebelah

3 Mengkaji nyeri dengan kanan

PQRST. S: Skala nyeri 6 (nyeri sedang)


T: Nyeri timbul tiba tiba dan pada saat
4 Mengukur TandaTanda
digerakkan,berlangsung 510 menit
Vital.
saat nyeri muncul.
5 Memberikan lingkungan
yang tenang untuk
mengurangi O : Klien tampak kesakitan.

peningkatan nyeri,yaitu Tanda-tanda vital :


mengurangi kebisingan
TD: 120/80 mmHg
di sekitar ruangan.
HR : 82x/i
6 Mengajarkan teknik
relaksasi tarik nafas RR : 22 x/i
dalam untuk tindakan
T : 36,1 oC
pengendalian nyeri.
Skala nyeri : 6
Kolaborasi
7 Berikan terapi sesuai
indikasi.

A : Masalah belum teratasi.


-inj.cefriaxon 1gr/12
jam P : Intervensi dilanjutkan, yaitu :

- Memberi posisi nyaman


(mempertahankan

39

Universitas Sumatera Utara


-inj.ranitidine 30 mg/8 imobilisasi)
jam
-Mengajarkan teknik relaksasi tarik
- inj.katerolac 30 mg/8
nafas dalam untuk tindakan
jam
pengendalian nyeri.

- Kolaborasi pemberian terapi sesuai


indikasi.

 inj.cefriaxon 1gr/12 jam inj.ranitidine


30 mg/8 jam
inj.katerolac 30 mg/8 jam

40

Universitas Sumatera Utara


41

Universitas Sumatera Utara


Minggu, 2. 1. Mengatur posisi S : -Klien mengatakan bahwa kaki
7 Mei 2017 imobilisasi pada tungkai sebelah kanannya belum bisa

bawah.(mempertahankan digerakkan, sakit saat digerakkan. -

imobilisasi) Klien mengatakan pada jari kaki


kanan terasa kebas.
2. Mengajarkan klien

melakukan latihan gerak O :- Klien tampak antusias


memperhatikan gerakan yang
aktif pada ekstremitas
diajarkan.
yang tidak sakit .
- klien belum mampu melakukan
3. Membantu klien

melakukan latihan ROM gerakan ROM pada ekstremitas

ekstremitas bawah pada bawah bagian jari kaki. A: Masalah

jari kaki. belum teratasi

Dengan cara: P: Intervensi dilanjutkan


1.Fleksi:melengkungk
1. mempertahankan imobilisasi 2.
an jari-jari kaki satu
membantu pasien dalam rentang
dengan yang lain.
gerak latih dan bantu ROM(range
2.Ekstensi:meluruska
Of
n jari-jari kaki satu
motion)psif/aktif seperti
dengan yang lain.
menggerakkan
3.Adduksi:merapatka n
jari-jari kembali secara
bersama-sama.
4.Abduksi:meregangk
an jari-jari kembali
secara bersama-sama.

Kolaborasi

42

Universitas Sumatera Utara


4. Berkolaborasi dengan

ahli fisioterapi untuk

melatih fisik klien

43

Universitas Sumatera Utara


Minggu, 3. 1. Monitor S : Klien mengatakan belum bias
banyak bergerak,karena nyeri. O : Klien
7 Mei 2017 kemampuan klien tampak lemah, klien belum mampu
dalam perawatan melakukan aktivitas secara mandiri
seperti mandi,berpakaian,toileting
diri secara mandiri
dan makan sendiri.
2. Observasi
kebutuhan klien
untuk kebersihan
pribadi,mandi,

berpakaian, A: Masalah belum teratasi


toileting, dan makan
P: Intervensi dilanjutkan
3. Mendorong klien
- mendorong klien untuk melakukan
untuk melakukan
aktivitas seperti
aktivitas normal
mandi,berpakaian,berhias,makan
sehari-hari dengan
,toileting secara mandiri
tingkat
- membersihkan tempat tidur
kemampuan
- mendorong keluarga untuk
4. Mengarahkan
mendorong kemampuan klien
Klien dalam dengan campur tagan keluarga bila
klien tidak mampu melakukannya.
kebersihan
diri
5. kolaborasi dengan
keluarga untuk
mendorong
kemandirian
klien,namun campur
tangan ketika klien
tidak mampu
melakukannya

