97 171 1 SM
97 171 1 SM
97 171 1 SM
KOMUNIKASI BENCANA
Damayanti Wardyaningrum
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia
Kompleks Masjid Agung Al Azhar Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Telp (021) 724 4456 email : [email protected]
Abstract
This research aims at identifying inclusive social capital on communication network in the disaster preparedness of
Merapi explosion in 2010 by operating concepts of communication network, social capital and disaster mitigation.
The objects are local people in one of villages in Merapi mountain in Central Jawa. This research used positivistical
paradigm using quantitative data and supported by qualitative data. The result shows that there are four inclusive
social capitals in the communication network of Merapi: (1) relation with volunteer (2) relations with SAR team and
NGO; (3) relation with local government and (4) and traditional relation with Yogyakarta Kingdom. In addition,
the interpretaion of inclusive social capital is the existence of reciprocal feedback form local people. Inclusive social
capital has facilitated information flow on disaster preparedness, influencing agent that has role as decision maker
and supporting individual credibility to get access of resources and as identity builder and Inclusive social capital is
recognition of local people. This research has not found yet Inclusive social capital in term of relation between local
people and university institution who has many resources to build disaster preparedness.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi modal sosial inklusif apa saja yang terdapat pada
jaringan komunikasi masyarakat pada fase kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Penelitian
dilakukan di salah satu dusun yang rawan terhadap bencana gunung Merapi di Jawa Tengah.
Konsep yang digunakan jaringan komunikasi, modal sosial dan mitigasi bencana. Penelitian
menggunakan paradigma positivistik dengan metode pengumpulan data kuantitatif didukung data
kualitatif. Hasilnya ditemukan empat modal sosial inklusif yang terdapat pada jaringan komunikasi
masyarakat pada fase kesiapsiagaan bencana alam Merapi 2010 yaitu relasi dengan para relawan
bencana, relasi dengan pemerintah daerah maupun propinsi, relasi dengan lembaga swadaya
masyarakat dan relasi tradisional dengan keraton Yogyakarta. Selain itu intepretasi terhadap
modal sosial inklusif adalah adanya timbal balik yang diperoleh warga dusun, modal sosial inklusif
memfasilitasi aliran informasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana erupsi, memengaruhi
agen yang memiliki pengaruh penting dalam pengambilan keputusan, mendukung kredibilitas
individu dalam memperoleh akses sumber daya untuk pertolongan dan sebagai pembangun
identitas dan modal sosial inklusif merupakan pengakuan bagi warga dusun. Belum ditemukan
modal sosial inklusif berupa relasi warga dusun dengan kalangan perguruan tinggi yang memiliki
banyak sumberdaya untuk membantu kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.
Kata kunci : jaringan komunikasi, modal sosial inklusif, fase kesiapsiagaan bencana.
33
34 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55
sepanjang tahun 2015 terdapat ancaman kaya dan negara miskin, kelompok elit dan
letusan beberapa gunung aktif diantara 129 non elit. Ketiga, adanya kemunduran atau
gunung berapi aktif yang ada. Meskipun ketertinggalan, yaitu kerentanan terhadap
belum sampai menimbulkan korban jiwa kemungkinan timbulnya keadaan yang
namun kerugian sosial ekonomi telah membuat masyarakat menjadi tertinggal dan
dialami oleh penduduk sekitar wilayah harus membangun kembali kehidupannya.
rawan bencana. Hal ini memerlukam bantuan dari institusi
Bagi masyarakat yang berada seperti pemerintah dan bantuan dana.
diwilayah rawan bencana terdapat enam Keempat, perpindahan penduduk atau
jenis kerentanan yang dihadapi dalam masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki
konteks sosial (David dan Alexander pengalaman terhadap tanda-tanda bahaya
dalam zerdem dkk:2006). Pertama, akan menimbulkan generasi baru yang
kerentanan ekonomi yaitu terdapat kondisi rentan (newly-generated vulnerabilities).
yang termarginalkan dalam memperoleh Kelima, kerentanan yang muncul sebagai
penghasilan selama terjadi bencana. Banyak akibat dari keputusan untuk menolak norma-
penduduk yang kehilangan mata pencarian norma, aturan dan regulasi yang dianggap
selama terjadi bencana. Kedua, kerentanan aman. Pada akhirnya, secara keseluruhan
dalam bidang teknologi. Terdapat perbedaan kondisi kerentanan muncul pada peristiwa
akses terhadap teknologi antara level bencana yang sering hadir dan dianggap
kelompok masyarakat. Antara kelompok sebagai bukan hal yang penting yang
kaya dan miskin, kelompok masyarakat sebenarnya menciptakan kondisi bahaya
yang tinggal dikota dan dipedesaan, negara dalam kehidupan secara umum.
Tabel 1. Letusan Gunung dan Dampaknya
Gunung Waktu Erupsi Dampak Sosial Ekonomi Sumber Artikel
Slamet, Jawa Tengah Maret-April - Indopos, 1 April 2015 Gempa
Tremor Terekam
Karangetang, April - Mei - Kompas, 22 Mei 2015, Karangetang
Siau Sulawesi Utara dan Lokon Terus Aktif
Lokon, Tomohon April - Mei - Kompas, 22 Mei 2015, Karangetang
Sulawesi dan Lokon Terus Aktif
Sinabung, Sumatera sejak 2010- saat Lebih dari 3.000 jiwa mengungsi, Kompas, 7 Juni 2015, Warga
Utara ini biaya relokasi +/- 700 m, lahan Kembali Memasuki Zona Bahaya
pertanian rusak
Raung, Jawa Timur Juli Penutupan operasional tiga Kompas, 2 Juli 2015, Warga
bandara pada saat musim puncak. Diminta Jauhi Puncak
masyarakat dan proses adaptasi terhadap komponen tentang informasi dan relasi
bencana serta analisis prediksi bencana dapat diperoleh dengan mengidentifikasi
dan penanganannya dapat dilakukan melalui jaringan komunikasi yang ada
dengan mempelajari struktur jaringan dan dalam masyarakat. Karena elemen utama
sosiodemografik masyarakat. Selain itu dari sebuah jaringan komunikasi adalah
jaringan sosial memiliki kontribusi besar aktor dan relasi dimana didalamnya dapat
terhadap kekuatan individu dan kelompok diperoleh bagaimana informasi mengalir
untuk bertahan dan mampu melewati dalam jaringan komunikasi.
