Academia.eduAcademia.edu

Pembelajaran Menari Pada Kelompok Tari Anak Usia Sekolah Dasar

2017

Dancing learning as part of art learning is a great contribution to improving the creativity of primary school aged children. The importance of dance learning is to prepare the child's condition to be able to channel his talents and creativity which will then culminate in a growing achievement of each child in a dance group. Primary school-aged children who follow the learning in the studio have the opportunity to master dancing skills. It is a creativity to preserve culture through the manifestation of beautiful movement. Case studies were selected as research designs that aimed to investigate and track the learning process of dance groups in the studio. Technique used in this research that is observation, interview, and field note, so that obtained data which give picture about dance learning which done. This research is done in studio Dwi Arta Production Ciwidey , Regency of South Bandung. Based on the research conducted, obtained some findings related to the description of d...

Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) PEMBELAJARAN MENARI PADA KELOMPOK TARI ANAK USIA SEKOLAH DASAR Devi Yuniar¹, Julia², Diah Gusrayani³ ¹,²,³Program Studi PGSD UPI Kampus Sumedang 1,2,3Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 1Email: [email protected] 2Email: [email protected] 3Email: [email protected] Abstract Dancing learning as part of art learning is a great contribution to improving the creativity of primary school aged children. The importance of dance learning is to prepare the child's condition to be able to channel his talents and creativity which will then culminate in a growing achievement of each child in a dance group. Primary school-aged children who follow the learning in the studio have the opportunity to master dancing skills. It is a creativity to preserve culture through the manifestation of beautiful movement. Case studies were selected as research designs that aimed to investigate and track the learning process of dance groups in the studio. Technique used in this research that is observation, interview, and field note, so that obtained data which give picture about dance learning which done. This research is done in studio Dwi Arta Production Ciwidey, Regency of South Bandung. Based on the research conducted, obtained some findings related to the description of dance learning process of dance groups of elementary school age children. Keywords: dancing learning, dance group, primary school children. PENDAHULUAN Pendidikan seni menjadi hal yang harus dipikirkan dalam benak berbagai kalangan utamanya pecinta seni. Seni yang indah seperti halnya cinta yang dirasakan setiap orang harus terus dilestarikan agar tetap terjaga keindahannya. Seperti yang ditulis Sanjaya (2006, p. 2), bahwa proses pendidikan itu terencana yang kemudian diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini memberikan penguatan bahwa pendidikan memang tidak boleh mengesampingkan proses belajar termasuk pembelajaran seni di sanggar. Pendidikan seni kemudian menjadi gagasan yang penting untuk diberlakukan kepada anak usia sekolah dasar. Hal inilah yang dapat menjadi modal anak untuk mengembangkan kreativitasnya dalam bidang seni. Seni secara umum dimaknai sebagai suatu penyampaian karya berdasarkan pada sesuatu yang indah dan bernilai, hal ini dibuktikan dengan eksistensi seni di masyarakat yang menjadi salah satu hal yang bernilai luhur.Seni berkaitan erat dengan kurikulum di sekolah dasar yang kemudian diekspresikan melalui suatu pembelajaran seni. Julia (2013, p. 64; 2017), mengatakan bahwa pengajaran pendidikan seni perlu dipahami sebagai pendidikan atau pengalaman estetis, dan hal ini tidak terbatas hanya pada pengajaran praktek atau pelatihan skill. Berkaitan dengan hal ini, jika seni direalisasikan0di sekolah dasar, maka akan timbul pertanyaan “apa sebenarnya hakikat seni itu?”