44

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Proses pengkajian yang penulis lakukan yaitu melalui wawancara kepada klien dan
keluarga klien, juga dengan pemeriksaan fisik langsung kepada klien, sehingga dapat
diperoleh data yang sesuai dengan keadaan klien dan dapat mempermudah dalam
merencanakan tindakan keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan kepada
klien, penulis menggunakan komunikasi teraupetik agar tercapai hubungan yang baik
terhadap klien.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakuan pada tanggal 06 Mei 2017 di RSUD
Dr. Pirngadi Medan, ditemukan seorang pasien bernama Ny.D berumur 47 tahun yang
dirawat di ruangan ICU. Ny.D mengatakan bahwa nyeri pada tungkai bawah kanan
karena post operasi. Dari hasil analisa data yang didapat, prioritas masalah keperawatan
yaitu: nyeri akut b/d trauma jaringan ditandai dengan keluhan nyeri pada tungkai
bawah kanan dengan skala nyeri : 6.

Implementasi yang telah dibuat salah satu contohnya adalah : mengajarkan klien
teknik relaksasi tarik nafas dalam dan kolaborasi pemberian analgesik .untuk tindakan
pengendalian nyeri pada Ny.D berkurang ditandai dengan klien tampak tenang dan
dapat beristirahat, dengan skala nyeri : 3, namun masalah pada Ny. D belum teratasi.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

45

Universitas Sumatera Utara


Agar mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri sehingga dapat
meningkatkan kesehatan pasien yang ada di rumah sakit.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan perawat lebih optimal dalam memberikan pelayanan


terhadap kebutuhan dasar nyaman nyeri sehingga dapat mencegah
masalah kebutuhan dasar nyaman nyeri yang lebih buruk. Diperlukan
dokumentasi intervensi dan implementasi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi staf pengajar dapat meningkatkan pengayaan,


penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa,
meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang
lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang pemahaman
kebutuhan dasar nyaman nyeri, serta pada mahasiswa dapat
memahami kesenjangan antara teori dan aplikasi asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan kebutuhan dasar nyaman nyeri.

46

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta. Salemba Medika.
Black & Jane. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika. Bpdanp kesehatan (2013),
Hasil RIKESDAS, [pdf],
(http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf, diakses tanggal 11 Juni 2017)

Herlman. T. H. (2012). NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
LeMone, P. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5. Jakarta :

EGC.

Muttaqin,arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskletal .


jakarta : EGC.
Potter, A.P. & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. ____, Jumlah Kecelakaan Lalu

Lintas Menurut Korban dan Kabupaten/Kota, 2011 – 2013,


(https://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/73, diakses tanggal 11
Juni 2017)
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta.

Graha Ilmu.

Rosdahl,C.B. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Edisi 10. Vol 4. Jakarta :EGC
Smeltzer, C. (2010). Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Jakarta : EGC.

47

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/ pukul No.Dx Implementasi Evaluasi (SOAP)


