Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Ramadiansyah Sitompul
142500095
ii
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
iii
iv
1. LATAR BELAKANG
Anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat
deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan
sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul,
dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi
kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.
cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Dari survey
WHO di Jawa ditemukan Osteoarthritis menempati urutan pertama (49%) dari
pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh
dari puskesmas Kel. Sari Rejo, Kec. Medan Polonia, penyakit sendi menempati
urutan kedua setelah ISPA yaitu dengan total 1359 orang. Angka ini menunjukkan
bahwa rasa nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat.
Manifestasi klinis dari penyakit ini antara lain nyeri dalam dan terlokalisasi
di sendi yang terkena, nyeri pada malam hari yang bisa mengganggu tidur dan
akan melemahkan pasien, kekakuan pada sendi yang terkena setelah inaktivitas
(misalnya saat bangun pagi hari). Akibat dari adanya keterbatasan gerak tersebut,
maka akan timbul perasaan nyeri yang terjadi saat peregangan.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini diharapkan penulis
mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
Osteoarthritis secara tepat.
b. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui proses keperawatan dari awal sampai akhir.
2) Melakukan pengkajian terhadap pasien dengan masalah nyeri kronis.
3) Merumuskan diagnosa keperawatan dengan tepat dengan masalah
nyeri kronis.
4) Menentukan rencana keperawatan yang tepat dengan masalah nyeri
kronis.
5) Melakukan implementasi sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat pada pasien dengan masalah nyeri kronis.
6) Melakukan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dengan masalah osteoartrhitis.
3. MANFAAT
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah wacana baru khususnya pada ilmu asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah nyeri kronis.
b. Bagi Akademik
Untuk menambah literatur di Keperawatan USU yang bisa dimanfaatkan
pembaca karya tulis ilmiah ini dalam penelitian selanjutnya terkait asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah nyeri kronis.
c. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses asuhan
keperawatan dengan masalah Osteoarthritis dan dapat menerapkan ilmu
yang diperoleh selama perkuliahan serta meningkatkan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Bagi Kebutuhan Klien
Menambah Pengetahuan Klien dan Keluarga tentang osteoartrhitis
khususnya tentang masalah kesehatan dengan nyeri kronis.
1. Definisi Nyeri.
Nyeri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang hanya dapat
diungkapkan oleh individu yang mengalaminya (bersifat subjektif) dan
persepsinya berbeda antara satu orang dengan yang lainnya (Sigit, 2010).
3. Klasifikasi nyeri
Nyeri secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu nyeri akut
dan nyeri kronik. Terdapat batasan-batasan antara nyeri akut maupun kronik, baik
awitannya, stimulus yang menyebabkannya, durasi maupun respon yang
dihasilkan nyeri tersebut.
Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan
sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat (Meinhart & McCaffery,
1983; NH; 1986 dalam Sigit, 2010). Fungsi nyeri akut adalah untuk memberi
peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut biasanya akan
menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area yang dirusak pulih
kembali (Sigit, 2010).
Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya
bervariasi (ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan.
Penderita kanker mengalami maligna yang mengalami nyeri tidak terkontrol
biasanya akan merakan nyeri kronik terus menerus yang dapat berlangsung
sampai kematian (Sigit, 2010).Jenis nyeri lain yang spesifik misalnya, nyeri
phantom, nyeri psikogenik, nyeri somatik, nyeri viseral dan lain-lain (Sigit 2010).
pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering
pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi, dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis. ( Soeroso, 2006 )
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan
malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis.
trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus
yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu
terjadinya degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008)
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai
contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut,
sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
(Soeroso, 2007).
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan
atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis
pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah
kebiasaan buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan kandungan
karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan
oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan (Eka Pratiwi,
2007).
g. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada
ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang
distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut,
dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering
dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
(Soeroso, 2007).
h. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia
dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang
Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan. (Soeroso J. et all, 2007).
5. Patofisiologi
Umur diatas 60 tahun jenis kelamin Obesitas
Kuat men-
Ahan beban
OSTEOARTRHITIS
Menyentuh ujung
Deformitas sendi saraf nyeri
6. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Tujuan dari pengkajiaan adalah untuk mengumpulkan,
mengorganisir, dan mencatat data yang telah menjelaskan respon manusia yang
mempengaruhi pola kesehatan klien (Isti, 2009).
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan
memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan
diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang
cocok,dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi
yang diberikan.
Tindakan perawatan yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama
nyeri akut adalah :
a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologi yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologi klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seseorang perawat di
dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donovan &
Girton, 1984 (dalam Sigit, 2010) mengidentifikasi komponen-komponen tersebut,
diantaranya :
a. Penentuan ada tidaknya nyeri
Melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika
pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak
menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien
adalah nyeri. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru
menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.
Gambar 5 Skala nyeri wajah yang dikembangkan Wong & Baker (Sigit, 2010)
d. Respon perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasanya ditunjukkan oleh pasien antara
lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagain yang sakit, menopang bagian nyeri
yang sakit, menggerakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis,
mengerutkan alis, ekspresi verbal menagis, mengerang, mengaduh, menjerit,
meraung, dan lain-lain.
e. Respon afektif
Ansietas (kecemasan) perlu digali dengan menanyakan pada pasien seperti:
“Apakah anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga adanya depresi, ketidak
tertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu
diperhatikan.
f. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam
kegiatan sehari-hari. Perubahan-perubahan yang perlu dikaji antara lain:
perubahan pola tidur (apakah nyeri mengganggu pola tidur klien), pengaruh nyeri
pada aktivitas sehari-hari misalnya: Makan, Minum, Mandi, Buang Air Besar
(BAB) atau Buang Air Kecil (BAK), serta Perubahan pola interaksi terhadaporang
lain (apakah nyeri mengganggu dalam berinteraksi terhadap orang disekitarnya).
g. Persepsi klien tentang nyeri
Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri,
bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses
penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan disekitarnya.
h. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
Terkadangan individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi
terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa
klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara
tersebut dan apakah bisa digunakan saat klien menjalani perawatan di rumah sakit.
Apabila cara tersebut dapat digunakan, perawat dapat memasukkannya dalam
rencana tindakan.
7. Analisa Data
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data
yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk
mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri, dan hasil
konsultasi dari media (terapi) atau profesi kesehatan lainnya.
Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau
respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada klien. Pengkajain fokus
keperawatan adalah suatu pemilihan data spesifik yang ditentukan oleh perawat,
klien dan keluarga berdasarkan keadaan klien.
Tujuan mengumpulkan data adalah untuk memperoleh informasi tentang
keadaan kesehatan pasien, menilai keadaan kesehatan pasien, membuat keputusan
yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. Pengumpulan data
dibagi menjadi dua tipe, yaitu Data Subyektif dan Data Obyektif. Data Subyektif
adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian. Dari Data Suyektif menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang
masalah kesehatan. Sedangkan Data Obyektif adalah data yang didapatkan dari
observasi dan pengukuran. Data Obyektif didasarkan pada fenomena yang dapat
diamati dan dipertunjukkan secara faktual. Dalam pengumpulan data, metode
yang dilakukan yaitu: Komunikasi yang efektif, Observasi dan Pemeriksaan fisik.
Teknik dalam pemeriksaan fisik ada 4, yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan
Auskultasi.
8. Rumusan Masalah
Rencana tindakan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Rencana asuhan keperawatan bersifat individual, tergantung nyeri yang dialami
klien. Berdasarkan rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri,
Intervensi North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) dengan
diagnosa nyeri kronis.
a. Nyeri Kronis
Defenisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan, akibat
kerusakan jaringan aktual atau digambarkan dengan istilah kerusakan
(International Association for the Study of Pain) awitan yang tiba-tiba atau
perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya > 6.
Batasan Karakteristik
Mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat atau menunjukkan bukti
sebagai berikut:
Subjektif
Depresi
Keletihan
Takut kembali cedera
Objektif
Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
Anoreksia
Atrofi kelompok otot yang terlibat
Perubahan pola tidur
Wajah topeng
Perilaku melindungi
Iritabilitas
Perilaku protektif yang dapat diamati
Penurunan interaksi dengan orang lain
Gelisah
Berfokus pada diri sendiri
Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (misalnya suhu, dingin, perubahan,
posisi tubuh, dan hipersensitivitas)
Perubahan berat badan.
Faktor yang Berhubungan
Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis (misalnya kanker metastasis, cedera
neurologis, dan arthritis).
b. Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi : Keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada
tubuh atau ekstremitas atau lebih.
Tingkat 0: Mandiri total
Tingkat 1: Memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu
Tingkat 2: Memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertologan, pengawasan
atau pengajaran.
Tingkat 3: Membutuhkan bantuan dari olang lain dan peralatan atau alat bantu
Tingkat 4: Ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Batasan Karakteristik
Objektif
a. Penurunan waktu reaksi.
b. Kesulitan membolak-balik posisi tubuh.
c. Asyik dengan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya,
peningkatan perhatian terhadap aktivitas orang lain, perilaku
mengendalikan, berfokus pada kondisi sebelum sakit atau ketunadayaan
aktivitas.
d. Dispnea saat beraktivitas
e. Perubahan cara berjalan (misalnya, penurunan aktivitas dan kecepatan
berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan
menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayun kesamping).
f. Pergerakan menyentak
g. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus.
h. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar.
i. Keterbatasan rentang pergerakan sendi.
j. Tremor yang diinduksi oleh pergerakan.
k. Ketidakstabilan postur tubuh (saat melakukan rutinitas aktivitas kehidupan
sehari-hari).
l. Melambatnya pergerakan.
1. Pengkajian
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : Tamat SD Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl.Karya Bakti, Gg.USB, Kel.Sari rejo, Kec.Medan
polonia
Tanggal Pengkajian : 17 juni 2017
Diagnosa Medis : Osteoartritis
C. Region
1) Dimana lokasinya
Nyeri dirasakan dibagian kaki kanan dan kiri
1) pakah menyebar
Ya, Klien mengatakan terkadang menyebar ke pergelangan kaki
D. Severity
Nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien
tidak bisa berjalan.
E. Time
Nyeri timbul Ketika cuaca dingin dan setelah selesai beraktivitas.
GENOGRAM
Tn.A
Ny.M
Keterangan:
:Laki-laki : Yang sudah meninggal
: Pasien
: Tinggal 1 rumah
Keterangan:
:Laki-laki : Yang sudah meninggal
: Pasien
: Tinggal 1 rumah
9) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tidak ada benjolan.
Palpasi : tidak ada tanda nyeri tekan
10) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
Tidak dilakukan
11) Kesimetrisan
Ekstremitas atas : Tangan kanan dan kiri simetris.
Ekstremitas bawah : Jari – jari kaki kanan dan kiri tidak simetris
(Asimetris).
Edema : tidak ada edema.
Kekuatan otot : kekuatan otot telah berkurang dimana klien lebih sering
duduk dan bila berjalan lambat serta menggunakan alat bantu berjalan.
Pemeriksaan Neurologi : GCS = 15 ; E = 6, M =4, V = 5
2. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS : Osteoarthritis Nyeri Kronis
1. Klien mengatakan nyeri
kaki kirinya dan kadang
menyebar ke pergelangan Efusi sendi
kaki.
DO :
Klien nampak memijit – Penyempitan
mijit kaki nya rongga sendi
Skala nyeri 6
TD : 120 / 70 mmHg
T : 36,8 C
Gerakan akibat
HR : 81 x / i.
aktivitas
RR : 21 x / i.
Nyeri kronis
DS : Osteoartrhitis
2.
Klien mengatakan kaki
Hambatan
kirinya sulit digerakkan
mobilitas fisik
pada saat beraktivitas.
Klien mengatakan nyeri Perubahan fungsi
yang dirasakan tulang
mengganggu aktivitas
karena pernah membuat
klien tidak bisa berjalan.
Deformitas sendi
DO :
Klien terlihat
menggunakan tongkat
ketika berjalan. Sulit bergerak
Klien terlihat kesulitan
ketika berjalan.
Hambatan
Mobilitas fisik
3. Masalah Keperawatan.
1. Nyeri Kronis.
2. Hambatan Mobilitas Fisik.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan gerakan akibat aktivitas ditandai dengan
wajah meringis dan skala 6.
2. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakefektifan bergerak
ditandai dengan kesulitan berjalan.
dialaminya.
Sentuhan, aktivitas –
aktivitasnya:
Evaluasi kesiapan
pasien ketika
menawarkan terapi
sentuhan.
Kaji lingkungan
sekitar sebelum
menawarkan terapi
sentuhan.
Tentukan bagian
tubuh mana yang
diprioritaskan untuk
dilakukan terapi
sentuhan dan lama
terapi sentuhan
sehingga mampu
menciptakan respon
positif dari pasien.
Masalah belum teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan.
Sabtu, 12.00 2. Menyarankan aktivitas S : Klien mengatakan
17 juni – yang sesuai dengan pasien “pada saat mengikuti
2017 13.00 dan tidak melakukan arisan dilingkungan
wib aktivitas yang berlebihan. sebelah,tiba-tiba kaki ibu
Memberitahu pasien nyeri dan sulit
manfaat aktivitas yang digerakkan, untung saja
disarankan. ada tetangga dekat
Memberi batasan aktivitas rumah memikul ibu
kepada pasien. sampai kerumah”.
Menyarankan pasien O:
menggunakan tongkat Klien nampak pakai
saat melakukan aktivitas. tongkat pada saat saya
Melakukan penkes nyeri pengakajian.
kronis kepada klien dan Klien nampak sulit
keluarga. menggerakkan kaki kiri
nya.
TD : 120/60 mmHg.
T : 36,7 c.
A:
NOC : Pengetahuan
Aktivitas yang disaranka
indikator
Aktivitas yang
disarankan skala 3.
Manfaat aktivitas
yang disarankan.
Pembatasan aktivitas
yang disarankan skala
3.
NIC : Terapi aktivitas
indikator
Klien tidak boleh
melakukan aktivitas
yang berlebihan
seperti mengikuti
arisan diluar
lingkungan IV.
Memberitahu pasien
aktivitas yang
bermakna sesuai
kemampuan fisiknya
seperti memasak
melipat pakaian,
menggosok pakaian,
dan lainnya.
Klien tidak boleh
melakukan aktivitas
terlalu lama berdiri.
Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Minggu, 09.00 1. Mengkaji indikator S : Klien mengatakan
18 juni – tingkatan nyeri “nyeri nya udah mulai
2017 10.00 Mengkaji ekspresi wajah berkurang dek,biasanya
wib klien. nyerinya tu sampai buat
Melakukan message ibu terduduk lebih
halus kepada klien. lama”.
Mengakaji karakteristik O : Klien masih memiji-
kemerahan dan bengkak. mijit kakinya dan wajah
Mengkompres hangat klien mulai tidak
bagian yang nyeri dan meringis kesakitan.
yang bengkak. TD: 130/70 mmHg.
Mengkaji TTV dan skala HR 82 x / i
nyeri T : 36,5 x / i
RR : 22 x / i
Skala : 5
A:
NOC : Tingkatan nyeri
indikatornya
Nyeri yang dikaji
skala 3
Mengkompres hangat RR : 22 x / i
bagian yang nyeri dan Skala : 4
yang bengkak. A:
Mengkaji TTV dan skala NOC : Tingkatan nyeri
nyeri indikatornya
Nyeri yang dikaji
skala 4
Ekspresi wajah skala
4
Menggosok area
yang terkena dampak
4
NIC : Manajemen nyeri
Klien sudah paham
apa penyebab nyeri
yang dialaminya
setelah dijelaskan
perawat.
Klien sudah
mempunyai
pengetahuan tentang
nyeri setelah
dilakukan penkes.
Sentuhan, aktivitas –
aktivitasnya:
Evaluasi kesiapan
pasien ketika
menawarkan terapi
sentuhan.
Kaji lingkungan
sekitar sebelum
menawarkan terapi
sentuhan.
Tentukan bagian
tubuh mana yang
diprioritaskan untuk
dilakukan terapi
sentuhan dan lama
terapi sentuhan
sehingga mampu
menciptakan respon
positif dari pasien.
Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.
A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. M dengan gangguan Kebutuhan
Dasar Aman dan Nyaman : Nyeri Kronis yang didukung dengan data –
data yang mendukung yaitu klien mengatakan nyeri, kekakuan, dan sulit
digerakkan pada saat melakukan aktivitas yang terlalu lama. Setelah
dilakukan pengkajian intensitas nyeri, dengan skala nyeri 6. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan dari hasil pengkajian data fokus ditentukan
4 Prioritas Masalah Keperawatan yang di alami Ny.M yaitu:
3. Nyeri kronis berhubungan dengan dengan gerakan akibat aktivitas
ditandai dengan wajah meringis dan skala 6.
4. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakefektifan
bergerak ditandai dengan kesulitan berjalan.
2. Perencanaan dalam proses asuhan keperawatan dimulai setelah data - data
terkumpul, dianalisa dan kemudian ditetapkan masalah keperawatan.
Perencanaan disusun berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan yang
disesuaikan dengan kondisi klien. Kriteria hasil sebagai alat ukur
pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencanan
keperawatan.
3. Implementasi dilakukan dengan perencanaan keperawatan yang telah
dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan dan
dilakukan kepada klien dan keluarga untuk mencapai kriteria hasil dan
tujuan yang telah disusun.
4. Dalam perawatan dirumah, keluarga khususnya ibu klien tampak selalu
mepraktekkan apa yang telah diajarkan dalam perawatan klien di rumah
untuk mengatasi masalah-masalah klien, seperti mengurangi bengkak pada
daerah lutut dan mengurangi rasa nyeri.
5. Dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada Ny. M, belum ada
masalah keperawatan yang teratasi, hanya teratasi sebagian saja.
30
B. Saran
1. Bagi Pasien
Dalam mengatasi nyeri pada klien dianjurkan untuk melakukan teknik
manajemen nyeri, terapi aktivitas, dan sentuhan.
2. Bagi Keluarga
Diharapkan keluaraga selalu memotivasi, membantu, memantau dan
memfasilitasi klien dalam mengatasi nyeri yang dirasakan klien.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Disarankan pada perawat untuk mengatasi masalah keperawatan dasar :
Nyeri kronis pada Ny. M dengan memberi harapan untuk sembuh dari
penyakitnya.
4. Bagi Pendidikan Keperawatan
Disarankan kepada pendidikan, Perguruan Tinggi Ilmu Keperawatan
khususnya bagi penanggung jawab mata kuliah kebutuhan dasar manusia
tentang asuhan keperawatan pada klien mengajarkan materi tentang
tindakan keperawatan pada klien luka lecet akibat kecelakan dengan
gangguan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman : Nyeri Kronis.
5. Bagi Mahasiswa
Disarankan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian tentang
asuhan keperawatan pada klien Osteoarthritis akibat penyakit penuaan
usia khususnya tentang masalah kebutuhan dasar Nyeri kronis.
Bandiah, S., (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika
Prasetyo, Sigit Nian., (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi, (1999). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FK Universitas Indonesia
Rosdahl, Carolina Bunker, dkk., (2014). Buku Ajaran Keperawatan Dasar. Edisi
10. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzanne C., (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
32
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan penyuluhan, Kelurga Tn. H dapat mengerti tentang
cara mengatasi nyeri dengan cara kompres hangat dan masase
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyuluhan, Keluarga Ny. M dapat menjelaskan:
a. Pengertian nyeri
b. Cara pengukuran skala nyeri
b. Klasifikasi nyeri
c. Tujuan mengatasi nyeri
d. Cara mengatasi nyeri dengan teknik non-farmakologi
B. Pokok Bahasan : Nyeri dan mengatasi nyeri dengan cara kompres hangat
dan masase
2. Cara
pengukuran
skala nyeri
3. Klasifikasi
nyeri
4. Tujuan
mengatasi nyeri
5. Cara mengatasi
nyeri dengan
teknik non-
farmakologi
E. Evaluasi
Untuk mengetahui pemahaman keluarga Ny. M tentang penyuluhan yang
dilakukan maka diadakan evaluasi dengan harapan mendapatkan hasil
memuaskan antara lain:
1. Keluarga Ny. M mengerti tentang pengertian Nyeri
2. Keluarga Ny. M mengerti tentang Cara pengukuran skala nyeri
3. Keluarga Ny. M mengerti tentang Klasifikasi nyeri
4. Keluarga Ny. M mengerti tentang Tujuan mengatasi nyeri
5. Keluarga Ny. M mengerti tentang cara mengatasi nyeri dengan teknik non-
farmakologi
A. Pengertian
Nyeri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang hanya dapat
diungkapkan oleh individu yang mengalaminya (bersifat subjektif) dan
persepsinya berbeda antara satu orang dengan yang lainnya (Sigit, 2010).
Gambar 5 Skala nyeri wajah yang dikembangkan Wong & Baker (dalam Sigit,
2010).
C. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intensitas
yang bervariatif (ringan sampai berat) dan berlangsung dalam waktu
singkat.
b. Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya
bervariasi (ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung lebih dari 6
bulan. (Sigit, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, Sigit Nian., (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu