Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir: Mohammad Khasan Mochamad Widjanarko

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

PERILAKU COPING MASYARAKAT MENGHADAPI BANJIR

1
Mohammad Khasan
Mochamad Widjanarko 2

Abstract the community of Setrokalangan Village of


Kudus Regency who are the victims of flood
tends to be confrontation, problem solving plan,
Various disasters hit Indonesia causing self control, and running or avoiding.
d e a t h , i n j u r y, p e r m a n e n t h a n d i c a p ,
psychological trauma, and even harvest failure.
Setrokalangan Village of Kudus Regency is Keywords: flood, coping behaviour
frequently flooded caused by the overflowing of
Wulan River. The community is forced to have a
coping behaviour in dealing with the flood in
Berbagai bencana kerap terjadi di
order to survive.
Indonesia. Banyak korban jiwa yang meninggal
The purpose of the research is to know the
dunia, luka-luka fisik, cacat tetap, trauma batin,
type and intensity of the coping behaviour of
Setrokalangan community who are victims of kehilangan rumah tinggal bahkan mengalami
flood. Not all individu of the community from gagal panen, bencana tersebut tentu saja
Setrokalangan Village can be the informant. menyisakan sejumlah pekerjaan rumah yang
Only those who have the specific identification harus dibereskan bersama. Berbagai pihak,
which meets with research main problem can
baik langsung maupun tidak langsung, dituntut
be the informants. The identifications are
indigenous villagers of Setrokalangan Village, untuk memberi sumbangsih yang berarti guna
Kaliwungu Sub-district, Kudus Regency and mengurangi beban penderitaan para korban.
victims of flood. (Susetyo, 2007)
Coping behaviour in the research refers to Bencana dalam Undang Undang Nomor 24
Lazarus & Folkman definition. Coping strategy
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
is divided into two, problem focused coping
(PFC) and emotional focused coping (EFC), Bencana, memiliki pengertian yaitu peristiwa
which consist of 8 forms of coping strategy. atau serangkaian peristiwa yang mengancam
They are confrontation, social support, problem dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
solving plan, self control, diversion, positive masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
value, responsibility to be taken, running or alam dan atau non alam maupun faktor
avoiding.
manusia sehingga mengakibatkan korban jiwa
Based on the coding of the interview and manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
observation with three research informants, it harta benda, dan dampak psikologis. Definisi
can be concluded that the coping behaviour of
bencana seperti dipaparkan sebelumnya
mengandung tiga aspek dasar, yaitu terjadinya
peristiwa atau gangguan yang mengancam
dan merusak (hazard), peristiwa atau
gangguan tersebut mengancam kehidupan,
1 Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus
2 Staf Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Muria penghidupan, dan fungsi dari masyarakat, dan
Kudus
93
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