masa genting pada fase-fase bencana dan Modal sosial menurut Lin (1999:3-4)
memberikan manfaat yang efektif untuk merupakan investasi dalam hubungan sosial
pertolongan. Melalui jaringan sosial juga yang diharapkan dapat memberikan imbal
dapat diketahui formasi bantuan pertolongan balik. Definisi yang bersifat umum ini memiliki
yang terdesentralisasi dan menawarkan beberapa elemen didalamnya. Pertama
program pelatihan penanganan bencana memfasilitasi aliran informasi. Kedua, ikatan
yang sesuai. (Varda,2008; Ozerdam & sosial tersebut dapat mempengaruhi agen yang
Jacoby,2006:61; Magsino,2009: 10-31). memiliki peran penting dalam pengambilan
Dengan meninjau beberapa penelitian keputusan. Ketiga, sumber daya dalam ikatan
terdahulu serta mempertimbangkan semakin sosial akan mendukung kredibilitas individu
tingginya kompleksitas persoalan bencana atau organisasi dalam memperoleh akses
maka kajian jaringan komunikasi memiliki terhadap sumber daya melalui jaringan atau
berkontribusi penting dalam mengkaji modal sosialnya. Keempat, relasi sosial akan
persoalan sosial bencana alam. Dengan kajian membangun sebuah identitas dan adanya
jaringan komunikasi sebagai aplikasi dari pengakuan.
jaringan sosial yang diperdalam dengan kajian Dengan demikian dapat disimpulkan
modal sosial dapat memberikan gambaran bahwa modal sosial dapat memberikan
yang semakin lengkap guna memberikan keuntungan bagi individu maupun kelompok
alternatif bagi penanganan bencana secara dalam hubungannya dengan pihak lain,
lebih komprehensif. dalam pemenuhan sumberdaya yang saling
Adapun bentuk bentuk modal sosial melengkapi satu sama lain, menjamin
menurut Coleman (2011:422) diantaranya kredibilitas seseorang maupun kelompok
adalah kewajiban dan ekspektasi, potensi sehingga mempermudah keyakinan pihak lain
informasi, norma dan sangsi efektif, relasi untuk bekerjasama, menunjukkan identitas
wewenang serta organisasi sosial yang dan pengakuan. Imbal balik yang diperoleh
dapat disesuaikan. Sehingga jika dikaitkan dari modal sosial tentunya dengan melihat
dengan konteks peristiwa bencana maka kepentingan setiap anggota dalam modal
bentuk modal sosial yang diperlukan sosial tersebut.
adalah adanya relasi wewenang serta Sementara itu jaringan komunikasi
potensi informasi. Selanjutnya kedua sebagai kajian yang terkait dengan modal
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 37
komunikasi pada dasarnya adalah penerapan Teori ini juga melandasi organisasi jaringan
dari analisis jaringan sosial (Social Network komunikasi yang saat ini dapat dilihat
Analysis) pada bidang komunikasi. Rogers sebagai sebuah sistem yang kompleks
dan Kincaid (1981: 82) mendefinisikan yang terkelola sendiri, yang mengalami
metode jaringan sebagai suatu metode perubahan dari perilaku interkoneksi
riset untuk mengidentifikasi struktur yang sebelumnya diatur oleh agen-agen.
komunikasi dalam sebuah sistem, dimana Jaringan sendiri dapat ditinjau sebagai
data relasional tentang aliran komunikasi sebuah properti yang saling tergantung
dianalisis dengan menggunakan relasi sama lain, bersifat spesifik, mengalami
interpersonal sebagai unit analisisnya.Dari perubahan pada atributnya serta mengalami
definisi tersebut maka penekanannya adalah perubahan koneksi dengan jaringan lain
pada struktur komunikasi yang mencakup beserta anggotanya didalam lingkungan
aliran komunikasi dan data relasi. tempat jaringan tersebut berada.
Melalui pola jaringan komunikasi Uraian tersebut menurut peneliti
dapat diketahui bagaimana tahapan suatu sejalan dengan konsep jaringan yang
informasi dapat tersebar dan siapa saja dikemukakan oleh Francis Fukuyama yang
yang berperan penting dalam penyebaran mengemukakan penting bahwa jaringan
informasi. Sebuah studi pada jaringan memberikan saluran-saluran alternatif
pengusaha menemukan bahwa komunikasi bagi aliran informasi melalui dan kedalam
dua tahap dapat terwujud dalam dua sebuah organisasi.Sehingga jaringan yang
jenis meknisme jaringan yang berbeda. didefinisikan sebagai kelompok-kelompok
Pertama, penularan informasi terjadi yang berbagi norma-norma atau nilai-nilai
melalui pemuka pendapat kedalam informal adalah hal yang penting.Karena
kelompok. Kedua,penularan informasi seringkali hierarki bisa dianggap kurang
terjadi diantara anggota- angota kelompok adaptif. Sistem-sistem kontrol formal jauh
yang posisinya setara. Pemuka pendapat lebih tidak fleksibel dibandingkan sistem
dalam jaringan dapat berperan sebagai kontrol informal (Fukuyama, 2000:332).
perantara (brokers) seperti dalam jaringan Struktur jaringan yang berhubungan
bisnis karena memiliki akses dengan pihak dengan pemusatan suatu jaringan adalah
luar (Burt,1999:65). sentralitas yang merujuk bagaimana
Dengan demikian maka bahwa posisi aktor dalam keseluruhan jaringan.
