Nama: Cut Muzrica
Unit : 1 TBI
Nim : 202123045
RESUME ARTIKEL KALAM
KIFAYATUL 'AWAM.
BAB 1 PENDAHULUAN.
A. Ma'rifat
Ketahuilah bahwa diwajibkan kepada seluruh muslim mengetahui / ma’rifat 50 akidah.
Hakikat Ma’rifat adalah ;
اجلزم املطابق للواقع عن دليل
“keteguhan / aljazm dalam hati yang sesuai dengan kenyataan yang timbul dari dalil”.
B. Taklid
Pengertian taklid adalah ;
التقليد هو أن يعرف العقائد اخلمسني ومل يعرف هلا دليال إمجاليا أو تفصيليا
“Taklid adalah keteguhan kepada 50 akidah yang tak disertai mengetahui dalil baik secara ijmali ataupun tafsili”.
C. Hukum Akal
Hukum Akal adalah “Menetapkan sesuatu bagi sesuatu atau menafikan (meniadakan) sesuatu dari yang lain tanpa harus ditangguhkan akan pengulangan dan pemerakasa”.
Hukum Akal ini ada 3 :
1. Wajib, yaitu :
الواجب هو الذي اليتصور يف العقل عدمه أي اليصدق العقل بعدمه
“Sesuatu yang ketiadaannya tidak dibenarkan oleh akal, Jadi mesti adanya”. Seperti; tahayyuz / pengambilan tempat untuk suatu jirim (pohon, batu dll) dengan seukurannya. Jika ada pernyataan : “ada pohon yang tidak tahayyuz pada tanah”,
pernyataan itu tidak bisa dibenarkan akal, karena menempatinya pohon pada tanah adalah suatu kepastian.
Dalam hal ini wajib di bagi menjadi 3 yaitu:
1. Wajib dzati mutlaq
2. Wajib dzati muqoyyad
3. Wajib 'aridhi.
2. Mustahil, yaitu :
واملس تحيل هو اذلي اليتصور يف العقل وجوده أي اليصدق العقل بوجوده
“Sesuatu yang keberadaannya tidak dibenarkan oleh akal. Jadi mesti tiadanya”. Seperti; suatu jirim kosong dari diam dan gerak pada waktu bersamaan. Jika ada pernyataan : “ada jirim kosong dari diam dan gerak secara bersamaan”, pernyataan itu tidak dapat dibenarkan akal sama sekali.
Dalam hal mustahil para ulama tauhid membagi menjadi 3 bagian;
a. mustahil dzati mutlaq, mesti tiadanya bukan karena yang lain seperti sifat-sifat yang mustahil bagi Allah
b. mustahil dzati muqoyyad, mesti tiadanya selagi ada yang lain seperti sifat-sifat mustahil bagi para rosul (kizb, khianat, baladah dan kitman mesti tiadanya selagi adanya para rosul)
c. mustahil ‘aridhi, mesti tiadanya karena melihat sisi lain (ilmu Allah) seperti keberadaan kita saat dimana ilmu Allah menyatakan ketiadaan kita saat itu.
Dari sisi lain mustahil pun, menurut para ulama wajib terbagi dua;
1.Mustahil dhoruri
2.Mustahil nadhori.
3. Jaiz, yaitu :
واجلائز هو اذلي يصدق العقل بوحوده اترة وبعدمه أخرى
“Sesuatu yang mungkin / sah menurut akal ada dan tiadanya. Jadi tidak wajib dan juga tidak mustahil ada dan tiadanya”. Jika ada pernyataan :“si Zaid tidak memiliki anak”, akal dapat membenarkan ada atau tiada anak bagi si Zaid.
BAB 2
A. Sifat-Sifat Wajib Bagi Allah;
1. Sifat Wujud ( لوجود ا)
wujud itu suatu keadaan yang ada pada zat yang tidak naik pada kedudukan ada hingga dapat terlihat dan tidak turun pada kedudukan tiada hingga benar-benar tidak tetap. Wujud itu berada di tengah-tengah antara ada dan tiada. Oleh karena itu wujud si Zaid adalah suatu keadaan baginya yang pasti tetap
pada zatnya dan tidak akan terlepas selagi zat itu tetap.