Tanggal Keperawatan

48

Universitas Sumatera Utara


Senin, 15.00 1. 1. Mengkaji nyeri dengan S : Pasien mengatakan
8 Mei PQRST. nyeri pada ekstremitas
2017 2. Mempertahan
15.30 bawah sedikit
imobilisasi
( R.ICU )
3. Mengukur TandaTanda berkurang.
Vital. P: Nyeri post operasi
4. Memberikan lingkungan hari ke-5
yang tenang untuk
Q: Nyeri seperti ditusuk
mengurangi peningkatan
16.30
tusuk
nyeri,yaitu mengurangi
kebisingan di sekitar R:Ekstremitas
ruangan. bawah,kaki sebelah
5. Mengajarkan teknik kanan
relaksasi tarik nafas
S: Skala nyeri 5 (nyeri
17.00 dalam untuk tindakan sedang)
pengendalian nyeri.
T: Nyeri timbul tiba tiba
dan pada saat
Kolaborasi
digerakkan,berlang
6. Berikan terapi sesuai
19.00 sung 5-10 menit saat
indikasi.
nyeri muncul.

- inj.cefriaxon 1gr/12 jam


-inj.ranitidine 30 mg/8 jam
-inj.katerolac 30 mg/8 jam O : Klien mencoba
teknik relaksasi.

Tanda-tanda vital :

49

Universitas Sumatera Utara


TD: 110/80 mmHg

HR : 82x/i

RR : 22 x/i

T : 36,1 oC

Skala nyeri : 5
inj.cefriaxon 1gr/12 jam
-inj.ranitidine 30 mg/8
jam -inj.katerolac 30
mg/8 jam

A : Masalah belum
teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan,
yaitu :

- Memberi posisi
nyaman(mempertaha
nkan imobilisasi)

-Mengajarkan teknik
relaksasi tarik nafas
dalam untuk tindakan
pengendalian nyeri.

- Kolaborasi pemberian
terapi sesuai indikasi.

 inj.ranitidine 30 mg/8
jam inj.katerolac 30
mg/8 jam

50

Universitas Sumatera Utara


Senin , 20.00 2. 1. mengatur posisi S : Klien mengatakan
8 Mei imobilisasi pada tungkai bahwa kaki sebelah
2017 kanan nya belum bisa
bawah.(mempertahankan
digerakkan,sakit saat
imobilisasi)
digerakkan.
2. Mengajarkan klien

melakukan latihan gerak


O :- Klien tampak
aktif pada ekstremitas
antusias
yang tidak sakit . memperhatikan
3. Membantu klien gerakan yang
melakukan latihan ROM diajarkan. A:

ekstremitas bawah pada Masalah belum

jari kaki. Dengan cara: teratasi

1.Fleksi:melengkungk P: Intervensi
an jari-jari kaki satu
dilanjutkan
dengan yang lain.
2.Ekstensi:meluruskan 1. mempertahankan
jari-jari kaki satu imobilisasi

dengan yang lain. 2. membantu pasien


3.Adduksi:merapatkan dalam rentang gerak
jari-jari kembali secara
latih dan bantu
bersama-sama.
4.Abduksi:meregangk ROM(range Of
motion)psif/aktif
seperti
menggerakkan

51

Universitas Sumatera Utara


an jari-jari kembali
secara bersama-sama.

Kolaborasi

5. Berkolaborasi dengan

ahli fisioterapi untuk

melatih fisik klien

52

Universitas Sumatera Utara


Senin , 18.00 3. 1. observasi kebutuhan S : Klien mengatakan
8 Mei klien untuk kebersihan nyeri pada kaki
2017 pribadi,mandi, sehingga susah
berpakaian, toileting, melakukan banyak
dan makan pergerakan

2. Mendorong klien untuk O : Klien belummampu


melakukan aktivitas makan sendiri, mandi,
normal berpakaian, toileting klien
masih dibantu

3. sehari-hari dengan perawat


tingkat kemampuan -mengganti sprei klien
Mengarahkan klien
A: Masalah belum
4. dalam
teratasi
kebersihan diri
P: Intervensi dilanjutkan
kolaborasi dengan
keluarga untuk - mendorong klien
mendorong
untuk melakukan
kemandirian
aktivitas seperti
klien,namun campur
mandi,berpakaian,b
tangan ketika klien tidak
mampu erhias,makan,toileti
melakukannya
ng secara mandiri

- mendorong keluarga
untuk mendorong
kemampuan klien
dengan campur tagan
keluarga bila klien
tidak mampu
melakukannya.