ancaman tersebut mengakibatkan korban dan secara pasti, hasil wawancara penulis pada
melampaui kemampuan masyarakat untuk tanggal 13 Juli 2010 dengan seorang tokoh
mengatasi dengan sumber daya mereka. masyarakat Desa Setrokalangan menuturkan
bahwa sejak ia lahir di Desa sudah sering
Dijelaskan lagi dalam Undang Undang
terjadi banjir, banjir terjadi tiap tahun sekitar
Nomor 24 Tahun 2007, bencana dapat terjadi
bulan Desember sampai Pebruari. Pada tahun
karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa
2002, banjir terjadi setinggi 1,5 meter.
atau gangguan yang mengancam dan merusak
(hazard) dan kerentanan (vulnerability) Penyebab terjadi banjir menurut informan,
masyarakat, yang dipengaruhi oleh faktor warga Dukuh Karangturi, banjir disebabkan
pemicu dan tingkat keterpaparan dari kejadian bedahnya tanggul di Dukuh Karangturi akibat
tersebut. limpasan air sungai dari sungai Wulan dan
Oleh karena banjir yang terus menerus luapan air dari sungai Spil Way Drainase
terjadi, tentunya masyarakat mempunyai cara (SWD) I yaitu sungai yang di bangun oleh
atau srategi sendiri untuk mengatasi bencana BPSDA Jawa Tengah pada tahun 1983.
banjir. Hal tersebut dikenal dengan nama Dijelaskan pula oleh informan lain, yang
coping, secara teoritis coping merupakan merupakan Ketua Kelompok Tani Sido Makmur
upaya seseorang baik secara kognitif , afektif, Desa Setrokalangan, banjir terjadi lebih
dan perilaku untuk mengelola tuntutan dikarenakan sedimentasi dan penyempitan
eksternal dan internal secara spesifik (Croker, sungai-sungai yang bermuara ke Desa
dkk, 1999) Setrokalangan terutama sungai Wulan dan
SWD I. Lebih lanjut dijelaskan adanya spil way
P r a m a d i ( d a l a m Wa r d a n i , 2 0 0 9 )
Goleng (pintu air yang terletak di dukuh
mengatakan bahwa coping behaviour secara
Karangturi), untuk memulihkan rawa di dukuh
bebas diartikan sebagai suatu perilaku untuk
Karangturi justru mengurangi debit air
menghadapi masalah, tekanan, atau
bendungan Wilalung (Undaan Kudus).
tantangan, selain itu merupakan respon
Pengikisan dan pengurangan kekuatan tanggul
perilaku yang bersifat perilaku psikologis untuk
disebabkan karena adanya kandang-kandang
mengurangi tekanan yang sifatnya dinamis.
ternak di atasnya. (Wawancara tanggal 15 Juli
Perilaku coping juga diartikan sebagai tingkah
2010).
laku dimana individu melakukan interaksi
dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan Berdasarkan fakta di lapangan, yang telah
menyelesaikan tugas atau masalah. Chaplin diuraikan diatas bahwa di Desa Setrokalangan
(dalam Wardani, 2009). Jika individu dapat sering mengalami banjir yang disebabkan oleh
menggunakan perilaku copingnya dengan baik luapan air dari Sungai Wulan, letak geografis
maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial Desa, dan ulah manusia, masyarakat Desa
dengan baik pula. Setrokalangan sebagian besar tetap bartahan,
untuk dapat bertahan, tentunya muncul
Tak terkecuali di Kabupaten Kudus,
perilaku coping dari masyarakat tersebut dalam
bencana banjir sering terjadi, oleh karena
menghadapi bencana banjir. Hal ini yang
beberapa letak geografis kota Kudus di daerah
yang menjadi DAS (Daerah Aliran Sungai) menarik perhatian penulis untuk meneliti
sehingga berpotensi mengalami banjir. bentuk-bentuk dan bagaimana perilaku coping
pada masyarakat yang mengalami banjir di
Awal mula terjadinya bencana banjir di Desa Setrokalangan Kudus.
Setrokalangan tidak ada yang mengetahui
94
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

