Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 49

Asuhan Keperawatan Ny.

M dengan Gangguan Kebutuhan


Dasar Aman dan Nyaman: Nyeri Kronis pada Pasien
Osteoartrhitis di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan
Medan Polonia.

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan


Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
Ramadiansyah Sitompul
142500095

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUNI 2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lembar Pengesahan

KARYA TULIS ILMIAH


Asuhan Keperawatan Ny. M dengan Gangguan Kebutuhan
Dasar Aman dan Nyaman : Nyeri Kronis pada Pasien
Osteoartrhitis di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat -Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Ny. M dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman : Nyeri Kronis pada Pasien Osteoartrhitis
di Kel. Sari rejo Kec. Medan Polonia”. Adapun maksud penulis membuat
laporan ini adalah untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam rangka
menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penyusunan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan semua
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis akan
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB., selaku Wakil
Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., selaku Wakil Dekan
III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum L. Nst., S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai penguji saya
yang telah meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan saran –
sarannya kepada saya.
6. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Sekretaris Program
Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu Roxsana Devi T., S.Kep., Ns., MNurs., selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan telah meluangkan waktu, tenaga
serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
9. Terkhusus kepada kedua orang tua saya yang tercinta, Ayah Darming
Sitompul dan Ibu Rasidah br. Regar yang selalu memberikan dukungan
moril maupun material dengan penuh kasih sayang, serta kepada Abang
Fuad Rahim Sitompul ST., Kakak Mukhayijah Sitompul S.Pd., dan
Guswira Sitompul S.E., serta adik saya yang tersayang Ahmad Fauzi
Sitompul.

ii

Universitas Sumatera Utara


10. Sahabat saya M.Aryandra Hasibuan, Novrizal Sembiring, Balya Ibnu
Mulkan Nst yang selama ini telah mendukung dan memotivasi saya dalam
penyelesaian KTI ini.
11. Teman-teman seperjuangan stambuk 2014 yang saling mendukung dalam
penyelesaian KTI ini.
12. Semua pihak yang saya tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAT ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
C. Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS ................................................................... 4


A. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Ama dan Nyaman : Nyeri Kronis pada Pasien Osteoartrhitis ............. 4
1. Defenisi Nyeri ................................................................................ 4
2. Fisiologi Nyeri................................................................................ 5
3. Klasifikasi Nyeri ............................................................................ 5
4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Nyeri.................................... 5
5. Patofisiologi ................................................................................... 7
6. Pengkajian ...................................................................................... 8
7. Analisa Data ................................................................................... 12
8. Rumusan Masalah .......................................................................... 12
B. Asuhan Keperawatan Kasus ............................................................... 15
1. Pengkajian ...................................................................................... 15
2. Analisa Masalah ............................................................................. 21
3. Rumusan Masalah .......................................................................... 22
4. Rencana Tindakan .......................................................................... 22
5. Catatan Perkembangan dan Pelaksanaan Keperawatan ................. 23
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 30
A. Kesimpulan......................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32
LAMPIRAN

iv

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perubahan - perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan


makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulmya beberapa golongan reumatik. Salah satu
golongan penyakit osteoarthritis yang sering menyertai usia lanjut yang
menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian
penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia. Osteoarthritis dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna
mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot
dapat dilatih dengan baik (Seoroso, 2007).

Osteoartritis (OA) dikenal juga sebagai Artritis Degeneratif, penyakit


degeneratif sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung - ujung tulang penyusun sendi. Terjadi
pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan
penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih
dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun
mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi
tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai
kelumpuhan (Soeroso, 2007).

Anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat
deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan
sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul,
dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi
kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.

Berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal


menempati urutan kedua (14,5%) setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola
penyakit masyarakat usia > 55 tahun (Household Survey on Health, Dept. of
Health, 2012). Penderita Osteoarthritis di seluruh dunia telah mencapai angka
355 juta jiwa, Diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2025. Di Indonesia,
prevalensi Osteoarthtritis mencapai 5% pada usia < 40 tahun,30% pada usia 40 -
60 tahun,65% pada usia > 61 tahun. Untuk osteoarthtritis lutut prevalensinya

Universitas Sumatera Utara


2

cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Dari survey
WHO di Jawa ditemukan Osteoarthritis menempati urutan pertama (49%) dari
pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh
dari puskesmas Kel. Sari Rejo, Kec. Medan Polonia, penyakit sendi menempati
urutan kedua setelah ISPA yaitu dengan total 1359 orang. Angka ini menunjukkan
bahwa rasa nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat.

Manifestasi klinis dari penyakit ini antara lain nyeri dalam dan terlokalisasi
di sendi yang terkena, nyeri pada malam hari yang bisa mengganggu tidur dan
akan melemahkan pasien, kekakuan pada sendi yang terkena setelah inaktivitas
(misalnya saat bangun pagi hari). Akibat dari adanya keterbatasan gerak tersebut,
maka akan timbul perasaan nyeri yang terjadi saat peregangan.

Nyeri Kronis pada Osteoartrits sangat perlu diperhatikan karena sangat


menganggu aktifitas pasien. Gangguan tersebut bertingkat - tingkat, dan mulai
keluhan yang paling ringan yang tidak mengganggu aktifitas sehari-hari,sampai
yang paling berat sehingga pasien tidak bisa berjalan. Nyeri yang ditimbulkan
akan menyebabkan spasme otot yang jika dibiarkan terus menerus dapat
menyebabkan elastisitas jaringan akan menurun sehingga dapat menyebabkan
kontraktur yang akan berakhir dengan lingkup gerak sendi akan menjadi lebih
terbatas (Sigit, 2010).

Manajemen terpadu yang dilakukan dalam Penatalaksanaan nyeri yaitu


dengan melibatkan serta peran aktif pasien, termasuk memodifikasi gaya hidup
dan melakukan edukasi seperti : Pijat kaki, Kompres hangat pada sendi yang sakit
serta memberikan massage yang lembut pada ekstermitas yang terkena.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang penyakit


reumatik terutama pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dengan
Nyeri Kronis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien.

Universitas Sumatera Utara


3

2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini diharapkan penulis
mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
Osteoarthritis secara tepat.
b. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui proses keperawatan dari awal sampai akhir.
2) Melakukan pengkajian terhadap pasien dengan masalah nyeri kronis.
3) Merumuskan diagnosa keperawatan dengan tepat dengan masalah
nyeri kronis.
4) Menentukan rencana keperawatan yang tepat dengan masalah nyeri
kronis.
5) Melakukan implementasi sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat pada pasien dengan masalah nyeri kronis.
6) Melakukan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dengan masalah osteoartrhitis.

