Pengaruh Terjadinya Dry Eye Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dengan Keluhan Computer Vision
Pengaruh Terjadinya Dry Eye Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dengan Keluhan Computer Vision
Pengaruh Terjadinya Dry Eye Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dengan Keluhan Computer Vision
SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan, dukungan,
motivasi, dan bimbingan serta arahan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. H. Delyuzar Harris,
Sp.PA(K) selaku Wakil Dekan I, Dr. dr. Muara Panusunan Lubis,
Sp.OG(K) selaku Wakil Dekan II, dan dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis,
M.Ked(Ped), Sp.A , Ph.D selaku Wakil Dekan III yang telah memberikan
banyak dukungan baik dalam sarana dan prasarana kepada penulis.
2. dr. Bobby Ramses Erguna Sitepu, M.Ked(Oph)., Sp. M(K), selaku Dosen
Pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan, masukan, semangat, dan motivasi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
3. dr. Riza Rivany, Sp. OG(K) , selaku Ketua Penguji yang telah memberikan
saran dan kritik membangun kepada penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
4. dr. M. Aron Pase, M. Ked(PD), Sp. PD – KEMD, selaku Anggota Penguji
yang telah memberikan saran dan kritik membangun kepada penulis dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
ii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan
masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat
penulis harapkan sebagai masukan agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.
Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat.
Medan, 2021
Hormat Saya,
iii
iv
vi
vii
viii
ix
Latar Belakang. Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan sekelompok gangguan mata dan
penglihatan yang diakibatkan oleh penggunaan komputer, atau smartphone dalam jangka waktu
yang cukup lama. Gejala yang paling sering dikeluhkan terkait dengan CVS salah satunya adalah
dry eye. Menatap layar komputer atau smartphone dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan terjadinya dry eye. Dry eye merupakan penyakit multifaktorial air mata dan
permukaan okular yang ditandai dengan penglihatan tidak nyaman, penglihatan kabur dan
instabilitas lapisan air mata yang berpotensi menimbulkan kerusakan permukaan okular.
Perburukan gejala mata kering karena pemakaian komputer juga disebabkan oleh karena
penurunan blink rate. Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh terjadinya dry eye pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan keluhan computer vision syndrome.
Metode. Penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan kuesioner Standard Patient Evaluation of Eye Dryness (SPEED) dan
Computer Vision Syndrome Questionnaire (CVS-Q) yang dibuat dalam Google Form. Setelah itu
data yang telah terkumpul akan ditabulasi. Hasil. Delapan puluh delapan orang mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berpartisipasi; 70% adalah perempuan.
Terdapat 70 orang (80%) yang menderita CVS dan 53 orang (60%) yang mengalami dry eye
derajat berat. Mahasiswa yang mengalami dry eye derajat berat dengan CVS sebanyak 51 orang.
Dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana di dapatkan hasil p-value=0,000 yang
menyatakan terdapat pengaruh antara terjadinya dry eye terhadap keluhan CVS. Kesimpulan.
Terjadinya dry eye secara signifikan berpengaruh terhadap keluhan CVS.
Kata kunci : computer vision syndrome, dry eye, kuesioner SPEED, CVS-Q
Background. Computer Vision Syndrome (CVS) is a group of visual and visual impairments caused
by prolonged use of a computer or smartphone. The most common symptom associated with
cardiovascular disease is dry eyes. Looking at a computer or smartphone screen for a long time
can cause dry eyes. Dry eye syndrome is a multifactorial disorder of the tears and ocular surface
characterized by tear film instability, uncomfortable vision, and blurred vision that can damage the
ocular surface. The worsening of dry eye symptoms due to computer use is also caused by a
decrease in the blink rate. Aim. This study aims to determine the effect of dry eye on students of
Faculty of Medicine, University of North Sumatra with complaints of computer vision syndrome.
Method. Observational analytic research with cross sectional design. Data was collected by filling
out a Standard Patient Evaluation of Eye Dryness (SPEED) questionnaire and the Computer Vision
Syndrome Questionnaire (CVS-Q) in Google Form. After that the data that has been collected will
be tabulated. Results. A total of 88 students of Faculty of Medicine, University of North Sumatra
participated. 70% are women. 70 (80%) had CVS and 53 (60%) had severe dry eye syndrome. 51
students experienced severe dry eyes due to CVS. The results obtained using simple linear
regression analysis showed the effect of dry eye syndrome on CVS complaints with p-value =0.000.
Conclusion. The occurrence of dry eye significantly affects on CVS complaints.
ix
PENDAHULUAN
(2003), di Korea 33,2% penderita dry eye Han et al. (2011), dan di Jepang terdapat
21,6% wanita dan 12,5% laki-laki penderita mata kering (Uchino et al., 2011).
Sedangkan di Indonesia prevalensi penderita mata kering dari berbagai usia
tercatat sebesar 19,2% hingga 30% (Stapleton et al., 2015)
Menatap layar komputer atau smartphone dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan mata kering (dry eye) (Park et al., 2015). Penderita CVS dengan
keluhan mata kering (dry eye) biasanya mengalami gejala seperti iritasi pada mata ,
mata berpasir, mata terasa gatal atau terbakar, dan penglihatan kabur (American
Academy of Ophthalmology). Perburukan gejala mata kering karena pemakaian
komputer juga disebabkan oleh karena penurunan blink rate atau luasnya paparan
kornea akibat dari posisi mata ke monitor.
Penelitian menyatakan 70% responden tidak menyadari tentang mata kering
yang merupakan gejala dari CVS (Kushali et al., 2020). Penelitian lainnya juga
menyatakan bahwa 82% penderita CVS mengalami mata kering dengan nilai rata-
rata tes schirmer sebesar 9,52 mm dan 18% pasien normal tanpa gejala mata kering
karena nilai rata-rata pada tes schirmer adalah 15,44 mm. Nilai p value (p = 0,01)
menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara mata kering dengan
Computer Vision Syndrome (Mobeen et al., 2016).
Dry eye dapat dievaluasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan Standard
Patient Evaluation of Eye Dryness (SPEED). SPEED merupakan kuesioner yang
dirancang oleh Korb dan Blackie yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
perkembangan gejala mata kering dengan cepat dari waktu ke waktu. Survei empat
pertanyaan memungkinkan pasien untuk mengartikulasikan gejala mereka sebelum
konsultasi ke dokter mata. Skala gejala yang dirasakan mulai dari tidak
mengganggu, dapat di toleransi, tidak nyaman,mengganggu dan sangat
mengganggu (Eyewiki, 2020).
Diagnosis CVS dapat ditegakkan dengan menggunakan Computer Vision
Syndrome Questionnaire (CVS-Q) yang telah dirancang oleh Segui untuk
mengukur gejala mata dan visual yang dirasakan selama atau segera setelah
menggunakan komputer berdasarkan gejala-gejala CVS. CVS-Q ini akan menilai
frekuensi 16 gejala okular dan visual (tidak pernah, sesekali atau sering/selalu) dan
intensitas visualnya (Segui et al., 2015).
Metode pembelajaran secara online (daring) yang diterapkan selama pandemi
COVID-19 mengakibatkan meningkatnya penggunaan komputer atau
smartphone, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh
terjadinya dry eye pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara dengan keluhan computer vision syndrome.
Apakah ada pengaruh terjadinya dry eye pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara dengan keluhan computer vision syndrome ?
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa saluran yang terlibat dalam proses sekresi air mata yaitu glandula
utama lakrimalis, glandula lakrimalis aksesoris (kelenjar Krausse dan Wolfring),
glandula sebasea palpebra (kelenjar Meibom) dan sel goblet dari konjungtiva
(musin). Glandula utama lakrimalis dan glandula lakrimalis aksesoris menyekresi
air mata yang dipantau oleh sistem saraf parasimpatis lalu dibantu kedipan mata
oleh muskulus orbikularis okuli maka air mata akan tersebar ke seluruh permukaan
mata sehingga dapat menjaga kelembaban mata (Bowling, 2016).
Sekresi air mata terdiri dari sekresi basal, refleks, dan emosional. Sekresi basal
adalah sekresi air mata yang tidak dipengaruhi rangsangan dan setiap hari
disekresikan sekitar 0,75-1,1 gram. Sekresi refleks akan terjadi jika adanya
stimulus, baik internal maupun eksternal misalnya saat mengiris bawang,
sedangkan sekresi air mata saat emosional akan lebih sering terjadi pada wanita
dikarenakan kemampuan wanita dalam mengekspresikan perasaan lebih baik
dibandingkan pria. (Prabha, 2014).
Sistem drainase dan penguapan air mata akan terjadi setelah air mata
diproduksi. Pada keadaan normal air mata akan menguap sehingga hanya sedikit
yang masuk ke dalam sistem drainase. Air mata yang disekresikan oleh aparatus
lakrimalis akan disebarkan oleh palpebra saat berkedip lalu air mata akan masuk
ke sebuah lubang kecil yang disebut dengan puncta dan akan berlanjut ke
kanalikulus lalu ke sakus lakrimal. Setelah itu akan masuk ke duktus nasolakrimal
dan akan berakhir di meatus inferior (Wagner et al., 2006).