jaringan komunikasi yang didalamnya berisi orang-orang yang berada di posisi sentral
berbagai macam informasi sesungguhnya menjadi sangat penting, karena banyak
merupakan sebuah sistem yang bersifat orang yang ingin mengetahui siapa saja
kompleks.Monge dan Contractor (2003:85) yang berada di posisi sentral dan siapa
mengemukakan bahwa dari teori sistem saja yang menduduki posisi sebagai
yang berevolusi fenomena yang statis pemimpin. Seberapa sentral seorang aktor
menjadi dinamis, kompleks dan beradaptasi. dalam suatu jaringan, siapa aktor yang
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 39
mengikat kedalam dan mengikat orang lain sama sekali. Modal sosial juga menentukan
dari posisi sosial serupa dan hal ini cenderung bagaimana nilai-nilai yang ada dapat
meneguhkan identitas ekslusif dan kelompok dipertahankan, tetap seimbang, atau tidak
homogen. Kedua modal sosial yang hilang.
menjembatani (inklusif) menghubungkan Sementara itu Coleman (2011:415)
orang pada kenalan-kenalan jauh yang mengutip dari Loury menguraikan bahwa
bergerak pada lingkaran yang berbeda dengan kumpulan sumber yang melekat dalam
lingkaran mereka sendiri; hal ini cenderung relasi keluarga dan dalam organisasi sosial
membangun identitas yang lebih luas dan komunitas dan yang bermanfaat untuk
resiprositas yang lebih banyak dibandingkan perkembangan kognitif dan sosial anak-
meneguhkan pengelompokkan sempit. anak atau pemuda. Sumber-sumber ini
Putnam mempercayai bahwa modal sosial berbeda untuk orang yang berbeda dan
yang mengikat baik untuk disinggahi dan dapat memberikan keuntungan penting
modal sosial yang menjembatani adalah untuk perkembangan modal manusia dan
sesuatu yang krusial untuk dijalani. orang dewasa. Modal sosial tercipta ketika
Dari kedua bentuk modal sosial ada relasi antara orang yang mengalami
tersebut dapat dilihat bahwa pada modal perubahan dengan cara-cara yang me
sosial yang eksklusif bermanfaat untuk mudahkan tindakan.
mempertahankan nilai-nilai. Seperti Penjelasan lain mengenai modal sosial
nilai budaya, nilai-nilai tradisional dan dikemukakan oleh Lawang (2005:30)
kesepakatan kelompok dan sebagainya. yang menggunakan istilah kapital
Namun anggota dari kelompok dengan sosial. Kata sosial dalam kapital sosial
bentuk modal sosial eksklusif cenderung menurut pandangannya harus bersifat
tidak mengalami perubahan, memiliki positif. Ada dua alasan yaitu bahwa
pengetahuan yang terbatas hanya berasal pertama kapital sosial harus mendorong
dari anggota kelompoknya saja dan adanya pertumbuhan ekonomi, jika
tidak informasi yang diperoleh tidak tidak demikian maka bukan disebut
bertambah atau merubah nilai yang dianut capital kedua kapital sosial harus mampu
masyarakatnya. Sementara untuk modal membuat pertumbuhan itu berdampak pada
sosial yang sifatnya inklusif memberikan peningkatan kesejahteraan sosial yang
manfaat terhadap masuknya nilai nilai meluas kemasyarakat. Aspek ini memang
baru dari luar, dapat menerima hal-hal lebih menekankan pada hubungan antara
baru sehingga menambah informasi yang efektifitas dan efisiensi sedangkan menurut
diperoleh saat ini. Namun dengan modal Granoveter yang dikutip oleh Lawang
sosial ini nilai-nilai lama yang dianut melihat aspek sosial dari aspek struktural.
dapat berubah, masuknya nilai baru dapat Dimana kapital sosial tidak berdiri sendiri
mengikis nilai-nilai lama, identitas asli namun tertambat (embedded) dalam
kelompok dapat memudar atau berubah struktur sosial. Yang dimaksud struktur
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 41
sosial para ahli umumya menunjuk pada Penekanan pada teori tersebut adalah
hubungan (relation), jaringan (network), adanya kumpulan sejumlah sumber
kewajiban, harapan yang menghasilkan daya jaringan yang bertahan lama atau
dan dihasilkan oleh kepercayaan (trust) terinstitusionalkan dan membedakan antara
dan sifat dapat dipercaya (trustworthiness), modal sosial dan modal manusia (human
yang berkembang diantara orang-orang capital). Bahwa modal manusia (human
yang berhubungan. Dengan demikian capital) lebih merepresentasikan atribut
konsep ini sejalan dengan pendapat atau karakteristik yang ada pada diri setiap
Fukuyama (2000:359) yang menyebutkan orang seperti intelegensi, daya tarik dan
bahwa ada tiga alasan pentingnya hirerarki prestis. Lebih jauh diuraikan oleh Mongie
pada social capital. Pertama, kita tidak bisa dan Contractor bahwa modal sosial tumbuh
menerima begitu saja eksistensi jaringan dari hubungan-hubungan seperti halnya
dan social capital yang mendasarinya yang tertambat dalam jaringan komunikasi
dan dimana jaringan itu tidak eksis, Premis yang dikemukakan Lin (1999:3-
hierarki dapat menjadi satu-satunya 4) mengenai modal sosial secara singkat
bentuk organisasi yang mungkin. Kedua, adalah investasi dalam hubungan sosial yang
hirerarki seringkali secara fungsional diharapkan dapat memberikan imbal balik.
penting bagi organisasi untuk mencapai Definisi yang bersifat umum ini memiliki
tujuannya. Ketiga, masyarakat secara alami beberapa elemen didalamnya. Pertama
suka mengorganisasi diri mereka secara memfasilitasi aliran informasi. Kedua,
hierarkis, ikatan sosial tersebut dapat mempengaruhi
Sementara itu konsep-konsep inti agen yang memiliki peran penting dalam
yang terdapat dalam kapital sosial yang pengambilan keputusan. Ketiga, sumber
dikemukakan oleh Lawang (2005:45) serta daya dalam ikatan sosial akan mendukung
mengutip pendapat Coleman, Putnam dan kredibilitas individu atau organisasi dalam
Fukuyama maka unsur-unsur dari modal memperoleh akses terhadap sumber daya
sosial yang terdiri dari kepercayaan, melalui jaringan atau modal sosialnya.
