Makalah Mastitis
Makalah Mastitis
Makalah Mastitis
Oleh
Agus Morina Tamba
142500042
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan ahli madya keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan. Dalam penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak
secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis mendapatkan banyak bimbingan
dari pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku wakil Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr.Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat., selaku wakil Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep ketua Program Studi DIII Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing
Akademik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
8. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu serta
dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-sarannya.
i
Universitas Sumatera Utara
9. Segenap Dosen yang telah memberikaan ilmunya kepada saya dan Karyawan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
10. Terima kasih kepada Ayah (Jagomal) dan Ibu (Tiur), dengan doa serta dukungan
mereka yang tidak pernah putus membuat penulis termotivasi untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Terima kasih kepada teman-teman terdekat saya yaitu; Veny Ines Tinambunan,
Dede Atika, Mawar Liana, Bunga dan Meriana yang memberi support dalam proses
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Terima kasih kepada teman-teman satu doping saya yaitu; Irani Sidabutar, Ummi
Kalsum dan Desi Situmeang yang saling membantu saling mensupport dalam proses
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
13. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa/i DIII Keperawatan USU,
Khususnya stambuk 2014 yang telah mendukung selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada kita semua dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna dan bermanfaat
khususnya bagi penulis dan untuk kita semua.
ii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
BAB III Pengelolaan Kasus Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri (Sehubungan dengan
Bendungan ASI ....................................................................................... 22
iii
Universitas Sumatera Utara
3.1 Pengkajian................................................................................................................................22
3.2 Analisa Data............................................................................................................................30
3.3 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................30
3.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional........................................................................31
3.5 Penatalaksanaan Keperawatan...........................................................................................32
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................35
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................35
4.2 Saran..........................................................................................................................................35
Daftar Pustaka................................................................................................................................37
Lampiran 1 : Catatan Perkembangan
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi
iv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberi Asuhan Keperawatan pada Ny.R P1 G1 A0 Nifas minggu
I dengan Masalah gangguan Rasa Nyaman(Nyeri) di Kelurahan Sari Rejo Medan
Polonia.
1.2.2.5 Melakukan evaluasi pada Ny.R dengan prioritas masalah gangguan rasa
nyaman: nyeri akibat bendungan ASI.
1.3 Manfaat
1.3.4 Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pasien,
meningkatkan keterampilan dan wawasan penulis mengenai asuhan keperawatan
dengan gangguan rasa nyaman: Nyeri.
Pada masa nifas, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fiologis pada ibu.
Perubahan fisologis yang terjadi sangat jelas walaupun dianggap normal, dimana
proses-proses dalam kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor termasuk tingkat
energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta
dorongan semangat yang di berikan oleh tenaga kesehatan baik dokter, bidan,
maupun perawat ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa nifas
ini. Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi, dan
keluarganya, seorang bidan dan perawat harus memahami dan memiliki
pengetahuan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa
nifas ini dengan baik.
Perubahan Dalam Sistem Endokrin: Perubahan payudara terjadi dengan
adanya penambahan sistem vaskuler dan limpatik sekitar mammae. Mammae
menjadi besar, mengeras, dan sakit bila disetuh. Sementara itu konsentrasi hormon
(estrogen, progesterone, human chorionic, gonadotropin, prolaktin, krotisol, dan
insulin) yang menstimulsi perkembangan payudara selama ibu hamil menurun
dengan cepat setelah bayi lahir (Bobak,1995).
Payudara: Kadar prolactin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior
meningkat secra stabil selama kehamilan, tetapi hormon plasenta menghambat
produksi ASI. Setelah plasenta lahir konsentrasi estrogen dan progesteron
menurun, prolactin dilepaskan dan sintesi ASI dimulai. Suplai darah ke payudara
meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu saat
diproduksi disimpan di alveoli dan 14 harus dikeluarkan dengan efektif dengan
cara di isap oleh bayi untuk pengadaan
- Pernafasan: Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil
pada bulan ke enam setelah melahirkan.
laktiferus yang kecil kemudian ke duktus laktiferus yang besar dan membentuk ampula
sebagai timbunan air susu sebelum dikeluarkan ke permukaan puting susu (Maryunani.