Dalam sehari air mata akan disekresikan rata-rata 2 mikroliter per menit atau
sekitar 10 ons dan akan mengalami proses drainase pada lubang kecil puncta
dengan diameter yang berukuran 0.3 mm. Tiga lapisan pada film air mata yaitu
lapisan lemak, lapisan akuos dan lapisan mukosa. Lapisan lemak yang bertugas
menyekresi lemak, bertindak sebagai barrier hidrofobik yang akan mencegah
terjadinya pengeluaran air mata secara berlebihan. Lapisan akuos yang
mengandung air serta protein akan bertindak sebagai barrier fisiologi dan
mengontrol jika ada infeksi yang menyerang mata. Sedangkan lapisan mukosa
yang menyekresikan musin bertindak sebagai lapisan hidrofilik (Prabha, 2014).
Protein pada air mata yang disekresikan glandula lakrimalis yang mengandung
laktoferrins, molekul antimikroba, dan menyekresi IgA. Laktoferrin
(Lactotransferrin) adalah glikoprotein yang terdapat pada neutrofil dan
dikeluarkan dalam jumlah kecil oleh kelenjar eksokrin termasuk kelenjar
lakrimalis. Secara tidak langsung laktoferrin merupakan bagian dari pertahanan
tubuh. Laktoferrin mengandung aktivitas antimikroba dan sebagai carrier protein.
Air mata juga mengandung IgA, IgD, IgE dengan jumlah IgA yang lebih banyak
dibandingkan yang lainnya. IgA sekretori, fagositosis dan lisozim bertindak
sebagai agen pertahanan dan juga sebagai perlindungan mata dari debu dan
penyebab infeksi yang berada di udara (Adlerova et al., 2008).
Air mata sangat berperan terhadap proses penglihatan untuk melindungi mata
dari berbagai penyebab infeksi di lingkungan, pertahanan imunitas, dan
mempertahankan kekukuhan refraksi agar mata dapat melihat secara fokus dan
nyaman. Selain itu air mata dapat menyuplai oksigen serta nutrisi yang dibutuhkan
pada bagian kornea yang avaskuler.
2.2.1 Definisi
Mata kering (dry eye) merupakan penyakit multifaktorial air mata dan
permukaan okular yang ditandai dengan penglihatan tidak nyaman, penglihatan
kabur dan instabilitas lapisan air mata yang berpotensi menimbulkan kerusakan
permukaan okular (American Academy of Ophthalmology).
sebanyak pada wanita karena ketersediaan androgen dalam jumlah yang cukup,
sementara androgen pada wanita lebih sedikit. Penuaan juga mengakibatkan
disfungsi produksi air mata pada kelenjar Meibom dan Sebaseus sehingga terjadi
ketidakstabilan film air mata yang mengakibatkan penguapan yang berlebihan
sehingga mengakibatkan terjadinya mata kering.
2. Riwayat Lasik
Komplikasi sindrom mata kering bisa muncul apabila adanya riwayat LASIK.
Setelah enam bulan LASIK, 20-50% pasien melaporkan munculnya gejala sindrom
mata kering akut hingga kronis yang bertahan lebih dari satu tahun setelah LASIK.
3. Pekerjaan dan aktivitas
Munculnya gejala sindrom mata kering sangat berpengaruh pada pekerja yang
setiap hari berada di depan komputer atau laptop. Hal ini disebabkan karena mata
terus terbuka lebar menatap layar monitor sehingga intensitas dan frekuensi
berkedip berkurang yang akan menyebabkan penguapan air mata berlebihan.
Penguapan air mata juga lebih banyak terjadi ketika mata melihat lurus ke depan
dibandingkan dengan keadaan melihat ke bawah karena permukaan mata akan
lebih luas pada saat melihat ke depan.
Durasi penggunaan komputer cenderung dapat menyebabkan keluhan jangka
panjang pada mata. Semakin lama otot mata digunakan maka semakin besar
kemungkinan kelelahan yang mungkin terjadi pada tubuh pengguna komputer
termasuk pada mata. Durasi > 3 jam menggunakan komputer menyebabkan mata
pekerja menjadi fokus dan otot-otot mata menjadi tegang dan menyebabkan
menurunnya frekuensi berkedip sehingga menyebabkan penguapan air mata
berlebihan dan mengakibatkan mata menjadi kering. Studi menunjukkan bahwa
frekuensi berkedip ketika menggunakan komputer berkurang secara signifikan.
Saat berinteraksi dengan komputer, pengguna komputer terlalu fokus pada satu
objek sehingga dapat menyebabkan otot mata menjadi tegang dan mengurangi
frekuensi berkedip setiap menitnya. Berkurangnya frekuensi berkedip dapat
menyebabkan timbulnya berbagai keluhan penglihatan seperti mata kering, nyeri
pada mata, mata berair dan nyeri pada kepala (Uchino, 2017).
4. Gaya hidup
Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang kurang tepat sehingga dapat
mengakibatkan ketidakstabilan film air mata yang menyebabkan iritasi langsung
pada mata. Penguapan yang lebih cepat karena paparan asap rokok dapat
mempercepat proses sindrom mata kering.
5. Obat-obatan
Obat-obatan seperti golongan antihistamin dan obat antidepresan merupakan
salah satu yang dapat menyebabkan terjadinya mata kering dan memperburuk
gejalanya.
6. Lensa kontak
Lensa kontak merupakan benda asing yang ditempatkan di lingkungan air
mata. Pemakaian lensa kontak telah terbukti memiliki sejumlah efek samping pada
permukaan okuler dan film air mata. Efek khusus dari lensa kontak yaitu
mengganggu film air mata dan meningkatkan penguapan air mata (Soebagjo,
2019). Penggunaan lensa kontak mata terutama lensa kontak lunak yang
mengandung kadar air tinggi akan menyerap air mata sehingga mata terasa perih,
iritasi, nyeri, menimbulkan rasa tidak nyaman saat menggunakan lensa kontak dan
menimbulkan deposit protein. Pekerja yang menggunakan lensa kontak dan
terpapar komputer memiliki risiko lebih besar dibandingkan pekerja yang tidak
menggunakan lensa kontak dengan durasi terpapar komputer yang sama (Tausteet
al., 2016).
2.2.3 Gejala
Pada mata kering gejala utama yang dirasakan adalah kekeringan dan rasa
berpasir pada mata. Adapun beberapa gejala tambahan seperti rasa panas atau
gatal, sensasi benda asing, air mata berlebihan, nyeri dan mata kemerahan, dan
fotofobia. Dapat diikuti dengan gangguan penglihatan dan memburuk saat
kelembapan rendah dan suhu tinggi (Phadatare, 2015).
Pasien dry eye akan mengeluhkan mata gatal, berpasir dan silau, serta
penglihatan kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus yang berlebihan dan sulit
menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena adanya erosi kornea. Pada
pemeriksaan didapatkan meniskus air mata pada tepi kelopak mata bawah hilang,
edema konjungtiva bulbi, filamen (benang-benang) melekat di kornea (Ilyas,
2019).
2.2.4 Klasifikasi
Mata kering dapat terjadi sendiri atau bersamaan dengan kelainan lain.
Berdasarkan etiopatologi, mata kering dikelompokkan menjadi dua, yaitu Mata
Kering Defisiensi Aqueous (MKDA) dan Mata Kering Evaporasi (MKE):
1. Mata Kering Defisiensi Aqueous (MKDA)
Disebabkan oleh kegagalan sekresi air mata lakrimal akibat disfungsi kelenjar
lakrimal asinar atau penurunan volume sekresi air mata. Keadaan ini menyebabkan
hiperosmolaritas karena evaporasi tetap berlangsung normal. Hiperosmolaritas
menstimulasi mediator inflamasi (IL-1α, IL-1β, TNF α, matriks metalloproteinase
9, MAP kinase, dan NFkβ pathway). MKDA dikelompokkan menjadi dua
subkelas, yaitu Mata Kering Sindrom Sjogren (MKSS) dan Mata Kering Bukan
Sindrom Sjogren (MKBSS).
MKSS merupakan penyakit autoimun yang menyerang kelenjar lakrimal,
kelenjar saliva, dan beberapa organ lain. Infiltrasi sel T pada kelenjar saliva dan
lakrimal menyebabkan kematian sel asinar dan duktus serta hiposekresi air mata
atau saliva. Aktivasi mediator inflamasi memicu ekspresi autoantigen di
permukaan sel epitel (fodrin, Ro, dan La) dan retensi sel T CD4 dan CD8. Detail
kriteria klasifikasi sindrom Sjogren berdasarkan American- European Consensus
Group. MKBSS merupakan kelompok MKDA akibat disfungsi kelenjar lakrimal
yang bukan bagian dari autoimun sistemik. Keadaan yang paling sering ditemukan
adalah mata kering berkaitan dengan usia. Defisiensi kelenjar lakrimal juga dapat
terjadi akibat penyakit lain seperti sarkoidosis, AIDS, Graft vs Host Disease
(GVHD) atau keadaan obstruksi duktus kelenjar lakrimal akibat trakoma juga
berperan dalam MKBSS. Pada Beave Dam study ditemukan angka kejadian mata
kering pasien DM 18,1% dibandingkan dengan pasien non-DM 14,1%.
