11901-32673-1-PB
11901-32673-1-PB
11901-32673-1-PB
Abstract
The development of science and technology today leaves several issues that need
attention. It is undeniable that modern society has succeeded in developing science and
technology to become an alternative to solving problems of daily life, but in other
conditions, advanced science and technology is less able to cultivate noble morality. In
overcoming this problem, Smp Islam Al-ma'arif 01 singosari carries out the process of
internalizing spiritual values the formation of a student's personality through
religious activities. This study uses a qualitative phenomenology-based approach in
case study type studies. The results of this study show that the internalization process
carried out through religious activities makes good changes to develop mental values
students. This is supported by the school's support factors, such as quality familiarity.
while the obstacles in the process of internalizing spiritual values are the diverse
backgrounds of students.
A. Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menyisakan
beberapa persoalan yang perlu mendapat perhatian. Tidak dapat disangkal bahwa
masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan menjadi alternatif pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi dalam situasi lain ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju menumbuhkan
moralitas yang luhur, kenyataannya kita tidak dapat melakukannya. Mulkhan, dkk
dalam (Iskarim, 2016: 2).
Dari fenomena tersebut, pendidikan berperan aktif dalam mewujudkan
kehidupan manusia yang aman, tentram dan nyaman. Pendidikan tidak hanya harus
dikaitkan dengan upaya siswa untuk menguasai disiplin, tetapi juga untuk mencapai
keseimbangan dengan pembentukan kepribadian. Keseimbangan antara tugas
sekolah, pendidikan dan pembentukan kepribadian perlu diperhatikan oleh
pendidik sekolah dan orang tua keluarga. Bila seimbang, pendidikan dapat menjadi
This work is licensed under Creative Commons Attribution Non Commercial 4.0 International
License Available online on: http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/index
Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah
dasar untuk mengubah anak menjadi lebih berkualitas dalam iman, ilmu
pengetahuan dan moralitas. PAI memang dirancang agar peserta didik, menumbuh
kembangkan dan mengasah kebutuhan dan kecerdasan spiritual. Pentingnya
pengisian ulang spiritual adalah landasan bagi anak-anak untuk memberikan
landasan untuk melawan dunia yang sulit berubah yang dilindungi oleh tantangan
dunia. Budaya nilai-nilai spiritual membekali seseorang dengan bentuk spiritual
agar memiliki prinsip dan pandangan hidup yang teguh dan cinta kasih serta dapat
melahirkan orang-orang yang dapat mengatasi masalah yang dihadapinya (Abdul
Aziz, 2019: 5), dengan mengajarkan nilai-nilai spiritual kepada orang tersebut, maka
lahirlah manusia yang humanistik, yaitu manusia yang mendukung nilai-nilai
kemanusiaan. Lembaga pendidikan diperlukan untuk internalisasi nilai-nilai
spiritual, karena lembaga pendidikan merupakan wadah di mana berbagai kegiatan
yang bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa, seperti pendidikan dan
pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan berbagai kegiatan keagamaan, dapat
dilakukan. Selain itu, lembaga pendidikan memegang peranan penting karena
bersentuhan langsung dengan objek.
Mengajarkan nilai-nilai spiritual pada orang tersebut menciptakan pribadi
yang humanis, orang yang mendukung nilai-nilai kemanusiaan. Lembaga
pendidikan mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bertujuan
membentuk kepribadian peserta didik, seperti pendidikan dan pembelajaran,
kegiatan ekstrakurikuler, dan berbagai kegiatan keagamaan, sehingga diperlukan
lembaga pendidikan untuk menginternalisasi nilai-nilai spiritual. Lembaga
pendidikan juga memainkan peran penting dalam kontak langsung dengan hal-hal
(M,fahmi, 2019: 2). peneliti mengambil kelas VIII karena pada masa-masa itu
menginjak masa remaja, dimana siswa harus dibekali nilai-nilai spiritual yang kuat
untuk menghadapi kemajuan tekhnologi yang semakin tinggi disekolah.
B. Metode
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berlandaskan
atas fenomenologi dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus di SMP Islam
Al-Maarif 01 Singosari. Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk melihat
peristiwa dan untuk menemukan makna atau pemahaman yang lebih dalam dari
suatu masalah yang timbul dalam bentuk ungkapan, gambar, kata-kata, atau data
kualitatif baik dalam bentuk peristiwa (Yusuf, 2014: 43). Maka dari itu penelitian ini
diharapkan mampu mengungkapkan berbagai informasi yang terjadi di lapangan
yang didukung dengan data-data yang telah diperoleh. Sehingga peneliti dapat
menganalisis yang kemudian dapat di simpulkan sebagai hasil akhir dari penelitian.
baik lagi, bisa membedakan yang baik dan buruk. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Abuddin Nata,2011: 134):
a. Nilai Ibadah
Secara Bahasa ibadah berawal dari kata 'abada' memiliki arti
ketaatan, ketundukan, perbudakan diri, dan perbuatan yang diridhai
Allah. Di sisi lain, ibadat bahasa Indonesia, permohonan, perbuatan baik
juga didefinisikan sebagai pengabdian kepada Tuhan. Ibadah adalah
menaati Tuhan, menjalankan setiap perintah, menghindari larangan
Tuhan, dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan melakukan semua
izin-Nya.
b. Nilai Jihad
Ruh Jihad adalah semangat yang mendorong manusia untuk
bekerja dan berjuang dengan sungguh-sungguh. Dasar ruh jihad ini
adalah Hablum Minallah (hubungan manusia dengan Tuhan), Hablum
Minannas (hubungan manusia dengan manusia) dan Hablum Minal Alam
(hubungan manusia dengan alam). Dalam konteks Islam, jihad
merupakan syarat utama dalam beribadah kepada Allah, dan jihad atau
kerja keras adalah wajib. Posisinya konsisten dengan ibadah mahada
(doa) dan ibadah sosial, yaitu pengabdian kepada orang tua.
c. Nilai Amanah dan Ikhlas
Amanah berarti bisa di pertanggungjawabkan. Amanah juga di
dalam kekuasaan harus mempunyai sifat percaya dalam suatu kegiatan.
d. Nilai Akhlak dan Kedisiplinan
Dalam bahasa, akhlak didefinisikan oleh kepribadian dan perilaku.
Ada hubungan dengan disiplin dalam lingkup perkembangan dunia
pendidikan perilaku. Islam sangat ketat mengatur masalah perilaku dan
disiplin. Itu selalu seperti doa dalam waktu, dalam konteks ibadah, waktu
ditentukan oleh waktu manusia. Nilai moral dan disiplin dapat
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pra kelas. Akan menjadi
budaya sekolah yang baik jika dilakukan secara terus menerus.
e. Nilai Keteladanan
Keteladanan adalah suatu komponen dalam proses pembelajaran.
Khususnya proses penumbuhan nilai keteladanan. Ruang lingkup
pendidikan yang mempunyai karekteristik dari nilai keagamaan yang
harus mengutamakan keteladanan.
Sebelum pelaksanaan kebijakan terkait nilai-nilai spiritual
berupa syarat kecakapan ubudiyah dan lain sebagainya, terlebih dahulu
diadakan rapat oleh dewan pendidik. Didalam rapat ini dilaksanakan
evaluasi pada kebijakan yang telah diterapkan sebelumnya, jika standar
Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 190
Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah
D. Simpulan
Seperti yang sudah peneliti jelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
dalam penelitian ini yang membahas tentang Internalisasi nilai-nilai spiritual dalam
pembentukan karakter siswa di SMP Islam Al-Ma’arif, sebagai berikut: (1)
Perencanaan internalisasi nilai-nilai spiritual dalam pembentukan karakter siswa
di SMP Islam Al-Ma’arif 01 Singosari Malang yaitu mengembangkan nilai spiritual
dalam pembelajaran, melalui Syarat Kecakapan Ubudiyah atau biasa disebut SKU,
dimana peserta didik diwajibkan menghafalkan surat-surat pendek dan doa-doa
yang ada di dalam SKU tersebut dan kemudian disetorkan kepada pendidik.
Penerapan nilai spiritual yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian
peserta didik dapat dilihat dari kesadaran peserta didik, untuk mengikuti kegiatan
keagamaaan tanpa bermalas-malasan. (2) Proses internalisasi nilai-nilai spiritual
dalam pembentukan karakter siswa di SMP Islam Al-Ma’arif 01 Singosari malang
yaitu Dengan adanya internalisasi nilai-nilai spiritual ini, karakter religius peserta
didik terbentuk. Memang pada awal pelaksanaannya masih nampak terpaksa,
namun seiring berjalannya waktu peserta didik terbiasa. Peserta didik dengan
sukarela berangkat sholat tanpa harus di suruh, menghafalkan surat pendek dengan
lancar, dan sudah terbiasa melafalkan asmaul husna, istighosah, yasin dan tahlil.
(3) faktor yang mendukung internalisasi nilai-nilai spiritual dalam pembentukan
karakter siswa yaitu peserta didik diberi pembinaan, dibimbing dengan seksama
agar peserta didik faham terhadap kaidah-kaidah yang dimiliki seorang muslim
untuk menjadi seseorang yang selamat dunia dan akhirat. Para guru banyak
memberikan dukungan dan semangat kepada siswa,sumber daya disekolah
sebagian besar ada, banyak guru-guru yang muda sehingga mudah diarahkan dan
mempunyai pemahaman yang sama dengan pihak yayasan, faktor penghambatnya
, peserta didik datang dari berbagai macam lingkungan, baik keluarga dan
masyarakat, tidak hanya dari pondok, peserta didik yang berasal dari rumah ada
yang tidak mau membeli buku yang digunakan sebagai acuan membuat soal untuk
peserta didik.
Daftar Rujukan
Aziz,Abdul. (2019). Internalisasi Nilai-Nilai Spiritual Dalam Membentuk Karakter
siswa. Surabaya: FAI UIN Sunan Ampel Surabaya, Tesis Tidak di Terbitkan
Hidayatullah, Fahmi Muhammad. (2019). Model Karakter Pendidikan Sepenuh Hati
Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam. Vol.1
(1),2.
Iskarim, Muchammad. (2016). Dekadensi Moral di Kalangan Pelajar (Revitalisasi
Strategi PAI). Jurnal Edukasi Islamika. Vol.1 (1),3.
Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 193
Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah