4110 14323 1 SM PDF
4110 14323 1 SM PDF
4110 14323 1 SM PDF
Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Penngaruh dari Perubahan Guna Lahan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013, hlm.241 - 249
Arief Rosyidie
Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
e-mail: [email protected]
Abstract
Water is a resource that plays an important role in supporting the human activities and human. Until now, its
function and role for human beings cannot be replaced by other resources. However, the excess of water at the
wrong time and place can cause a range of problems for our life and livelihood as well as the decline in the
quality of the environment. For years and until recently, floods has not only experienced by developing
countries, such as in Indonesia, but also by developed countries. Floods can be caused by many factors, which
are grouped into natural and human factors, but this problem is mainly caused by human activities which do not
take the carrying capacity of the environment and the variability of climatic condition into consideration.
Contribution of each factor to flooding in different areas will be different, one of the important factors related to
urban and regional planning is the change in land use. The impact of flooding on the environment, economy,
and social are also varied among one region to another. This paper discusses the phenomenon of flooding,
causes, impacts, and mitigation with illustration case on flooding in some areas, especially areas of Bandung.
241
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 24/No. 3 Desember 2013
ruang. Sebagian lingkungan telah memberikan tinggi, dalam waktu lama, dan sering maka hal
manfaat bagi masyarakat; namun tidak sedikit tersebut akan mengganggu kegiatan manusia.
lingkungan yang sampai saat ini belum dapat Dalam sepuluh tahun terakhir ini, luas area
diambil manfaatnya oleh masyarakat atau dan frekuensi banjir semakin bertambah
bahkan bersifat hazards. dengan kerugian yang makin besar (BNPB,
2013).
Indonesia merupakan salah satu negara yang
banyak dilanda bencana. Selama periode 2000 Di Indonesia banjir sudah lama terjadi. Di
sampai 2011, dari sekian banyak bencana Jakarta, misalnya, banjir sudah terjadi sejak
secara nasional, 77 persen bencana yang 1959, ketika jumlah penduduk masih relative
terjadi merupakan bencana hidrometeorologi. sedikit. Banjir Jakarta terjadi sejak 1621,
yaitu banjir, angin puting beliung, longsor. kemudian disusul banjir 1878, 1918, 1909,
Pada bulan Januari 2013, terdapat sekitar 120 1918, 1923, 1932 yang menggenangi
kejadian bencana di Indonesia. Akibat bencana permukiman warga karena meluapnya air dari
tersebut maka 123 orang meninggal, 179.659 sungai Ciliwung, Cisadane, Angke. Setelah
orang menderita dan mengungsi, 940 rumah Indonesia merdeka, banjir masih terus terjadi
rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.798 di Jakarta a.l pada 1979, 1996, 1999, 2002,
rumah rusak ringan, kerusakan fasilitas umum 2007 (kompasiana, 2012; Fitriindrawardhono,
lainnya BNPB, 2013). 2012).
Selama periode tahun 1991 sampai 1995, Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, selama
misalnya, bencana banjir di Indonesia telah musim hujan seperti bulan Januari-Februari,
menimbulkan kerugian triliunan rupiah dengan semua pihak (baik pemerintah maupun
korban jiwa sebanyak 4.246 meninggal, 6.635 masyarakat) biasanya khawatir datangnya
luka-luka, dan sekitar 7 juta menderita serta bencana banjir. Curah hujan pada periode
324.559 rumah mengalami kerusakan. tersebut biasanya lebih tinggi dari bulan
Perkiraan kerugian tersebut belum lainnya (BMKG, 2013). Oleh karena itu
memperhitungkan bencana banjir dalam skala masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan
kecil, kerugian immaterial dan kerugian tidak rawan banjir (bantaran sungai, dataran banjir,
langsung yang tidak sedikit jumlahnya pantai, dll) atau yang rutin mengalami banjir,
(BNPB, 2013). biasanya sudah siap dengan kemungkinan
terburuk mengalami banjir, apalagi bila tempat
tinggalnya berada dekat tubuh perairan
2. Bencana Banjir. khususnya sungai.
Banjir dapat berupa genangan pada lahan yang Hujan yang turun di sebagian besar wilayah
biasanya kering seperti pada lahan pertanian, Indonesia sejak Desember 2012 sampai
permukiman, pusat kota. Banjir dapat juga Februari 2013 telah menimbulkan kejadian
terjadi karena debit/volume air yang mengalir banjir di banyak tempat seperti di kota
pada suatu sungai atau saluran drainase Bandung, Jakarta, Semarang, Manado,
melebihi atau diatas kapasitas pengalirannya. Lamongan, Serang, dan beberapa kota/daerah
Luapan air biasanya tidak menjadi persoalan lain baik di pulau Jawa maupun luar Jawa
bila tidak menimbulkan kerugian, korban (tvone, 20 Februari 2013).