norma, dan jaringan. Uraian Bourdieu Keempat, relasi sosial akan membangun
dan Wacquant yang dikutip oleh Mongie sebuah identitas dan adanya pengakuan.
dan Contractor (2011:143) menyebutkan Bencana dan Fase Bencana
bahwa modal sosial merupakan sejumlah Dalam pasal 1 UU no 24 tahun 2007
sumberdaya, baik dalam bentuk nyata atau tentang Penanggulangan Bencana, yang
virtual, yang menumbuhkan nilai pada dimaksud dengan bencana adalah peristiwa
diri individu atau kelompok berdasarkan atau rangkaian peristiwa yang mengancam
adanya kepemilikan sebuah jaringan yang dan menganggu kehidupan dan penghidupan
bertahan lama atau kurang lebih hubungan masyarakat yang disebabkan baik oleh
yang terinstitusionalisasi dari sebuah faktor alam, faktor non alam maupun faktor
perkenalan atau pengenalan. manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
42 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, tiga paradigma yaitu. Pertama, bencana
kerugian harta benda dan dampak psikologis. adalah merupakan hasil atau akibat dari
Dalam UU yang sama juga ditetapkan tiga suatu tekanan eksternal. Kedua, akibat
jenis bencana: bencana alam, bencana non dari kerentanan sosial dan ketiga akibat
alam, dan bencana sosial. Sedangkan bencana dari ketidakpastian. Konsep ini masih
alam adalah bencana yang diakibatkan oleh senada dengan Pelanda yang dikutip dari
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang sumber yang sama mengintepretasikan
disebabkan oleh alam antara lain berupa bencana sebagai berikut. Pertama, bencana
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, adalah akibat dari kondisi sosial dan
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. lingkungan yang buruk, kedua, bencana
Sehingga suatu peristiwa dianggap bencana merupakan akibat dari tekanan kolektif
jika peristiwa itu menimbulkan kerusakan, dari sebuah komunitas, dan ketiga adalah
menimbulkan gangguan pada kehidupan, adanya perbedaan dalam kapasitas
penghidupan, dan fungsi masyarakat yang untuk menangani kerusakan dan akibat
mengakibatkan korban dan kerusakan negatif yang ditimbulkan. Pendapat lain
melampaui kemampuan masyarakat setempat dikemukakan oleh Maloney dan Cappola
untuk mengatasinya dengan sumber daya (2009:48-49) tentang bencana :
yang dimiliki. Dapat disimpulkan bahwa
Disaster are measured in terms of lives lost,
kemampuan masyarakat dalam menghadapi injuries, sustained, property damaged or
bencana adalah hal yang penting. lost, and environment degradation. These
consequences manifest themselves through
Sylves (2008:26) mengemukakan bahwa direct and indirect means and can be tangible
or intangible.
dalam mitigasi tercakup keputusan untuk
melakukan apa dan dimana terkait masalah Beberapa ahli sosial menekankan
kesehatan, keamanan dan kesejahteraan pemahaman tentang bencana sebagai
dari masyarakat yang telah ditentukan dan sebuah konstruksi sosial. Bagi para ahli
dilaksanakan sebagai program pengurangan tersebut melihat bencana sebagai dampak
resiko. Hal ini merupakan tindakan yang dari proses sosial atau konsekuensi
berkelanjutan untuk mengurangi resiko sosial yang menghasilkan bahaya, atau
terhadap jiwa dan harta benda serta meningkatkan kerentanan dari sebuah
dampaknya. Berikutnya hal lain yang penting sistem sosial dari dampak suatu bahaya
terkait dengan mitigasi adalah perhitungan (Porfiriev dalam Quarantelli,1998:46).
efektifitas biaya yang dikeluarkan dengan Selanjutnya dari kajian konsep dan
pengurangan resiko yang akan terjadi pragmatis tentang bencana Quarantelli
termasuk kemungkinan resiko fisik dan sosial mencoba memberikan definisinya:
dimasa yang akan datang. A state/condition destabilizing the social system
Claude Gilbert menyodorkan that manifest itself in malfunctioning or disruption
of connection and communications between its
ringkasan konsep tentang bencana elements or social units (communities, social
(Porfiriev dalam Quarantelli, 1998) dalam groups, and individuals), partial or total detruction/
demolition, physical and psychological overload
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 43
suffered by some of these elements; thus, making Pada segmen mitigasi (mitigation),
it necessary to take extraordinary or emergency
countermeasures to reestablish stability. tindakan yang dilakukan biasanya
merupakan program yang spesifik untuk
Carter (2008) juga memiliki uraian mengurangi dampak dari bencana pada
yang melengkapi bahwa berdasarkan suatu bangsa atau komunitas.Pemahaman
pengalaman penanganan bencana didunia tentang mitigasi lebih luas adalah implikasi
terdapat kesimpulan bahwa respon dampak dari bencana, namun demikian
yang efektif terhadap bencana sangat dampak tersebut dapat dimodifikasi atau
tergantung pada dua faktor yaitu informasi dikurangi dengan tindakan yang sesuai.
dan sumberdaya. Tanpa kedua faktor ini Beberapa tindakan atau program terkait
perencanaan mitigasi bencana yang disusun dengan mitigasi antara lain: regulasi
dengan baik, managemet yang terkordinasi pemanfaatan wilayah, regulasi tentang
dan staf yang handal akan menjadi sia-sia. keamanan untuk bangunan tinggi, kontrol
Dengan menggunakan berbagai macam terhadap materi hazard, keamanan
sistem, dan kolaborasi antara masyarakat, sistem transportasi darat, laut dan udara;
pemerintah, lembaga non pemerintah, pihak pembangunan sistem untuk melindungi
swasta akan meningkatkan kemampuan instalasi listrik dan alat komunikasi vital,
sistim komunikasi dalam mencapai target pembangunan infrastruktur seperti misalnya
sasaran masyarakat, Kelompok-kelompok pembangunan jalan bebas hambatan yang
masyarakat yang harus memiliki kesadaran tidak berdekatan dengan wilayah rawan
dalam perencanaan peringatan dini termasuk bencana.
individu adalah : keluarga, sekolah, Segmen ketiga adalah kesiapsiagaan
lingkungan kerja, tempat umum, kelompok (preparedness). Pada fase ini terdapat
orang cacat, masyarakat yang menggunakan beberapa hal penting yang diperlukan
bahasa asing, kelompok masyarakat tidak sebagai upaya peringatan dini yaitu : deteksi
terdidik dan kelompok masyarakat miskin. dini yang dilakukan seawal mungkin
Carter (2008:29) membagi bencana tentang akan datangnya bencana, proses
dalam 5 segmen yaitu :Prevention, peringatan dini yang harus dilakukan oleh
Mitigation, Preparedness, Response pihak yang memiliki wewenang sehingga
dan Recovery. Pada segmen awal menghindari informasi yang tidak perlu,
yaitu pencegahan (prevention), fokus adanya rantai transmisi informasi yang
perhatiannya adalah pada hal-hal akan efektif, pengambilan keputusan setelah
mengenai pentingnya upaya pencegahan, adanya peringatan dini, dan penyebaran
wilayah yang perlu menjadi perhatian informasi peringatan dini ke publik secara
untuk dilakukan pencegahan, pendekatan tepat (Carter, 2008:238-243). Dari banyak
yang positif melalui upaya pencegahan pengalaman mitigasi bencana reaksi awal
dan sumberdaya apa saja yang diperlukan terhadap peringatan dini bencana dapat
untuk pencegahan. menyelamatkan nyawa dan harta benda.
44 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55
Pada periode tanggap darurat (response) (1) mitigasi (2) kesiapan (3) respon dan
aspek emergensi yang perlu diperhatikan (4) pemulihan. Mitigasi mencakup upaya
pada fase tanggap darurat adalah : a) pengurangan atau penghapusan baik salah satu
penyelamatan dan pertolongan terhadap atau kedua hal tersebut terhadap dari bahaya
korban b) pengungsian korban ke wilayah resiko (baik masih berupa kemungkinan
lain c) penyediaan tempat penampungan atau akibat yang ditimbulkan). Kesiapan
sementara yang layak d) penyediaan makan, adalah cara untuk melindungi orang-orang
baik distribusi dan persediaan stok bahan yang beresiko terdampak bencana dengan
pangan e) pembukaan akses jalan melalui cara meningkatkan kapasitasnya untuk
darat udara atau laut termasuk pendaratan dapat bertahan atau memperkecil kerugian
helikopter f) ketersediaan alat komunikasi ekonomi. Respon dicirikan dengan tindakan
g) ketersediaan air bersih h) ketersedian guna mengurangi atau menghapuskan
barang-barang kebutuhan untuk pengungsi dampak bencana yang mungkin timbul
h) sarana kesehatan dan sanitasi, tenaga atau sudah terjadi. Kates dan Pijawka yang
medis i) ketersediaan informasi publik. dikutip oleh Smith dan Wenger dalam
Tersedianya informasi bagi komunitas Rodriguez dkk (2006:235) bahkan membagi
tentang apa yang harus dilakukan j) lagi fase pemulihan bencana menjadi
jaminan keamanan k) konstruksi untuk beberapa bagian yaitu periode emergensi,
bangunan yang mendapatkan prioritas periode restorasi, periode pemindahan dan
tertinggi l)jaminan untuk dukungan moral rekonstruksi serta peringatan, kemajuan,
bagi korban. Segmen recovery, merupakan dan periode pembangunan rekonstruksi. Hal
proses pemulihan yang dapat berlangsung ini menunjukkan bahwa periode pemulihan
lama bahkan bisa mencapai waktu antara merupakan fase yang prosesnya panjang dan
5-10 tahun atau lebih. Pemulihan pasca penting untuk mempersiapkan masyarakat
bencana biasanya melibatkan berbagai melanjutkan kehidupan yang baru serta
aspek seperti restorasi dan rekonstruksi. mempersiapkan diri terhadap adanya
Dalam melaksanakan program pemulihan kemungkinan bencana berikutnya.
pasca bencana keterlibatan berbagai Keberhasilan mitigasi bencana dalam
institusi sangat diperlukan antara lain seperti peristiwa erupsi gunung berapi sangat
pemerintah yang memiliki otoritas dalam bergantung kepada ketersediaan informasi.
hal perencanaan membangun maupun Informasi tersebut diantaranya adalah
pemerintah yang menangani bencana baik mengenai aktivitas gunung api seperti
pusat maupun lokal termasuk institusi yang mengenai karakter, perilaku dan sejarah
menyediakan pendanaan (Carter, 2008:288). letusan gunung api guna keperluan prediksi
Maloney dan Cappola (2009:53-55) waktu terjadinya letusan, jenis bahaya yang
mengemukakan bahwa manajemen bencana akan ditimbulkannya dan daerah-daerah
yang komprehensif pada masyarakat modern yang potensial terkena bahaya letusan sebuah
didasarkan atas empat komponen yaitu gunung api.
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 45
modal sosial yang terbentuk di masyarakat. 2006 dimana Merapi tidak mengalami
Pada bagian diskusi dilakukan intepretasi erupsi puncak sehingga tidak mengungsi.
timbal balik apa yang diperoleh dari modal Warga dusun lebih banyak mengandalkan
sosial yang dimiliki masyarakat. pengamatan visual dan cenderung
Jaringan Komunikasi pada Fase Kesiapsiagaan mengabaikan peringatan resmi pemerintah.
Bencana Namun demikian mendekati akhir Oktober
Fase kesiapsiagaan pada bencana 2010 dimana aktivitas vulkanik semakin
erupsi Merapi tahun 2010 berlangsung meningkat maka terjadi perubahan sikap
sekitar hingga dua bulan Saat itu merupakan warga dusun yang memerlukan informasi
fase saat terjadinya peningkatan aktivitas untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana.
vulkanik gunung seperti kepulan asap, Berikut analisis ketiga jaringan komunikasi
gempa dan suara gemuruh yang berlangsung yang masing-masing terdiri dari gambar
antara satu hingga dua bulan sebelum jaringan komunikasi dengan analisis
erupsi puncak. Pada fase ini pemerintah mengenai gambar jaringan komunikasi
setempat sudah memberikan peringatan serta deskripsi tentang aktor-aktor yang
kepada warga untuk tidak mendekati menduduki posisi sentral.
wilayah puncak serta menghindari aktivitas Pada fase kesiapsiagaan bencana
disekitar puncak yang sewaktu-waktu bisa mengenai status gunung (normal, siaga, awas,
menimbulkan erupsi dan mengeluarkan waspada) maka status gunung diumumkan
awan panas. Namun demikian warga dusun secara resmi dari BPPTK melalui kepala
mengandalkan peristiwa pada erupsi tahun dusun dan relawan bencana diteruskan kepada
Gambar 1. Jaringan komunikasi mengenai status gunung (normal, siaga, awas, waspada)
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 47
warga dusun. Pada gambar jaringan dan dari warga dari munculnya asap, awan panas,
hasil perhitungan diperoleh beberapa aktor gemuruh, dan suara letusan. Warga dusun
yang menduduki posisi sentral diantara aktor umumnya masih measa aman dan masih
lainnya. Hanya sepuluh aktor yang terpisah beraktifitas bertani sayur saat muncul asap dan
dari aktor-aktor yang memiliki relasi dengan suara gemuruh. Namun ketika awan panas
aktor di posisi sentral namun sepuluh aktor sudah mulai meluncur maka warga dihimbau
yang terpisah tersebut masing-masing berada untuk segera mengungsi karena diperkirakan
dalam satu komponen berelasi dengan minimal dalam hitungan jam akan muncul letusan.
satu aktor lain. Artinya tidak ditemukan aktor Dari gambar jaringan dan perhitungan
yang terisolasi dari jaringan. Tempat tinggal menunjukkan terdapat sekitar duapuluhan
warga dusun berada di lereng gunung dan aktor yang terpisah dari jaringan namun terikat
diantaranya lokasi tempat tinggalnya terpisah dalam komponen sehingga tidak ada yang
dari warga lainnya. Sebagian besar masih terisolasi. Gambar memperlihatkan bahwa
mengandalkan alat komunikasi tradisional setiap aktor memerlukan informasi dari aktor
kentongan. Penggunaan handphone tidak lainnya tentang tanda-tanda visual aktivitas
menjadi andalan warga dusun karena dianggap gunung untuk memastikan tindakan apa yang
tidak efektif karena kelemahan dalam harus diambil. Beberapa aktor menjadi tokoh
mengkases jaringan sinyal dan pembelian sentral yang paling sering dihubungi oleh
pulsa. sebagian besar aktor-aktor lainnya.
Status gunung pada fase ini yang Pada situasi dimana terjadi peningkatan
mengalami peningkatan aktivitas diamati aktivitas vulkanik yang lebih tinggi maka
Gambar 2. Jaringan komunikasi tentang tanda-tanda visual bahaya aktivitas gunung (asap, awan panas,
gemuruh, letusan dsb)
48 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55
dan terlihat tanda-tanda erupsi aktor-aktor semua aktor pada aktor-aktor lainnya
berusaha memperoleh informasi mengenai nampak tinggi pada fase ini karena terjadi
dimana saja lokasi yang disediakan sebagai pada waktu yang sangat pendek hanya dalam
tempat pengungsian. Terdapat beberapa beberapa hari, bersamaan dengan ribuan
lokasi yang disediakan pemerintah lokal penduduk dusun lain harus meninggalkan
untuk menampung warga yang mengungsi dusunnya sambil berusaha memperoleh
bersama warga dari dusun-dusun lainnya. bantuan untuk mengungsi yang jumlahnya
Lokasi yang disiapkan untuk menampung sangat terbatas. Warga dusun tidak mengira
pengungsi antara 10 hingga 20 kilometer akan terjadi erupsi besar sehingga tidak
dari lokasi dusun tempat tinggal warga. pernah membayangkan bahwa mereka
Terdapat enam aktor yang tidak berelasi harus mengungsi.
atau terpisah dengan jaringan yang dekat Analisis berikutnya adalah tentang
dengan aktor sentral, namun namun masing- siapa saja aktor-aktor pada posisi sentral
masing aktor terikat dalam komponen yang terdapat dalam jaringan komunikasi.
dengan satu aktor lainnya. Informasi Aktor pada posisi sentral dalam jaringan
mengenai lokasi pengungsian amat penting komunikasi adalah aktor yang paling sering
bagi hampir seluruh aktor sehingga banyak dihubungi oleh aktor lain dan memiliki
aktor berupaya menghubungi aktor-aktor akses terhadap informasi serta sumberdaya
di posisi sentral. Ketergantungan hampir dibanding aktor lainnya.
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 49
akurat mengenai status gunung berikut (meliputi sekitar 360 desa) dengan keraton
tindakan apa yang harus diambil. Informasi Yogyakarta dapat dianggap sebagai
dari pemerintah yang disampaikan secara peneguhan kekuasaan Sultan terhadap
berjenjang hingga kepala dusun membantu rakyatnya. Meskipun Sultan sebagai raja
warga untuk menentukan kapan waktu yang telah berganti beberapa generasi,
mengungsi, kapan harus mengungsi, namun hingga saat ini kepercayaan warga
melalui jalur mana saja yang aman untuk disekitar Merapi dan Yogyakarta pada
dilalui dan kemana lokasi pengungsian umumnya masih berlaku dan dipercaya
yang harus dituju serta informasi lain baik dari segi mitos, budaya maupun
yang diperluksn pada fase kesiapsiagaan. pemerintahan. Meskipun terdapat sedikit
Pemerintah dan lembaga resmi lainnya perbedaan sikap dalam memandang merapi
yang memiliki sumberdaya teknologi pada periode Sri Sultan Hamengkubawono
modern menyampaikan informasi keada X (yang memerintah saat ini) dan Sri
warga dusun melalui lurah, kepala dusun, Sultan Hamengkubuwono IX pada periode
relawan dan sebagainya. sebelumnya, namun kepercayaan warga
c. Relasi dengan Keraton Yogyakarta. lokal terhadap relasi antara Merapi dan
Hubungan masyarakat Yogyakarta Kesultanan Yogyakarta masih cukup kuat.
dengan Keraton Yogyakarta hingga saat Diantara kepercayaan masyarakat
ini cukup dekat. Rakyat Yogyakarta dan lokal terhadap perintah Keraton Yogyakarta
sekitar Merapi mengakui kepemimpinan adalah dilaksanakanannya ritual labuhan
Sri Sultan Hamengkubowono hingga Merapi. Setiap tahun dilaksanakan kegiatan
generasi Sultan yang sekarang (HB ritual Labuhan Merapi yang bertujuan untuk
X). Merapi selalu dikaitkan dengan memperoleh keselamatan dan terhindar
Kesultanan Yogyakarta sejak ratusan dari bencana letusan gunung Merapi. Ritual
tahun yang lalu, baik dari segi filosofi, labuhan merapi ini sudah dilakukan sejak
sejarah terjadinya Merapi, pembangunan ratusan tahun yang lalu sebagai bagian dari
Keraton Yogyakarta, lokasi Geografis yang perintah keraton Yogyakarta. Sebelumnya
terhubung dalam satu garis imajiner antara ritual ini dilaksanakan oleh warga di
Merapi di Utara, Laut Selatan di wilayah setiap dusun disekitar Merapi dengan
Selatan dan Keraton Yogyakarta yang memberikan persembahan berupa berbagai
barada diantaranya.Berbagai upacara yang jenis makanan yang dibawa kepuncak
harus dilakukan oleh penjaga Merapi Merapi secara bersama-sama dengan warga
sebagai wakil kesultanan Yogyakarta dari dusun lainnya. Namun dalam beberapa
dan masyarakat disekitar Merapi, hingga tahun ini ritual tradisional labuhan Merapi
peristiwa aktivitas vulkanik Merapi yang dilaksanakan secara kolektif antara
dikaitkan dengan pemerintahan atau politik beberapa kecamatan disekitar Merapi.
kesultanan maupun pemerintah Indonesia. Pada fase kesiapsiagaan menghadapi
Disatu sisi relasi antara masyarakat Merapi erupsi 2010 yang lalu Sri Sultan HB X
52 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55
telah sejak awal memerintahkan warga terhadap hadirnya pihak luar seperti relawan
dusun untuk meninggalkan wilayah dan berbagai lembaga masyarakat yang
Merapi, namun demikian warga dusun tetap membantu warga sejak fase kesiapsiagaan
bertahan hingga detik-detik saat terjadinya bahkan berlanjut hingga pasca bencana.
erupsi. Sikap Sultan yang rasional dalam Ketiga, bergesernya kepercayaan sebagian
menghadapi ancaman erupsi Merapi warga terhadap kepercayaan tradisional
rupanya tidak diindahkan oleh warga dusun tentang gunung Merapi yang memberikan
yang masih mengandalkan kepercayaan peluang bagi masuknya informasi baru
tradisionalnya bahwa Merapi tidak akan yang dibawa oleh relasi dengan orang-
terjadi erupsi. Sehingga hal ini sempat orag yang merupakan modal sosial inklusif
menimbulkan pro dan kontra dalam proses tentang mitigasi bencana.
evakuasi warga dusun. Selanjutnya dari keempat modal sosial
Modal sosial inklusif yang ditemu inklusif yang ditemukan, terdapat timbal
kan dalam jaringan komunikasi pada balik yang diperoleh masyarakat lokal
penelitian ini dapat disebut sebagai dari berbagai jenis modal inklusif yang
masyarakat tradisional yang dikenal dimiliki. Pertama, modal sosial inklusif
dengan mechanical solidarity yang dapat memfasilitasi aliran informasi.
mem perlihatkan adanya perbedaan- Relawan, Lembaga Masyarakat selain
perbedaan individu yang diminimalisisasi. berperan dalam menyampaikan informasi
Solidaritas mekanik merupakan bentuk baru kepada warga lokal, juga berfungsi
solidaritas yang mengikat individunya menjembatani aliran informasi dari warga
dalam sebuah kelompok sosial karena lokal ke warga diluar dusun maupun
adanya rasa kebersamaan, adanya aturan masyarakat lain yang memerlukan informasi
untuk berkelompok tanpa mempedulikan guna mengefektifkan bantuan pada fase
status sosial dari individu-individu yang kesiapsiagaan yang berlangsung lebih dari
ada dalam komunitas yang bersangkutan. satu bulan. Kedua, modal sosial inklusif
Biasanya solidaritas mekanik terdapat pada dapat mempengaruhi agen yang memiliki
masyarakat yang tinggal di pedesaan. Modal pengaruh penting dalam pengambilan
sosial inklusif yang terdapat pada jaringan keputusan. Melalui kedekatan warga lokal
komunikasi pada fase kesiapsiagaan dengan dengan para relawan bencana dan
bencana dalam pandangan penulis dari informasi yang disampaikan oleh
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, relawan tentang aktivitas vulkanik dengan
karena lokasi geografis wilayah yang dekat menggunakan teknologi, relawan bencana
dengan ibukota pemerintahan sehingga yang sebagian warga lokal memiliki
sangat memungkinkan terbentuknya relasi perubahan sikap dan mengajak warga
warga dusun dengan instansi pemerintah dusun lain untuk mengungsi lebih awal
serta kelompok relawan dari berbagai unsur sebelum terjadi erupsi. Karena diwilayah
masyarakat. Kedua, keterbukaan warga ini sebagian masyarakatnya masih
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 53
memiliki kepercayaan bahwa Merapi tidak Identitas dari modal sosial inklusif
akan mengalami erupsi besar seperti halnya juga diperoleh warga dengan melakukan
pada tahun 2006, maka pada erupsi tahun aktivitas ritual seperti Labuhan Merapi
2010 masyarakat juga berharap demikian, sebagai bagian dari rakyat yang mengabdi
sehingga lebih banyak warga yang baru kepada Keraton Yogyakarta dan mematuhi
mau mengungsi ketika terjadi erupsi. perintah leluhurnya. Identitas ini juga
Ketiga, modal sosial inklusif mendukung mendukung pelestarian kepercayaan
kredibilitas individu dalam memperoleh tradisional termasuk kepercayaan terhadap
akses sumber daya yang dibutuhkan. Dalam mitos serta membangun solidaritas sosial
kesiapsiagaan bencana selain informasi diantara warga yang sebagian sudah
yang memadai sumberdaya lainnya mengalami pergeseran nilai terutama pada
yang dibutuhkan adalah alat transportasi, generasi muda.