2. Sifat Qidam )القدم)
Qidam artinya “tidak ada permulaan”. Allah disifati qidam artinya keberadaanNya tidak ada permulaan.
3. Sifat Baqo’ (ء البقا)
Baqo artinya “Tiada akhiri bagi keberadaannya”. Allah disifati dengan sifat Baqo' artinya “tidak ada akhir bagi
keberadaan Allah”. Dalil Aqli sifat baqo adalah “Kalau Allah tidak disifati sifat baqo’, tentu keberadaannya diakhiri dengan tiada.
4. Sifat Mukholafatuhu Lil Hawadist )للحوادث الفته م)
Al Mukholafah lilhawadist menurut ilmu tauhid adalah : berbeda dengan makhluk. Allah disifati dengan sifat almukholafah lil hawadist artinya keberadaan Allah tidak menyamai keberadaan makhlukNya. Ini berarti Allah berbeda dengan manusia, jin, malaikat dll.
5. Sifat Qiyamuhu Binafsihi ) بنفسه قيامه )
Qiyamuhu Binafsihi artinya tidak membutuhkan mahal /zat dan mukhossis / pencipta. Allah disifati dengan sifat alqiyam binafsihi, artinya keberadaan Allah tidak membutuhkan zat dan pencipta / yang mengadakan karena Allah adalah zat yang mewujudkan segala sesuatu.Dalil aqli Allah disifati dengan qiyamuhu binafsihi adalah “Apabila Allah membutuhkan zat seperti warna putih membutuhkan zat , berarti Dia sifat seperti warna putih, karena tidak ada yang membutuhkan zat kecuali sifat. Kalau Dia sifat, berarti Dia tidak akan disifati seperti dengan qudrot, irodat, ilmu, hayat, sama’, bashor dan kalam, karena sifat tidak akan menetap pada sifat.
6. Sifat Wahdaniyyah (ة الوحداني)
Wahdaaniyat artinya tidak terbilang / terhitung atau arti singkatnya tunggal. Allah disifati wahdaaniyat artinya keberadaanNya hanya tunggal. Allah itu Tunggal / Esa pada tiga bagian : zat, sifat dan af’al.
7. Sifat Qudrot )القدرة)
Qudrot adalah “sifat yang berpengaruh pada yang mungkin ada atau tiada”.
8. Sifat Irodat ( اإلرادة)
Irodat menurut bahasa artinya berkehendak. Sifat irodah adalah “sifat yang memungkinkan dengannya mentakhshis /mewujudkan perkara yang mumkin / makhluq dengan sebagian
perkara yang boleh atas mumkin.
9. Sifat Ilmu (العلم)
Ilmu adalah sifat qadim yang ada dalam dzat-Nya yang berfungsi menyingkap segala yang ma’lum dengan sempurna
dan menyeluruh tanpa didahului samar.
10. Sifat Hayat ( احلياة )
Sifat Hayat Allah itu adalah Sifat yang me-ngesahkan bahwa Dzat yang disifati oleh Hayat itu mempunyai Idraak (Pemahaman ), seperti Mengetahui, mendengar dan melihat. Sifat Hayat tidak identik adanya memastikan adanya
idhrok seketika. Ia tidak berta’alluq kepada apapun baik yang ada maupun tiada.
11, 12. Sifat Sama’ dan Bashor
Sama’ dan Bashor adalah sifat yang tetap pada zat Allah yang berhubungan erat dengan yang ada. Artinya segala yang ada baik yang sifatnya pasti adanya seperti zat dan sifat-sifat Allah maupun yang mungkin adanya seperti makhluk dapat terbuka bagiNya. Oleh karenanya sama’ dan bashor berhubungan dengan zat dan sifat-sifat Allah. Artinya zat dan sifat-sifatNya terbuka bagiNya dengan sebab sama’ dan bashorNya sebagai tambahan keterbukaan dengan ilmuNya.
13. Sifat Kalam ( لكالم ا )
Kalam adalah sifat terdahulu yang tetap pada zat Allah yang tak berhuruf, tak bersuara, dibersihkan dari awalan, akhiran, i’rab dan bina’. Ini berbeda dengan kalam makhluk.