meninggal atau luka-2, tidak merendam
permukiman dalam waktu lama, tidak Salah satu wilayah Indonesia yang mengalami
menimbulkan persoalan lain bagi kehidupan banjir parah adalah P. Jawa. Banjir dijumpai
sehari-hari. Bila genangan air terjadi cukup pada tanggul sungai yang jebol akibat
242
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 24/No. 3 Desember 2013
kondisi geografis daerah dan kegiatan manusia Akibat dari berkurangnya RTH kota maka
yang berdampak pada perubahan tata ruang tingkat infiltrasi di kawasan tersebut menurun
atau guna lahan di suatu daerah. Banjir di sedangkan kecepatan dan debit aliran
sebagian wilayah Indonesia, yang biasanya permukaannya meningkat. Ketika turun hujan
terjadi pada Januari dan Februari, a.l lebat dalam waktu yang lama, maka sebagian
diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang besar air hujan akan mengalir diatas
sangat tinggi, misalnya intensitas curah hujan permukaan tanah dengan kecepatan dan
DKI Jakarta lebih dari 500 mm (BMKG, volume yang besar dan selanjutnya
2013). terakumulasi menjadi banjir. Banyak kawasan
atau jalan-jalan di Bandung yang mengalami
Kodoatie dan Syarief (2006) menjelaskan hal seperti tersebut sehingga mirip sungai di
faktor penyebab banjir a.l perubahan guna tengah kota.
lahan, pembuangan sampah, erosi dan
sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang Dalam hal perilaku atau kesadaran masyarakat
sungai, system pengendalian banjir yang tidak terhadap lingkungan, masih banyak
tepat, curah hujan tinggi, fisiografi sungai, masyarakat yang belum atau kurang
kapasitas sungai yang tidak memadai, menyadari bahwa perilaku sehari-hari atau
pengaruh air pasang, penurunan tanah, kegiatan yang dilakukannya dapat merugikan
bangunan air, kerusakan bangunan pengendali orang lain, baik di daerah tersebut maupun di
banjir. daerah lain.
Berdasarkan kodisi geografisnya, kawasan Banjir di DAS Citarum juga disebabkan oleh
yang terletak di dataran banjir mempunyai beragam persoalan seperti penggundulan
resiko yang besar tergenang banjir. Selain kawasan hulu DAS, penurunan muka tanah
Jakarta, beberapa kota besar di Indonesia akibat penggunaan air yang berlebihan,
terletak di dataran banjir sehingga mempunyai sedimentasi, dan perilaku masyarakat di
resiko yang besar tergenang banjir. Banjir saat sekitar sungai yang kurang baik dalam
ini banyak yang terjadi pada wilayah dataran memperlakukan lingkungan, terutama dalam
banjir. Sebanyak 13 sungai di Jakarta membuang sampah ke badan sungai (Kodoatie
berpotensi banjir (Bisnis Indonesia, 2012). dan Syarief, 2006; Rosyidie dkk, 2012).
Terjadinya banjir juga dipengaruhi oleh Salah satu penyebab terjadinya banjir Bandung
kegiatan manusia atau pembangunan yang Selatan adalah terjadinya perubahan guna
kurang memperhatikan kaidah-kaidah lahan di wilayah hulu DAS Citarum terutama
konservasi lingkungan. Banyak pemanfaatan di kawasan Gunung Wayang. Kawasan yang
ruang yang kurang memperhatikan semula penggunaan lahannya didominasi oleh
kemampuannya dan melebihi kapasitas daya hutan, baik yang dikelola oleh perhutani
dukungnya. maupun pihak lain (termasuk masyarakat),
kini telah banyak yang berubah menjadi
Di wilayah perkotaan, ruang terbuka hijau dan pertanian hortikultura dengan tanaman
taman kota luasnya masih banyak yang musiman seperti kentang, wortel, dll yang
dibawah luas yang ideal untuk sebuah kota, memerlukan waktu singkat untuk dapat
kini semakin berkurang terdesak oleh dipanen (Rosyidie dkk, 2012).
