tafsir hadist tarbawi

Abstrak Guru atau pendidik adalah orang tua kedua kita disekolah atau lembaga pendidikan lainnya, sepatutnya kita menghormati dan bersikap santun dengannya. Seorang pendidik adalah teladan bagi anak didiknya karena itu penting sekali memperhatikan adap atau etika dalam mengajar serta memperhatikan perkembangan anak didik dan menanamkan perilaku yang baik dan sikap yang santun. Pendidik juga harus sabar dalam menyampaikan ilmunya dengan cara yang baik dan jelas serta mudah dipahami.

Tafsir merupakan hasil usaha manusia untuk mencari titik temu dalam memahami Al-Qur’an yang begitu fleksibel di setiap tempat dan waktu. Dalam kenyataannya, hasil penafsiran manusia tidak jauh dari luput kesalahan. Kesalahan tersebut bisa jadi dilatarbelakangi oleh latar belakang dan motif sang mufassiir tersebut yang tidak relevan atau tidak cocok dengan konteks ayat pada umumnya. Salah satu bentuk karya tafsir disini yang dibahas oleh penulis merupakan buah pikiran yang perlu diapresiasi. Penulis mencoba menggunakan pendekatan sains modern dalam menyelami pemahaman potongan ayat al-quran. Sebagai akademis yang pekadalam memajukan ilmu pengetahuan, akan selalu dipacu dengan rasa penasaran yang mendalam walaupun terkadang dengan berbagai pendekatan yang terkadang dirasa mustahil untuk menemukan titik temunya. Contoh hasil tulisan ini merupakan bukti nyata bahwa al-Quran adalah solih likulli zaman wa makan, yang tidak akan pernah kadalursa walaupun zaman yang telah berubah. Penulis mengemukakan bahwa kutipan ayat 72-73 pada surat al-Baqoroh merupakan bukti nyata kekuasaan Allah yang jarang ditampakkan di muka bumi ini, yaitu dengan hidupnya korban pembunuhan. Peristiwa yang bersumber dari kisah isra’iliyyat yang dijadikan bahan penafsiran mayoritas mufassir bisa dijadikan sebagai pendukung semata, karena isra’iliyyat tidak boleh dijadikan bahan utama atau main resource dalam penafsiran. Penafsiran kontemporer pada umumnya harus menggunakan pendekatan integrasi-interkoneksi dalam rangka mencari titik temu fleksibilitas ayat al-Quran. Pendekatan integrasi-interkoneksi ini wajib digunakan sebagai tolak ukur keabsahan hasil research. Keabsahan research yang hanya mono disiplin keilmuan hanya cenderung mengulas kembali sub tema disiplin ilmu tersebut dan tidak renyah dan menarik untuk dibaca oleh khalayak umum.

Penulisan ini melihat keterbelakangan kaum perempuan karena dalil al-Quran yang bagi para Theologia tidak meluas dan universal dalam membahasanya. Hal ini menyebabkan ketidakadilan bagi kaum wanita. Sementara banyak ayat-ayat lain yang menceritakan kepemimpinan wanita. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, dengan mengumpulkan dalil-dalil dan pendapat yang melarang kepemiminan wanita, dan yang membolehkan. lebih lanjut hal tersebut di tafsirkan dan dikomparasikan agar mendapatkan pemahaman yang utuh. Adapun hasil dari penelitian ini. pertama, Muhammad al-Ghazali memboleh para wanita menjadi pemimpin diranah publik dengan didasari Qs. 27;23. Kedua, Saatnya memberikan hak-hak perempuan dalam memimpin diranah publik, karena hal ini merupakan tidak larangan dalam al-Qur'an dalam urusan publik. Ketiga, Muhammad al-Ghazali dalam memahami tentang dalil kepemimpinan Qur'an dengan menggunkan metode komparasi dengan ayat-ayat setema dan menggali asbabbul Nuzulnya agar mendapatkan pemahaman yang komprehensif. Keempat, jika itu hadis yang menjadi sebuah dalil harus sejalan dengan ayat ayat al-Qur'an.