2. Mata Kering Evaporasi (MKE)
Sumber : Tear Film & Ocular Surface Society.2007 Report of the international dry eye syndrome.
Ocular Surface 2007;5(2):59-200
2.2.5 Mekanisme
Mekanisme inti mata kering disebabkan oleh hiperosmolaritas air mata dan
ketidakstabilan film air mata. Hiperosmolaritas lakrimal menyebabkan kerusakan
pada epitel permukaan dengan mengaktifkan kaskade inflamasi pada permukaan
mata dan melepaskan mediator inflamasi ke dalam air mata. Kerusakan epitel
melibatkan kematian sel oleh apoptosis, hilangnya sel goblet, dan gangguan musin
yang mengakibatkan ketidakstabilan film. Ketidakstabilan ini memperburuk
hiperosmolaritas permukaan mata dan mungkin juga disebabkan oleh berbagai
sebab, termasuk obat-obatan xerosis, xeroftalmia, alergi mata, penggunaan
pengawet topikal, dan memakai lensa kontak. Lesi epitel yang disebabkan oleh
mata kering menstimulasi ujung saraf kornea, sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan dan meningkatan kedipan (Soebagjo, 2019).
Sumber : DEWS : The Definition and Classification of Dry Eye Disease. Lemp, 2007
2.2.6 Diagnosis
2. Schrimer’s Test
Schrimer’s Test merupakan tes yang digunakan untuk melihat kuantitas dari
sekresi air mata akuous basal dan refleks. Prinsip dari tes Schirmer yaitu
meletakkan sepotong kertas Schirmer pada forniks inferior sehingga akan
menyebabkan ketidaknyamanan pada mata yang lalu akan menstimulasi refleks
produksi air mata. Kertas Schirmer memiliki lebar 5 mm dan panjang 30 mm.
Kertas Schirmer diletakkan pada pertemuan dari tengah dan lateral per tiga dari
kelopak mata inferior dengan panjang 5 mm di kantung konjungtiva inferior dan
25 mm sisanya diletakkan di luar kelopak mata inferior. Tes Schirmer dapat
dilakukan dengan mata tertutup maupun terbuka, namun banyak yang
merekomendasikan dilakukan dengan mata tertutup agar tidak sering berkedip.
Lima menit kemudian air mata akan membasahi kertas tersebut. Panjang dari air
mata membasahi kertas tersebut akan diukur. Ukuran normalnya adalah lebih dari
10 mm (American Academy of Ophthalmology, 2015).
3. Tear Break-Up Time (TBUT)
Tear Break-Up Time (TBUT) adalah interval waktu antara kedipan
terakhir dan pecahnya lapisan air mata prekorneal. TBUT dapat digunakan untuk
menilai kualitas air mata dan adanya disfungsi kelenjar meibom atau mata kering
dengan cara meneteskan Fluoresin 2% pada strip fluoresin, dilembabkan dengan
salin, lalu diletakkan pada forniks inferior kelopak mata pasien. Kemudian pasien
diminta untuk mengedit beberapa kali. Lapisan air mata kemudian diperiksa
dengan menggunakan slit-lamp dengan lampu filter cobalt blue. Setelah beberapa
saat, akan terbentuk dry spots yang mengindikasikan pecahnya lapisan air mata.
Rata-rata hasil TBUT normal adalah 30 detik namun hasil tersebut bervariasi pada
setiap orang. Hasil TBUT kurang dari 10 detik dianggap tidak normal (Jogi, 2009
& Kanski Bowling, 2011).
4. Standard Patient Evaluation of Eye Dryness (SPEED) Questionnaire
Standard Patient Evaluation of Eye Dryness (SPEED) merupakan kuesioner
yang dirancang oleh Korb dan Blackie yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi perkembangan gejala mata kering dengan cepat dari waktu ke
waktu. Survei empat pertanyaan memungkinkan pasien untuk mengartikulasikan
gejala mereka sebelum konsultasi ke dokter mata. Gejala yang dinilai meliputi
kekeringan, gatal, iritasi, rasa terbakar, berair, nyeri, dan mata lelah. Skor pada
kuesioner ini dari 0 sampai 28 yang merupakan hasil dari 8 item yang menilai
frekuensi dan tingkat keparahan gejala (Eyewiki, 2020).
Penilaian Kuesioner SPEED :
FREKUENSI+DERAJAT KEPARAHAN
Total SPEED score = 28
Interpretasi hasil :
▪ 0 : normal
▪ 1-4 : ringan
▪ 5-7 : sedang
▪ 8+ : parah
2.3.1 Definisi
D. Penggunaan Kacamata
Sekitar 10,6% -23,6% lensa kacamata penyaringan sinar biru yang tersedia
secara komersial dapat mengurangi fototoksisitas tanpa menurunkan kinerja visual
dan dengan demikian telah dianjurkan sebagai bantuan tambahan untuk
melindungi mata terhadap bahaya cahaya yang berlebihan. Penelitian lainnya
menyebutkan bahwa pemakaian kacamata yang tidak terkoreksi dengan baik dapat
memperburuk gejala CVS yang dikeluhkan oleh pengguna komputer. Hal tersebut
tentu berbeda dengan kacamata khusus yang digunakan untuk mengurangi beban
saat memfokuskan penglihatan dan akan mengurangi gejala CVS yang dikeluhkan
(Sheppard et al., 2018).
E. Penggunaan Lensa Kontak
Pemakaian kontak lensa bersamaan dengan penggunaan komputer memiliki
efek pada perkembangan kondisi mata kering dan gejala okuler. Efek tersebut
dapat mengurangi frekuensi berkedip dan tidak stabilnya produksi air mata. Hal ini
berkaitan dengan kelainan kelenjar meibom/atrofi kelenjar meibom dan kelainan
lipid dalam film air mata dan akan berkontribusi terhadap mata kering (Parihar et
al., 2016).
Pemakai lensa kontak berisiko 4 kali lebih rentan untuk mengembangkan mata
kering (Parihar et al., 2016). Penelitian yang dilakukan di Spanyol menunjukkan
terdapat perbandingan yang signifikan antara pemakai lensa kontak terhadap
timbulnya mata kering pada CVS. Hal tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
usia dan jenis kelamin. Wanita lebih sering memakai lensa kontak daripada laki-
laki. Kemudian terkait usia didapatkan bahwa yang lebih sering menggunakan
lensa kontak yaitu usia dibawah 36 tahun dan yang bukan pemakai lensa kontak
adalah usia 45 tahun ke atas (Tauste et al., 2016).
F. Lama Istirahat
Istirahat rutin yang dilakukan oleh pengguna komputer di sela-sela
menggunakan komputer bisa meningkatkan kenyamanan dan dapat mengendurkan
sistem akomodasi mata. Pengguna komputer yang melakukan istirahat teratur
sekitar 5-10 menit akan lebih baik daripada melakukan istirahat panjang setiap 2-3
jam (Munshi et al., 2017).
atau sebaliknya telah diamati lebih mudah di mata daripada melihat karakter
berwarna. Latar yang gelap seringkali membutuhkan tingkat pencahayaan yang
lebih rendah sehingga dokumen yang lain juga dapat dilihat dalam waktu
bersamaan serta lampu baca tambahan mungkin juga diperlukan untuk mencegah
ketegangan mata (Jahan et al., 2018).
Paparan yang berlebihan terhadap cahaya biru dapat menekan melatonin dan
mengubah pola tidur secara negatif dan dapat memperburuk kualitas tidur serta
gangguan kesehatan lainnya. Pencahayaan dan kontras dapat mempengaruhi sudut
pandang. Semakin tinggi sudut pandang maka semakin tinggi efek anisotropik dan
kinerja yang lebih rendah. Resolusi cahaya yang lebih tinggi akan meningkatkan
kualitas gambar yang dirasakan dan meningkatkan kenyamanan dan kecepatan
membaca secara bersamaan (Parihar et al., 2016).
B. Kelembaban dan Suhu Udara Ruangan
Lingkungan dengan kelembaban yang rendah, partikel debu dan penggunaan
AC dapat menyebabkan terjadinya pengeringan pada kornea (Sheppardet al.,
2018). Penggunaan AC di lingkungan yang berdebu akan menimbulkan gejala
mata tegang karena dapat terjadi perpindahan partikel debu ke mata sehingga
gejala yang timbul akan semakin buruk (Permana et al., 2015).
2.3.3 Gejala
Secara umum, gejala klinis CVS dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu gejala
astenopia, gejala yang berhubungan dengan permukaan okuler, gejala visual dan
gejala ekstraokuler.
1. Gejala Asthenopia
Mata kering, mata lelah, mata tegang, mata terasa sakit dan nyeri kepala
termasuk kedalam gejala astenopia. Mata kering adalah masalah umum yang
sering timbul akibat dari penggunaan komputer. Hal tersebut dapat dikaitkan
dengan frekuensi berkedip yang sangat berkurang selama penggunaan komputer
dan menyebabkan kualitas film air mata yang tidak baik. Berkurangnya frekuensi
berkedip dan penguapan juga mengakibatkan kualitas film air mata yang tidak baik
sehingga mengakibatkan mata menjadi Lelah (Dhar-Munshi et al., 2019).
penggunaan komputer seperti sudut penglihatan, layar monitor yang kotor serta
adanya refleksi cahaya yang tidak baik (Permana et al., 2015).