permukiman maupun penggunaan lain yang
dianggap mampu memberikan keuntungan Kegiatan tersebut dalam waktu singkat
ekonomi yang lebih tinggi. memang mampu memberikan pendapatan
yang cukup besar kepada petani, namun
244
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 24/No. 3 Desember 2013
dampak lingkungan yang ditimbulkan cukup Kekritisan DAS juga dapat dilihat dari
serius bukan hanya bagi wilayah tersebut berkurangnya luas vegetasi penutup permanen
tetapi juga bagi wilayah dibawahnya. Banyak dan bertambah luasnya lahan kritis sehingga
tanah dengan kelerengan tinggi/terjal ditanami menurunkan kemampuan DAS dalam
tanaman musiman sehingga tidak mampu penyimpanan air yang berdampak pada
melindungi tanah dari erosi. Walaupun meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan tanah
masyarakat sudah dihimbau untuk beralih ke longsor pada waktu musim penghujan dan
pekerjaan lain dan menanami lahan mereka kekeringan pada waktu musim kemarau
dengan tanaman keras atau tanaman tahunan, (Departemen Kehutanan, 2009).
namun dengan pertimbangan ekonomi dan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maka Salah satu penyebab terjadinya banjir di
tidak banyak penduduk yang bersedia merubah sejumlah wilayah Kabupaten Bandung dan
pola tanam mereka. Akibatnya, tingkat erosi di Sumedang adalah penurunan alih fungsi lahan
kawasan tersebut tetap tinggi sehingga DAS Citarum. Pada saat ini kondisi hutan di
menimbulkan sedimentasi dan banjir di hulu DAS Citarum sudah sangat kritis akibat
wilayah bawahnya. perambahan hutan atau illegal logging, yang
dilakukan oleh masyarakat untuk kemudian
Berdasarkan kualitas atau kondisinya, banyak ditanami tanaman hortikultura seperti sayuran
DAS yang dalam kondisi kritis. Jumlah DAS (Pikiran Rakyat 2010). Akibatnya, pada
kritis mengalami peningkatan dari 22 DAS waktu turun hujan maka hutan sudah tidak
(1970) menjadi 36 DAS (1980) dan sejak mampu untuk menyimpan air. Air hujan akan
tahun 1999 menjadi 60 DAS. Peningkatan langsung mengalir sebagai aliran permukaan
jumlah DAS kritis tersebut menunjukkan dan terjadi banjir.
bahwa pengelolaan DAS selama ini belum
benar (Departemen Kehutanan, 2009). Saat ini hulu DAS Citarum sudah tidak dapat
lagi menyerap atau menahan air hujan
Dari 458 DAS yang ada di Indonesia, sehingga terjadi erosi dan kemudian material
sebanyak 282 daalam kondisi kritis (terdiri hasil erosi tersebut terbawa air mengalir ke
dari 222 DAS kritis dan 60 DAS termasuk wilayah hilir (Pikiran Rakyat, 210).
kritis berat) dan 176 berpotensi kritis, yang
diakibatkan terutama oleh alih fungsi lahan. Kompleksnya permasalahan banjir di
Semakin hilangnya vegetasi di bagian hulu Kabupaten Bandung dan wilayah lainnya
DAS menyebabkan DAS tidak mampu ternyata juga terkait dengan kelemahan
berfungsi menyerap air hujan, bahkan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan dan
mengalami erosi dan menyebabkan aliran air perilaku manusia (Pikiran Rakyat, 2010).
banyak membawa sedimentasi ke arah hilir
(AntaraJawaBarat.com, 2013). Banjir di luar Jawa dari tahun ke tahun juga
meningkat dengan salah satu penyebab utama
Dari 41 DAS di Jawa Barat, banyak yang karena pembalakan liar. Daerah yang semula
berada dalam kondisi kritis dan sangat kritis. mengalami genangan biasa sekarang sudah
DAS Citarum merupakan salah satu DAS di menjadi bencana karena bertambahnya tinggi
propinsi Jawa Barat, yang dalam kondisi kritis dan lama genangan (Kodoatie dan Syarief,
(Pikiran Rakyat, 2012). Kekritisan DAS dapat 2006).
dilihat dari berbagai kriteria seperti perbedaan
debit minimum dengan debit maksimum, luas Diantara berbagai faktor penyebab terjadinya
lahan kritis, tingkat erosi dan sedimentasi, banjir tersebut diatas, faktor perubahan guna
kualitas atau pencemaran air, dll. lahan atau tata ruang merupakan penyebab
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 24/No. 3 Desember 2013
utama terjadinya banjir di banyak daerah perubahan guna lahan dan perubahan iklim
(Kodoatie dan Syarief, 2006). (Kompas, 2013).