. Seseorang yang mengartikan seni sebagai suatu keindahan yang dapat dirasakan seperti halnya cinta sebagai karunia Tuhan yang juga dapat dirasakan manusia, maka hal ini membuka kemungkinan bahwa akan banyak orang yang memberikan definisi 631 Devi Yuniar, Julia, Diah Gusrayani mengenai seni yang berdasar pada kaca mata yang berbeda pula. Oleh sebab itu, akan sangat luas cakupannya jika seni harus terdefinisi sehingga memunculkan macam-macam arti mengenai seni itu sendiri bahkan oleh beberapa ahli. Menurut Sudira (2010), “pemaknaan seni adalah suatu penyampaian karya seni berdasarkan pada sesuatu yang indah dan bernilai”. Hal ini memperlihatkan bahwa seni kaitannya dengan estetika yang tidak hanya terlihat keindahannya melainkan memiliki nilai luhur yang dapat dirasakan hasil keindahannya dengan panca indera manusia. Secara makna, Ki Hajar Dewantara (Julia, 2013; 2017) mengungkapkan bahwa seni merupakan bagian kecil dari kebudayaan yang timbul dan berkaitan erat dengan jiwa perasaan manusia. Hal ini memberikan penguatan bahwa seni merupakan segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Selain itu, seni digambarkan sebagai ekspresi emosional yang dimiliki sebagai bentuk kepribadian manusia. Sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan dengan segala keindahan dan keistimewaan, manusia sudah seharusnya memiliki suatu rasa indah yang selalu mengapresiasi setiap keindahan yang orang lain ciptakan lewat sebuah karya. Ungkapan ini memberikan penguatan bahwa dalam hal ini, seni merupakan suatu perwujudan yang memberikan suatu rasa khidmat terhadap orang lain atas keindahan dan wujud karya yang ada. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seni tidak terdefinisi dalam satu cakupan melainkan lebih dari itu, selain seni merupakan karya, seni juga dikatakan sebagai suatu kegiatan manusia untuk mengomunikasikan pengalaman batinnya pada orang lain. Pandangan lain juga menuturkan bahwa selain seni diartikan sebagai suatu keindahan, namun seni adalah suatu ungkapan perasaan, bahkan dikatakan suatu perwujudan rasa khidmat terhadap suatu karya. Pemberian bimbingan bagi anak kemudian diperkuat oleh tulisan dari Aeni (2014) mengenai model pendidikan karakter, salah satu modelnya yaitu arahkan (berikan bimbingan) yang diartikan bahwa “berdasarkan pada tahap perkembangan, anak usia SD sudah mampu mengenal baik-buruk, benar-salah, yang diperintahkan-yang dilarang, maka dalam hal ini anak harus diberikan bimbingan untuk mencapainya, jangan sampai anak salah dalam memilih hal-hal yang seharusnya dia pilih”. Hal ini menunjukkan bahwa anak harus mendapatkan bimbingan yang semestinya agar keinginannya mampu diwujudkan tanpa meninggalkan minat dan bakat anak dalam berketerampilan. Suatu bentuk perwujudan dari pendidikan adalah dengan pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan mampu memberikan peran lebih dalam mewujudkan manusia yang berketerampilan. Seni tari adalah salah satu bidang yang akan membawa anak mengepakkan sayapnya dalam bidang seni tari. Ini terbukti bahwa seni tari akan memberikan luang kepada anak untuk menunjukkan ekspresinya yang disalurkan melalui suatu keindahan yang disebut gerakan. Suatu keahlian di bidang menari adalah sebuah wujud nyata dari adanya proses pembelajaran. Pembelajar menerima materi dari seorang koreografer guna mematangkan bakatnya yang lambat laun akan mengarah pada keahlian yang disebut penari profesional. Kecermatan anak dalam menerima pembelajaran tidak terlepas dari fase-fase yang harus diikuti dan disertakan dalam setiap langkah pembelajaran. Guru dalam hal ini koreografer memiliki peran utama sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab juga memberikan informasi yang menjadi harapan terwujudnya anak agar memiliki bakat dan mampu menyalurkannya melalui suatu keterampilan. 