Presbiopia bisa muncul lebih cepat pada usia muda akibat dari penggunaan
komputer dalam waktu yang lama. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari
penyesuaian mata untuk kebutuhan melihat monitor dalam jarak dekat sehingga
terjadi perubahan pada kemampuan akomodasi mata (Permana et al., 2015).
4. Gejala Ekstraokular
Sistem muskuloskeletal, sistem saraf perifer dan kulit terlibat dalam gejala
ekstraokuler. Nyeri leher, punggung, dan bahu sering dilaporkan oleh pengguna
komputer. Duduk dalam jangka waktu yang lama, postur dan penggunaan mouse
yang tidak nyaman telah terkait dengan gejala muskuloskeletal (Parihar et al.,
2016). Mempertahankan postur yang sama untuk waktu yang lama tentu
berkontribusi secara signifikan untuk masalah otot seperti nyeri leher, punggung,
dan bahu. Mengatasinya dapat dilakukan dengan cara yang sederhana
memvariasikan postur sambil duduk di depan komputer. Berdiri, bergerak
menjauh, dan mengalihkan pandangan dari komputer akan membantu mengurangi
gejala mata serta rasa nyeri leher, punggung, dan bahu (Dhar-Munshi et al., 2019).
2.3.4 Patofisiologi
berbeda dengan membaca teks biasanya. Teks dan gambar di komputer terdiri dari
piksel-piksel kecil, ketika jumlah piksel dan jumlah piksel dikurangi, pengurangan
resolusi akan terjadi permintaan yang berlebihan pada sistem visual manusia.
Faktor layar (seperti kecerahan, kontras, silau layar, dan kecepatan refresh layar)
akan meningkatkan tekanan pada perangkat visual. Refresh rate yang rendah akan
mengakibatkan penurunan frekuensi berkedip yang mengakibatkan timbulnya
keluhan CVS. Dengan adanya keluhan refraksi seperti, miopia, dan hiperopia
penglihatan kabur, penglihatan ganda dan miopia setelah bekerja akan semakin
berkembang (Chawla et al., 2019).
Berkedip akan menjaga kebersihan mata karena dapat memberikan kelembaban
pada mata dengan cara membilas air mata dan mengeluarkan pelumas. Kedipan
yang berlangsung sekitar 10 detik, biasanya 15 kali per menit atau setiap 4 detik.
Setiap orang memiliki frekuensi berkedip yang berbeda-beda dan akan berubah
seiring berjalannya waktu. Kecepatan berkedip saat istirahat diperkirakan 8 hingga
21 kedipan per menit, tetapi selama percakapan, kecepatan kedipan rata-rata akan
meningkat menjadi 10 hingga 32 kedipan per menit. Tingkat kedipan yang rendah
dapat menyebabkan CVS (Sharmila et al., 2019).
2.3.5 Diagnosis
skoring dari data yang telah diiisi dengan interpretasi seorang individu mengalami
CVS bila jumlah skor ≥6 (Segui et al., 2015).
2.3.6 Pencegahan
Gambar 2.4. Prinsip 20/20/20 Untuk Mencegah atau Mengurangi Gejala CVS.
b. Usahakan untuk berkedip secara teratur agar mata selalu lembab dan dapat
melindungi kesehatan mata dari masalah seperti mata kering (Lurati, 2018).
c. Regangkan tubuh seperti lengan dan punggung untuk mengistirahatkan otot-
otot seluruh tubuh setelah menggunakan komputer dalam waktu yang cukup
lama (Pawar et al., 2015).
Mata kering akibat penggunaan komputer memang bukan suatu masalah yang
serius karena mata dapat beradaptasi kembali normal sebagaimana mestinya. Akan
tetapi, mata kering yang sering dan berulang dapat berdampak buruk pada
ketajaman penglihatan dan kesehatan permukaan okuler (Kaido et al., 2007 dan
Koh et al., 2008).
Hubungan erat antara lama pemakaian komputer terhadap perburukan gejala
mata kering ditunjukkan oleh beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
Kanitkar et al. (2005) dan Amalia et al. (2010) melaporkan bahwa yang
mengalami perburukan gejala mata kering karena pemakaian komputer ≥ 4 jam per
hari (Fenga et al., 2008). Perburukan gejala mata kering karena pemakaian
komputer juga disebabkan oleh karena penurunan blink rate atau luasnya paparan
kornea akibat dari posisi mata ke monitor. Proses mengedip merupakan hal yang
penting dalam mempertahankan kondisi fisiologis air mata (Blehm et al., 2005).
Frekuensi berkedip normal adalah 16-20 kali per menit. Suatu studi
menunjukkan bahwa frekuensi berkedip akan menurun hingga 6-8 kali per menit
pada pemakai komputer. Studi lainnya melaporkan refleks mengedip saat bekerja
di depan komputer menurun sebesar 66% dibandingkan saat tidak memakai
komputer (Talwar et al., 2009). Faktor pada komputer seperti pemakaian ukuran
huruf yang lebih kecil dan tingkat kontras yang lebih rendah ternyata juga
berpengaruh terhadap penurunan frekuensi berkedip. Penurunan blink rate ini
menyebabkan kualitas dan stabilitas dari lapisan air mata menjadi kurang baik.
Jenis Kelamin
Usia
Durasi Penggunaan
Komputer
Penggunaan
Kacamata
Faktor Penggunaan Lensa
Individual Kontak
Lama Istirahat
Penggunaan Tetes
Mata
Computer
Vision Riwayat Penyakit
Syndrome
(CVS) Refeleks Berkedip Dry Eye
2.7 HIPOTESIS
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Mahasiswa FK USU angkatan 2018, 2019, dan 2020 yang memiliki kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
29
a. Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa aktif FK USU angkatan 2018, 2019, dan 2020.
2. Menggunakan komputer atau smartphone ≥ 4 jam per hari.
b. Kriteria Eksklusi
1. Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
Pada penelitian ini besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin. Rumus
Slovin digunakan untuk menentukan besar sampel dari populasi yang sudah
diketahui pasti jumlahnya, pada penelitian ini populasi sebanyak 760 orang.
Rumus Slovin sebagai berikut :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan (Margin of error)
Berdasarkan rumus Slovin, maka besar sampel pada penelitian ini adalah :
760
𝑛=
1 + 760 (0,1)2
760
=
8,6
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sampel
penelitian dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, diskusi kelompok
terarah, atau penyebaran kuesioner (Masturoh dan Anggita, 2018). Dalam
penelitian ini data primer digunakan untuk mengetahui pengaruh terjadinya dry eye
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan keluhan
computer vision syndrome.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak fakultas mengenai
jumlah mahasiswa aktif FK USU angkatan 2018, 2019, dan 2020.
Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan sistem
komputerisasi menggunakan program perangkat lunak statistik. Data yang
diperoleh kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dan sudah diperiksa ketepatan dan kelengkapannya
diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah ke dalam komputer.
3. Entry
Data yang telah diperiksa kemudian dimasukkan ke dalam program pengolah
statistik.
4. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving
Penyimpanan data untuk dianalisis.
Variabel Dependen
1 Dry Eye Penyakit multifaktorial air Kuesioner 0 : Normal Ordinal
SPEED
mata dan permukaan okular 1-4 : Ringan
yang berpotensi 5-7 : Sedang
menimbulkan kerusakan ≥8 : Berat
permukaan okular
Penilaian Kuesioner
Data Ditabulasi
Usia Frekuensi %
17 Tahun 1 1%
18 Tahun 16 18%
19 Tahun 22 25%
20 Tahun 27 31%
21 Tahun 19 22%
22 Tahun 3 3%
Total 88 100%
Berdasarkan tabel 4.1 responden pada penelitian ini didominasi oleh responden
yang berusia 20 tahun yaitu sebanyak 27 orang (31%).
35
2. Angkatan
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan.
Angkatan Frekuensi %
2018 29 33%
2019 28 32%
2020 31 35%
Total 88 100%
Berdasarkan tabel 4.2 responden pada penelitian ini didominasi oleh responden
yang berasal dari angkatan 2020 yaitu sebanyak 31 orang (35%).
3. Jenis Kelamin
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Standard Patient Evaluation of Eye Dryness (SPEED). Dari hasil pengolahan data
responden, dapat diketahui frekuensi jawaban responden berdasarkan kategori
mengenai CVS dan dry eye sebagai berikut:
1. Prevalensi Computer Vision Syndrome (CVS)
Tabel 4.5. Prevalensi Computer Vision Syndrome.
Berdasarkan tabel 4.5 Dari 88 responden, 70 orang (80%) menderita CVS dan
18 orang (20%) tidak menderita CVS.
2. Prevalensi Dry Eye
Tabel 4. 6. Prevalensi Terjadinya Dry Eye.
Berdasarkan table 4.6 responden pada penelitian ini didominasi oleh responden
yang dikategorikan dry eye dengan derajat berat yaitu sebanyak 53 orang (60%).
3. Tabulasi Silang antara Computer Vision Syndrome dengan Dry Eye
Tabulasi silang (cross tabulation) antara CVS dengan dry eye bertujuan untuk
mengetahui frekuensi mahasiswa yang menderita CVS berdasarkan tingkat dry eye
yang dialami.