14. Sifat Kaunuhu Qodiron )قادرا كونه)
Kaunuhu qodiron adalah sifat yang tetap pada zat Allah, tidak ada dan tiada -yang terkait pada sifat qudrat-.Sifat ini berbeda dengan sifat qudrot dan antara keduanya ada keterkaitan. Ini berarti tatkala sifat qudrot tetap pada zat, lazimnya tetap pula sifat yang dinamai kaunuhu qodiron, baik pada zat yang qodim / zat Allah ataupun zat hadist / makhluk walaupun kelaziman antara yang qodim dan hadist berbeda. Oleh karena itu jika Allah menciptakan qudrot pada zat si Zaid, maka Diapun lazim / biasanya menciptakan sifat kaunuhu qodiron yang dinamakan sifat haal, sedangkan sifat qudrot sebagai illat / sebab -kelaziman yang tak berpengaruh- bagi kaunuhu qodiron. Kelaziman menciptakan ini hanya berlaku pada zat makhluk.
15. Sifat Kaunuhu Muridan )مريدا كونه)
Kaunuhu muridan adalah sifat yang tetap pada zat Allah, tidak ada dan juga tidak tiada. Sifat ini dinamakan haal.
16. Sifat Kaunuhu ‘Aliman )عاملا كونه)
Kaunuhu ‘aliman adalah sifat yang tetap pada zat Allah, tidak ada dan juga tidak tiada dan bukan sifat ilmu.
17. Sifat Kaunuhu Hayyan )حيا كونه)
Kaunuhu Hayyan adalah sifat yang tetap pada zat Allah, tidak ada dan juga tidak tiada dan bukan sifat hayat. Apa yang
sudah dijelaskan di atas -perbedaan antara Ahlus Sunnah wal Jama’ah- berlaku pula di sini.
18. Kaunuhu Sami’an )مسيعا كونه)
Kaunuhu Sami’an adalah sifat yang tetap pada zat Allah, tidak ada dan juga tidak tiada dan bukan sifat sama’.
19. Kaunuhu Bashiron )بصريا كونه)
Kaunuhu bashiron adalah sifat yang tetap pada zat Allah, tidak ada dan juga tidak tiada dan bukan sifat bashor. Apa yang sudah dijelaskan di atas-perbedaan antara Ahlus Sunnah wal Jama’ah- berlaku pula di sini.
20. Kaunuhu Mutakalliman )متكلما كونه)
Kaunuhu Mutakalliman adalah -sifat ke 20 yang jadi penyempurna sifat-sifat yang wajib bagi Allah secara terperinci- sifat yang tetap pada zat Allah, tidak ada dan juga tidak tiada dan bukan sifat kalam. Apa yang sudah dijelaskan di atas -perbedaan antara Ahlus Sunnah wal Jama’ah- berlaku pula di sini.
B. Sifat-Sifat Mustahil Bagi Allah
1. Al ‘adam / tiada, lawan sifat wujud;
2. Al hudust / baru, lawan sifat qidam;
3. Al fana / binasa, lawan sifat baqo;
4. Al mumatsalah / menyamai, lawan sifat mukholafatuhu lil hawadist.
5. Al ikhtiyaj ila mahal au Mukhossis / membutuhkan zat atau pengada, lawan sifat qiyamuhu binafsihi.
6. At Ta’addud / terbilang -tersusun pada zat, sifat atau ada pembanding dalam zat, sifat dan perbuatan-, lawan sifat wahdaniyyat;
7. Al ‘ajzu / lemah, lawan sifat qudrot. Makanya mustahil Allah lemah dari berbuat atau tidak atas hal yang mungkin.
8. Al karohah / terpaksa, lawan sifat irodah.
9.Al jahl / bodoh, mustahil Allah bodoh dengan apapun yang mungkin.
10. Al maut / mati, lawan sifat hayat;
11. Al shomam / tuli, lawan sifat sama’; 12. Al ‘umyu / buta, lawan sifat bashor;
13. Al khirs / bisu dan al bukm yang semakna denganya, lawan sifat kalam;
14. Kaunuhu ta’ala ‘ajizan / terbukti yang lemah, lawan kaunuhu ta’ala qodiron;
15. Kaunuhu ta’ala karihan / terbukti yang terpaksa, lawan kaunuhu ta’ala muidan;
16. Kaunuhu ta’ala jahilan / terbukti yang bodoh,lawan kaunuhu ta’ala ‘aliman;
17. Kaunuhu ta’ala mayyitan / terbukti yang mati,lawan kaunuhu ta’ala hayyan;
18. Kaunuhu ta’ala ashomma / terbukti yang tuli, lawan kaunuhu ta’ala samia’n;
19. Kaunuhu ta’ala a’ma / terbukti yang buta, lawan kaunuhu ta’ala bashiron;
20. Kaunuhu ta’ala abkama / terbukti yang bisu, lawan kaunuhu ta’ala mutakalliman. Inilah dua puluh sifat yang mustahil bagi Allah.
C. Sifat Jaiz Bagi Allah Diwajibkan bagi setiap mukallaf mengi’tikadkan bahwasanya akidah ke 41 bagi Allah SWT, yaitu :
جيوز يف حقه أن خيلق اخلي والشر
Jaiz / wenang menciptakan yang baik dan buruk.
D. Hal-Hal Yang Wajib Di’tikadkan.
1. Qodho dan Qodar
Setiap mukallaf wajib mengi’tikadkan bahwa baik dan buruk sudah ditentukan dengan qodho dan qhodar Allah.
2. Melihat Allah Setiap mukallaf harus mengi’tikadkan bahwasanya :
“Allah dapat dilihat oleh setiap mukmin dan mukminat di akhirat”, karena Allah mengaitkan melihatNya kepada tetapnya gunung dalam firmanNya;
Artinya: Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku [ QS Al A’raf ; 143
3. Mengutus Para Rosul
Mengutus Para Rosul termasuk dari sebagian hal yang jaiz bagi Allah. Pengutusan mereka -semoga sholat yang paling utama dan salam tercurahkan kepada mereka- murni sebagai karuniaNya, bukan merupakan keniscayaan, karena tidak ada yang niscaya / pasti bagiNya.
4. Makhluk Yang Utama
Setiap mukallaf wajib mengi’tikadkan bahwa makhluk yang paling utama secara mutlak adalah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم- semoga sholawat dan salam tercurah baginya, keluarganya dan istri-istrinya-. Kemudian diikuti Ulul Azmi lainnya, yaitu ; Nabi Ibrohim, lalu Nabi Musa, lalu Nabi Isa dan terakhir Nabi Nuh. Keunggulan mereka sesuai dengan urutan tadi. Jumlah mereka
jadi 5 rosul, yaitu Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan 4 setelahnya adalah
pendapat yang benar. AdaAda juga yang berpendapat jumlah mereka lebih banyak dari itu. Kemudian keunggulan ulul azmi diikuti oleh para rosul lainnya, kemudian diikuti oleh para nabi, kemudian mereka diikuti para malaikat. Selanjutnya setiap mukallaf wajib mengi’tikadkan bahwasanya Allah telah
mendukung para rosul dengan mu’jizat.
5. Masa-Masa Cemerlang
Sebagian yang harus di’tikadkan bahwa masa kehidupan para sahabat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dengan beliau adalah sebaik-baiknya masa. Kemudian diikuti oleh para tabi’in, lalu diikuti oleh pengikut tabi’in. Sahabat rosul yang paling utama adalah Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khottob, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Tholib. Keunggulan mereka berdasarkan urutan tersebut. Namun Imam al ‘Alqomi berkata:“Sayyidatuna Fatimah dan saudaranya, yaitu; Sayyidina Ibrohim adalah sahabat yang paling utama dari yang lain hingga dari Kholifatur Rosidin”. Imam Malik berkata : “tidak ada yang
paling unggul dari turunan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.
6. Kelahiran Dan Silsilah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم
Sebagian yang harus di’tikadkan bahwa Nabi Muhammad dilahirkan di Mekkah lalu wafat di Madinah dan diwajibkan kepada setiap orang tua terutama bapak mengajarkan anak-anak mereka tentang itu.
BAB 3
A. Sifat-Sifat Wajib Para Rosul
Sifat-sifat yang wajib bagi para rosul ada empat;
1. Sidiq
Sidiq artinya benar dalam seluruh ucapan.
2. Amanah
Amanah artinya terpelihara para rosul dari perbuatan yang diharamkan ataupun dimakruhkan.
3. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan sesuatu yang wajib disampaikan.
4. Fathonah
Fathonah artinya cerdas sekira mereka mampu mengalahkan hujjah musuhnya dan membatalkan dakwaanya.
B. Sifat-Sifat Mustahil Bagi Para Rosul Para rosul mustahil disifati lawan keempat sifat itu, yaitu;
1. Kadzb, lawan sifat shidiq
2. Khiyanat dengan melakukan hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan, lawan sifat amanah.
3. Kitman / menyembunyikan sesuatu yang harus disampaikan, lawan sifat tabligh.
4. Baladah / bodoh, lawan sifat fathonah
C. Sifat Jaiz Bagi Para Rosul Sifat jaiz bagi para Rosul adalah ;
األعراض البشرية هبم اليت ال تؤدي إَل نقص يف مراتبهم العلية
Terjadinya sifat kemanusian yang tidak mengakibatkan berkurangnya martabat mereka yang tinggi seperti sakit, makan, minum, menikah dan lain-lain.
D. Dalil-Dalil Sifat-Sifat Bagi Para Rosul Dalil sifat Sidiq para Rosul adalah jika mereka berdusta, pasti khabar Allah dusta pula, karena Allah telah membenarkan pengakuan mereka jadi rosul dengan menampakan mu’jizat di
atas tangan mereka, karena mu’jizat itu sama dengan firman Allah : “Amat benar hambaku dalam menyampaikan sesuatu
dariKu”.
BAB 4
A. Haudh (telaga)
Perlu diketahui bahwasanya kita wajib mempercayai sesungguhnya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم memiliki Haudh / telaga. Ketidaktahuan keberadaannya, apakah setelah melewati shirot /jembatan atau sebelumnya tidak akan membahayakan
keimanan. Telaga itu akan didatangi seluruh makhluk beriman pada hari kiamat. Ia bukan telaga kautsar yang merupakan sungai di surga.
B. Syafa’at
Sebagian yang harus di’tikadkan bahwasanya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم akan memberikan syafa’at pada hari kiamat saat faslul qodho’ / keputusan pengadilan tatkala manusia berdiam di alam mahsyar. Mereka berharap segera berpaling dari mahsyar walaupun harus masuk neraka. Akhirnya beliau memberikan syafa’at tatkala mereka berpaling darinya. Syafa’at ini khusus untuk baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.
C. Dosa Melakukan dosa selain kufur tidak akan memposisikan pelakunya dalam kekufuran. Namun baginya harus segera
bertaubat walaupun dosa kecil menurut pendapat yang kuat. Pertaubatan tidak batal dengan kembalinya seseorang pada dosa yang sama, tetapi baginya wajib taubat yang baru.
D. Pelaku Dosa
Sebagian yang wajib di’itikadkan bahwasanya “sebagian pelaku dosa besar akan disiksa walaupun hanya seorang”.
E. Khotimah (Akhir Pembahasan)
Iman menurut bahasa adalah percaya atau pembenaran. Diantara arti itu tertera dalam firman Allah “dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada Kami” [ QS Yusuf ; 17 ].
Sedangkan arti iman menurut syara’ adalah pembenaran kepada sesuatu yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan tashdiq / pembenaran. Sebagian ada yang berpendapat : “ia adalah ma’rifat / mengenal. Jadi setiap yang mengenal adalah mu’min”. Namun penjelasan ini disanggah, bahwasanya orang kafir juga mengenal tapi bukan mu’min. Penafsiran inipun tidak sesuai dengan pernyataan jumhur ulama' : “orang yang taklid tetap mu’min, padahal tidak ma’rifat”. Pendapat yang benar tentang tafsir tashdiq adalah perkataan jiwa yang mengikuti pada keteguhan baik timbul dari dalil yang disebut ma’rifat ataupun tidak timbul dari dalil disebut taklid. Dengan demikian, orang kafir keluar dari nama mu’min, karena tidak ada perkataan jiwa. Makna perkataan jiwa adalah : “Aku ridho
kepada apapun yang dibawa oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم“sedangkan jiwa orang kafir tidak berkata itu. Sementara orang yang taklid masuk dalam katagori mu’min, karena dia memiliki perkataan jiwa yang mengikuti kepada walaupun keteguhannya bukan timbul dari dalil.