632 Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) Djuanda (2009), memperjelas bahwa seorang guru memiliki andil besar sebagai penempa dan mesin godogan pembelajaran, yang secara hakikat memiliki peran yang kontras sebagai pemenuh fasilitas. Fahdini, Mulyadi, Suhandani & Julia (2014) dan Suhandani & Julia (2014) juga menjelaskan hal serupa mengenai pentingnya kompetensi guru dalam proses pembelajaran. Tari adalah salah satu cabang seni yang dalam ungkapannya menggunakan bahasa gerak tubuh”. Hal inilah yang kemudian membuka wawasan baru bahwa dalam pembelajaran menari, anak harus mengetahui terlebih dahulu makna dari tari itu sendiri, sehingga mampu membawakan setiap gerakan tari yang disertai dengan perasaan, ketulusan dan keindahan. Maka untuk mencapai kualitas tarian yang bagus, seorang anak yang memiliki keterampilan menari dituntut menguasai beberapa aspek tari meliputi wiraga, wirama dan wirasa agar pemahaman tari secara utuh dapat dipahami anak ketika pembelajaran. Pembelajaran menari yang merupakan bagian dari seni merupakan suatu proses interaksi anak didik dengan pelatihnya yang memberikan ilmu sehingga anak didik memiliki kesadaran terhadap keterampilan yang mereka miliki. Pembelajaran yang dilakukan akan membentuk sikap dan kepercayaan anak terhadap menari sebagai salah satu hal yang mampu memberikan warna bagi kehidupannya. Sejalan dengan hal ini, pembelajaran menari yang dilakukan melibatkan beberapa komponen yang saling berkaitan yang tentunya melibatkan anak didik dengan pelatihnya. Selain itu, pembelajaran menari merupakan salah satu bagian dari pembelajaran seni. Ayu (2013) menyatakan bahwa seni tari memiliki peran dalam pembentukan pribadi anak didik yang lebih harmonis dengan memperhatikan perkembangannya dalam mencapai multi kecerdasan. Hal ini berarti bahwa dengan seni anak mampu mengembangkan segala potensi yang dimiliki termasuk dalam hal prestasi terutama dalam bidang menari. Seorang anak yang memiliki keterampilan di bidang tari adalah pribadi yang telah mengalami pembentukan yang didasari minat, bakat serta keteguhan hatinya untuk mampu berekspresi melalui gerakan tari. Kemampuan menari anak dapat dilihat ketika mereka mampu mengekspresikan tarian melalui gerakan dengan baik. Meskipun belum mahir secara teori, namun ketika anak mampu menari dengan teknik-teknik yang ada, berarti anak tersebut mampu menyampaikan tariannya hingga sampai kepada penikmatnya sebagai apresiator seni. Kemampuan menari anak dapat dilihat ketika mereka mampu menari dengan baik. Meskipun belum mahir secara teori, namun ketika anak mampu menari dengan teknikteknik yang ada, berarti anak tersebut mampu menyampaikan tariannya hingga sampai kepada penikmatnya sebagai apresiator seni. Pembelajaran menari yang dilakukan pada kelompok tari anak usia sekolah dasar dirasa mampu memberikan pengaruh terhadap tercapainya prestasi anak didik terutama dalam keterampilan menari. Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor mengapa hal ini dapat terjadi, diantaranya, pembelajaran yang diberikan, minatt dan bakat yang dimiliki anak, orang tua yang memberi dukungan secara penuh, sanggar sebagi tempat belajar, dan lingkungan yang mendukung untuk menyalurkan keterampilan yang dimiliki. Pembelajaran menari yang dilakukan pada kelompok tari anak usia sekolah dasar dirasa mampu memberikan pengaruh terhadap tercapainya prestasi anak didik terutama dalam keterampilan menari. Berdasarkan data wawancara kepada Bapak Cecep terdapat beberapa hal yang menjadi faktor mengapa hal ini dapat terjadi, diantaranya pembelajaran yang diberikan, minat dan bakat yang dimiliki 633 Devi Yuniar, Julia, Diah Gusrayani anak, orang tua yang memberi dukungan secara penuh, sanggar sebagai tempat belajar, lingkungan yang mendukung untuk menyalurkan keterampilan yang dimiliki, keterampilan yang mampu memberikan pengaruh terhadap prestasi anak di sanggar adalah keterampilan yang hadir dengan adanya pengajaran serta dukungan dari pihak-pihak terkait. Seperti yang telah dipaparkan, tidak hanya minat dan bakat yang dimiliki anak, faktor lain juga mampu memberikan motivasi anak dalam mewujudkan keterampilan yang dimilikinya, terutama sanggar sebagai tempat belajar yang ditunjang dengan pembelajaran di sekolah dasar melalui kegiatan ekstrakurikuler, orang tua dengan limpahan motivasinya, serta yang tidak kalah penting adalah kemauan anak dalam menunjukkan keterampilannya. Hasil observasi dan wawancara sebagai data awal yang dilakukan di Sanggar Dwi Arta Production dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2017, memberikan gambaran bahwa pembelajaran menari pada kelompok tari anak usia sekolah dasar dapat dijadikan sebagai fokus penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa menari menjadi bagian yang penting bagi kehidupan anak-anak. Selain itu, cita-cita untuk menjadi seorang penari merupakan motivasi terbesar yang dimiliki setiap anak dalam menari. Selain seni tari dipelajari secara intensif di sanggar, kesenangannya terhadap seni tari didukung penuh oleh keluarganya. Hidup di lingkungan yang kental akan kesenian terutama seni tari, hal inilah yang disinyalir menjadi salah satu faktor pendorong anak-anak sehingga memiliki keterampilan dalam bidang menari. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menggali pemahaman mengenai pembelajaran menari pada anak usia sekolah dasar di Sanggar Dwi Arta Production. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan untuk meneliti pembelajaran tari pada grup tari kelompok anak usia sekolah dasar ini yaitu studi kasus. Metode studi kasus menjadi metode yang dipilih peneliti karena cocok untuk mengkaji masalah mengenai pembelajaran menari pada kelompok tari anak usia sekolah dasar di Sanggar Dwi Arta Production, dalam hal ini peneliti mengaitkan segala sesuatu yang ditemui di lapangan dengan fokus penelitian yang dilakukan. Penelitian studi kasus yang dilakukan di sanggar Dwi Arta Production ini banyak melibatkan kegiatan penyelidikan terhadap setiap kejadian yang disertai dengan kegiatan penelusuran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang dikaji meliputi proses pembelajaran yang dilakukan kelompok tari Windu Wulan, faktor-faktor yang membuat kelompok tari berprestasi serta hasil belajar yang menjadi temuan dari proses yang telah dilakukan selama penelitian di sanggar Dwi Arta Production. Penelitian studi kasus telah banyak digunakan di berbagai lapangan terutama yang berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial yang membidik fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata yang ditemui selama penelitian. Hal ini sesuai dengan teori Yin (2015, p. 1) yang mengatakan bahwa studi kasus digunakan peneliti dengan tujuan untk mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki saat penelitian di sanggar Dwi Arta Production, dan digunakan karena fokus penelitian ini merupakan fenomena masa kini dan memang terjadi di kehidupan nyata. Penelitian ini dilakukan di Sanggar Dwi Arta Production yang berlokasi di Kp. Babakantiga, Rt. 02, Rw. 01, Desa Ciwidey, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung Selatan. Subjek penelitian yaitu kelompok tari Windu Wulan yang merupakan kelompok tari anak usia sekolah dasar yang beranggotakan delapan orang dengan rincian nama antara lain: 1) 634 Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) Andini Ayu Nurhikmah; 2) Darra Ayuwandira; 3) Lidya Dewi Putri; 4) Ranti Nurfadilah; 5) Rintan Sari Lusiska; 6) Silvia Desilviani Rahaya; dan 8) Windy Dwi Pertiwi. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik wawancara dan observasi. Rachmawati (2007), memaparkan bahwa teknik ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data berupa data lisan dan tulisan dari narasumber yang bersangkutan meliputi data dari Bapak Cecep Rohman dan Ibu Titin selaku koreografer, serta data dari semua anggota kelompok tari Windu Wulan. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Model Alir Komponen-komponen Analisis Data Miles & Huberman (2014) memberikan penjelasan mengenai gambar di atas bahwa reduksi data diberi arti sebagai proses pemilihan informasi yang diperoleh selama penelitian di sanggar Dwi Arta Production, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data yang diperoleh peneliti, pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang diperoleh di sanggar Dwi Arta Production. Kaitannya dengan penelitian ini yaitu proses reduksi dilakukan dengan memilih beberapa informasi yang dapat diolah sehingga mampu disampaikan dengan sederhana dan mampu dipahami orang lain. Proses reduksi ini dilakukan peneliti secara berkali-kali selama penelitian di sanggar Dwi Arta Production berlangsung. Reduksi data melibatkan kemampuan peneliti dalam menganalisis segala jenis informasi yang diperoleh di sanggar, mengelompokkan data serta menyimpulkan seluruh data yang dilakukan di sanggar Dwi Arta Production untuk selanjutnya diverifikasi. Penyajian data sanggar Dwi Arta Production ialah tahap kedua dari kegiatan analisis data. Penyajian data dalam penelitian ini kemudian disimpulkan dan ada pengambilan tindakan. Penyajian data di sanggar harus disertai dengan analisis. Miles & Huberman (2014) memberikan gambaran bahwa “bentuk penyajian data penelitian yang sering digunakan pada data kualitatif adalah penyajian dalam bentuk curhatan”.Penarikan kesimpulan adalah tahap yang merupakan sebagian dari satu kegiatan yang utuh dari penelitian yang dilakukan di sanggar Dwi Arta Production, seperti halnya dalam penelitian lain, penelitian ini menuntut adanya kegiatan menyimpulkan dan kegiatan verifikasi yang dilakukan selama penelitian berlangsung di sanggar tersebut. 635 Devi Yuniar, Julia, Diah Gusrayani HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sanggar Dwi Arta Production, peneliti mengetahui pembelajaran yang dilakukan di sanggar tersebut yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap olah tubuh dengan peregangan, tahap demonstrasi dilakukan oleh Bapak Cecep dan Ibu Titin, kemudian ditiru oleh semua anggota Windu Wulan. Setelah itu, dilakukan ke tahap latihan dengan melakukan gerakan yang diiringi musik. Terakhir dilakukan praktik untuk dinilai dan ditonton oleh koreografer.Sanggar tari merupakan suatu lembaga pelatihan di bidang menari yang termasuk ke dalam jenis pendidikan non formal. Sanggar tari Dwi Arta Production adalah salah satu wujud dari adanya pendidikan non formal yang memfokuskan pembelajaran dalam bidang tari. Sangar Dwi Arta Production didirikan pada tanggal 21 Januari 2008 yang bertempat di jalan Babakantiga Rt. 01 Rw. 02. Sejarah didirikannya sanggar Dwi Arta Production ini tergambar pada percakapan berikut ini. Devi : Bapak Cecep : Devi Bapak Cecep : : Devi Bapak Cecep : : “Mengenai indentitas sanggar, apa yang ada di benak bapak ketika mendirikan sanggar ini’? “Mendirikan sanggar itu sebenarnya punya cita-cita kan nya, punya cita-cita dalam artian untuk berkarya di dalam seni kan nya, jadi seni itu untuk berkarya, dari tari, dari musik, dari vokal itu benar benar untuk berkarya. Nah cita-cita seni itu dalam artian seni tari tradisional istilahnya ma kan, karna apah? Orang yang dari sekarang itu globalisasinya eta kebanyakan kanu elektronik kan, band, organ, sedengkeun budaya urang kadang-kadang terlupakan, heuh upacara adat weh hungkul sok, ayeuna nari jarang,si neng oge ceuk paribasana belum tentu bisa nari, belum tentu mau kan nari, heuh, padahal itu budaya indonesia asli gitu kan.seni itu, seperti jaipongan waah, urang mah kan disko,disko mah hade kieu kieu kieu tapi budaya kita dilupakan, naah cita-cita ayah mah melestarikan seni budaya indonesia gitu udah, termasuk budaya jawa barat istilahna mah gitu kan. “Untuk penamaan sendiri, apakah arti dari nama Dwi Arta?” “Dwi teh kan dua kan, sansakerta kan nya, arta itu kebanyakan dalam artian bisa menjadi harta bisa menjadi negara, arta itu kan sebagian dari dua negara, jadi kita itu punya bumi dan langit, nah jadi dwi arta itu sanggar yang ada di bumi dan langit gitu”. “Apakah yang menjadi dasar didirikanya sanggar ini?” “Dasar didirikannya sanggar ini eeeu motivasi dari euuh masyarakat setempat karena seni ini dicintai sama anak-anak terutama usia SD, dan kedua itu ibunya kadang-kadang orang tuanya itu masukin ke seni itu untuk euuuh meminimalisir daripada gadjet, terus apa namanya, eeuh warnet, jadi kriteria ayah begitu. Anakanak banyak kesini tuh kebanyakan orangtuanya yang sudah mengerti, daripada kita ke gadjet atau kita ke warnet, kita mening kesini, itu ilmu gitu kaan. Misalkan ke warnet dua puluh ribu untuk seni tiga puluh ribu tidak masalah yaa, yang penting anak punya karya gitu”. Berdasarkan dialog yang dilakukan peneliti dengan pemilik sanggar memberikan gambaran bahwa sanggar Dwi Arta Production ini merupakan sanggar seni tari yang berada di bawah pimpinan bapak Cecep Rohman yang juga merangkap sebagai koreografer. Berawal dari kecintaannya terhadap seni tari yang diwariskan kedua orang tuanya yaitu Bapak Iri Suheri dan Ibu Ai Cece, suami dari Ibu Titin Teni ini memiliki cita-cita masa kecil yaitu ingin menjadi seorang penari. Cita-citanya inilah yang menjadi awal mula didirikannya rumah tari yang bernama Sanggar Dwi Arta Production. Berdasarkan informasi dari pemilik 636 Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) sanggar, kata “sanggar” berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti sebagai tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan seni meliputi seni tari, seni musik, seni lukis, seni suara dan sebagainya. Sanggar tari ini kemudian diartikannya sebagai suatu tempat yang digunakan satu kelompok untuk melakukan kegiatan menari, baik yang belajar maupun yang mengajar. Adanya sanggar diyakini memberikan peluang untuk anak-anak usia sekolah dasar agar mampu mengembangkan keterampilan yang dimilikinya. Selain itu, dengan adanya sanggar para orangtua akan mudah untuk memantau kegiatan yang dilakukan anak-anaknya. Perumusan nama sanggar ini berawal dari kata “Dwi Arta”, nama ini berasal dari bahasa sansakerta yang mana ‘dwi’ artinya dua sedangkan ‘arta’ dapat diartikan sebagai harta atau dunia, Bapak Cecep mengartikan “Dwi Arta” sebagai dua dunia yaitu langit dan bumi, hal ini menjadi harapan agar sanggar yang didirikan mampu menjadi sanggar yang ada di langit dan di bumi yang dapat dikenal oleh orang banyak serta mampu memberikan manfaat bagi orang banyak. Selain itu, didirikannya sanggar tari ini tersimpan harapan yang tinggi agar menjadi tempat untuk mengembangkan minat masyarakat sekitar khususnya anak usia sekolah dasar agar lebih menghargai seni tradisi dan budaya yang telah hidup di daerah masing-masing dari zaman dahulu. Tari merupakan cita-cita dari sang koreografer yang ingin dikembangkan agar lebih hidup, tidak hanya di masyarakat sekitar namun masyarakat sedunia. Selain cita-citanya, terdapat hal lain yang menjadi dasar didirikannya sanggar ini yaitu motivasi masyarakat sekitar yang mencintai seni tari terutama dalam hal ini anak-anak usia sekolah dasar. Anak-anak menyukai tari, karena tari diyakini mampu menjadikan anak bebas untuk mengekspresikan dirinya melalui suatu gerakan. Berkaitan dengan hal ini para orang tua lebih mendukung anak-anaknya mengikuti pembelajaran di sanggar dibandingkan dengan melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat seperti bermain di warnet dan bermain gadjet, karena hal ini diyakini telah banyak memberikan pengaruh buruk terhadap pemikiran dan kebiasaan anak dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, orangtua akan mudah memberikan pengawasan ketika anaknya mengikuti pembelajaran di sanggar. Koreografer sekaligus pimpinan sanggar Dwi Arta Production bernama Bapak Cecep Rohman yang merupakan suami dari Ibu Titin Teni yang juga memiliki kecintaan terhadap seni tari. Bapak Cecep dilahirkan di Kp. Hanjuang Beureum Rt. 02, Rw. 14, Desa Alamendah Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung Selatan. Beliau adalah anak dari pasangan suami istri Bapak Iri Suheri dan Ibu Ai Cece yang sangat mencintai seni karena diwarisi dari para leluhurnya di masa lampau. Kecintaannya inilah yang kemudian mendorong Bapak Cecep untuk menyukai seni tari. Koreografer yang menganggap seni memiliki arti penting ini memiliki dua orang anak menjadi buah dari pernikahannya. Riki Eka sebagai anak laki-laki pertamanya tidak terlalu banyak berkecimpung di bidang seni tari karena memiliki kecintaanya sendiri terhadap hal yang lain. Berbeda dengan anak pertamanya, Windy Dwi Pertiwi adalah anak kedua Bapak Cecep yang memiliki jiwa seni yang diwariskan dari kedua orangtuanya, sehingga menjadikan Windy sebagai anak yang banyak mengukir banyak prestasi di bidang seni tari. Tari adalah hobi yang dimiliki koreografer, dan hal inilah 637 Devi Yuniar, Julia, Diah Gusrayani yang mendorong beliau untuk mengepakkan sayapnya dan kemudian memberikan dorongan untuk mendirikan sebuah sanggar seni tari. Meskipun tidak mengikuti pendidikan yang tinggi berkaitan dengan seni tari, namun Bapak Cecep adalah pelaku seni yang pernah mendapatkan beberapa penghargaan sebagai koreografer tari. Kecintaan beliau terhadap seni tari banyak didukung beberapa pihak, terutama keluarga.Selain itu, masyarakat sekitar yang memiliki pandangan positif terhadap seni tari menjadikan seni tari ini suatu hal yang fokus dipikirkan agar dapat dilestarikan sebagai budaya sunda warisan dari para leluhur yang saat ini sudah mulai luntur digantikan dengan budaya lain. Selain itu, masyarakat yang memiliki anak usia sekolah dasar lebih tertarik untuk mengikutsertakan anak-anaknya untuk mengikuti pembelajaran di sanggar dibandingkan dengan melakukan hal-hal yang kurang positif. Penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencari tahu segala hal yang berkaitan dengan pembelajaran menari yang dilakukan di sanggar Dwi Arta Production ini, mulai dari kelompok tari, metode pembelajaran, media dan hal lainnya. Bagian ini berisi pemaparan mengenai pembelajaran yang digambarkan dalam percakapan berikut ini. Devi Bapak Cecep Devi Bapak Cecep Devi Bapak Cecep Devi Bapak Cecep Devi Bapak Cecep Devi Bapak Cecep : “Apakah pembelajaran yang dilakukan disanggar dwi arta ini hanya pembelajaran menari?” : “Ya, Pembelajaran menari khususnya tari jaipong modern”. : “Siapa yang menjadi pelatihnya?” : “Ayah sama ibu we”. : “Berapa jumlah peserta didik yang mengikuti pembelajaran menari disanggar ini?”. : “Yang aktif jika di total ada 160 dari dewasa sampai ke yang paling kecil”. : “Bagaimana tingkatan yang ada di sanggar ini?”. : “Tingkatanya ada pemula, madya dan mahir”. : “Khususnya anak usia SD, jadwal-jadwal yang disediakan seperti apa? : “Hari jumat dan minggu, jumat tabuh 2 lamun minggon tabuh 9 khusus untuk anak usia sekolah dasar yang tergabung dalam satu grup” : “Khususnya grup windu wulan, satu grup terdiri dari beberapa orang?”. : “Delapan orang”. Proses pembelajaran menari menjadi hal utama yang akan dipaparkan pada bagian ini. Pada hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa pembelajaran di sanggar dilakukan setiap dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari jumat dan minggu, hari jumat pukul 14.00 dan hari minggu pukul 09.00. Pembelajaran menari ini diikuti oleh anggota aktif yaitu 160 orang dimulai dari yang paling kecil sampai dewasa dengan tiga tingkatan diantaranya tingkatan pemula, tingkatan madya dan tingkatan mahir. Pembelajaran menari diberikan oleh koreografer yang dalam hal ini Bapak Cecep dibantu dengan istrinya yang sudah tidak bisa diragukan lagi kemampuannya dalam menari. Penelitian studi kasus terhadap pembelajaran menari anak usia sekolah dasar ini dilakukan dengan melibatkan kelompok tari Windu Wulan yang memiliki tujuan yang sama yaitu dalam rangka mewujudkan cita- 638 Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) cita untuk menjadi seorang penari profesional. Kelompok tari Windu Wulan ini terdiri dari 8 orang anggota. Berdasarkan data yang diperoleh, semua anggota kelompok tari ini memiliki cita-cita ingin menjadi seorang penari profesional. Hal ini di dorong oleh anggapan masing-masing anggota mengenai pengalaman dan kemampuan yang telah dimiliki. Selain itu, ketertarikan terhadap tari yang sudah ada sejak mereka kecil menjadikan bidang yang sedang ditekuni menjadi sanggat menarik bagi mereka, karena sanggar penuh dengan kebahagiaan, karena sanggar penuh dengan keceriaan dan kebanggaan. Kelompok Windu Wulan ini merupakan kelompok tari anak usia sekolah dasar yang telah memiliki banyak prestasi di bidang tari, dan hal ini sangat dipengaruhi dengan yang namanya pembelajaran. Pembelajaran yang diikuti oleh 8 orang anggota ini adalah pembelajaran tari rampak. Tari rampak adalah gerakan tari yang dilakukan oleh lebih dari satu orang, dengan kata lain tari rampak dilakukan oleh satu kelompok tari dengan memperhatikan beberapa hal meliputi, kekompakan, kesesuaian tarian dengan irama musik bahkan ekspresi. Sanggar Dwi Arta Production merupakan sanggar yang mempelajari tarian jaipong rampak. Ketika pembelajaran, anak sering mengalami semangat yang naik turun, sehingga tidak jarang koreografer sulit untuk menumbuhkan kembali semangat dan kekompakan dalam kelompok tari ini. Selain itu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari koreografer, kelompok tari Windu Wulan merupakan kelompok tari yang memang berprestasi dan telah banyak mengikuti ajang kejuaraan tari. Berikut adalah data beberapa prestasi yang pernah diraih oleh kelompok tari Windu Wulan yang juga digambarkan pada tabel berikut. Tabel 1. Prestasi Kelompok Tari Windu Wulan SIMPULAN Pembelajaran menari dilakukan dengan beberapa tahap yakni tahap olah tubuh, tahap demonstrasi, tahap latihan dan tahap praktik. Pembelajaran menari dilakukan dengan melibatkan metode dan media sebagai perantara dan cara agar pembelajaran dapat diterima 639 Devi Yuniar, Julia, Diah Gusrayani dengan baik oleh anak. Metode yang digunakan koreografer adalah metode drill, sedangkan media yang digunakan adalah media audio berupa kaset DVD dan file musik yang ada dalam USB. Metode dan media inilah yang kemudian diyakini cocok dan tepat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran tari kepada anak didiknya di sanggar Dwi Arta Production ini. Beberapa faktor yang membuat kelompok tari Windu Wulan ini berprestasi yaitu pembelajaran, bakat, dukungan orang tua dan lingkungan. Hasil belajar kelompok tari ini berupa prestasi yang sudah diukir selama pembelajaran di sanggar Dwi Arta Production. Beberapa prestasi inilah yang menjadikan kelompok tari mampu menunjukkan eksistensinya untuk terus menampilkan hasil karya yang ditunjukkan melalui gerakan tari. Hasil belajar diraih berdasarkan apa yang selama ini diajarkan oleh koreografer. Setiap proses memberikan hasil yang sesuai dengan usaha yang dilakukan dalam setiap proses tersebut, sehingga inilah yang kemudian menjadi keyakinan bahwa satu proses tidak akan pernah membohongi hasil dan inilah yang kelompok tari ini rasakan sampai saat ini. BIBLIOGRAFI Ayu, R. D. (2013). Pembelajaran Seni Tari. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst. Fahdini, R., Mulyadi, E., Suhandani, D., & Julia, J. (2014). IDENTIFIKASI KOMPETENSI GURU SEBAGAI CERMINAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK DI KABUPATEN SUMEDANG. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 33-42. Julia. (2013). Bunga rampai pendidikan seni dan potensi kearifan lokal. Bintang Wali Artika: Bandung. Julia, J. (2017). Bunga Rampai Pendidikan Seni dan Potensi Kearifan Lokal. UPI Sumedang Press. Miles, B. & Huberman. Analisis data kualitatif. UI-Press: Jakarta. Nur Aeni, A. (2014). Pendidikan karakter untuk siswa dalam perspektif islam. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1). Universitas Pendidikan Indonesia: Sumedang. Djuanda, dkk. (2009). Model pembelajaran di sekolah dasar. Tim Dosen: UPI Sumedang. Rachmawati, I.N. (2007). Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: wawancara. Diakses dari: http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/184/pdf_80. Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran. Kencana Prenada Media: Jakarta. Setianingsih. (2014). Peranan olah tubuh untuk meningkatkan keterampilan gerak dalam tari pada anak-anak SMP Negeri 01 Karangkobar. Diakses dari: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst/article/view/4063. Sudira, B. O. (2010). Ilmu seni teori dan praktik. Inti Prima: Jakarta. Suhandani, D., & Julia, J. (2014). IDENTIFIKASI KOMPETENSI GURU SEBAGAI CERMINAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK DI KABUPATEN SUMEDANG (KAJIAN PADA KOMPETENSI PEDAGOGIK). Mimbar Sekolah Dasar, 1(2), 128-141. Yin, R. (2015) Studi kasus desain & metode. Jakarta: Rajawali Press. 640