Metode Penelitian Informan I merasa kerentanan karena


bencana banjir yang paling merugikan adalah
Penelitian ini menggunakan metode
lahan pertanian berimbas pada gagal panen,
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.
kerugiannya kurang lebih mencapai enam juta.
Dalam penelitian ini tidak semua masyarakat
Dari akumulasi kejadian bencana banjir di
Desa Setrokalangan dapat dijadikan informan
Setrokalangan munculah perilaku coping yang
penelitian ini, tetapi mereka yang memiliki
dilakukan informan I, untuk menggulanginya
identifikasi yang sesuai dengan pokok
pada aspek problem-focused coping, informan
permasalahan yang diteliti. Identifikasi yang
I merespon dengan bentuk-bentung coping
disyaratkan sebagai informan penelitian
konfrontatif yaitu menaruh hewan ternak di
adalah:
geladakan, pencarian dukungan sosial dengan
1. Penduduk asli Desa Setrokalangan mencari bantuan angkat-angkat barang
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten bersama anak bungsu informan, dan
Kudus. pemecahan masalah yang terencana dengan
2. Pernah menjadi korban banjir di Desa bentuk tahapan-tahapan tertentu untuk
Setrokalangan. meyelamatkan barang-barang dari mulai
hewan ternak, barang elektronik, dan menbuat
Pengambilan data melalui observasi dan
dapur darurat.
wawancara. Analisis data menggunakan
koding, dengan menggunakan tahapan Sedangkan aspek emotion focused coping
sebagai berikut; melakukan transkripsi hasil yang muncul dari informan I adalah bentuk
wawancara dan observasi, identifikasi kata coping kontrol diri dengan baik dengan tetap
kunci, menemukan tema dan kategori serta tetap tenang saat terjadi banjir, penilaian positif
menyusun bagan teoritis. Kredibilitas hasil berupa memaknai musibah banjir merupakan
penelitian dilakukan dengan menggunakan kehendak dari yang kuasa atau Tuhan, lari atau
metode triangulasi, kecermatan transkripsi, menghindar untuk menghilangkan rasa jenuh
dan pemeriksaan teman sejawat. dengan mengobrol saat ada forum
perkumpulan Jamiyyah Tahlil, manaqib
Hasil Penelitian
selapanan dengan harapan menemukan solusi
Dinamika Perilaku Coping Informan 1 dari hasil perkumpulan tersebut.
Informan I mengalami bencana banjir di
Setrokalangan setiap tahun, memastikan
terjadi pada bulan Februari, dikarenakan curah
hujan yang tinggi. Kejadianya terjadi sangat
cepat kurang lebih dalam waktu lima menit air
sudah sampai teras rumah setinggi lutut orang
dewasa.

Ancaman utama adalah luapan air dari


sungai Serang (Wulan), informan I juga
menambahkan diperparah lagi jika ada hujan
lebat dan air kiriman dari sungai-sungai di
sebelah utara yaitu dari lereng gunung Muria.

95
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

Gambar 1
Skema Perilaku Coping Informan I

Dinamika Perilaku Coping Informan II sekali kejadian banjir, belum lagi jika banjir
Informan menyatakan bahwa jelas kejadian terjadi pada musim panen kerungiannya
banjir di Setrokalangan dulu sebelum tahun mencapai 2-3 kali lipat dibandingkan dengan
1980, sebelum sungai SWD I ada itu memang banjir saat musin padi bersemi.
banjir langganan terjadi berbulan-bulan antar 4 Dari kejadian bencana banjir di
sampai 5 bulan dalam 1 tahun, tapi untuk tahun Setrokalangan yang sudah dijelaskan oleh
1980 sampai sekarang katakanlah banjir tapi Informan II munculah perilaku coping yang
dibitnya kecil dan waktunya juga pendek, dilakukan, untuk menggulanginya informan II
dipertegas lagi dengan pernyataan informan merespon dengan bentuk-bentuk coping dari
bahwa memang lahir Setrokalangan jadi tahu bentuk Problem Focused Coping muncul
persis dan merasakan kondisi banjir saat itu bentuk konfrontatif dengan cara mencari
sampai sekarang. informasi dari luar untuk antisipasi agar lebih
Ancaman yang paling utama menurut siaga, sedangkan untuk keluarga dengan cara
informan II adalah curah hujan yang tinggi baik menaruh barang-barang di meja yang
itu curah hujan dari lereng muria maupun curah ditinggikan, dieroleh dari meja dibalai Desa,
hujan yang diakibatkan karena dampak sungai segala sesuatunya dikerjakan informan secara
Wulan yang mempengaruhi terhadap dibit mandiri, setelah tetangganya selesai beres-
banjir diwilayah Setrokalangan, ditambah lagi beres baru meminta bantuan kepada tetangga
kondisi pendangkalan sungai dan banyaknya sekitar rumah informan, dalam proses perilaku
sampah. coping juga ada tahapan-tahapan tertentu yaitu
menyelamatkan barang-barang elektronik
Sedangkan untuk kerentanan yang
terlebih dahulu seperti TV dan mesin cuci,
disebabkan oleh bencana banjir yaitu lahan
keputuhan pangan, baru setelah itu pakaian.
persawahan yang kerugiannya mencapai 6 juta