Tabel 4.7. Tabulasi Silang Computer Vision Syndrome dengan Dry Eye.
Dry Eye
Total
Normal Ringan Sedang Berat
CVS Ya 0 11 8 51 70
Tidak 5 8 3 2 18
Total 5 19 11 53 88
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden yang tanpa dry eye
atau normal dan tidak mengalami CVS adalah sebanyak 5 orang, responden yang
mengalami dry eye derajat ringan yaitu sebanyak 11 orang dengan menderita CVS
dan 8 lainnya tidak menderita CVS, responden yang mengalami dry eye derajat
sedang sebanyak 8 orang dengan menderita CVS dan 3 lainnya tidak menderita
CVS, dan responden yang mengalami dry eye derajat berat sebanyak 51 orang
dengan menderita CVS dan 2 lainnya tidak menderita CVS. Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi derajat dari dry eye maka semakin besar proporsi yang
menderita CVS.
Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi linear sederhana ada tiga uji
asumsi klasik yang harus dipenuhi yaitu, uji normalitas data, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Penulis menggunakan bantuan software
SPSS dan dalam penelitian ini telah memenuhi tiga uji asumsi klasik.
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai konstanta sebesar 3,398 dan nilai
koefisien regresi variabel CVS sebesar 0,370. Dari hasil tersebut diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + bX + e
Dry Eye = 3,398 + 0,370 Computer Vision Syndrome
Persamaan regresi linear diatas diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 3,398 menunjukkan bahwa jika tidak ada pengaruh variabel
independen yaitu CVS, maka dry eye akan bernilai 3,398 yang artinya
responden akan tetap mengalami dry eye derajat ringan.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Statistik F
Menurut Kuncoro (2009) bahwa uji F digunakan untuk menguji signifikan
tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji Statistik F
ini merupakan pengujian yang diperlukan dalam menguji hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini.
Tabel 4.9. Hasil Uji Statistik F.
Model F p
Regression
91,782 0,000
Residual
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal tersebut
menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara computer vision syndrome
terhadap dry eye pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
b. Uji Koefisien Determinasi (R square)
Menurut Ghozali (2016) bahwa koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Tabel 4. 10. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi.
Adjusted R
R R Square
Square
0,719 0,516 0,511
Model t p
Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh nilai signifikansi uji t p = 0,000 (p < 0,05)
dan berarah positif. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel CVS
berpengaruh dan signifikan terhadap terjadinya dry eye pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.2 PEMBAHASAN
CVS. Makin panjang durasi penggunaan komputer makin tinggi prevalensi mata
kering. Prevalensi mata kering dalam penelitian Mufti et al. (2019) juga
menunjukkan bahwa peningkatan durasi penggunaan komputer atau perangkat
lainnya meningkatkan risiko mata kering yang merupakan salah satu gejala CVS.
Risikonya meningkat jika waktu yang dihabiskan 4 jam. Studi oleh Titiyal et al.
(2018) juga telah menemukan ≥ 4 jam menggunakan komputer atau perangkat
lainnya terkait dengan 89,9% kasus mata kering. Perburukan gejala mata kering
karena pemakaian komputer juga disebabkan oleh karena penurunan blink rate
atau luasnya paparan kornea akibat dari posisi mata ke monitor. Penelitian di Cina
yang meneliti prevalensi dan faktor risiko dry eye pada mahasiswa juga
menyimpulkan bahwa pemakaian komputer atau perangkat lainnya ≥4 jam per
hari juga merupakan faktor risiko munculnya gejala dry eye pada mahasiswa umur
16-26 tahun (He et al., 2016). Hal ini diduga karena adanya penurunan refleks
berkedip pada saat berkonsentrasi melihat layar monitor sehingga meningkatkan
evaporasi air mata, kondisi inilah yang menyebabkan timbulnya keluhan mata
terasa kering (Bali et al., 2014). Gejala mata kering berhubungan dengan kondisi
lingkungan, penurunan refleks berkedip selama menatap layar komputer,
peningkatan paparan terhadap kornea ataupun kondisi okular sebelumnya
(Rosenfield, et al., 2013).
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, ada beberapa hal yang
peneliti sarankan, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya
a. Diharapkan menggunakan variabel-variabel lain dengan rancangan
penelitian yang berbeda pada penelitian selanjutnya.
42
DAFTAR PUSTAKA
A’LA, R. H, 2016, ‘Studi penggunaan artificial tears pada pasien dry eye
syndrome di Klinik Mata Surabaya [Skripsi]’, Surabaya: Universitas
Airlangga
Abudawood, G. A., Ashi, H. M., & Almarzouki, N. K, 2020, ‘Computer Vision
Syndrome among Undergraduate Medical Students in King Abdulaziz
University, Jeddah, Saudi Arabia’, Journal of Ophthalmology, 2020, pp. 1-
7.
Adlerova, L., Bartoskova, A., & Faldyna, M, 2008, ‘Lactoferrin: a review’,
Veterinarni Medicina, 53(9), pp. 457-468.
Ahmed, S. F., McDermott, K. C., Burge, W. K., Ahmed, I. I. K., Varma, D. K.,
Liao, Y. J., Crandall, S,C& Khaderi, S. K. R, 2018, ‘Visual function,
digital behavior and the vision performance index’, Clinical
Ophthalmology (Auckland, NZ), 12, 2553.
Akinbinu, T. R., & Mashalla, Y. J, 2013, ‘Knowledge Of Computer Vision
Syndrome Among Computer Users In The Workplace In Abuja, Nigeria’.
Amalia H., Suardana G., Widya a, 2010, ‘Accommodative insufficiency as cause
of asthenopia in computer-using students’, Universa Medicina; 29(2), pp.
8-83.
Amalia, H, 2018, ‘Computer vision syndrome’, Jurnal Biomedika dan
Kesehatan, 1(2), pp. 117-118.
American Academy of Ophthalmology, ‘Dry Eye’, [Online] accessed 02 April
2021, Available at : https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-dry-
eye
American Academy of Ophthalmology. 2015. Basic and Clinical Science Course:
American Optometric Association, ‘Computer vision syndrome’, [Online] accessed
02 April 2021, Available at : https://www.aoa.org/healthy-eyes/eye-and-
vision-conditions/computer-vision-syndrome?sso=y
Artime Ríos, E. M., Sánchez Lasheras, F., Suárez Sánchez, A., Iglesias-Rodríguez,
F. J., & Seguí Crespo, M. D. M, 2019, ‘Prediction of computer vision
syndrome in health personnel by means of genetic algorithms and binary
regression trees’, Sensors, 19(12), 2800.
Asnifatima, A., Prakoso, I., & Fatimah, A, 2017, ‘Faktor Resiko Keluhan
Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Operator Warung Internet Di
Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor Tahun 2017’, HEARTY:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2).
Azkadina, A., Julianti, H. P., & Pramono, D, 2012, ‘Hubungan antara faktor risiko
individual dan komputer terhadap kejadian Computer Vision
Syndrome ‘(Doctoral dissertation, Fakultas Kedokteran).
Bali J, Neeraj N, Bali RT,2014,’Computer vision syndrome: A review’,
Work.;2:61-8.
Basnet, A., Basnet, P., Karki, P., & Shrestha, S, 2018, ‘Computer Vision
Syndrome Prevalence and Associated Factors Among the Medical Student
in Kist Medical College’, Nepalese Medical Journal, 1(1), pp. 29-31.
Ilyas, S., & Yulianti, S. R, 2014, ‘Ilmu penyakit mata edisi kelima’, Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Jahan, F., ul Islam, Z., & Rafei, M, 2018, ‘ Factors Leading Computer Vision
Syndrome in Medical Students: A Descriptive Analysis’.
Jogi, R. 2009. Basic Ophthalmology. Edisi ke-4. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers.
Kaido, M., Dogru, M., Ishida, R. & Tsubota, K., 2007. Concept of Functional
Visual Acuity and its Applications. Cornea, 26: 29-35.
Kanitkar K., Carlson A., Yee R, 2005, ‘Ocular problems associated with computer
use’, Review of Ophthalmology; 12 (4): 47-52.
Kanski, J. J., & Bowling, B, 2011, ‘Clinical ophthalmology: a systematic
approach’. Elsevier Health Sciences.
Kim, D. J., Lim, C. Y., Gu, N., & Park, C. Y, 2017, ‘ Visual fatigue induced by
viewing a tablet computer with a high-resolution display’, Korean journal
of ophthalmology: KJO, 31(5), 388
Koh, S., Maeda, N., Hirohara, Y., Mihashi, T., Bessho, K., Hori, Y., et al., 2008.
Serial Measurements of Higher-Order Aberrations after Blinking in
Patients with Dry Eye. IOVS, 49(1): 133-8.
Kumar, B. S, 2020, ‘A Study to Evaluate the Knowledge Regarding Computer
Vision Syndrome among Medical Students’, Biomedical & Pharmacology
Journal, 13(1), pp. 469-473.
Kuncoro, M. (2009). Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Kushali, R., & Brundha, M. P, 2020, ‘Prevalence And Awareness On Computer
Vision Syndrome Among Individuals In Information Technology’, Drug
Invention Today, 14(3).
Lin, P. Y., Tsai, S. Y., Cheng, C. Y., Liu, J. H., Chou, P., & Hsu, W. M, 2003,
‘Prevalence of dry eye among an elderly Chinese population in Taiwan’,
the Shihpai Eye Study. Ophthalmology, 110(6), pp. 1096-1101.
Lurati, A. R, 2018, ‘Computer vision syndrome: Implications for the occupational
health nurse’, Workplace health & safety, 66(2), 56-60.
Maeda, M. B. I., Fitri, A. M., & Amalia, R, 2020, ‘FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS)
PADA KARYAWAN PT. DEPOTEKNIK DUTA PERKASA TAHUN
2020’, In Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat 2020 (Vol.
1, No. 1, pp. 223-239).
Mahalingam, 2015, ‘Computer vision syndrome among nurses’. JNEP; 1(1): 1-5.
Mersha, G. A., Hussen, M. S., Belete, G. T., & Tegene, M. T, 2020, ‘Knowledge
about Computer Vision Syndrome among Bank Workers in Gondar City,
Northwest Ethiopia’, Occupational therapy international, 2020.
Mobeen, R., Durrani, J., & Tareen, H, 2016, ‘Proportion Of Dry Eyes In Patients
Of Computer Vision Syndrome’, Ophthalmol Update, 14, 5.
Mohidin, N., Ang, C., & Meng, C. K, 2016, ‘Wink Glass, Incomplete Blink and
Computer Vision Syndrome’.
Muchtar, H., & Sahara, N, 2016, ‘Hubungan Lama Penggunaan Laptop Dengan
Timbulnya Keluhan Computer Vision Syndrome (Cvs) Pada Mahasiswa/I
Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati,’ Jurnal Medika
Malahayati, 3(4), pp. 197-203.
Mufti, M., Sayeed, S. I., Jaan, I., & Nazir, S, 2019, ‘Does digital screen exposure
cause dry eye’, Indian Journal of Clinical Anatomy and Physiology, 6(1),
68-72.
Munshi, S., Varghese, A., & Dhar‐Munshi, S, 2017, ‘Computer vision syndrome—
a common cause of unexplained visual symptoms in the modern era’,
International Journal of Clinical Practice, 71(7), e12962, pp.1-5.
Mylona, I., Deres, E. S., Dere, G. D. S., Tsinopoulos, I., & Glynatsis, M, 2020,
‘The impact of internet and video gaming addiction on adolescent vision: A
review of the literature’, Frontiers in public health, 8, 63.
Ngo, W., Situ, P., Keir, N., Korb, D., Blackie, C., & Simpson, T, 2013,
‘Psychometric properties and validation of the Standard Patient Evaluation
of Eye Dryness questionnaire’, Cornea, 32(9), pp. 1204-1210.
Nopriadi, N., Pratiwi, Y., Leonita, E., & Tresnanengsih, E., 2019, ‘Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Computer Vision Syndrome pada
Karyawan Bank’, Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2), pp. 111-
119.
Noreen, K., Batool, Z., Fatima, T., & Zamir, T, 2016, ‘Prevalence of computer
vision syndrome and its associated risk factors among undergraduate
medical students of urban karachi’, Pakistan Journal of
Ophthalmology, 32(3).
Notoatmodjo, S, 2012, ‘Metodologi penelitian kesehatan’.
Pakpahan, R., & Fitriani, Y, 2020, ‘Analisa Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dalam Pembelajaran Jarak Jauh Di Tengah Pandemi Virus Corona Covid-
19’, Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and
Research, 4(2), pp. 30-36.
Parihar, J. K. S., Jain, V. K., Chaturvedi, P., Kaushik, J., Jain, G., & Parihar, A. K,
2016, ‘Computer and visual display terminals (VDT) vision syndrome
(CVDTS)’, Medical Journal Armed Forces India, 72(3), pp. 270-276.
Park, S. Y., Kim, M. J., Kim, S. J., Kim, T. G., & Park, J. M, 2015, ‘Influence of
Smartphone on Dry Eye Syndrome in Adolescents’, Korean Journal of
Family Practice, 5(3), pp. 336-340.
Patil, A., Bhavya, S. C., & Srivastava, S, 2019, ‘ Eyeing computer vision
syndrome: Awareness, knowledge, and its impact on sleep quality among
medical students’, Industrial psychiatry journal, 28(1), pp. 68.
Pawar, N. S., Asalkar, M., & Bajpai, S. K, 2015, ‘Computer Vision Syndrome
among Library Professionals’.
Permana, M.A., Koesyanto, H., Mardiana, 2015, ‘Faktor Yang Berhubungan
Dengan Keluhan Computer Vision Syndrome (Cvs) Pada Pekerja Rental
Komputer Di Wilayah Unnes’, Unnes Journal of Public Health, pp.48-57
Portello, J. K., Rosenfield, M., & Chu, C. A, 2013, ‘Blink rate, incomplete blinks
and computer vision syndrome’, Optometry and vision science, 90(5), pp.
482-487.
Prabha, J. L, 2014, ‘Tear secretion-a short review’, Journal of Pharmaceutical
Sciences and Research, 6(3), pp.155.
Ranasinghe, P., Wathurapatha, W. S., Perera, Y. S., Lamabadusuriya, D. A.,
Kulatunga, S., Jayawardana, N., & Katulanda, P, 2016, ‘Computer vision
syndrome among computer office workers in a developing country: an
evaluation of prevalence and risk factors’, BMC research notes, 9(1), pp. 1-
9.
Randolph, S. A. Computer Vision Syndrome, Workplace Health Saf. 2017 Jul; 65
(7): 328. doi: 10.1177/2165079917712727.
Rianil, M. I. D., Wildan, A., & Johan, A, 2018, ‘Pengaruh Lama Penggunaan
Komputer Terhadap Kuantitas Air Mata Dan Refleks Berkedip’,
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7(2), pp.
388-395.
Rizqulloh, R., & Bangunan, P. V. K, 2020, ‘Artikel Review Tentang E-Learning
Dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Saat Masa Pandemi’, Journal
Education 3.
Rompas, S., & Mulyadi, N, 2018, ‘Hubungan Lama Penggunaan Komputer
Dengan Kejadian Computer Vision Syndrome Pada Siswa Jurusan Tkj Di
Smk I Tahuna, Jurnal Keperawatan, 6(1).
Sánchez-Brau, M., Domenech-Amigot, B., Brocal-Fernández, F., Quesada-Rico, J.
A., & Seguí-Crespo, M, 2020, ‘Prevalence of computer vision syndrome
and its relationship with ergonomic and individual factors in presbyopic
VDT workers using progressive addition lenses’, International journal of
environmental research and public health, 17(3), 1003. pp. 1-18.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2014, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,
5thedn, Sagung Seto, Jakarta.
Section 8 – External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of
Ophthalmology.
Segui M. D. M., Cabrero-García, J., Crespo, A., Verdú, J., & Ronda, E, 2015, ‘A
reliable and valid questionnaire was developed to measure computer vision
syndrome at the workplace’, Journal of clinical epidemiology, 68(6), pp.
662-673.
Shahid, E., Fasih, U., Jaffery, A. R., & Shaikh, A, 2019, ‘Causes of ocular
discomfort in patients of computer vision syndrome coming to a tertiary
care centre’ , Asian Journal of Ophthalmology, 16(3), 153-159.
Sharmila, T. S., Srinivasan, R., Nagarajan, K. K., & Athithya, S, 2019, ‘Eye Blink
Detection Using Background Subtraction and Gradient-Based Corner
Detection for Preventing CVS’, Procedia Computer Science, 165, pp. 781-
789.
Sheppard, A. L., & Wolffsohn, J. S, 2018, ‘Digital eye strain: prevalence,
measurement and amelioration’, BMJ open ophthalmology, 3(1), e000146.
Sitaula, R. K., & Khatri, A, 2018, ‘Knowledge, attitudes and practice of computer
vision syndrome among medical students and its impact on ocular
morbidity’, Journal of Nepal Health Research Council, 16(3), pp. 291-296.
Soebagjo, H. D, 2019, ‘Penyakit Sistem Lakrimal’, Airlangga University Press,
Surabaya.
Stapleton F., Garrett Q., Chan C & Craig JP, ‘The Epidemiology of Dry Eye
Disease, [Online] accessed 03 April 2021, pp. 21–9. Available at:
http://link.springer.com/10.1007/978-3-662-44106-0_2
Talwar R., Kapoor R., Puri K., Bansal K., Singh S, 2009, ‘A study of visual and
musculoskeletal health disorders among computer professionals in NCR
Delhi. Indian’, J Community Med; 34(4), pp. 326-328.
Tauste, A., Ronda, E., Molina, M. J., & Seguí, M, 2016, ‘Effect of contact lens use
on computer vision syndrome’, Ophthalmic and Physiological
Optics, 36(2), pp. 112-119.
Titiyal, J. S., Falera, R. C., Kaur, M., Sharma, V., & Sharma, N, 2018, ‘Prevalence
and risk factors of dry eye disease in North India: Ocular surface disease
index-based cross-sectional hospital study’, Indian journal of
ophthalmology, 66(2), 207.
Turgut, B, 2018, ‘Ocular ergonomics for the computer vision syndrome’, Journal
of Eye and Vision, 1(1-2), pp. 1-9.
Uchino M, Nishiwaki Y, Michikawa T, Shirakawa K Kuwahara E, Yamada M,
Dogru M, Schaumberg DA Kawakita T, Takebayashi T, Tsubota K, 2011,
‘Prevalence and risk factors of dry eye disease in Japan Koumi study’,
Ophthalmology 118(12):2361–2367 doi: 10.1016/j.ophtha.2011.05.029.
Jepang
Uchino, M., Dogru, M., Uchino, Y., Fukagawa, K., Shimmura, S., Takebayashi,
T., ... & Tsubota, K, 2008,’ Japan Ministry of Health study on prevalence
of dry eye disease among Japanese high school students’, American journal
of ophthalmology, 146(6), 925-929.
Ulpah, M., Denny, H. M., & Jayanti, S, 2017, ‘Studi tentang Faktor Individu,
Lingkungan Kerja, Komputer, dan Keluhan Computer Vision Syndrome
(CVS) pada Pengguna Komputer di Perusahaan Perakitan Mobil’, Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 3(3), pp. 513-523.
Vision Council, 2016, ‘Eyes Overexposed: The Digital Device Dilemma’, Digital
Eye Strain Report.
Wagner, P., Lang, G.K, 2006, A Pocket Textbook Atlas. New York: Thieme
Stuttgart, pp. 49-51.
Wijaya NV, Elvira, 2018, ‘Penyakit Mata Kering’, CDK Edisi Suplemen: Jambi.
Yandi, N, 2017, ‘Kesehatan Mata pada Era Layar Digital’, Cermin Dunia
Kedokteran, 44(11), pp. 788-791.
Riwayat Organisasi :
1. Wakil Bendahara Umum 2 Pemerintah Mahasiswa (PEMA) FK USU
2019
2. Staf Ahli Pemerintah Mahasiswa (PEMA) FK USU 2021
Riwayat Kepanitiaan :
1. Wakil Koordinator Seksi Dana dan Usaha PoA 2019
2. Anggota Seksi Soal PMO (PEMA Medical Olympiad) 2019
3. Anggota Seksi Administrasi dan Kesekretariatan MMB (Manajemen
Mahasiswa Baru) FK USU 2019
4. Anggota Seksi Administrasi dan Kesekretariatan LKMM (Latihan
Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa) FK USU 2019
5. Anggota Seksi Konsumsi PM (Pengabdian Masyarakat) Akbar FK
USU 2019
Lembar Penjelasan
Assalamualaikum Wr. Wb.
Perkenalkan nama saya Indira Ulfa Dunand, mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Terjadinya Dry Eye Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Dengan Keluhan Computer Vision Syndrome”. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh terjadinya dry eye pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan keluhan computer vision
syndrome. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh
terjadinya pengaruh terjadinya dry eye dengan keluhan computer vision syndrome.
Pada penelitian ini, saya akan membagikan kuesioner berupa pertanyaan
mengenai data pribadi responden, evaluasi mata kering (dry eye) dan keluhan
Computer Vision Syndrome (CVS). Waktu pengisian kuesioner ± 10 menit.
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan kesediaan
responden menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Apabila anda memiliki pertanyaan terkait penelitian ini, Anda dapat menghubungi
saya melalui No. Hp : 082181182255.
Medan, 2021
Peneliti,
Medan, 2021
Responden,
( )
Nama : ___________________
NIM : ___________________
No.Telp : ___________________
Usia : ___________________
Angkatan : ___________________
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
Menggunakan komputer atau smartphone ≥ 4 jam per hari : Ya Tidak
LEMBAR KUESIONER
PENGARUH TERJADINYA DRY EYE PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DENGAN
KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME
A. Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS)
Frekuensi seberapa sering gejala terjadi.
TIDAK PERNAH : gejala tidak muncul sama sekali
KADANG-KADANG : sesekali terjadi atau 1x/minggu
SERING atau SELALU : 2-3x/minggu atau hampir setiap hari
Intensitas gejala
SEDANG : keluhan belum mengganggu pekerjaan
HEBAT : keluhan tersebut mengganggu pekerjaan
Bila mengisi TIDAK PERNAH, maka intensitas gejala tidak perlu dijawab
Frekuensi (F) Intensitas (I)
No. Gejala Sering FxI
Tidak Kadang-
atau Sedang Berat
Pernah Kadang
Selalu
1. Rasa terbakar
2. Gatal
Merasa seperti ada benda
3. Asing
4. Berair
5. Berkedip berlebihan
6. Mata merah
7. Nyeri pada mata
8. Kelopak mata terasa berat
9. Mata kering
10. Penglihatan kabur
11. Penglihatan ganda
Kesulitan untuk fokus pada
12. penglihatan dekat
Peningkatan sensitivitas
13. terhadap cahaya
14. Adanya halo diobjek sekitar
15. Penglihatan memburuk
16. Sakit Kepala
Frekuensi : Tidak Pernah = 0 Kadang-kadang = 1 Sering atau selalu = 2
Intensitas : Sedang = 1 Berat = 2
Jika jumlah nilai ≥6, anda dianggap menderita Computer Vision Syndrome (CVS)
Hasil FxI harus dicatat sebagai berikut: 0= 0 ; 1 atau 2= 1 ; 4= 2
Frekuensi [Peningkatan
Intensitas [Peningkatan
Frekuensi [Penglihatan
Intensitas [Penglihatan
Frekuensi [Berair]
Intensitas [Berair]
Frekuensi [Gatal]
Intensitas [Gatal]
Jenis Kelamin
memburuk]
memburuk]
benda asing]
benda asing]
SKOR CVS
sekitar]
sekitar]
Angkatan
berat]
berat]
KET
Nama
Usia
R1 20 2018 Pr Ya 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 2 2 16 CVS
R2 21 2018 Lk Ya 0 0 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 10 CVS
R3 21 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 2 1 1 7 CVS
R4 21 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 8 CVS
R5 20 2018 Pr Ya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5 TIDAK CVS
R6 21 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 10 CVS
R7 20 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 0 0 1 1 1 1 0 12 CVS
R8 21 2018 Pr Ya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TIDAK CVS
R9 21 2018 Lk Ya 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 25 CVS
R10 21 2018 Lk Ya 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 2 0 0 0 0 1 1 1 6 CVS
R11 20 2018 Lk Ya 1 1 1 2 2 2 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 2 2 2 9 CVS
R12 20 2018 Pr Ya 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 16 CVS
R13 20 2018 Lk Ya 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 7 CVS
R14 21 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 6 CVS
R15 20 2018 Lk Ya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9 CVS
R16 20 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 6 CVS
R17 22 2018 Lk Ya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 5 TIDAK CVS
R18 22 2018 Lk Ya 0 0 1 1 1 1 1 1 2 1 2 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 10 CVS
R19 20 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5 TIDAK CVS
R20 21 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9 CVS
R21 21 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 9 CVS
R22 21 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 7 CVS
R23 20 2018 Lk Ya 1 2 1 1 2 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9 CVS
R24 21 2018 Pr Ya 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5 TIDAK CVS
R25 21 2018 Pr Ya 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 TIDAK CVS
R26 21 2018 Pr Ya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 TIDAK CVS
R27 22 2018 Pr Ya 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 0 0 0 0 2 2 2 18 CVS
R28 21 2018 Pr Ya 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 21 CVS
R29 21 2018 Pr Ya 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 CVS
R30 20 2019 Pr Ya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 2 TIDAK CVS
R31 20 2019 Lk Ya 0 0 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 1 1 0 0 0 0 10 CVS
R32 19 2019 Pr Ya 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 0 0 0 0 2 1 1 1 1 1 0 0 2 2 2 1 1 1 12 CVS
R33 20 2019 Pr Ya 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 2 2 11 CVS
R34 20 2019 Lk Ya 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 2 1 1 2 1 1 0 0 2 1 1 0 0 0 0 8 CVS
R35 19 2019 Pr Ya 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 2 1 11 CVS
R36 20 2019 Lk Ya 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5 TIDAK CVS
R37 18 2019 Lk Ya 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 7 CVS
R38 20 2019 Lk Ya 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 8 CVS
R39 21 2019 Lk Ya 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 TIDAK CVS
R40 20 2019 Pr Ya 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 2 1 1 2 1 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1 1 8 CVS
TOTAL KEPARAHAN
berpasir, atau gatal-gatal]
Seberapasering?
TOTAL FREKUENSI
SKOR SPEED
Jenis Kelamin
atau berair]
atau berair]
atau iritasi]
atau iritasi]
atau iritasi]
KET
Angkatan
lelah]
Nama
gatal]
gatal]
Usia
R1 20 2018 Pr Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 1 1 1 2 5 1 2 2 2 7 12 BERAT Ya 3x/minggu
R2 21 2018 Lk Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya 1 1 1 2 5 1 1 1 1 4 9 BERAT Tidak
R3 21 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya 2 2 0 2 6 1 1 0 2 4 10 BERAT Tidak
R4 21 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 2 RINGAN Tidak
R5 20 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya 1 0 0 1 2 1 0 0 1 3 RINGAN Tidak
R6 21 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya 1 1 1 2 5 1 1 1 2 5 10 BERAT Tidak
R7 20 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 2 2 0 0 0 1 1 3 RINGAN Tidak
R8 21 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 NORMA Tidak
L
R9 21 2018 Lk Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak 3 3 3 2 11 2 2 2 1 7 18 BERAT Tidak
R10 21 2018 Lk Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 1 0 2 0 3 1 0 1 0 2 5 SEDANG Tidak
R11 20 2018 Lk Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya 0 1 1 2 4 0 1 1 2 4 8 BERAT Tidak
R12 20 2018 Pr Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak 1 1 2 2 6 1 1 1 2 5 11 BERAT Tidak
R13 20 2018 Lk Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya 0 1 0 2 3 0 1 0 1 2 5 SEDANG Tidak
R14 21 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 2 RINGAN Tidak
R15 20 2018 Lk Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 8 BERAT Tidak
R16 20 2018 Pr Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak 3 2 0 0 5 2 2 0 0 4 9 BERAT Tidak
R17 22 2018 Lk Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 2 RINGAN Tidak
R18 22 2018 Lk Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya 0 1 0 2 3 0 1 0 2 3 6 SEDANG Tidak
R19 20 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya 0 0 1 2 3 0 0 1 1 2 5 SEDANG Tidak
R20 21 2018 Pr Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya 1 1 0 2 4 1 1 1 2 5 9 BERAT Tidak
R21 21 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 2 2 0 0 0 2 2 4 RINGAN Tidak
R22 21 2018 Pr Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya 0 2 2 2 6 0 2 2 2 6 12 BERAT Tidak
R23 20 2018 Lk Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya 2 2 1 1 6 4 4 2 1 11 17 BERAT Tidak
R24 21 2018 Pr Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya 1 1 1 1 4 0 1 1 1 3 7 SEDANG Tidak
R25 21 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya 0 0 1 1 2 0 0 1 1 2 4 RINGAN Tidak
R26 21 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 NORMA Tidak
L
R27 22 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya 0 1 1 2 4 0 3 1 4 8 12 BERAT Ya Saat gatal/sakit
R28 21 2018 Pr Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya 1 3 2 3 9 2 2 2 3 9 18 BERAT Tidak
R29 21 2018 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 1 1 1 1 4 1 1 1 2 5 9 BERAT Tidak
R30 20 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 1 1 0 0 0 2 2 3 RINGAN Tidak
R31 20 2019 Lk Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4 8 BERAT Tidak
R32 19 2019 Pr Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 2 1 0 3 6 1 1 0 2 4 10 BERAT Tidak
R33 20 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 1 1 1 2 5 1 1 1 3 6 11 BERAT Tidak
R34 20 2019 Lk Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 2 RINGAN Tidak
R35 19 2019 Pr Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak 1 1 2 2 6 1 2 2 2 7 13 BERAT Ya 2x/minggu
R36 20 2019 Lk Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya 1 0 1 1 3 1 1 1 2 5 8 BERAT Tidak
R37 18 2019 Lk Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya 0 0 1 1 2 0 0 1 1 2 4 RINGAN Tidak
R38 20 2019 Lk Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya 0 1 2 2 5 0 1 2 2 5 10 BERAT Tidak
R39 21 2019 Lk Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 NORMA Tidak
L
R40 20 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak 0 1 0 1 2 0 1 0 2 3 5 SEDANG Tidak
R41 19 2019 Pr Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya 1 1 3 3 8 1 2 3 3 9 17 BERAT Tidak
R42 20 2019 Pr Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya 2 1 2 3 8 2 1 2 4 9 17 BERAT Tidak
R43 20 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 0 1 1 1 3 1 1 1 2 5 8 BERAT Tidak
R44 19 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 0 1 0 1 2 0 1 0 1 2 4 RINGAN Tidak
R45 19 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya 0 1 2 2 5 0 1 1 2 4 9 BERAT Tidak
R46 18 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 2 RINGAN Tidak
R47 20 2019 Pr Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 2 2 0 0 0 3 3 5 SEDANG Tidak
R48 19 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya 1 0 2 3 6 1 0 1 1 3 9 BERAT Tidak
R49 21 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 0 0 1 1 2 0 0 1 1 2 4 RINGAN Tidak
R50 19 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya 0 2 2 3 7 0 2 2 3 7 14 BERAT Tidak
R51 19 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 0 0 0 1 1 0 0 0 2 2 3 RINGAN Tidak
R52 20 2019 Lk Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 2 2 0 0 0 2 2 4 RINGAN Tidak
R53 20 2019 Lk Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya 1 1 0 2 4 3 1 0 1 5 9 BERAT Ya 3x/minggu
R54 19 2019 Lk Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 1 1 1 1 4 2 2 2 2 8 12 BERAT Tidak
R55 20 2019 Lk Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya 1 0 1 2 4 1 1 1 1 4 8 BERAT Tidak
R56 21 2019 Lk Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 0 0 0 2 2 0 0 0 2 2 4 RINGAN Tidak
R57 20 2019 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya 0 1 0 3 4 0 1 0 3 4 8 BERAT Ya setiap hari
R58 19 2020 Pr Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 8 BERAT Tidak
R59 18 2020 Pr Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya 1 1 2 2 6 1 2 3 3 9 15 BERAT Tidak
R60 18 2020 Pr Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya 2 1 2 2 7 1 1 1 1 4 11 BERAT Tidak
R61 18 2020 Pr Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 2 1 1 1 5 2 1 2 1 6 11 BERAT Tidak
R62 20 2020 Lk Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 2 RINGAN Tidak
R63 19 2020 Pr Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 1 1 1 2 5 1 3 3 3 10 15 BERAT Ya saat sakit
R64 20 2020 Lk Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 1 1 1 2 5 1 1 0 3 5 10 BERAT Tidak
R65 18 2020 Lk Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 8 BERAT Tidak
R66 18 2020 Pr Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya 2 0 1 2 5 2 1 2 1 6 11 BERAT Tidak 2-3x/minggu
R67 19 2020 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya 0 0 1 1 2 0 0 1 1 2 4 RINGAN Tidak
R68 20 2020 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya 1 0 1 2 4 1 0 1 1 3 7 SEDANG Tidak
R69 18 2020 Lk Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 NORMA Tidak
L
R70 19 2020 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 1 1 1 2 5 2 2 2 2 8 13 BERAT Tidak
R71 18 2020 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 2 2 0 0 0 3 3 5 SEDANG Tidak
R72 18 2020 Pr Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya 0 1 1 1 3 0 1 1 1 3 6 SEDANG Tidak
R73 18 2020 Pr Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya 1 1 3 3 8 1 2 2 3 8 16 BERAT Tidak
R74 19 2020 Pr Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 0 1 2 2 5 0 1 1 1 3 8 BERAT Tidak
R75 17 2020 Pr Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya 1 1 2 2 6 1 1 2 2 6 12 BERAT Tidak
R76 19 2020 Pr Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 NORMA Tidak
L
R77 18 2020 Pr Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 1 1 2 1 5 3 2 2 1 8 13 BERAT Ya 2-3x/hari
R78 18 2020 Pr Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya 1 0 1 1 3 1 0 1 1 3 6 SEDANG Tidak
R79 18 2020 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya 1 1 1 1 4 1 1 1 2 5 9 BERAT Tidak
R80 19 2020 Pr Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya 2 2 1 1 6 2 3 1 1 7 13 BERAT Tidak
R81 19 2020 Lk Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 2 2 1 2 7 1 1 1 1 4 11 BERAT Tidak
R82 19 2020 Pr Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak 3 2 2 0 7 3 3 3 0 9 16 BERAT Ya 3x/hari
R83 19 2020 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 2 RINGAN Tidak
R84 18 2020 Pr Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya 2 0 2 2 6 2 0 3 3 8 14 BERAT Tidak
R85 19 2020 Pr Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya 0 2 2 3 7 0 0 1 1 2 9 BERAT Tidak
R86 19 2020 Lk Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya 2 1 1 2 6 2 1 1 2 6 12 BERAT Tidak
R87 19 2020 Pr Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya 1 0 2 2 5 2 0 1 3 6 11 BERAT Tidak
R88 18 2020 Pr Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya 1 1 0 2 4 1 2 0 2 5 9 BERAT Tidak
CVS
Dry Eye
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 CVSa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: DE
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
a
1 .719 .516 .511 3.26549 1.921
a. Predictors: (Constant), CVS
b. Dependent Variable: DE
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 978.716 1 978.716 91.782 .000a
Residual 917.056 86 10.663
Total 1895.773 87
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.398 .607 5.601 .000
Residuals Statisticsa
Unstandardized Residual
N 88
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.24667158
Most Extreme Differences Absolute .097
Positive .097
Negative -.048
Kolmogorov-Smirnov Z .907
Asymp. Sig. (2-tailed) .383
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Correlations
Unstandardized
CVS Residual
Spearman's rho CVS Correlation Coefficient 1.000 .146
Sig. (2-tailed) . .175
N 88 88
Unstandardized Residual Correlation Coefficient .146 1.000
Sig. (2-tailed) .175 .
N 88 88