2010. hlm. 351).
Putting susu dapat mengalami lecet, retak, atau terbentuk celah-celah. Putting susu ini
sering terjadi saat minggu pertama setelah bayi lahir. Hal ini dapat disebabkan karena
kesalahan tehnik menyusui.
2.3.7 Payudara Bengkak/Engorgement
Payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar
getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara yang terjadi karena reproduksi ASI
yang berlebih (Anik, 2009).
menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang
dari enam bulan. Sebagai contoh nyeri akut ialah jari yang tertusuk biasanya sembuh
dengan cepat, dengan nyeri yang hilang dengan cepat. Pada kasus dengan kondisi lebih
berat seperti fraktur ekstremitas, pengobatan dibutuhkan dengan nyeri menurun sejalan
dengan penyembuhan tulang.
2) Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yangi timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. yang termasuk
dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis
Universitas Sumatera
Utara
12
khas dengan gejala bervariasi dengan sedikit
Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik diantaranya
nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent pain), nyeri psikogenik, nyeri
phantom dari ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain.
Nyeri somatic dan nyeri visceral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan
di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Pembedaan antara kedua jenis nyeri ini
dapat di lihat pada tabel berikut:
Perbedaan Nyeri Somatis dan Viseral
Reaksi Tidak Ya Ya
Otonom
Refleks Tidak Ya Ya
kontraksi otot
Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi
akibat kerusakan pada cedera organ visceral. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak
diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang
disebabkan karena salah satu ektremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk
nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf (Aziz,
2006).
1) Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan
jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
2) Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
3) Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4) Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
5) Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang ke
bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi
dan otot sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari
reaksi sel T.
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk
pengalaman masa lalu dengan nyeri, ansietas, usia, dan lain-lain. Faktor-faktor ini dapat
meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat dan menurunnya
toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap respon terhadap nyeri. Beberapa hal yang
dapat mempengaruhi pengalaman nyeri pada seseorang, diantaranya ialah:
Usia, anak belum bisa mengungkapkan nyeri. Sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami perubahan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang harus dijalani dan
mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
Jenis kelamin, Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contoh, tidak
pantas bila laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
Kultur, orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka merespon nyeri
(contoh, suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat dari
kesalahannya sendiri).
Makna nyeri, berhubungan dengan bagaiman pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
bagaiman mengatasinya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan
tidak terselesaikan seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten.
Perhatian, tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan teknik
untuk mengatasi nyeri.
Ansietas, meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin
tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Ansietas yang berhubungan dengan nyeri
dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.
Pola koping, pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya koping maladaptif akan menyulitkan seseorang dalam mengatasi nyeri.
Support keluarga dan Sosial, individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung
pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan
perlindungan (Sigit,2010).
2) Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
tanda vital rutin memastikan pengkajian nyeri untuk semua klien. Karena nyeri adalah
pengalaman subjektif dan dialami secara unik oleh setiap individu, perawat perlu
mengkaji faktor-faktor yang mepengaruhi pengalaman nyeri: faktor fisiologis,
psikologis, perilaku, emosional, dan sosial budaya.
Derajat dan frekuensi pengkajian nyeri bervariasi sesuai dengan situasi. Untuk klien
yang mengalami nyeri akut atau berat, perawat dapat berfokus hanya pada lokasi,
kualitas, keparahan, dan intervensi dini. Klien yang mengalami nyeri kronik atau nyeri
yang tidak terlalu berat biasanya dapat memberikan gambaran pengalaman yang lebih
rinci. Frekuensi pengkajian nyeri biasanya bergantung pada upaya pengendalian nyeri
yang digunakan dan bergantung pada kondisi klinis. Pengkajian nyeri yang dilakukan
meliputi pengkajian data subjektif dan data objektif
1) Riwayat nyeri
Saat menkaji riwayat nyeri, perawat harus memberikan kesempatan pada klien
untuk mengekspresikan bagaimana mereka memandang rasa nyeri dan situasinya
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Ini akan membantu perawat memahami apa
makna nyeri bagi klien dan bagaimana klien mengatasi nyeri tersebut. Ingat, bahwa
setiap pengalaman nyeri seseorang adalah unik dan dengan demikian klien adalah
penafsir pengalaman nyeri yang terbaik.