96
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

Sedangkan dari aspek Emotion Focused arus banjir jadi bersih, banjir itu kerena
Coping yang muncul dari informan II adalah memang ada beberapa pemicu banjir seperti
adanya rasa khawatir jika air banjir semakin pendangkalan sungai, sampah. Subyek
tinggi dan tanggul jebol, namun informan masih melakukan segala bentuk coping salah satunya
bisa mengontrol diri dan berusaha mengadapi karena memang sudah menjadi tanggung
masalah tersebut. Informan juga sangat yakin jawab informan sebagi perangkat Desa dan
bahwa bancana banjir bukanlah takdir dari sebagai kepala keluarga di rumah, untuk
tuhan tetapi memang ada sebabnya, dan mengatasi rasa jenuh setelah banji pelarianya
banjir bisa dikatakan sebagai sebuah musibah, dengan cara ngobrol-ngobrol bersama
juga sebuah barokah, karena barokahnya masyarakat sambil berkeliling-keliling disekitar
lingkungan jadi bersih, yang awalnya banyak Setrokalangan melihat kondisinya sudah lebih
sampah karena ada banjir sampahnya terbawa baik atau belum.

Gambar 2
Skema Perilaku Coping Informan II

Dinamika Perilaku Coping Informan III Ancaman utama adalah air dari Sungai
Informan III mengetahui bencana banjir di Wulan yang menuju spil way itu paling bahaya,
Setrokalangan sejak informan lahir bahkan ditambah penyebab lainya jika ada hujan lokal
kejadianya lebih parah dari pada yang siang-malam belum lagi jika ada air buangan
sekarang, karena kemajuan jaman sekitar dari sungai-sungai di Muria.
tahun 1982 adanya sungai Spil Way Drainase I Kerentanan karena bencana benjir yang
itu air bisa mengalir dengan lancar, tetapi mulai paling merugikan informan III adalah pada
tahun 1992 terjadi lagi setiap tahun, yang tahun 2002 yaitu pertanian dan ternak
terparah tahun 2002.
97
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

mencapai kerugian sampai sekitar 20 juta kebutuhan pangan sehari-hari, barang-barang


dikarenakan 1 hektar tanaman itu sudah mau elektronik, setelah itu baru hewan ternak
panen,
Dari aspek Emotion Focused Coping yang
Dari akumulasi kejadian bencana banjir muncul dari informan ketiga adalah kontrol diri
yang dialami informan ketiga munculah masih belum nampak secara jelas tetapi
perilaku coping yang dilakukan informan III dari informan tetap berusaha mengontrol dirinya
aspek Problem Focused Coping informan karena jika barang-barang tidak diselamatkan
melakukan perilaku konfrontasi berupa akan semakin terjadi hal yang tidak diinginkan,
meninggikan barang yang bisa diselamatkan aspek pengalihan sangat jelas muncul pada
termasuk benda elektronik di atas meja besar informan ketiga sangat yakin bahwa banjir
ditumpangi meja lagi diatasnya, pencarian terjadi karena disebabkan beberapa faktor
dukungan sosial juga dilakukan oleh informan bukan karena takdir, penilaian positif dan
ketiga saat menyelamatkan barang-barang penerimaan tanggung jawab tidak muncul di
informan mencari bantuan istrinya untuk informan ketiga. Sedangkan untuk aspek
membantu mengangkat barang-barang lari/menghindar sangat kuat yaitu dengan cara
ketempat yang lebih tinggi. Saat proses mengobrol di warung kopi bersama-sama
mengamankan barang juga ada tahapan yaitu masyarakat lain.
menyalamatkan jiwa terlebih dahulu,