menempati urutan pertama atau kedua setelah banjir, dll. Upaya ini telah dilakukan di
gempa bumi atau tsunami (BNPB, 2013). beberapa daerah. Selain beragam upaya
Bukan hanya dampak fisik yang diderita oleh tersebut, juga dilakukan early warning system
masyarakat tetapi juga kerugian non-fisik (peringatan dini) supaya pihak yang terkait
seperti sekolah diliburkan, harga barang dapat melakukan antisipasi sejak dini sehingga
kebutuhan pokok meningkat, dan kadang- dapat meminimalisir dampaknya. Upaya agar
kadang sampai ada yang meninggal dunia. setiap rumah membuat sumur resapan untuk
menampung air hujan, sehingga dapat
Kodoatie dan Syarief (2006) memberikan mengurangi banjir dan menambah cadangan
beberapa contoh dampak atau kerugian banjir air tanah.
a.l hilangnya nyawa atau terluka, hilangnya
harta benda, kerusakan permukiman, Upaya non-struktural merupakan upaya
kerusakan wilayah perdagangan, kerusakan penyesuaian dan pengaturan kegiatan manusia
wilayah industri, kerusakan areal pertanian, supaya harmonis dan serasi dengan
kerusakan system drainase dan irigasi, lingkungan. Contoh upaya non-strktural adalah
kerusakan jalan dan rel kereta api, kerusakan pengaturan maupun pengendalian penggunaan
jalan raya, jembatan, dan bandara, kerusakan lahan atau tata ruang, penegakan
system telekomunikasi, dll. peraturan/hukum, pengawasan penyuluhan
kepada masyarakat, dll.
Di Bandung Selatan anak sekolah terpaksa
belajar di rumah atau tempat pengungsian Selain upaya tersebut, upaya pengendalian
karena sekolahnya terendam banjir. Di SD banjir dan dampaknya dapat dilakukan melalui
Negeri Mekarsari, misalnya, dari 377 murid 3 pendekatan utama yaitu memindahkan
maka lebih dari 90 persen merupakan warga penduduk yang biasa atau akan terkena banjir,
RW 20 Kampung Cieunteung yang selama ini memindahkan banjirnya, mengkondisikan
selalu menjadi langganan banjir. Banjir penduduk hidup bersama dengan banjir
memaksa mereka untuk mengungsi. Banyak (Wisner et al, 2004). Dari 3 pendekatan
murid SD yang selama banjir tidak bisa tersebut yang sering dilakukan adalah
bersekolah (Tribunnews, Januari 2013). mengendalikan banjirnya dan membiasakan
penduduk hidup bersama banjir.
Di DKI Jakarta, akibat banjir pada Januari Berbagai upaya tersebut telah banyak
2013 menyebabkan sebanyak 83.930 jiwa di dilakukan di berbagai daerah, namun hasilnya
307 titik harus mengungsi ke tempat yang belum seperti yang diharapkan, banjir masih
aman (BNPB, 2013). terus terjadi dengan korban dan kerugian yang
tidak sedikit.
5. Pengelolaan Banjir.
Upaya mengatasi banjir juga kadang-kadang
Mengingat banjir sudah terjadi secara rutin, ditentang penduduk karena mereka harus
makin meluas, kerugian makin besar, maka pindah atau direlokasi ke wilayah lain. Di
perlu segera dilakukan upaya-upaya untuk Cieunteung, misalnya, untuk mengatasi banjir
mencegah dan menanggulangi dampaknya, yang secara rutin merendam wilayah tersebut
yang dapat dilakukan secara structural maupun maka pemerintah kabupaten Bandung
non structural (Grigg, 1996 dalam Kodoatie berencana membuat kolam retensi yang
dan Syarief, 2006). berfungsi untuk menampung air banjir.
Upaya secara struktural a.l berupa tindakan Pembangunan kolam retensi ini memerlukan
menormalisasi sungai, pembangunan waduk lahan sehingga harus merelokasi penduduk.
pengendali banjir, pengurangan debit puncak Hal ini tidak sepenuhnya disetujui penduduk
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 24/No. 3 Desember 2013
karena mereka harus pindah. Selain banyak daerah dengan intensitas yang makin
pembangunan kolam retensi juga dilakukan tinggi dan dampak yang semakin besar dan
upaya lain seperti pengerukan sungai untuk luas.
normalisasi sungai, pembuatan tanggul Program pengendalian banjir sudah banyak
penahan banjir, dll (Rosyidie dkk, 2012). dilakukan namun banjir (frekuensi, lamanya,
intensitas, luas genangan) terus meningkat.