akomodasi di pengungsian berikut sarana Simpulan
pendukungnya, dan tempat hunian Modal sosial inklusif merupakan modal
sementara yang dapat dipenuhi dengan bagi warga dusun yang menghubungkan
adanya akses kepada pemerintah daerah dengan orang pada kenalan-kenalan
maupun propinsi. Melalui modal sosial jauh yang bergerak pada lingkaran yang
berupa jaringan dengan relawan, kemitraan berbeda dengan lingkaran mereka sendiri,
dengan pemerintah daerah serta jaringan membangun identitas yang lebih luas yang
dengan lembaga masyarakat warga dusun lebih banyak dibandingkan meneguhkan
terutama orang-orang pada psosisi struktir pada pengelompokkan yang lebih sempit.
sosial memiliki kredibilitas yang dapat Pada penelitian ini dari analisis tiga jaringan
digunakan untuk memperoleh sumberdaya komunikasi yang diteliti ditemukan terdapat
dalam rangka proses mitigasi bencana. modal sosial inklusif berupa relasi dengan
Keempat, modal sosial inklusif sebagai relawan bencana, tim SAR dan LSM; relasi
pembangun identitas dan pengakuan yaitu dengan instansi pemerintah, relasi dengan
adanya pengakuan masyarakat terhadap berbagai lembaga masyarakat serta relasi
terhadap anggota kelompok relawan dengan pihak keraton Yogyakarta. Adapun
bencana yang beranggotakan warga dusun timbal balik yang diperoleh warga dusun
maupun dari luar dusun. Dengan pengakuan dari modal sosial inklusif adalah pertama,
identitas terhadap kelompok relawan maka modal sosial inklusif dapat memfasilitasi
informasi dapat diterima oleh wrga dusun aliran informasi antara lain informasi
melalui jaringan komunikas. Identitas yang mengalir dari berbagai instansi resmi
ini diperlukan karena banyak pihak tang kepada warga seperti informasi tentang
memerlukan mediator untuk memasuki status gunung yang sedang mengalami
wilayah bencana atau memberikan berbagai erupsi dan informasi dari relawan mengenai
bantuan melalui individu atau kelompok tindakan apa saja yang harus dilakukan
yang dapat dipercaya. warga desa saat terjadi erupsi. Kedua,
54 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55
Lin, Nan. (2003). Social Capital, A Theory Ozerdam, dkk. (2006). Disaster Management
of Capital Structure in Action. New and Civil Society Relief in Japan,
York: Cambridge University Pers. Turkey and India. London: Itauris Co
Magsino, Sammantha L. (2009). Applications Ltd.
of Social Network Analysis for Building Rogers, Evert M & Kincaid, D Lawrence.
Community Disaster Resilience. (1981). Communication Networks,
Wahington DC: Board on Earth New York: Free Press.
Sciences and Resources Division on
Earth and Life Studies The national Universitas Gadjah Mada. (2012). An
Academic Press. Integrated Model for Social-Economic
Recovery Post Submission of
Maloney,Erin K and Coppola,Damon P. Nominations to The First RCE Award
(2009). Communicating Emergency on EFSD Initiatives United Nations
Preparedness: strategic for creating University IAS.
a disaster resilient. USA: Auerbach
Publicationa Taylor & Francis Group. Valente, Thomas W. (2010). Social Networks
and Helath, Models Methods and
Marfai, M Aris, Hadmoko, D Sri & Applications. New York: Oxford
Triyanti Anisa. (2013). Peran University Press.
Kearifan Lokal dan Sosial Kapital
Masyarakat Dalam Pengurangan Varda Danielle M. Rich. (2008). Social
Resioko Bencana Dan Pembangunan Network Methodology in the Study
Kawasan Pesisir Berkelanjutan of Disasters: Issues and Insights
Integrasi Kajian Lingkungan, Prompted by Post-Katrina Research.
Kebencanaan dan Sosial Budaya. Forgette David Banks Noshir
Sekolah Pasca Sarjana UGM. Contractor Springer Science+Business
Media B.V.
Martin R. Degg Martin and and K. David.
(2005). Seismic and Volcanic Hazards Wardyaningrum, Damayanti. (2016).
in Peru: Changing Attitudes to Disaster Jaringan Komunikasi Dalam fase
Mitigation. The Geographical Journal, Mitigasi Bencana (Analisis Struktur
Vol. 171, No. 2 (Jun., 2005), pp. 125- dan Kekuatan Ikatan Lemah (Weak
145 Published by: Wiley on behalf of Ties) pada Jaringan Komunikasi
The Royal Geographical Society with Masyarakat di Wilayah Rawan
the Institute of British Geographers Bencana Gunung Berapi), (disertasi)
Departemen Ilmu Komunikasi
Monge, Peter R and Contactor. (2003). Universitas Indonesia, Jakarta.
Theories of Communication
Networks. New York: Oxford Undang Undang no 24 tahun 2007 tentang
University Press. Penanggulangan Bencana