Gambar 3
Skema Perilaku Coping Informan III

98
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

Diskusi sementara, munkin itu sebuah hal yang biasa,


namun uniknya terletak pada saat banjir sudah
Perilaku coping pada masyarakat yang
membesar baru masyarakat bergegas
mengalami banjir merupakan kajian
membeli gabus ke pabrik elektronik yang ada di
psikososial yang jarang atau relatif masih baru
Kudus untuk membuat rakit, bukan saat mulai
difahami oleh ilmuwan atau profesi psikologi.
ada hujan atau banjir kecil.
Hal ini menyebabkan adanya kekhawatiran
terjadinya pandangan yang salah terhadap Dari bentuk pencarian dukungan sosial,
beberapa penggunaan bahasa atau istilah- hanya informan I dan III yang muncul. Informan
istilah yang digunakan dalam kebencanaan I mencari bantuan anak bungsunya dan
dan istilah bahasa jawa yang digunakan informan III mencari bantuan istri untuk
masyarakat Setrokalangan, seperti ancaman, menanggulangi masalah dengan cara
kerentanan, spil way, drainase, geladakan, membantu angkat-angkat atau mengamankan
amben, dan lain sebagainya. barang sampai memastikan aman dari banjir.
Informan II melakukan segala bentuk coping
Dari hasil penelitian terhadap ketiga
secara mandiri, hanya setelah tetangga sekitar
informan sebagaimana yang dipaparkan di
informan selesai membereskan barang-
muka, berdasarkan teori yang dikemukakan
barangnya baru kerjasama membantu
oleh Lazarus & Folkman (1984) strategi coping
informan II.
dari aspek problem focused coping (PFC) dan
emotional focused coping (EFC), yang Dari bentuk pemecahan masalah yang
selanjutnya terdiri dari 8 bentuk strategi coping terencana, muncul di semua informan hasilnya
meliputi konfrontatif, pencarian dukungan dari keseluruhan meliputi tahapan
sosial, pemecahan masalah yang terencana, keselamatan jiwa, barang-barang elektronik,
kontrol diri, pengalihan, penilaian positif, kebutuhan sandang-pangan, dan hewan
penerimaan tanggung jawab dan lari atau ternak.
menghindar. Tampak jelas bahwa di Desa
Dari bentuk kontrol diri, muncul di informan
Setrokalangan ada beberapa kemiripan cara
I, II, dan III semua merasakan kekhawatiran
masyarakat menanggulangi masalah,
akan bencana banjir yang lebih besar dan rasa
walaupun ada beberapa perbedaan sedikit dari
takut jika tanggul roboh rumah mereka akan
cara pandang masyarakat mamaknai sebuah
tenggelam. Informan II dan III merasa panik
kejadian bencana.
tetapi masih bisa mengendalikan diri,
Dari bentuk konfrontatif, ketiga informan sedangkan untuk informan I lebih tenang.
sama-sama melakukan dengan meninggikan
Dari bentuk pengalihan, muncul pada
barang-barang ketempat yang lebih tinggi.
informan II dan III yang menyatakan terjadinya
Hanya perbedaan istilah yang membedakan
bencana banjir ada karena memang
ketiga informan informan I menaruh diatas
disebabkan oleh beberapa faktor pemicu dan
geladakan, informan II menaruh di meja yang
kesalahan manusia, bukan karena kehendak
diperoleh dari meja di balai Desa, sedangkan
tuhan atau sebuah takdir.
informan III biasa menyebutnya dengan istilah
amben untuk menaruh barang-barang ketika Dari bentuk penilaian positif, hanya
banjir. Keunikanya selain menaikan barang informan I yang menyatakan bencana bajir
ketempat yang lebih tinggi adalah membuat terjadi karena kehendak yang kuasa atau
rakit yang berfungsi sebagai alat transportasi takdir, informan I tidak mau berprasangka

99
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

buruk terhadap orang lain karena jika musibah rumah tangga yang bertanggung jawab pada
itu sudah menjadi kehendak tuhan, manusia keluarganya seperti pada informan I dan III.
hanya bisa menerima dan tidak bisa merubah
Bentuk lari atau menghindar, muncul pada
kehendak tersebut.
ketiga informan semuanya menyatakan
Dari bentuk penerimaan tanggung jawab, dengan cara mengobrol, sangat kuat pada
hasil penelitian menunjukkan tergantung posisi informan III yang merasa sangat nyaman ketika
informan saat terjadi bencana banjir, sudah ngobrol sambil minum kopi di warung
sederhananya setiap individu mempunyai bersama-sama orang lain. Informan I dan II
tanggung jawab ketika menjadi seorang yang juga dengan cara mengobrol tetapi masih ada
berpengaruh di masyarakat seperti sunyek II, rasa kekhawatiran masalah banjir.
tetapi ketika diposisi sebagai masyarakat biasa
Lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 1
tanggungjawabnya hanya sebagai seorang
tentang intensitas perilaku coping pada ketiga
individu atau kepala keluarga dalam sistem
informan dibawah ini :

Tabel 1
Intensitas Perilaku Coping Pada Ketiga Informan

Keterangan : semua memunculkan bentuk perilaku coping,


hanya terdapat perbedaan pada bentuk
+++ : intensitas kuat
pengalihan dan penilaian positif.
++ : intensitas sedang

+ : intensitas lemah
Simpulan dan Saran
- : tidak ada intensitas sama sekali
Simpulan
Dari intensitas yang sudah teridentifikasi
Penulis menyimpulkan bahwa perilaku
dari ketiga informan, cukup jelas bahwa
coping pada masyarakat yang mengalami
masyarakat sudah mempunyai cara
banjir di Desa Setrolakagan Kudus adalah
menanggulangi banjir atau perilaku coping,
sebagai berikut :
masyarakat Desa Setrokalangan hampir
100
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

1. Problem Focused Coping yang paling kemungkinan kejadian yang lebih


menonjol adalah bentuk strategi coping buruk.
konfrontatif dan pemecahan masalah yang
d. Bencana banjir menjadi tanggung
terencana, yaitu menaikkan barang-barang
jawab bersama sebagai masalah Desa
ke tempat yang lebih tinggi, membuat rakit
Setrokalangan bukan masalah individu
dari gabus, dan ada tahapan-tahapan
dan masyarakat lebih memahami dan
tertentu untuk menyelamatkan barang-
sadar lingkungan.
barang tersebut, sedangkan pencarian
dukungan sosial tidak semuanya muncul. 2. Peneliti

2. Emotion Focused Coping lebih banyak a. Mempersiapkan diri untuk lebih lama
berorientasi pada bentuk kontrol diri dan lari mengenal informan dan memastikan
atau manghindar. Sedangkan pengalihan, informan terbuka kepada peneliti.
penilaian positif, penerimaan tanggung b. Mempelajari dan memahami tentang
jawab berbeda pada setiap individu dalam bencana, lingkungan, sosial secara
memaknai kejadian bencana banjir dan utuh yang memang ada keterkaitan
posisi individu saat terjadi banjir . dengan ilmu psikologi

c. Semaksimal mungkin terlibat dalam


Saran berbagai aktivitas masyarakat yang
dilakukan oleh informan penelitian.
1. Masyarakat Desa Setrolakangan

a. Bentuk Problem Focused Coping (PFC)


yang muncul harapanya ada koordinasi
yang baik di masyarakat sehingga
menghasilkan peraturan desa
(PERDES) tentang penanggulangan
bencana banjir di Desa Setrokalangan
yang sudah terbukti efektif sebagai cara
masyarakat menanggulangi bancana
banjir.

b. Bentuk Emotion Focused Coping (EFC)


perlu di pelajari lebih lanjut terlebih pada
aspek pengalihan, penilaian positif, dan
penerimaan tanggung. Karena
berkaitan dengan cara masyarakat
memaknai sebuah kejadian bancana
masih adanya ketidak sefahaman antar
masyarakat.