53

Universitas Sumatera Utara


Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/ Puku No.D Implementasi Evaluasi (SOAP)


Tanggal l x Keperawatan

Selasa, 10.00 1. 1. Mengkaji nyeri dengan S : Pasien mengatakan nyeri


9 Mei PQRST. pada ekstremitas bawah
2017(R.ke 2. Mempertahan
10.30 berkurang//terkontrol
nanga) imobilisasi
3. Mengukur Tanda- P: Nyeri post operasi hari

54

Universitas Sumatera Utara


Tanda Vital. ke-7
4. Memberikan Q: Nyeri seperti
lingkungan yang denyutdenyut
tenang untuk
11.00 R: Ekstremitas bawah,kaki
mengurangi
sebelah kanan
peningkatan
nyeri,yaitu S: Skala nyeri 3(nyeri ringan)
mengurangi
T: Nyeri timbul tiba tiba dan
kebisingan di sekitar
pada saat digerakkan
ruangan.
13.00
5. Mengajarkan teknik
relaksasi tarik nafas O : Klien tampak tidur dan
dalam untuk tindakan beristirahat dengan baik.

pengendalian nyeri. Tanda-tanda vital :

TD: 110/80 mmHg


Kolaborasi
6. Berikan terapi sesuai HR : 84x/i

14.00 indikasi. RR : 24 x/i


-inj.ranitidine 30 mg/8
jam -inj.katerolac 30 T : 36,1 oC Skala nyeri :
mg/8 jam
3 inj.ranitidine 30

mg/8 jam

-inj.katerolac 30 mg/8 jam

A :Masalah sebagian teratasi.

P : Intervensi dihentikan

55

Universitas Sumatera Utara


56

Universitas Sumatera Utara


Selasa, 09.00 2. 1. mengatur posis S : klien mengatakan ingin
9 Mei imobilisasi pada tungkai mencoba latihan pada jari
2017 kaki
bawah.

(mempertahankan
O :- klien sangat antusias
imobilisasi)
memperhatikan
2. Mengajarkan klien
- Klien mampu
melakukan latihan gerak
melakukan gerakan ROM
aktif pada ekstremitas
pada ekstremitas bawah
yang tidak sakit . terutama bagian jari kaki.
3. Membantu klien A: Masalah teratasi
melakukan latihan ROM
P: Intervensi dihentikan
ekstremitas bawah pada

jari kaki. Dengan cara:

1.Fleksi:melengkung
kan jari-jari kaki satu
dengan yang lain.
2.Ekstensi:meluruska
n jari-jari kaki satu
dengan yang lain.
3.Adduksi:merapatka
n jari-jari kembali
secara bersamasama.

57

Universitas Sumatera Utara


4.Abduksi:meregang
kan jari-jari kembali
secara bersamasama.

Kolaborasi

5. Berkolaborasi dengan

ahli fisioterapi untuk

melatih fisik klien

Senin , 08.00 3. 6. observasi kebutuhan S : klien mengatakan ingin


8 Mei klien untuk tampil bersih tidak
2017 kebersihan berbau
pribadi,mandi, O : Klien tampak mampu

berpakaian, toileting, makan sendiri, klien


dan makan antusias dalam mandi,

7. Mendorong klien berhias, berpakaian,


untuk melakukan klien juga sekarang toileting
menggunakan
aktivitas normal

58

Universitas Sumatera Utara


sehari-hari dengan pispot
tingkat kemampuan A: Masalah teratasi
Mengarahkan klien
8. P: Intervensi dihentikan.
dalam
kebersihan diri
Kolaborasi
9.
dengan
keluarga untuk
mendorong
kemandirian
klien,namun campur
tangan ketika klien
tidak mampu
melakukannya

59

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

60

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai