Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2019, etika moral
…
5 pages
1 file
A. Pengertian Moral Menurut Para Ahli : 1. Menurut Chaplin (2006), Moral yang sesuai dengan aturan yang mengatur hukum sosial atau adat atau perilaku. 2. Menurut Hurlock (1990), Moral adalah sopan santun, kebiasaan, adat istiadat dan aturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. 3. Menurut Wantah (2005), Moral adalah sesuatu yang harus dilakukan atau tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk menentukan siapa yang benar dan perilaku yang baik dan buruk. 4. Menurut W. J. S. Poerdarminta, Menyatakan bahwa ajaran moral dari perbuatan baik dan buruk dan perilaku. 5. Menurut Dewey, Mengatakan bahwa masalah moral yang berkaitan dengan nilai-nilai moral. 6. Menurut Baron dkk, Mengatakan bahwa moral yang terkait dengan pelarangan dan mendiskusikan tindakan yang benar atau salah. 7. Menurut Magnis-Susino, Mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik orang miskin sebagai manusia, sehingga aspek moral kehidupan manusia dalam hal kebaikan sebagai manusia. 8. Menurut Zainuddin Saifullah nainggolan, Moral adalah tradisi spiritual untuk melakukan serangkaian standar yang mengatur perilaku orang dan masyarakat. 9. Menurut Gunarsa, Moral adalah seperangkat nilai-nilai berbagai perilaku yang harus dipatuhi. 10. Menurut Sonny Keraf, Moral adalah patokan yang digunakan oleh masyarakat sebagai penentu tindakan yang baik dan buruk atau masyarakat manusia sebagai manusia. 11. Menurut Imam Sukardi, Moral adalah kebaikan bahwa seorang pria dengan langkah-langkah yang diadopsi oleh aksi bersama. Pengertian moral secara umum adalah merupakan pengetahuan atau wawasan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik, buruknya perbuatan dan kelakuan. Moralisasi yaitu uraian (pandangan dan ajaran) tentang perbuatan serta kelakuan yang baik. Demoralisasi, yaitu kerusakan moral.
Resna Jaliliah, 2020
ABSTRAK Kata "moral" berasal dari bahasa Latin "mores" kata jama' dari "mos" berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti tata susila. Moral adalah perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat. Moral merupakan istilah tentang perilaku atau akhlak yang diterapkan kepada manusia sebagai individu maupun sebagai sosial. Tujuan moral yaitu tindakan yang diarahkan pada target tertentu, misalnya ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian, kesejahteraan, dan sebagainya. Profesi dan profesional dalam perkataan sehari-hari diatikan sebagai sebagai suatu bentuk "pekerjaan tetap" yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh nafkah, baik secara legal maupun tidak. Jadi kata "profesi" sebagai suatu pekerjaan (okupasi) untuk memperoleh uang. Profesi dalam arti suatu kegiatan tertentu. Keahlian dalam profesi dapat diperoleh, melalui pengalaman, proses belajar di lembaga pendidikan tertentu, latihan-latihan secra intensif, atau perpaduan dari ketiganya. Kode etik menyatakan perbuatan yang benar atau salah, perbuatan yang harus dilakukan dan yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasbahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, sesuatu tujuan, atau suatu rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan corak suatu "profesi". Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan. Kata kunci : Moral, Profesi, Profesional. PENDAHULUAN Standar moral manusia banyak ditentukan oleh tingkat perkembangan sosialnya, inteligensinya, dan ilmu pengetahuan yang berkembang. Moralitas 1 Etika Profesi Hukum Ekonomi Syariah 1 Mahasiswa Pascasarjana Hukum Ekonomi Syariah (HES) Semester III (Tiga) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli. Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga nilai-nilai itu sendiri Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sdampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan. Austin Fogothey (seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair) mengatakan bahwa etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagi antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan hukum. Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan bahwa etika sebagi cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral. Dalam Encyclopedia Britanica , etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dan konsep-konsepnilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya.Dari beberapa definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan empat hal: Dari beberapa definisi etika tersebut dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut : 1. Dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Bilangan rasional Q = semua bilangan yang dapat ditulis dalam bentuk b a dengan
Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi antigen. Kedua cabang ini berinteraksi satu sama lain dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan akhir, mengeliminasi antigen. Dari dua cabang respon ini, satu diperantarai terutama oleh sel B dan antibodi dalam sirkulasi, dan dinamakan respon imun humoral (berasal dari cairan tubuh = humor). Cabang yang satunya, diperantarai oleh sel T, yang tidak mensintesis antibodi, tetapi mensintesis dan melepas bermacam-macam sitokin yang mempengaruhi sel-sel yang lainnya. 8.2. IMUNITAS HUMORAL Imunitas humoral diperantarai oleh antibodi serum, yang merupakan protein yang disekresi oleh sel B. Sel B yang diaktifkan, akan mensekresi antibodi, setelah pengikatan antigen ke membran molekul imunoglobulin (Ig), yaitu reseptor sel B (BCR), yang diekspresikan oleh sel B tersebut. Sudah diperkirakan bahwa setiap sel B mengekspresikan sampai 10 5 BCR dari spesifisitas yang sama. Sekali diikat, sel B menerima signal untuk memulai mensekresi bentuk imunoglobulin ini, yang merupakan suatu proses yang menginisiasi respon antibodi yang optimal dengan maksud untuk mengeliminasi antigen dari hospes. Antibodi adalah suatu campuran heterogenus dari globulin serum, yang saling bekerja sama untuk menunjukkan kemampuan mengikat antigen spesifik. Semua globulin serum dengan aktivitas antibodi dinamakan imunoglobulin Semua molekul immunoglobulin mempunyai struktur umum yang memungkinkan untuk melakukan dua hal : (1) mengenal dan mengikat secara spesifik struktur unik yang ada pada antigen, yang disebut epitop, dan (2) menampilkan fungsi biologik setelah berkombinasi dengan antigen. (Uraian tentang struktur imunoglobulin lebih lanjut, diberikan oleh pengampu mata kuliah imunologi yang BAB 8
jenis kelamin atau gender senggama atau melakukan aktivitas seksual, yaitu hubungan penyatuan antara dua individu dalam konteks gender/jenis kelamin.
Adolescents who exhibit behaviors according to the prevailing norms and values, the teen said to have morality. While teens who show behavior contrary to the prevailing norms and values, then the teenager is said to commit immoral acts. The results of previous studies, concluded that, individuals need a controller in thinking, behaving , acting , namely religion or religiosity. Religiosity can affect every aspect of an individual's life, both psychologically and physically. This study aims to examine the relationship between religiosity and morality in adolescents at Madrasah Aliyah. This type of research uses a quantitative approach to the type of correlational research. The population numbered 93 students of Madrasah Aliyah 2012-2013 school year. The sampling technique using simple random technique, the sample in the study totaled 63 students. Analyzed using product moment. The results of this study showed a correlation coefficient ( r) of 0.775 with a significance ( p ) of 0.000, where p < 0.01. Based on data analysis, the conclusions drawn from this study is that there was a significant relationship between religiosity and morality teen Madrasah Aliyah Boarding Schools in the city of Palembang.
Sebuah bab dalam buku berjudul "Mozaik Kebijakan Publik di Indonesia 2014.", 2014
Aisyka Tania, 2022
RATIONALISM RENE DESCARTES. This study aims to explore the notion of rationalism that was coined by Rene Descartes. Rationalism is an understanding that assumes that the mind is the only source of adequate and reliable knowledge and assumes that experience is only used to strengthen the truth of knowledge that has been obtained through reason. This understanding emphasizes the use of the mind to acquire knowledge. Therefore, rationalism plays an important role in the development of other sciences. The method used in this study is a qualitative descriptive method. The author tries to present the rationalism of Rene Descartes. René Descartes stated that reason is a substance that stands alone with the term I think, therefore I exist (cogito ergo sum).
Pengalaman agama adalah pengalaman berketuhanan 1 , yaitu pengalaman relasional dengan Tuhan, dan di antaranya adalah tentang pengalaman pencarian existensi Tuhan 2 . Idea tulisan ini diawali dari konflik diri, ketika membaca buku yang menjelaskan argumen-argumen tentang bukti-bukti keberadaan Tuhan dan argumen bantahan tentang bukti ke-tidak ada-an Tuhan, di antaranya dikemukakan dalam ilmu filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan alam seperti fisika dan biologi, ilmu pengetahuan sosial, antropologi, psikologi. 3 Argumentasi yang dikemukakan oleh kedua belah pihak mempunyai kekuatan yang seimbang. Artinya, argumen yang membuktikan keberadaan Tuhan tidak dapat meyakinkan atau merubah sikap bagi pihak lainnya, demikian juga sebaliknya, argumen yang membuktikan bahwa Tuhan tidak ada tidak dapat meyakinkan atau merubah sikap pihak yang mengakui keberadaan Tuhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan Tuhan tidak dapat dibuktikan, baik ada maupun tidak ada.
Semangat Reinasans menimbulkan kepercayaan pada otonomi manusia dalam memperoleh kebenaran. Kebebasan berfikir kembali tumbuh setelah lumpuh oleh dominasi gereja yang bersikap intoleran terhadap pemikiran. Ilmu pengetahuan yang tidak berkembang pada abad pertengahan karena dominasi gereja, mulai pesat dimasa Reinasans. Kebenaran tak lagi bersumber pada teks-teks suci, melainkan pada langkah-langkah metodis berupa pengamatan empiris dan perumusan hipotesa. Kecenderungan untuk memandang manusia sebagai subjek yang otonom dikenal sebagai antroposetrisme periode modern. Modernisme tak lepas dari pengaruh filsafat yang telah kembali menemukan jati dirinya sebagai disiplin yang mengutamakan kebebasan berfikir, kritis dan radikal. Filsafat modern juga menghasilkan pemikiran-pemikiran baru di bidang filsafat ilmu pengetahuan yang pada dasarnya ingin meletakkan landasan filosofis bagi pengetahuan manusia. Rasionalisme Rasionalisme dapat didefinisikan sebagai paham yang menekankan pikiran sebagai sumber utama pengetahuan dan pemegang otoritas terakhir bagi penentuan kebenaran. Rasionalisme menyatakan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah akal atau ide. Rasionalisme mengidealkan cara kerja deduktif dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Seperti yang terjadi pada paham lainnya, rasionalisme juga cenderung mengayun ke titik ekstrim. Rasionalisme yang berkembang kemudian (abad ke-18) memperlawankan otoritas akal budi yang pasti dan dapat diandalkan dengan pertimbangan berdasarkan perasaan, takhayul dan iman yang bersifat subjektif dan tak layak dipercaya..
A Handbook for Managing Tomorrow's Threats to Project Success Today, 2024
La traça de Santa Maria de graça, 2024
Journal of Indian and Buddhist Studies, 2017
Classical Review, 2020
The Canadian Journal of Chemical Engineering, 1987
Alternative & Complementary Therapies, 2003
in Velo L. (a cura di), La ricerca che cambia, Atti del Terzo Convegno Nazionale dei dottorandi italiani dell'architettura, della pianificazione, del design, delle arti e della moda (Venezia, 1-2 dicembre 2022), Venezia 2023, pp. 450-462
Pakistan Journal of Biochemistry and Biotechnology
Science and Technology of Advanced Materials, 2015
Lecture Notes in Computer Science, 2011
American Journal of Industrial Medicine, 2019