c. Bentuk coping yang muncul perlu di


oprasionalkan dengan baik sehingga
masyarakat lebih siap menghadapi

101
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

Daftar Pustaka Pemerintah Desa Setrokalangan. (2009). Data


Potensi Desa Dan Data Tingkat
Alsa, A.(2007). Pendekatan Kuantitatif ;
Perkembangan Desa, Kudus:Data
Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Monografi Desa Setrokalangan.
Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar. Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan
Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Badan Pusat Statistik. (2008). Kudus Dalam
Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: lembaga
Angka 2008, Kudus: Badan Pusat Statistik
Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Kabupaten Kudus
Pendidikan Psikologi (LPSP3) Univesitas
Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Indonesia.
Lusi Juana. (2006). Antisipasi ;
Sirait, J, H , M. (2010). Analisis Kemampuan
Penanganan Banjir Musim Hujan
Kanal Banjir Dalam Menaggulangi Masalah
2006/2007. Kudus.
Banjir Kota Medan Kaitanya Dalam
Croker, Kowalski, ; Graham, Lazarus. (1999). Pengembangan Wilayah, Tesis, Medan:
Measurement of Coping Strategies In Sekolah Pasca Sarjana Universitas
S p o r t . M o r g a n t o w n , W V: F i t n e s s Sumatera Utara
Information Technology.
Somantri, L. Oktober (2008). Pemanfaatan
Fatmasari, L. (2010). Post Traumatic Stress Teknik Penginderaan Jauh Untuk
Disorder Pasca Gempa Jogja. Jakarta: Mengidentifikasi Kerentanan Dan Risiko
Merpsy Banjir, Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan
Lazarus, R.S. ; Folkman, S. (1984). Stress, Geografi
Appraisal And Coping. New York: Springer. Susetyo, B, D, P. (2007). Psikologi Bencana :
Lestari, R. ; Uyun, Z. (2010). Perilaku Koping Pemetaan Masalah Sosial Dan Strategi
Korban Banjir Di Solo, Proceeding Temu Kebijakan. Jurnal Indonesia Dalam
Ilmiah Psikologi, Psikologi Untuk Bencana. Semarang: Fakultas Psikologi
Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta; UNIKA Soegijapranata
Lembaga Penelitian Psikologi Universitas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Indonesia. 24. (2007). Tentang Penanggulangan
Moleong, L. J., (2002). Metodologi Penelitian Bancana. Jakarta.
K u a l i t a t i f . B a n d u n g : P T. R e m a j a Wardani, D.S. (2009). Strategi Coping Orang
Rosdakarya. Tua Menghadapi Anak Autis. Skripsi,
Oxfam GB Indonesia. (1999). Manajemen Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Bencana Kumpulan Materi-Materi Pokok. Muhammadiyah Surakarta
Yo g y a k a r t a : P r o g r a m D i s a r t e r Widiastuti, R. (2010). Koping .
Management. http://blog.unila.ac.id/ratnawidiastuti/ ,
Patton, M. G. (2006). Metode Evaluasi (diakses 1 Desember 2010).
Kualitatif. (terjemahan oleh Priyadi, B. P) Widjanarko, M. (2008). Peran Masyarakat
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Menjaga Kearifan Lingkungan Di Kawasan
Gunung Muria, Tesis, Semarang: Pasca
Sarjana Universitas Katolik Soegijapranata

102
Jurnal Psikologi Pitutur
Volume I, No 2, Juni 2011 Perilaku Coping Masyarakat Menghadapi Banjir

Widjanarko, M. ; Nugroho, A. (2010). Kajian


Risiko Dan Kerentanan Atas Kebijakan
Pengurangan Risiko Bencana Di Kawasan
Pegunungan Muria. (Laporan Penelitian,
Tidak Diterbitkan). Laporan Penelitian
Koalisi Muria.

Yayasan IDEP. (2007). Panduan Umum


Penanggulangan Bencana Berbasis
Masyarakat. Edisi Kedua, Bali.

Yayasan Lingkar Studi Kesetaraan Aksi dan


Refleksi (YLSKAR). (2010). Pelatihan dan
Lokakarya Pengelolaan Resiko Bencana
Berbasis Komunitas. Salatiga 10-12 Juni
2010

----------------------. (2010). Mengatasi Stress.


http://memikatcahaya.com/tips-trik/free-
sms , (diakses 1 Desember 2010).

103
Jurnal Psikologi Pitutur

You might also like