Pengkajian nyeri awal untuk orang yang sedang mengalami nyeri akut berat
mungkin hanya terdiri dari beberapa pertanyaan sebelum dilakukan intervensi. Selain
itu, perawat dapat berfokus pada keterangan berikut :
1. Penatalaksanaan nyeri dan efektivitasnya dimasa lalu.
2. Kapan dan apa analgesic yang terakhir kali digunakan.
3. Obat lain yang sedang digunakan.
4. Alergi obat .
Untuk individu yang mengalami nyeri kronik, perawat dapat berfokus pada
mekanisme koping klien, efektivitas penatalaksanaan nyeri saat ini, dan bagaimana
nyeri mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL).
Data yang harus didapatkan dalam riwayat nyeri yang komprehensif terdiri dari
lokasi Rnyeri, intensitas, kualitas, pola, faktor pencetus, faktor pereda, gejala penyerta,
pengaruh pada ADL, pengalaman nyeri di masa lalu, makna nyeri bagi seseorang,
sumber koping, dan respons afektif.
2) Lokasi Nyeri
Untuk memastikan lokasi nyeri spesifik, minta individu menunjuk tempat
ketidaknyamanan. Sebuah bagan yang terdiri dari gambar. Tubuh dapat membantu
mengidentifikasi lokasi nyeri. Klien menandai lokasi nyeri pada bagan. Perangkat ini
khususnya efektif pada klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri. Saat
mendokumentasikan lokasi nyeri, perawat dapat menggunakan berbagai petunjuk tubuh.
Klarifikasi lebih jauh dimungkinkan dengan penggunaan istilah seperti proksimal,
distal, medial, lateral dan difusi.
dokumentasi tanda-tanda vital klien (McCaffery & Pasero, 1999). Saat mencatat
intensitas nyeri sangat penting untuk menentukan setiap faktor terkait yang dapat
mempengaruhi nyeri.
Gambar 44-6 .
Untuk efektifitas penggunaan skala peningkatan nyeri, klien tidak hanya perlu
memahami penggunaan skala tapi juga harus di ajarkan tentang bagaimana informasi
tersebut akan digunakan untuk menentukan perubahan kondisi mereka dan efektifitas
intervensi penatalakseanaan nyeri. Klien juga harus di minta untuk menunjukkan tingkat
kenyamanan yang dapat di terima sehingga mereka dapat melakukan aktivitas yang
spesifik (Acello, 2000). Ini akan memastikan bahwa penatalaksanaan nyeri yang
adekuat tercapai.
4) Kualitas Nyeri
Data objektif didapatkan dengan mengobservasi respons pasien terhadap nyeri. Menurut
Taylor (1997), respons pasien terhadap nyeri berbeda-beda, dapat dikategorikan sebagai
:
1) Respon Perilaku
2) Respons Fisiologik
Respons fisiologik antara lain seperti meningkatnya pernafasan dan
denyut nadi, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya ketegangan otot, dilatasi pupil,
berkeringat, wajah pucat, mual dan muntah (Berger, 1992). Respon fisiologik ini dapat
digunakan sebagai pengganti untuk laporan verbal dari nyeri pada klien tidak sadar
(Smeltzer & Bare, 2001).
3) Respon Afektif
Respon afektif bervariasi sesuai dengan situasi, derajat dan durasi nyeri,
dan banyak faktor lain. Perwat perlu mengeksplorasikan perasaan ansietas, takut,
kelelahan, depresi, atau rasa kegagalan klien. Karena banyak orang menderita nyeri
kronik mengalami depresi dan kemungkinan bunuh diri juga perlu mengkaji resiko
bunuh diri klien (Sigit, 2010).
2.9.2 Analisa data
Perawat mampu membuat rumusan masalah terhadap klien dengan gangguan rasa
nyaman(nyeri) yang aktual maupun berisiko. Perawat dapat merencanakan terapi sesuai
derajat risiko klien disesuaikan dengan perkembangan klien dan rumusan masalah
bersifat individu disesuiakan dengan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya
hidup (Potter&Perry, 2006). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
gangguan rasa nyaman (nyeri) (NANDA,NIC, dan NOC Potter & Perry, 2010) yaitu:
1. Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan nyeri payudara kontinu
berkepanjangan; ketidakefektifan penatalaksanaan nyeri, dan ketidakadekuatan
sistem pendukung.
2.9.4 Perencanaan
FAKULTAS KEPERAWATAN
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SLTA
Medan Polonia
Golongan darah :-
24
Universitas Sumatera Utara
26
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya :
ASI yang tidak keluar atau terjadinya bendungan asi.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan:
Hal- hal yang memperbaiki keadaannya yaitu istirahat dan meminum obat yang di
beli dari toko obat.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan :
Klien merasakan nyeri.
2. Bagaimana dilihat :
Klien klihatan meringis dan payudara terlihat bengkak.
C. Region
1. Dimana lokasinya :
Di bagian payudara kanan.
2. Apakah menyebar :
Tidak menyebar.
D. Severity
Mengganggu aktivitas klien.
E. Time
Tidak berlangsung lama. Terkadang hilang dalam jangka waktu yang singkat.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Orang tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit.
B. Saudara kandung
Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit.
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada riwayat penyakit turunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota kluarga yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada.
F. Penyebab meninggal
Tidak ada.
C. Keadaan emosi
Ny.R merasa dapat sembuh.
D. Hubungan sosial:
- Orang yang berarti :
Orang tua, saudara kandung, anak dan suami
- Hubungan dengan keluarga :
Hubungan dengan keluarga sangat baik
- Hubungan dengan orang lain :
Hubungan dengan orang lain sangat baik
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Tidak ada hambatan dalam baerhubungan dengan orang lain
E. Spritual :
- Nilai dan keyakinan : Ny.R percaya dengan agama yang
di anutnya
- Kegiatan ibadah : Ny.R selalu ibadah ke Gereja
Tidak ada kelainan status mental, penampilan Ny.R rapi, afek; sesuai, interaksi
selama wawancara; kooperatif, dan memori; tidak ada gangguan daya ingat.
A. Keadaan Umum
Baik
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 37,5
- Tekanan darah : 120/80 mmhg
- Nadi : 84 x / i
- Pernafasan : 20 x / I
- Skala nyeri : 5 (nyeri sedang)
- TB : 160 cm
- BB : 52 kg
C. Pemeriksaan Heat to toe
Universitas Sumatera
Utara
28
2. Warna : Sawo matang
simetris
- Pernapasan : 20x/ menit dengan irama
teratur
2. BAK
- Pola BAK : 4x/ hari
- Karakter Urine : Cair dan kuning
- Kesulitan BAK : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada
- Penggunaan dieuretik : Tidak ada
- Upaya mengatasi masalah : Tidak ada masalah
Universitas Sumatera
Utara
30
3.1 ANALISA DATA
1. Nyeri berhubungan dengan adanya sumbatan asi, peningkatan aliran vena dan
limfe ditandai dengan payudara bengkak, keras, dan nyeri tekan.
o Mengkaji TTV
TD,HR,RR,T
12:00
Universitas Sumatera
Utara
34
11:30
4.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
Anik, M. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Pospartum). Jakarta: Trans
Info Media.
Depkes RI, 2012. Masa Nifas. [ diakses dari ] http: // www. Depkes.go.id.
Judith, & Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi (
NIC ) dan Kriteria Hasil ( NOC) Edisi 7. Jakarta : EGC.
Kozie, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik.
Jakarta : ECG.
Rukiyah & Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV( Patologi Kebidanan). Jakarta :
Trans Info Media.
Sigit, P. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan
jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.
CATATAN PERKEMBAGAN