Penanganan banjir secara menyeluruh dan Perubahan tata ruang atau guna lahan lebih
berkelanjutan menjadi tugas dan tanggung banyak pengaruh atau kontribusinya terhadap
jawab semua pihak baik instansi teknis terjadinya banjir dibandingkan dengan
maupun lembaga lain yang terkait serta pembangunan fisik pengendali banjir.
masyarakat. Kerjasama inter dan antar mereka Perencanaan tata ruang Wilayah dan Kota
harus dilakukan agar memperoleh hasil yang serta upaya kerjasama berbagai pihak dan
optimal. Melalui beragam upaya struktural dan daerah diharapkan dapat berkontribusi dalam
non-struktural yang terpadu serta pengelolaan bencana banjir khususnya
berkelanjutan maka kejadian banjir di masa memperkecil kemungkinan dampak negatip
mendatang dapat diperkecil baik kejadian yang terjadi serta memanfaatkan potensi dan
maupun dampaknya. peluang yang tersedia di kawasan bencana
banjir dengan tetap memperhatikan kondisi
Upaya pengendalian banjir melalui masyarakat setempat.
pengelolaan DAS selama ini dianggap belum
berhasil dengan baik antara lain karena Daftar Pustaka.
kurangnya koordinasi atau keterpaduan dalam
Antarajawabarat.com (2013): 282 DAS
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
Indonesia Dalam Kondisi Kritis. Edisi 2
pengelolaan DAS termasuk dalam hal Februari 2013.
pembiayaannya. Hal ini terutama disebabkan
oleh banyaknya instansi yang terlibat dalam Faiq, Mohammad Hilmi (2012): Belajar dari
pengelolaan DAS (Departemen Kehutanan, banjir bandang Bukit Lawang. Kompas, 24
2009). Agustus 2012.
Departemen Kehutanan (2009): Kerangka Pikiran Rakyat (2010): Penyebab Banjir yang
Kerja Pengelolaan DAS di Indonesia. menerjang sejumlah daerah; kondisi hutan di
hulu DAS Citarum kritis. PR Edisi 12
Fitriindrawardhono (2012): Sejarah Banjir November 2010.
Jakarta. Cakrawala, dalam Pikiran Rakyat (2012): DAS Citarum Dalam
http://fitriwardhono. Kondisi Kritis. PR Edisi, 13 Oktober 2012.
wordpress.com/2012/04/06/sejarah-banjir-di-
jakarta/ Rosyidie, Arief (2001): Mitigasi Bencana
Harliani, Fanni (2012): Identifikasi Persepsi Banjir. Harian Pikiran Rakyat.
Masyarakat Terhadap Rencana Relokasi
Permukiman Akibat Bencana Banjir (Studi Rosyidie, Arief, dkk. (2012): Partisipasi
Kasus: Kampung Cieunteung, Kelurahan Bale Masyarakat Dalam Pengelolaan Daerah Aliran
Endah, Kabupaten Bandung). Tugas Akhir Sungai Citarum. Laporan Penelitian LPPM,
Sarjana, Program Studi Sarjana Perencanaan ITB
Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur,
Perencanaan, Pengembangan Kebijakan, ITB. Tempo (2003): Walhi; Banjir Bahorok Akibat
Degradasi Lingkungan. Selasa, 04 November
Kompas (2010): Banjir Wasior karena 2003.
kerusakan hutan. Edisi 7 Oktober, 2010. http://www.tempo.co/read/news/2003/11/04/0
http://regional.kompas.com/read/2010/10/07/1 5527892/Walhi-Banjir-Bahorok-Akibat-
2501772/Banjir.Wasior.karena.Kerusakan.Hut Degradasi-Lingkungan
an-3.
Tribunews.com, 21 Nov 2012: Korban Banjir
Kompasiana (2012): Banjir Jakarta; Sejarah Keluhkan Wisatawan Banjir.
dan Kontroversinya. 4 Desember
2012.Diakses dari Wisner, Ben; Piers Blaikie; Terry Cannon; Ian
http://green.kompasiana.com/polusi/2012/12/0 Davis (2004): At Risk, Natural Hazards,
4/kontroversi-sungai-ciliwung-dan-kampung- peoples vulnerability and disasters.
deret-508086.html Routledge, London.