3. MANFAAT
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah wacana baru khususnya pada ilmu asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah nyeri kronis.
b. Bagi Akademik
Untuk menambah literatur di Keperawatan USU yang bisa dimanfaatkan
pembaca karya tulis ilmiah ini dalam penelitian selanjutnya terkait asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah nyeri kronis.
c. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses asuhan
keperawatan dengan masalah Osteoarthritis dan dapat menerapkan ilmu
yang diperoleh selama perkuliahan serta meningkatkan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Bagi Kebutuhan Klien
Menambah Pengetahuan Klien dan Keluarga tentang osteoartrhitis
khususnya tentang masalah kesehatan dengan nyeri kronis.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebutuhan Dasar


Aman dan Nyaman : Nyeri Kronis pada Pasien Osteoartrhitis

1. Definisi Nyeri.
Nyeri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang hanya dapat
diungkapkan oleh individu yang mengalaminya (bersifat subjektif) dan
persepsinya berbeda antara satu orang dengan yang lainnya (Sigit, 2010).

Definisi secara medis, International Association for study of pain (1979),


mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenagkan berkaitan dengan kerusakan jaringan bersifat aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan
(Sigit, 2010).

Definisi secara psikologis, Sternbach mengatakan nyeri sebgai sesuatu yang


abstrak, dimana nyeri terdapat padanya :

a. Personality, sensasi nyeri yang dirasakan individu bersifat pribadi


(subjektif).
b. Adanya stimulus yang merugikan sebagai peringatan terhadap kerusakan
jaringan.
c. Pola respon dari individu terhadap nyeri, sebagi alat proteksi untuk
melindungi dirinya dari kerugian yang ditimbulkan oleh nyeri. (Sigit,
2010).
Definisi keperawatan, McCaffery (1980) menyatakan bahwa nyeri adalah
segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi
kapansaja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Definisi ini menempatkan
seseorang pasien sebagai expert (ahli) di bidang nyeri, karena hanya pasienlah
yang tahu tentang nyeri yang ia rasakan. Bahkan nyeri adalah sesuatu yang sangat
subjektif, tidak ada ukuran yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang
merasakannya yang paling akurat dan tepat mendefinisikan nyeri (Sigit, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan :
a. Nyeri hanya dapat dirasakan dan digambarkan secara akurat oleh individu
yang mengalami nyeri itu sendiri.
b. Apabila seorang pasien mengatakan bahwa dia nyeri, maka dia benar
merasakan nyeri walaupun mungkin anda tidak menemukan adanya
kerusakan pada tubuh. Semua nyeri yang dikatakan pasien adalah nyata

Universitas Sumatera Utara


5

c. Nyeri mencakup dimensi psikis, emosional, kognitif, sosiokultural dan


spiritual.
d. Nyeri sebagi peringatan terhadap adanya ancaman yang bersifat aktual
maupun potensial (Sigit, 2010).
2. Fisiologi nyeri
Proses terjadinya nyeri berkaitan dengan adanya stimulus dan reseptor yang
menghantarkan nyeri. Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus
(rangsangan) nyeri. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa zat kimia, panas,
listrik serta mekanik. Stimulus-stimulus tersebut kemudian ditrnsmisikan dalm
bentuk impuls-impuls nyeri yang dikirimkan ke otak (Sigit, 2010)

3. Klasifikasi nyeri
Nyeri secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu nyeri akut
dan nyeri kronik. Terdapat batasan-batasan antara nyeri akut maupun kronik, baik
awitannya, stimulus yang menyebabkannya, durasi maupun respon yang
dihasilkan nyeri tersebut.
Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan
sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat (Meinhart & McCaffery,
1983; NH; 1986 dalam Sigit, 2010). Fungsi nyeri akut adalah untuk memberi
peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut biasanya akan
menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area yang dirusak pulih
kembali (Sigit, 2010).
Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya
bervariasi (ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan.
Penderita kanker mengalami maligna yang mengalami nyeri tidak terkontrol
biasanya akan merakan nyeri kronik terus menerus yang dapat berlangsung
sampai kematian (Sigit, 2010).Jenis nyeri lain yang spesifik misalnya, nyeri
phantom, nyeri psikogenik, nyeri somatik, nyeri viseral dan lain-lain (Sigit 2010).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


McCaffery dan Pasero (1999), (dalam Sigit, 2010) menyatakan bahwa hanya
klienlah yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri yang ia rasakan.
Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-
masing individu terhadap nyeri. Seorang perawat harus menguasai dan memahami
faktor-faktor tersebut agar dapat memberikan pendekatan yang tepat dalam
pengkajian dan perawatan terhadap klien yang mengalami masalah nyeri. Faktor-
faktor tersebut diantaranya:
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan
adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya orteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur.Osteoartritis hampir tak

Universitas Sumatera Utara


6

pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering
pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi, dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis. ( Soeroso, 2006 )
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan
malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis.
trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus
yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu
terjadinya degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008)
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai
contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut,
sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
(Soeroso, 2007).
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan
atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis
pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah
kebiasaan buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan kandungan
karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan
oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan (Eka Pratiwi,
2007).
g. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada
ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang
distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut,
dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering

Universitas Sumatera Utara


7

dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
(Soeroso, 2007).
h. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia
dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang
Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan. (Soeroso J. et all, 2007).

5. Patofisiologi
Umur diatas 60 tahun jenis kelamin Obesitas

Penuaan Wanita Sendi tdk

Kuat men-
Ahan beban

Penurunan jumlah Cairan Bentuk Penurunan hormonal tubuh

sinovial pada sendi punggul

melebar Penurunan absorbsi Depresi

Penurunan kalsium sendi berlang


Absorbsi kalsium Tekanan sendi

Kadar kalsium Penurunan

Beban lama aliran darah

OSTEOARTRHITIS

Perubahan komponen sendi Inflamasi nyeri


(Kolagen,prostiogtikas dan
jar Sub kandrial)
Pelepasan mediator

Universitas Sumatera Utara


8

Perubahan fungsi sendi nyeri

Menyentuh ujung
Deformitas sendi saraf nyeri

Sulit bergerak Timbulnya benjolan


Pada pinggiran sendi

MK: Hambatan mobilitas Nyeri


Fisik
MK: Nyeri kronis

6. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Tujuan dari pengkajiaan adalah untuk mengumpulkan,
mengorganisir, dan mencatat data yang telah menjelaskan respon manusia yang
mempengaruhi pola kesehatan klien (Isti, 2009).
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan
memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan
diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang
cocok,dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi
yang diberikan.
Tindakan perawatan yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama
nyeri akut adalah :
a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologi yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologi klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seseorang perawat di
dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donovan &
Girton, 1984 (dalam Sigit, 2010) mengidentifikasi komponen-komponen tersebut,
diantaranya :
a. Penentuan ada tidaknya nyeri
Melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika
pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak
menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien
adalah nyeri. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru
menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


9

b. Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T)


1. Faktor pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada
klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian tubuh
yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri
psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan
menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
2. Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh
klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat:
tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindik, perih,
tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam
melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
3. Lokasi (R: Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat
meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri,
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difusi
(menyebar). Dalam mendokumnetasikan hasil pengkajian tentang lokasi
nyeri, perawat hendaknya menggunakan bahasa anatomi atau istilah yang
deskriptif. Sebagai contoh pernyataan “Nyeri terdap dikuatran abdomen
kanan atas” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibandingkan “Klien
menyatakan bahwa nyeri terasa pada abdomen”.
4. Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang
paling sabjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan
nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang dan berat. Hal ini juga
bisa disebabkan karena memang pengalaman nyeri pada masing-masing
individu berbeda-beda. Dalam melakukan pengkajian keparahan nyeri,
dapat dilakukan dengan menggunakan pengukur skala nyeri sebagai
berikut:

Gambar 5 Skala nyeri wajah yang dikembangkan Wong & Baker (Sigit, 2010)

Universitas Sumatera Utara


10

5. Durasi (T: Time)


Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai
dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “Apakah nyeri yang
dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?”, “Seberapa sering
nyeri kambuh?”,atau dengan kata-kata lain yang semakna.
6. Faktor yang memperberat /memperingan nyeri
Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri
pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres dan yang
lainnya, sehingga dengan demikina perawat dapat memberikan tindakan
yang tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri pada klien.
Demikian halnya perawat perlu untuk mengetahui apakah klien
mempunyai cara-cara sendiri yang efektif untuk menghilangkan atau
menurunkan nyerinya, seperti mengubah posisi, melakukan tindakan
ritual, menggosok/massage bagian tubuh yang sakit, meditasi, atau
mengompres bagian tubuh yang nyeri dengan kompres dingin atau hangat.
c. Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan
thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat, dalam, dan
melibatkan organ-organ visceral (misal infark moikard, kolik akibat kandung
empedu, atau batu ginjal) maka system saraf simpatis menghasilkan suatu aksi.
(sigit, 2010). Resfon fisiologis yang timbul akibat nyeri antara lain:
1. Respon simpatik
a. Peningkatan frekuensi pernafasan
b. Dilatasi saluran bronkiolus
c. Peningkatan frekuensi denyut jantung
d. Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah)
e. Peningkatan kadar glukosa darah.
f. Diaforesis
g. Peningkatan tegangan otot
h. Dilatasi pupil
i. Penurunan motilitas saluran cerna
2. Respon parasimpatik
a. Pucat
b. Ketegangan otot
c. Penurunan denyut jantung atau tekanan darah
d. Pernapasan cepat dan tidak teratur
e. Mual dan muntah
f. Kelemahan atau kelelahan

Universitas Sumatera Utara


11

Perawat perlu untuk mengkaji klien berkaitan dengan adanya perubahan-


perubahan pada respon fisiologis terhadap nyeri di atas untuk mendukung
diagnosa dan membantu dalam memberikan terapi yang tepat.

d. Respon perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasanya ditunjukkan oleh pasien antara
lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagain yang sakit, menopang bagian nyeri
yang sakit, menggerakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis,
mengerutkan alis, ekspresi verbal menagis, mengerang, mengaduh, menjerit,
meraung, dan lain-lain.
e. Respon afektif
Ansietas (kecemasan) perlu digali dengan menanyakan pada pasien seperti:
“Apakah anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga adanya depresi, ketidak
tertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu
diperhatikan.
f. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam
kegiatan sehari-hari. Perubahan-perubahan yang perlu dikaji antara lain:
perubahan pola tidur (apakah nyeri mengganggu pola tidur klien), pengaruh nyeri
pada aktivitas sehari-hari misalnya: Makan, Minum, Mandi, Buang Air Besar
(BAB) atau Buang Air Kecil (BAK), serta Perubahan pola interaksi terhadaporang
lain (apakah nyeri mengganggu dalam berinteraksi terhadap orang disekitarnya).
g. Persepsi klien tentang nyeri
Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri,
bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses
penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan disekitarnya.
h. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
Terkadangan individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi
terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa
klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara
tersebut dan apakah bisa digunakan saat klien menjalani perawatan di rumah sakit.
Apabila cara tersebut dapat digunakan, perawat dapat memasukkannya dalam
rencana tindakan.

7. Analisa Data
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data
yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk
mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri, dan hasil
konsultasi dari media (terapi) atau profesi kesehatan lainnya.
Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau
respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada klien. Pengkajain fokus

Universitas Sumatera Utara


12

keperawatan adalah suatu pemilihan data spesifik yang ditentukan oleh perawat,
klien dan keluarga berdasarkan keadaan klien.
Tujuan mengumpulkan data adalah untuk memperoleh informasi tentang
keadaan kesehatan pasien, menilai keadaan kesehatan pasien, membuat keputusan
yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. Pengumpulan data
dibagi menjadi dua tipe, yaitu Data Subyektif dan Data Obyektif. Data Subyektif
adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian. Dari Data Suyektif menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang
masalah kesehatan. Sedangkan Data Obyektif adalah data yang didapatkan dari
observasi dan pengukuran. Data Obyektif didasarkan pada fenomena yang dapat
diamati dan dipertunjukkan secara faktual. Dalam pengumpulan data, metode
yang dilakukan yaitu: Komunikasi yang efektif, Observasi dan Pemeriksaan fisik.
Teknik dalam pemeriksaan fisik ada 4, yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan
Auskultasi.

8. Rumusan Masalah
Rencana tindakan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Rencana asuhan keperawatan bersifat individual, tergantung nyeri yang dialami
klien. Berdasarkan rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri,
Intervensi North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) dengan
diagnosa nyeri kronis.
a. Nyeri Kronis
Defenisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan, akibat
kerusakan jaringan aktual atau digambarkan dengan istilah kerusakan
(International Association for the Study of Pain) awitan yang tiba-tiba atau
perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya > 6.
Batasan Karakteristik
Mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat atau menunjukkan bukti
sebagai berikut:
Subjektif
Depresi
Keletihan
Takut kembali cedera
Objektif
Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
Anoreksia
Atrofi kelompok otot yang terlibat
Perubahan pola tidur
Wajah topeng

Universitas Sumatera Utara


13

Perilaku melindungi
Iritabilitas
Perilaku protektif yang dapat diamati
Penurunan interaksi dengan orang lain
Gelisah
Berfokus pada diri sendiri
Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (misalnya suhu, dingin, perubahan,
posisi tubuh, dan hipersensitivitas)
Perubahan berat badan.
Faktor yang Berhubungan
Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis (misalnya kanker metastasis, cedera
neurologis, dan arthritis).
b. Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi : Keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada
tubuh atau ekstremitas atau lebih.
Tingkat 0: Mandiri total
Tingkat 1: Memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu
Tingkat 2: Memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertologan, pengawasan
atau pengajaran.
Tingkat 3: Membutuhkan bantuan dari olang lain dan peralatan atau alat bantu
Tingkat 4: Ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Batasan Karakteristik

Objektif
a. Penurunan waktu reaksi.
b. Kesulitan membolak-balik posisi tubuh.
c. Asyik dengan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya,
peningkatan perhatian terhadap aktivitas orang lain, perilaku
mengendalikan, berfokus pada kondisi sebelum sakit atau ketunadayaan
aktivitas.
d. Dispnea saat beraktivitas
e. Perubahan cara berjalan (misalnya, penurunan aktivitas dan kecepatan
berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan
menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayun kesamping).
f. Pergerakan menyentak
g. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus.
h. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar.
i. Keterbatasan rentang pergerakan sendi.
j. Tremor yang diinduksi oleh pergerakan.
k. Ketidakstabilan postur tubuh (saat melakukan rutinitas aktivitas kehidupan
sehari-hari).
l. Melambatnya pergerakan.

Universitas Sumatera Utara


14

m. Gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi.

Faktor yang berhubungan, Kemungkinan berhubungan dengan :

a. Perubahan metabolisme sel.


b. Indeks massa tubuh di atas persendian ke-75 sesuai usia.
c. Gangguan kognitif
d. Kepercayaan budaya terkaid aktivitas sesuai dengan usia.
e. Penurunan kekuatan, kendali, atau massa otot.
f. Keadaan alam perasaan depresi atau ansietas.
g. Keterlambatan perkembangan.
h. Ketidaknyamanan.
i. Intoleransi aktivitas dan penurunan kekuatan dan ketahanan.
j. Kaku sendi atau kontraktur.
k. Defisiensi pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik.
l. Kurang dukungan lingkunagn fisik atau sosial.
m. Keterbatasan ketahanan kardiovaskuler.
n. Hilangnya integritas struktur tulang.Medikasi.
o. Gangguan muskoloskeletal.
p. Gangguan neuromuskolar.
q. Nyeri.
r. Program pembatasan pergerakan.
s. Keengganan untuk memulai pergerakan.
t. Gaya hidup yang kurang gerak atau disuse atau melemah.
u. Malnutrisi (umum atau selektif).
v. Gangguan sensori persepsi.

Universitas Sumatera Utara


15

B. Asuhan Keperawatan Kasus

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KEL. SARI REJO

1. Pengkajian
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : Tamat SD Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl.Karya Bakti, Gg.USB, Kel.Sari rejo, Kec.Medan
polonia
Tanggal Pengkajian : 17 juni 2017
Diagnosa Medis : Osteoartritis

II. KELUHAN UTAMA


Ny. M mengatakan kaki kanan dan kirinya sakit, nyeri, kekakuan dan terkadang
sulit digerakkan saat melakukan aktivitas, yang sering terjadi kaki sebelah kiri.
Hal itu dirasakan oleh Ny.M sejak 2 tahun terakhir.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/palliative
1) Apa penyebabnya :
Penyebabnya karena terlalu lama berdiri dalam melakukan aktivitas.
2) Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Message dengan kaki yang sakit dan istirahat.
B. Quantity/quality
1) Bagaimana dirasakan
Nyeri dengan intensitas sedang yaitu skala nyeri 6.
2) Bagaimana dilihat
Klien terlihat message kakinya dan wajahnya terlihat meringis.

Universitas Sumatera Utara


16

C. Region
1) Dimana lokasinya
Nyeri dirasakan dibagian kaki kanan dan kiri
1) pakah menyebar
Ya, Klien mengatakan terkadang menyebar ke pergelangan kaki
D. Severity
Nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien
tidak bisa berjalan.
E. Time
Nyeri timbul Ketika cuaca dingin dan setelah selesai beraktivitas.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami : Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang
serius, hanya mengalami demam biasa saja.
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan : Kien mengatakan pernah memeriksan
ke dokter yang ada dilingkungan itu
C. Pernah dirawat / dioperasi : Klien mengatakan tidak pernah dirawat / dioperasi.
D. Lama dirawat : -
E. Alergi : Klien alergi makan udang.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang Tua
Klien mengatakan orang tuanya tidak mempunyai penyakit yang sama
dengannya.
B. Saudara Kandung
Klien mengatakan saudara kandungnya tidak memiliki penyakit yang sama
dengannya
C. Penyakit ketururan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan pada keluarga klien.
D. Anggota keluarga yang meninggal : orang tua klien.
E. Penyebab meninggal : Klien mengatakan penyebab meningggal karena
memang sudah lanjut usia.

Universitas Sumatera Utara


17

GENOGRAM

Tn.A
Ny.M

Keterangan:
:Laki-laki : Yang sudah meninggal

: Perempuan : Yang sudah meninggal

: Pasien

: Tinggal 1 rumah

Keterangan:
:Laki-laki : Yang sudah meninggal

: Perempuan : Yang sudah meninggal

: Pasien

: Tinggal 1 rumah

Universitas Sumatera Utara


18

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Persepsi pasien tentang penyakitnya :
 Klien mengetahui penyakitnya dan berharap lekas sembuh
B. Konsep Diri :
 Gambaran diri : Klien mengatakan berat badannya mulai menurun dan
mudah lelah.
 Ideal diri : Klien mengharapkan agar diberikan ketabahan dalam
menghadapi penyakitnya.
 Harga diri : Klien merasa senang tinggal dirumahnya.
 Peran diri : Klien merupakan ibu rumah tangga.
 Identitas : Klien adalah ibu dari 5 orang anaknya dan anak – anaknya
sudah mempunyai keluarga kecil.
C. Keadaan Emosi :
 Keadaan emosi pasien dalam keadaan stabil.
D. Hubungan sosial :
 Orang yang berarti : Suami, anak dan cucunya.
 Hubungan dengan keluarga : Harmonis dengan keluarga yang ada.
 Hubungan dengan orang lain : Baik, klien mau bergaul dengan
tetangganya.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada.
E. Spiritual :
 Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam dan mengikuti perwiritan di
lingkungannya setiap hari selasa, kamis, dan sabtu.
 Kegiatan ibadah : klien secara rutin mengikuti ibadah sesuai agamanya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum : Klien dalam kondisi baik, namun terlihat kondisi kaki lemah
sehingga perlu bantuan tongkat untuk berjalan.
B. Tanda-tanda Vital
 Suhu tubuh : 36.8 C
 Tekanan darah : 120/ 70 mmhg
 Nadi : 82 x/i
 RR : 21 x/i
 Skala nyeri : 6
 TB : 150 cm
 BB : 67 kg
C. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala dan rambut :
 Bentuk : Bulat dan simetris.
 Ubun-ubun : Tidak ada kelainan.
 Kulit kepala : Bersih Rambut.

Universitas Sumatera Utara


19

 Penyebaran dan keadaan rambut : rambut menyebar merata dan


banyak uban.
 Bau : tidak berbau.
 Warna kulit : sawo matang.
2) Wajah :
 Warna kulit : sawo matang.
 Struktur wajah : bulat.
3) Mata :
 Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris.
 Palpebra : normal.
 Konjungtiva dan sclera : Konjunctiva tidak pucat dan sclera tidak
ikterik.
 Pupil : isokor.
 Kornea dan iris : reflek terhadap cahaya +
4) Hidung
 Tulang hidung dan posisi septum nasi : normal dengan letak medial
 Lubang hidung : simetris
 Telinga
 Bentuk telinga : simetris
 Ukuran telinga : normal
 Lubang telinga : terdapat serumen
 Ketajaman pendengaran : pendengaran klien berkurang
5) Mulut
 Keadaan bibir : bibir klien kering − Keadaan gusi dan gigi : tidak ada
pembengkakan − Keadaan lidah : normal (medial)
6) Leher
 Thyroid : Tidak ada pembesaran KGB.
 Suara : Klien mengeluarkan kata - kata dengan jelas.
 Denyut nadi karotis : teraba.
 Vena jugularis : teraba
7) Pemeriksaan Integument
 Kebersihan : bersih
 Kehangatan : akral hangat.
 Warna : sawo matang.
 Turgor : baik (kulit cepat kembali).
 Kelembaban : kulit tampak tidak kering.
 Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan
8) Pemeriksaan Thoraks/Dada
 Inspeksi thoraks : simetris.
 Pernafasan : 21x/i dan teratur

Universitas Sumatera Utara


20

9) Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : tidak ada benjolan.
 Palpasi : tidak ada tanda nyeri tekan
10) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
 Tidak dilakukan
11) Kesimetrisan
 Ekstremitas atas : Tangan kanan dan kiri simetris.
 Ekstremitas bawah : Jari – jari kaki kanan dan kiri tidak simetris
(Asimetris).
 Edema : tidak ada edema.
 Kekuatan otot : kekuatan otot telah berkurang dimana klien lebih sering
duduk dan bila berjalan lambat serta menggunakan alat bantu berjalan.
 Pemeriksaan Neurologi : GCS = 15 ; E = 6, M =4, V = 5

12) Fungsi motorik


 Cara berjalan : Klien berjalan lambat.
 Pronasi dan Supinasi : Klien mampu membalik - balikkan tangan.
 Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan bantuan.
13) Fungsi Sensorik
 Test tajam – tumpul : Klien dapat membedakan tajam dan tumpul.
 Test panas - dingin : Klien dapat membedakan panas dan dingin.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Pola Makan dan Minum
 Frekuensi makan/hari : Klien makan 3 kali per hari.
 Nafsu/selera makan : klien mengatakan selera makannya baik.
 Waktu pemberian makan : Pagi, siang dan malam.
 Jumlah dan jenis makan : 1 piring sekali makan dan makanan biasa.
 Waktu pemberian cairan/ minuman : Meminum air putih.
2. Perawatan Diri / Personal Hygiene
 Kebersihan tubuh : Mandi 2 kali per hari.
 Kebersihan gigi dan mulut : gosok gigi 2 kali per hari.
 Kebersihan kuku kaki dan tangan : Pemotongan kuku jika panjang.
3. Pola Kegiatan / Aktivitas
 Klien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya, hanya jalan-
jalan sebentar dan terkadang menyiram bunga.
4. Pola Eliminasi
a) BAB
 Pola BAB : 1 kali /hari.
 karakter feses : kuning,lembek.

Universitas Sumatera Utara


21

 Riwayat Pendarahan : tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi


diare.
b) BAK
 Pola BAK : 6-7 kali/ hari.
 Karakter urine : Kuning tidak terlalu pekat.
 Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada.
 Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada.

2. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS : Osteoarthritis Nyeri Kronis
1.  Klien mengatakan nyeri
kaki kirinya dan kadang
menyebar ke pergelangan Efusi sendi
kaki.
DO :
 Klien nampak memijit – Penyempitan
mijit kaki nya rongga sendi
 Skala nyeri 6
 TD : 120 / 70 mmHg
 T : 36,8 C
Gerakan akibat
 HR : 81 x / i.
aktivitas
 RR : 21 x / i.

Nyeri kronis

DS : Osteoartrhitis
2.
 Klien mengatakan kaki
Hambatan
kirinya sulit digerakkan
mobilitas fisik
pada saat beraktivitas.
 Klien mengatakan nyeri Perubahan fungsi
yang dirasakan tulang
mengganggu aktivitas
karena pernah membuat
klien tidak bisa berjalan.
Deformitas sendi
DO :
 Klien terlihat
menggunakan tongkat
ketika berjalan. Sulit bergerak
 Klien terlihat kesulitan

Universitas Sumatera Utara


22

ketika berjalan.

Hambatan
Mobilitas fisik

3. Masalah Keperawatan.
1. Nyeri Kronis.
2. Hambatan Mobilitas Fisik.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan gerakan akibat aktivitas ditandai dengan
wajah meringis dan skala 6.
2. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakefektifan bergerak
ditandai dengan kesulitan berjalan.

4. Perencanaan Keperawatan NIC dan NOC


No. NOC NIC
Dx
1. Tingkat nyeri, indikatornya : Manajemen nyeri :
 Nyeri yang dilaporkan skala  Lakukan pengkajian nyeri
2. komprehensif yang meliputi
 Ekspresi nyeri wajah skala 2. lokasi, karakteristik, frekuensi,
 Menggosok area yang terkena dan beratnya nyeri.
dampak skala 3.  Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai
nyeri.
 Berikan informasi mengenai
nyeri,seperti penyebab nyeri.
Sentuhan, aktivitas – aktivitasnya:
 Evaluasi kesiapan pasien ketika
menawarkan terapi sentuhan.
 Kaji lingkungan sekitar sebelum
menawarkan terapi sentuhan.
 Tentukan bagian tubuh mana
yang diprioritaskan untuk
dilakukan terapi sentuhan dan
lama terapi sentuhan sehingga
mampu menciptakan respon
positif dari pasien.

Universitas Sumatera Utara


23

2. Pengetahuan Aktivitas yang Terapi Aktivitas, indikatornya :


disarankan, indikatornya :  Bantu klien untuk
 Aktivitas yang disarankan mengidentifikasi aktifitas yang
skala 3. diinginkan.
 Manfaat aktivitas yang  Bantu klien untuk
disarankan. mengidentifikasi aktifitas yang
 Pembatasan aktivitas yang bermakna.
disarankan skala 3.  Bantu klien untuk
mengidentifikasi kelemahan
dalam level aktivitas tertentu.

5. Catatan Perkembangan dan Pelaksanaan Keperawatan


Hari / Pukul No. Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Tanggal Dx
Sabtu, 11.00 1.  Mengkaji lokasi dan S :Klien mengatakan
17 juni – tingkatan nyeri. “kaki kiri saya
2017 12.00  Memberikan kompres nyeri,kadang sampai
wib hangat pada daerah nyeri. ke pergelangan kaki.
 Mengkaji skala nyeri. O:
 Memberikan massage  Klien memiji-mijit
pada daerah yang nyeri. kakinya.
 Mengukur TTV klien.  TD: 120/70 mmHg.
 HR 82 x / i
 T : 36,7 x / i
 RR : 22 x / i
 Skala : 6
A:
NOC : Tingkatan nyeri
dengan indikator
 Nyeri yang
dilaporkan skala 2.
 Ekspresi wajah skala
2.
 Menggosok area
yang terkena dampak
skala 3
NIC : Manajemen nyeri
dengan indikator
 Lokasi nyeri didaerah
lutut dan menyebar
ke pergelangan kaki..
 Telah diberi tau
kepada pasien
penyebab nyeri yang

Universitas Sumatera Utara


24

dialaminya.
Sentuhan, aktivitas –
aktivitasnya:
 Evaluasi kesiapan
pasien ketika
menawarkan terapi
sentuhan.
 Kaji lingkungan
sekitar sebelum
menawarkan terapi
sentuhan.
 Tentukan bagian
tubuh mana yang
diprioritaskan untuk
dilakukan terapi
sentuhan dan lama
terapi sentuhan
sehingga mampu
menciptakan respon
positif dari pasien.
Masalah belum teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan.
Sabtu, 12.00 2.  Menyarankan aktivitas S : Klien mengatakan
17 juni – yang sesuai dengan pasien “pada saat mengikuti
2017 13.00 dan tidak melakukan arisan dilingkungan
wib aktivitas yang berlebihan. sebelah,tiba-tiba kaki ibu
 Memberitahu pasien nyeri dan sulit
manfaat aktivitas yang digerakkan, untung saja
disarankan. ada tetangga dekat
 Memberi batasan aktivitas rumah memikul ibu
kepada pasien. sampai kerumah”.
 Menyarankan pasien O:
menggunakan tongkat Klien nampak pakai
saat melakukan aktivitas. tongkat pada saat saya
 Melakukan penkes nyeri pengakajian.
kronis kepada klien dan Klien nampak sulit
keluarga. menggerakkan kaki kiri
nya.
TD : 120/60 mmHg.
T : 36,7 c.
A:
NOC : Pengetahuan
Aktivitas yang disaranka
indikator
 Aktivitas yang
disarankan skala 3.
 Manfaat aktivitas

Universitas Sumatera Utara


25

yang disarankan.
 Pembatasan aktivitas
yang disarankan skala
3.
NIC : Terapi aktivitas
indikator
 Klien tidak boleh
melakukan aktivitas
yang berlebihan
seperti mengikuti
arisan diluar
lingkungan IV.
 Memberitahu pasien
aktivitas yang
bermakna sesuai
kemampuan fisiknya
seperti memasak
melipat pakaian,
menggosok pakaian,
dan lainnya.
 Klien tidak boleh
melakukan aktivitas
terlalu lama berdiri.
Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Minggu, 09.00 1.  Mengkaji indikator S : Klien mengatakan
18 juni – tingkatan nyeri “nyeri nya udah mulai
2017 10.00  Mengkaji ekspresi wajah berkurang dek,biasanya
wib klien. nyerinya tu sampai buat
 Melakukan message ibu terduduk lebih
halus kepada klien. lama”.
 Mengakaji karakteristik O : Klien masih memiji-
kemerahan dan bengkak. mijit kakinya dan wajah
 Mengkompres hangat klien mulai tidak
bagian yang nyeri dan meringis kesakitan.
yang bengkak.  TD: 130/70 mmHg.
 Mengkaji TTV dan skala  HR 82 x / i
nyeri  T : 36,5 x / i
 RR : 22 x / i
 Skala : 5
A:
NOC : Tingkatan nyeri
indikatornya
 Nyeri yang dikaji
skala 3

Universitas Sumatera Utara


26

 Ekspresi wajah skala


3
 Menggosok area
yang terkena dampak
3
NIC : Manajemen nyeri
 Klien sudah paham
apa penyebab nyeri
yang dialaminya
setelah dijelaskan
perawat.
 Klien sudah
mempunyai
pengetahuan tentang
nyeri setelah
dilakukan penkes.
Sentuhan, aktivitas –
aktivitasnya:
 Evaluasi kesiapan
pasien ketika
menawarkan terapi
sentuhan.
 Kaji lingkungan
sekitar sebelum
menawarkan terapi
sentuhan.
 Tentukan bagian
tubuh mana yang
diprioritaskan untuk
dilakukan terapi
sentuhan dan lama
terapi sentuhan
sehingga mampu
menciptakan respon
positif dari pasien.
Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.
Minggu, 10.00 2.  Menyarankan aktivitas S : Klien mengatakan
18 juni – yang sesuai dengan pasien “ibu sudah mulai
2017 11.00 dan tidak melakukan mengurangi jadwal
wib aktivitas yang berlebihan. aktivitas ibu”.
 Memberitahu pasien O : Klien nampak
manfaat aktivitas yang menggunakan masih
disarankan. menggunakan tongkat
 Memberi batasan aktivitas saat beraktivitas.
kepada pasien. klien nampak tidak
melakukan aktivitas

Universitas Sumatera Utara


27

 Menyarankan pasien yang jauh dari rumah.


menggunakan tongkat Klien melakukan
saat melakukan aktivitas. aktivitas yang ringan.
 Mengkaji aktivitas yang A:
dilakukan klien. NOC : Pengetahuan
 Melakukan penkes Aktivitas yang disaranka
tentang nyeri kronis indikator
kepada klien dan  Aktivitas yang
keluarga. disarankan skala 2.
 Manfaat aktivitas
yang disarankan skala
2.
 Pembatasan aktivitas
yang disarankan skala
2.
NIC : Terapi aktivitas
indikator
 Klien tidak boleh
melakukan aktivitas
yang berlebihan
seperti mengikuti
arisan diluar
lingkungan IV.
 Memberitahu pasien
aktivitas yang
bermakna sesuai
kemampuan fisiknya
seperti memasak
melipat pakaian,
menggosok pakaian,
dan lainnya.
 Klien tidak boleh
melakukan aktivitas
terlalu lama berdiri.
Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.

Senin, 09.00 1.  Mengkaji indikator S : Klien mengatakan


19 juni – tingkatan nyeri “nyeri nya udah mulai
2017 10.00  Mengkaji ekspresi wajah berkurang dek”.
wib klien. O : klien mulai tidak
 Melakukan message meringis kesakitan.
halus kepada klien.  TD: 130/70 mmHg.
 Mengakaji karakteristik  HR 82 x / i
kemerahan dan bengkak.  T : 36,5 x / i

Universitas Sumatera Utara


28

 Mengkompres hangat  RR : 22 x / i
bagian yang nyeri dan  Skala : 4
yang bengkak. A:
 Mengkaji TTV dan skala NOC : Tingkatan nyeri
nyeri indikatornya
 Nyeri yang dikaji
skala 4
 Ekspresi wajah skala
4
 Menggosok area
yang terkena dampak
4
NIC : Manajemen nyeri
 Klien sudah paham
apa penyebab nyeri
yang dialaminya
setelah dijelaskan
perawat.
 Klien sudah
mempunyai
pengetahuan tentang
nyeri setelah
dilakukan penkes.
Sentuhan, aktivitas –
aktivitasnya:
 Evaluasi kesiapan
pasien ketika
menawarkan terapi
sentuhan.
 Kaji lingkungan
sekitar sebelum
menawarkan terapi
sentuhan.
 Tentukan bagian
tubuh mana yang
diprioritaskan untuk
dilakukan terapi
sentuhan dan lama
terapi sentuhan
sehingga mampu
menciptakan respon
positif dari pasien.
Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara


29

Senin, 10.00 2.  Menyarankan aktivitas S : Klien mengatakan


19 juni – yang sesuai dengan pasien “ibu sudah mulai
2017 11.00 dan tidak melakukan mengurangi jadwal
wib aktivitas yang berlebihan. aktivitas ibu”.
 Memberitahu pasien O : Klien nampak
manfaat aktivitas yang menggunakan masih
disarankan. menggunakan tongkat
 Memberi batasan aktivitas saat beraktivitas.
kepada pasien. klien nampak tidak
 Menyarankan pasien melakukan aktivitas
menggunakan tongkat yang jauh dari rumah.
saat melakukan aktivitas. Klien melakukan
 Mengkaji aktivitas yang aktivitas yang ringan.
dilakukan klien. A:
 Melakukan penkes NOC : Pengetahuan
tentang nyeri kronis Aktivitas yang disaranka
kepada klien dan keluarga indikator
 Aktivitas yang
disarankan skala 2.
 Manfaat aktivitas
yang disarankan skala
2.
 Pembatasan aktivitas
yang disarankan skala
2.
NIC : Terapi aktivitas
indikator
 Klien tidak boleh
melakukan aktivitas
yang berlebihan
seperti mengikuti
arisan diluar
lingkungan IV.
 Memberitahu pasien
aktivitas yang
bermakna sesuai
kemampuan fisiknya
seperti memasak
melipat pakaian,
menggosok pakaian,
dan lainnya.
 Klien tidak boleh
melakukan aktivitas
terlalu lama berdiri.
Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. M dengan gangguan Kebutuhan
Dasar Aman dan Nyaman : Nyeri Kronis yang didukung dengan data –
data yang mendukung yaitu klien mengatakan nyeri, kekakuan, dan sulit
digerakkan pada saat melakukan aktivitas yang terlalu lama. Setelah
dilakukan pengkajian intensitas nyeri, dengan skala nyeri 6. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan dari hasil pengkajian data fokus ditentukan
4 Prioritas Masalah Keperawatan yang di alami Ny.M yaitu:
3. Nyeri kronis berhubungan dengan dengan gerakan akibat aktivitas
ditandai dengan wajah meringis dan skala 6.
4. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakefektifan
bergerak ditandai dengan kesulitan berjalan.
2. Perencanaan dalam proses asuhan keperawatan dimulai setelah data - data
terkumpul, dianalisa dan kemudian ditetapkan masalah keperawatan.
Perencanaan disusun berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan yang
disesuaikan dengan kondisi klien. Kriteria hasil sebagai alat ukur
pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencanan
keperawatan.
3. Implementasi dilakukan dengan perencanaan keperawatan yang telah
dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan dan
dilakukan kepada klien dan keluarga untuk mencapai kriteria hasil dan
tujuan yang telah disusun.
4. Dalam perawatan dirumah, keluarga khususnya ibu klien tampak selalu
mepraktekkan apa yang telah diajarkan dalam perawatan klien di rumah
untuk mengatasi masalah-masalah klien, seperti mengurangi bengkak pada
daerah lutut dan mengurangi rasa nyeri.
5. Dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada Ny. M, belum ada
masalah keperawatan yang teratasi, hanya teratasi sebagian saja.

30

Universitas Sumatera Utara


31

B. Saran
1. Bagi Pasien
Dalam mengatasi nyeri pada klien dianjurkan untuk melakukan teknik
manajemen nyeri, terapi aktivitas, dan sentuhan.
2. Bagi Keluarga
Diharapkan keluaraga selalu memotivasi, membantu, memantau dan
memfasilitasi klien dalam mengatasi nyeri yang dirasakan klien.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Disarankan pada perawat untuk mengatasi masalah keperawatan dasar :
Nyeri kronis pada Ny. M dengan memberi harapan untuk sembuh dari
penyakitnya.
4. Bagi Pendidikan Keperawatan
Disarankan kepada pendidikan, Perguruan Tinggi Ilmu Keperawatan
khususnya bagi penanggung jawab mata kuliah kebutuhan dasar manusia
tentang asuhan keperawatan pada klien mengajarkan materi tentang
tindakan keperawatan pada klien luka lecet akibat kecelakan dengan
gangguan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman : Nyeri Kronis.
5. Bagi Mahasiswa
Disarankan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian tentang
asuhan keperawatan pada klien Osteoarthritis akibat penyakit penuaan
usia khususnya tentang masalah kebutuhan dasar Nyeri kronis.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ana Nurkhasanah, (2015). Ilmu Keperawatan (Kumpulan Asuhan Keperawatan,


Nanda, NIC, NOC 2011, 2014). Dikutip 17 Juni 2017 dari
http://www.Askepkeperawatan. Com

Bandiah, S., (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika

Doengoes, Marilyn E., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta:
EGC

Eka Pratiwi Maharani, (2007). Penyakit Osteoartritis. pdf. (diakses : tanggal 27


Juli 2017, pukul 09.40 WIB).

Handayaningsi Isti, (2009). Dokumentasi Keperawatan “DAR” panduan, konsep,


dan Aplikasi. Cetakan ke 2. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Prasetyo, Sigit Nian., (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi, (1999). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FK Universitas Indonesia

Rosdahl, Carolina Bunker, dkk., (2014). Buku Ajaran Keperawatan Dasar. Edisi
10. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzanne C., (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC

Soeroso, (2007). Konsep Medis Osteoartritis. pdf. (diakses : tanggal 27 Juli


2017, pukul 09.50 WIB).
Wilkinson dan Ahren, (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Diagnosa
Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC

32

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1: SAP dan Media SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Teknik Mengatasi Nyeri

Sasaran : Keluarga Ny. M

Hari/Tanggal : Senin / 19 Juni 2017

Waktu : 09.00- 10.00 WIB

Tempat : Jl. Karya Bakti Gg.USB, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan


Medan Polonia

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan penyuluhan, Kelurga Tn. H dapat mengerti tentang
cara mengatasi nyeri dengan cara kompres hangat dan masase
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyuluhan, Keluarga Ny. M dapat menjelaskan:
a. Pengertian nyeri
b. Cara pengukuran skala nyeri
b. Klasifikasi nyeri
c. Tujuan mengatasi nyeri
d. Cara mengatasi nyeri dengan teknik non-farmakologi

B. Pokok Bahasan : Nyeri dan mengatasi nyeri dengan cara kompres hangat
dan masase

C. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian nyeri
2. Cara pengukuran skala nyeri
3. Klasifikasi nyeri
4. Tujuan mengatasi nyeri
5. Cara mengatasi nyeri dengan teknik non-farmakologi

Universitas Sumatera Utara


D. Kegiatan dan Media Penyuluhan

Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu Media


Penyuluhan Penyuluhan (menit)
Pendahuluan 1. Menjelaskan Mendengarkan dan 10 Liflet
secara singkat Memperhatikan
topik dan
subtopik.
2. Menjelaskan
tujuan
penyuluhan
kesehatan
tentang
mengatasi nyeri
dengan teknik
non-farmakologi.
Isi Menjelaskan Mendengarkan dan 30 Liflet
uraian – uraian memperhatikan
penyuluhan penjelasan yang
kesehatan tentang diberikan.
mengatasi nyeri
dengan teknik non-
farmakologi yang
terdiri dari :
1. Pengertian
nyeri

2. Cara
pengukuran
skala nyeri

3. Klasifikasi
nyeri

4. Tujuan
mengatasi nyeri

5. Cara mengatasi
nyeri dengan
teknik non-
farmakologi

Penutup 1. Melakukan test 1. Menjawab 20 Liflet


atau tanya jawab pertanyaan
kepada peserta 2. Mendengarkan
2. Mengklarifikasi penjelasan
jawaban peserta

Universitas Sumatera Utara


(umpan balik)
3. Menyampaikan
kesimpulan
tentang
penyuluhan
kesehatan dan
memotivasi
klien dan
keluarga.

E. Evaluasi
Untuk mengetahui pemahaman keluarga Ny. M tentang penyuluhan yang
dilakukan maka diadakan evaluasi dengan harapan mendapatkan hasil
memuaskan antara lain:
1. Keluarga Ny. M mengerti tentang pengertian Nyeri
2. Keluarga Ny. M mengerti tentang Cara pengukuran skala nyeri
3. Keluarga Ny. M mengerti tentang Klasifikasi nyeri
4. Keluarga Ny. M mengerti tentang Tujuan mengatasi nyeri
5. Keluarga Ny. M mengerti tentang cara mengatasi nyeri dengan teknik non-
farmakologi

Materi Nyeri dan Cara mengatasi nyeri dengan teknik non-farmakologi

A. Pengertian
Nyeri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang hanya dapat
diungkapkan oleh individu yang mengalaminya (bersifat subjektif) dan
persepsinya berbeda antara satu orang dengan yang lainnya (Sigit, 2010).

B. Cara Pengukuran Skala Nyeri


Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk
melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit
apabila nyeri yang dirasakan bersifat difusi (menyebar). Dalam
mendokumnetasikan hasil pengkajian tentang lokasi nyeri, perawat hendaknya
menggunakan bahasa anatomi atau istilah yang deskriptif. Sebagai contoh
pernyataan “Nyeri terdap dikuatran abdomen kanan atas” adalah pernyataan yang
lebih spesifik dibandingkan “Klien menyatakan bahwa nyeri terasa pada

Universitas Sumatera Utara


abdomen”.Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang
paling sabjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri
yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang dan berat. Hal ini juga bisa
disebabkan karena memang pengalaman nyeri pada masing-masing individu
berbeda-beda. Dalam melakukan pengkajian keparahan nyeri, dapat dilakukan
dengan menggunakan pengukur skala nyeri sebagai berikut:

Gambar 5 Skala nyeri wajah yang dikembangkan Wong & Baker (dalam Sigit,
2010).

C. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intensitas
yang bervariatif (ringan sampai berat) dan berlangsung dalam waktu
singkat.
b. Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya
bervariasi (ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung lebih dari 6
bulan. (Sigit, 2010).

D. Tujuan Mengatasi Nyeri


1. Mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri.
2. Mengalihkan perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang.
3. Mengurangi kecemasan.

E. Cara Mengatasi Nyeri


1. Teknik Relaksasi
Teknik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara
perlahan melalui mulut dengan gerakan lambat dan teratur.
2. Teknik Imajinasi Terbimbing Membayangkan sesuatu yang menarik dan
menyenangkan.
3. Teknik rangsangan dan masase (pijatan)
Memberikan rasa nyaman pada penderita nyeri dengan tujuan untuk
Menghalani rangsangan nyeri ke otak.
Contohnya:
Menggosok kulit atau mengusap-usap kulit.
Kompres dengan air panas atau hangat

Universitas Sumatera Utara


4. Teknik Distraksi
Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain pada nyeri misalnya:
Menonton TV
Menggambar
Membaca
Mendengarkan Musik
Bermain kesukaannya
Dll.

DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Sigit Nian., (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Universitas Sumatera Utara


Lampiran: Alat-alat penyuluhan dan Foto-foto Tindakan

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1 Poster Osteoarthritis

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2 Melakukan pengkajian daerah ekstremitas bawah klien.

Gambar 3 Melakukan penyuluhan kesehatan tentang cara mengatasi nyeri kepada


klien dan keluarga klien.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4 dan 5 Mengajari klien cara mengatasi nyeri dengan teknik sentuhan
lembut.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6 Penyerahan poster setelah melakukan penyuluhan kesehatan tentang
Osteoarthritis

Gambar 7 Mengkaji tekanan darah pasien.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai