11901-32673-1-PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

VICRATINA: Jurnal Pendidikan Islam

Volume 6 Nomor 3 Tahun 2021


P-ISSN: 2087-0678X

INTERNALISASI NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER


SISWA DI SMP ISLAM AL-MAARIF 01 SINGOSARI

Nazili Masruri1, Nur Hasan2, Muhammad Fahmi Hidayatullah3


Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Malang
e-mail: [email protected], [email protected],
1

[email protected]

Abstract
The development of science and technology today leaves several issues that need
attention. It is undeniable that modern society has succeeded in developing science and
technology to become an alternative to solving problems of daily life, but in other
conditions, advanced science and technology is less able to cultivate noble morality. In
overcoming this problem, Smp Islam Al-ma'arif 01 singosari carries out the process of
internalizing spiritual values the formation of a student's personality through
religious activities. This study uses a qualitative phenomenology-based approach in
case study type studies. The results of this study show that the internalization process
carried out through religious activities makes good changes to develop mental values
students. This is supported by the school's support factors, such as quality familiarity.
while the obstacles in the process of internalizing spiritual values are the diverse
backgrounds of students.

Kata Kunci: Internalisation, Spiritual Values, Character Building

A. Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menyisakan
beberapa persoalan yang perlu mendapat perhatian. Tidak dapat disangkal bahwa
masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan menjadi alternatif pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi dalam situasi lain ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju menumbuhkan
moralitas yang luhur, kenyataannya kita tidak dapat melakukannya. Mulkhan, dkk
dalam (Iskarim, 2016: 2).
Dari fenomena tersebut, pendidikan berperan aktif dalam mewujudkan
kehidupan manusia yang aman, tentram dan nyaman. Pendidikan tidak hanya harus
dikaitkan dengan upaya siswa untuk menguasai disiplin, tetapi juga untuk mencapai
keseimbangan dengan pembentukan kepribadian. Keseimbangan antara tugas
sekolah, pendidikan dan pembentukan kepribadian perlu diperhatikan oleh
pendidik sekolah dan orang tua keluarga. Bila seimbang, pendidikan dapat menjadi
This work is licensed under Creative Commons Attribution Non Commercial 4.0 International
License Available online on: http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/index
Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah

dasar untuk mengubah anak menjadi lebih berkualitas dalam iman, ilmu
pengetahuan dan moralitas. PAI memang dirancang agar peserta didik, menumbuh
kembangkan dan mengasah kebutuhan dan kecerdasan spiritual. Pentingnya
pengisian ulang spiritual adalah landasan bagi anak-anak untuk memberikan
landasan untuk melawan dunia yang sulit berubah yang dilindungi oleh tantangan
dunia. Budaya nilai-nilai spiritual membekali seseorang dengan bentuk spiritual
agar memiliki prinsip dan pandangan hidup yang teguh dan cinta kasih serta dapat
melahirkan orang-orang yang dapat mengatasi masalah yang dihadapinya (Abdul
Aziz, 2019: 5), dengan mengajarkan nilai-nilai spiritual kepada orang tersebut, maka
lahirlah manusia yang humanistik, yaitu manusia yang mendukung nilai-nilai
kemanusiaan. Lembaga pendidikan diperlukan untuk internalisasi nilai-nilai
spiritual, karena lembaga pendidikan merupakan wadah di mana berbagai kegiatan
yang bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa, seperti pendidikan dan
pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan berbagai kegiatan keagamaan, dapat
dilakukan. Selain itu, lembaga pendidikan memegang peranan penting karena
bersentuhan langsung dengan objek.
Mengajarkan nilai-nilai spiritual pada orang tersebut menciptakan pribadi
yang humanis, orang yang mendukung nilai-nilai kemanusiaan. Lembaga
pendidikan mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bertujuan
membentuk kepribadian peserta didik, seperti pendidikan dan pembelajaran,
kegiatan ekstrakurikuler, dan berbagai kegiatan keagamaan, sehingga diperlukan
lembaga pendidikan untuk menginternalisasi nilai-nilai spiritual. Lembaga
pendidikan juga memainkan peran penting dalam kontak langsung dengan hal-hal
(M,fahmi, 2019: 2). peneliti mengambil kelas VIII karena pada masa-masa itu
menginjak masa remaja, dimana siswa harus dibekali nilai-nilai spiritual yang kuat
untuk menghadapi kemajuan tekhnologi yang semakin tinggi disekolah.

B. Metode
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berlandaskan
atas fenomenologi dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus di SMP Islam
Al-Maarif 01 Singosari. Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk melihat
peristiwa dan untuk menemukan makna atau pemahaman yang lebih dalam dari
suatu masalah yang timbul dalam bentuk ungkapan, gambar, kata-kata, atau data
kualitatif baik dalam bentuk peristiwa (Yusuf, 2014: 43). Maka dari itu penelitian ini
diharapkan mampu mengungkapkan berbagai informasi yang terjadi di lapangan
yang didukung dengan data-data yang telah diperoleh. Sehingga peneliti dapat
menganalisis yang kemudian dapat di simpulkan sebagai hasil akhir dari penelitian.

Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 187


Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif hal tersebut merupakan suatu


keharusan yang mutlak, karena peneliti menjadi dari instrumen penelitian dan
pengumpul data kehadiran peneliti di lokasi penelitian memiliki pengaruh penting
untuk memperoleh suatu informasi atau data dengan sedetail mungkin.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder yang mana menjadi rujukan untuk pengambilan data dalam
penelitian ini. Untuk mendapatkan data yang dapat di pertanggungjawabkan maka
tektik pengumpulan data yang di gunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara pegumpulan
data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan untuk
memudahkan peneliti menemukan hasil dari penelitian ini. Sedangkan untuk
memvalidasi data, peneliti melakukan observasi, triangulasi, dan diskusi teman
sebaya.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Perencanaan Internalisasi Nilai-Nilai-Spiritual dalam Pembentukan
karakter siswa Di SMP Islam Al-Maarif 01 Singosari.
Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas mengenai internalisasi nilai-
nilai spiritual dalam pembentukan karakter siswa di SMP Islam Al- Ma’arif
01 Singosari, nilai spiritual disekolah ini pertama kali di gagas oleh guru PAI
senior. Melalui bidang keagamaan seperti dengan wajib adanya kegiatan
sholat dhuhur berjamaah tetapi hanya berlangsung seminggu 1-3 kali saja,
hal ini sesuai pendapat Nurudin dalam (Sutarman, 2020) makna internalisasi
adalah tentang menghargai dan menggali nilai-nilai dan mengupayakan agar
nilai-nilai tersebut melekat pada diri setiap individu. Karena pendidikan
bertujuan pada pendidikan nilai, maka diperlukan proses internalisasi.
Adanya internalisasi nilai-nilai spiritual dalam pembentukan karakter siswa
pada awal diterapkannya internalisasi nilai spiritual ini di gagas oleh guru
Pai senior disekolah tersebut, dan dikembangkan lagi oleh guru Pai yang
lainnya dengan menerapkan Syarat Kecakapan Ubudiyah (SKU) yang isinya
surat surat pendek dan doa-doa dengan tujuan supaya siswa menjadi pribadi
yang lebih baik, bisa membedakan yang baik dan buruk, lebih paham lagi
tentang agama.
Penerapan nilai-nilai spiritual melalui bidang keagamaan sangat
berpengaruh terhadap perilaku siswa, bisa dilihat dari kegiatan sehari-hari
siswa terhadap akhlaknya yang semakin sopan, rajin mengikuti kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah tanpa arahan dari
pendidik. Dari yang belum bisa membaca al-qur’an menjadi bisa, yang belum
mengetahui istighosah, yasin dan tahlil sampai bisa mengetahui dan
Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 188
Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah

mengamalkan istighosah, yasin, dan tahlil. Dalam mengembangkan nilai


spiritual menjadi bagian terpenting dalam pembelajaran melalui Syarat
Kecakapan Ubudiyah atau biasa disebut SKU, dimana peserta didik
diwajibkan menghafalkan surat-surat pendek dan doa-doa yang ada di dalam
SKU tersebut dan kemudian disetorkan kepada pendidik. Penerapan nilai
spiritual yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian murid bisa
diperiksa dari kesadarannya, untuk mengikuti kegiatan keagamaaan tanpa
bermalas-malasan.
Perencanaan kegiatan keagamaan siswa mempunyai sebuah buku
pegangan yaitu Syarat Kecakapan Ubudiyah (SKU) untuk penilaian dan itu
harus dipenuhi sebagai kewajiban sebelum mengikuti ujian akhir semester.
Di dalam buku tersebut terdapat berbagai macam kegiatan diantaranya
penilaian hafalan doa, niat sholat lima waktu, hafalan surat-surat pendek,
praktik wudhu, praktik adzan dan iqomah, praktik sholat lima waktu,
menghafalkan macam-macam najis, dan lain lain yang berhubungan dengan
fiqih. Selain buku pegangan SKU selama masa pandemic covid 19 guru tidak
dapat memantau siswa secara langsung akan tetapi siswa diberi buku
panduan monitoring yang berisikan tentang kegiatan sholat dan mengaji
siswa ketika di rumah. Untuk bacaan asmaul husna ketika masuk sekolah
dibaca pada awal sebelum pelajaran dimulai dan ketika membaca asmaul
husna yang dipersiapkan oleh siswa adalah buku SKU di dalamnya terdapat
bacaan asmaul husna. Dan untuk yang siswa putri pada hari jumat ketika
siswa laki-laki sedang mengikuti jamaah sholat jumat siswa putri ada
kegiatan tambahan yaitu keputrian yang diajarkan oleh guru SMP Islam Al-
maarif 01 sendiri memakai buku tuntunan sholat lengkap menerangkan
tentang haid, nifas, wiladah, dan lain-lain yang berhubungan dengan qadrat
kewanitaan.
2. Proses Internalisasi Nilai-nilai Spiritual Dalam Pembentukan Karakter
Peserta Didik SMP Islam Al-Ma’arif 01 Singosari
Dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai spiritual dalam
pembentukan karakter siswa Di SMP Islam Al-Ma’arif 01 Singosari yang
mana internalisasi nilai-nilai spiritual tersebutdalam pembentukan karakter
religius nya dengan cara kegiatan bidang keagamaan seperti sholat dhuha,
sholat dhuhur berjamaah, hafalan sku, yasin dan tahlil, istighosah, dan ketika
hari jumat peserta didik laki-laki jumatan sedangkan peserta didik
perempuan ada kegiatan ubudiyah tentang kewanitaan, Btq, kegiatan Phbi
Selain itu, terdapat pula kegiatan pondok romadhon, guru memberi teladan
kepada siswa ketika melaksanakan kegiatan keagamaan, sehingga dari
adanya internalisasi nilai spiritual ini siswa mempunyai pribadi yang lebih

Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 189


Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah

baik lagi, bisa membedakan yang baik dan buruk. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Abuddin Nata,2011: 134):

a. Nilai Ibadah
Secara Bahasa ibadah berawal dari kata 'abada' memiliki arti
ketaatan, ketundukan, perbudakan diri, dan perbuatan yang diridhai
Allah. Di sisi lain, ibadat bahasa Indonesia, permohonan, perbuatan baik
juga didefinisikan sebagai pengabdian kepada Tuhan. Ibadah adalah
menaati Tuhan, menjalankan setiap perintah, menghindari larangan
Tuhan, dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan melakukan semua
izin-Nya.
b. Nilai Jihad
Ruh Jihad adalah semangat yang mendorong manusia untuk
bekerja dan berjuang dengan sungguh-sungguh. Dasar ruh jihad ini
adalah Hablum Minallah (hubungan manusia dengan Tuhan), Hablum
Minannas (hubungan manusia dengan manusia) dan Hablum Minal Alam
(hubungan manusia dengan alam). Dalam konteks Islam, jihad
merupakan syarat utama dalam beribadah kepada Allah, dan jihad atau
kerja keras adalah wajib. Posisinya konsisten dengan ibadah mahada
(doa) dan ibadah sosial, yaitu pengabdian kepada orang tua.
c. Nilai Amanah dan Ikhlas
Amanah berarti bisa di pertanggungjawabkan. Amanah juga di
dalam kekuasaan harus mempunyai sifat percaya dalam suatu kegiatan.
d. Nilai Akhlak dan Kedisiplinan
Dalam bahasa, akhlak didefinisikan oleh kepribadian dan perilaku.
Ada hubungan dengan disiplin dalam lingkup perkembangan dunia
pendidikan perilaku. Islam sangat ketat mengatur masalah perilaku dan
disiplin. Itu selalu seperti doa dalam waktu, dalam konteks ibadah, waktu
ditentukan oleh waktu manusia. Nilai moral dan disiplin dapat
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pra kelas. Akan menjadi
budaya sekolah yang baik jika dilakukan secara terus menerus.
e. Nilai Keteladanan
Keteladanan adalah suatu komponen dalam proses pembelajaran.
Khususnya proses penumbuhan nilai keteladanan. Ruang lingkup
pendidikan yang mempunyai karekteristik dari nilai keagamaan yang
harus mengutamakan keteladanan.
Sebelum pelaksanaan kebijakan terkait nilai-nilai spiritual
berupa syarat kecakapan ubudiyah dan lain sebagainya, terlebih dahulu
diadakan rapat oleh dewan pendidik. Didalam rapat ini dilaksanakan
evaluasi pada kebijakan yang telah diterapkan sebelumnya, jika standar
Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 190
Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah

minimal yang diterapkan dirasa memberatkan, maka akan diturunkan


standar minimalnya. Seperti contoh misal untuk kelas VIII standar
minimal hafalan surat pendek untuk semester gasal adalah Surat As-
Syams, namun mayoritas peserta didik masih belum mencapai target
minimal tersebut, sebagai evaluasi bisa diturunkan standar minimalnya
sampai Ad-Dhuha.
Dengan adanya internalisasi nilai-nilai spiritual ini, karakter
religius peserta didik terbentuk, memang pada awal pelaksanaannya
masih nampak terpaksa, namun seiring berjalannya waktu peserta didik
terbiasa. Peserta didik dengan sukarela berangkat sholat tanpa harus
disuruh, menghafalkan asmaul husna, istighosah, yasin dan tahlil.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Internalisasi Nilai-nilai Spiritual
dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik SMP Islam Al-Ma’arif 01
Singosari
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terkait
dengan faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai spiritual
dalam pembentukan karakter siswa di SMP Islam Al-Ma’arif 01 Singosari.
Bahwa faktor yang mendukung internalisasi nilai-nilai spiritual dalam
pembentukan karakter siswa yaitu siswa diberi pembinaan, dibimbing
dengan seksama agar peserta didik faham terhadap kaidah-kaidah yang
dimiliki seorang muslim untuk menjadi seseorang yang selamat dunia dan
akhirat. Para guru banyak memberikan dukungan dan semangat kepada
siswa,sumber daya disekolah ini sebagian besar ada, banyak guru-guru yang
muda sehingga mudah diarahkan dan mempunyai pemahaman yang sama
dengan pihak yayasan. Hal ini sesuai dengan pendapat.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Sani & Kadri, 2016: 22), Ada beberapa
metode yang dapat diterapkan dalam membentuk karakter anak:
a. Sebuah contoh perilaku yang baik dan bimbing anak untuk bertindak
sesuai dengan contoh yang ditunjukkan. Anak tidak akan mengikuti
petunjuk kecuali orang yang memberikannya menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi ketika seorang ayah memerintahkan anaknya
untuk melakukan hal yang sama, dia harus membiasakan sholat di masjid.
Ingat, Nabi Muhammad menjadi penjahat perang sesuai dengan isi Al-
Qur'an yang dia identifikasi.
b. Dekatkan diri dengan anak-anak agar mereka bisa memimpin. Misalnya,
menghormati orang tua, jujur, pantang menyerah, sportif, peduli,
membantu dan berempati dengan orang lain.
c. Dorong anak untuk berdiskusi, meminta, dan berbuat baik untuk
memikirkan perilaku yang baik.
d. Bercerita mengambil hikmah dari sebuah cerita.
Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 191
Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah

Sedangkan faktor penghambatnya beragam, peserta didik muncul dari


beberapa macam lingkungan, keluarga dan masyarakat sebagai contohnya.
Ada juga berasal dari keluarga islami yang baik dan ingin lebih fokus lagi
dalam mempelajarinya, ada juga yang berasal dari keluarga yang agama
islamnya masih umum atau biasa saja sehingga ingin belajar supaya lebih
paham dalam agamanya. peserta didiknya bukan dari lingkungan pondok
saja, tetapi juga ada yang dari rumah jadi kalau di minta untuk membeli buku
atau Lks biasanya tidak mau, sedangkan guru membuat soal menggunakan
acuan dari buku lks tersebut. Sehingga dalam menyikapi hal tersebut guru
memberikan kemurahan nilai kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari (Mulyasa, 2012).
Faktor penghambat dalam pembentukan karakter:
a. Waktu
Waktu belajar disekolah hanya seperempat dari waktu sehari
dengan waktu yang sangat padat dan hanya fokus pada aspek koqnitif
dan psikomotorik, yang menjadi dtinggalkan pembinaan aspek efektif.
b. Kebiasaan orang tua
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh gaya
hidup yang berkaitan dengan masalah pribadi membuat orang tua sibuk
dengan karir masing-masing. Oleh karena itu, mereka memastikan bahwa
mereka tidak punya waktu untuk memberikan perhatian dan kasih
sayang kepada anak-anak, dan tidak memperhatikan pendidikan agama,
khususnya pendidikan moral anak.
c. Sikap orang tua
Selain orang tua kurang tertarik pada anak-anak mereka. Banyak
orang tua yang masih toleran terhadap pendidikan. Banyak orang tua
yang masih percaya bahwa pendidikan agama, khususnya pendidikan
moral, cukup diberikan oleh lembaga-lembaga publik (sekolah) dan guru
terdeka.
d. Lingkungan
Interaksi antara lingkungan dan anak tidak dapat dipungkiri
karena anak perlu seumuran dengan teman bermain yang dapat
berbicara dalam bentuk sosialisasi. Ketika Anda menerima sedikit lebih
banyak informasi, itu akan terekam dalam pikiran anak-anak Anda.
Rumah dan lingkungan sosial anak yang jauh dari nilai-nilai Islam dapat
merusak pendidikan agama mereka.
e. Media massa
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah
membawa perubahan besar dalam kehidupan. Televisi dan media lain
yang lahir dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 192
Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah

banyak memberikan dampak negatif bagi perkembangan anak, terutama


pada kepribadian dan pembentukan kepribadian anak.

D. Simpulan
Seperti yang sudah peneliti jelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
dalam penelitian ini yang membahas tentang Internalisasi nilai-nilai spiritual dalam
pembentukan karakter siswa di SMP Islam Al-Ma’arif, sebagai berikut: (1)
Perencanaan internalisasi nilai-nilai spiritual dalam pembentukan karakter siswa
di SMP Islam Al-Ma’arif 01 Singosari Malang yaitu mengembangkan nilai spiritual
dalam pembelajaran, melalui Syarat Kecakapan Ubudiyah atau biasa disebut SKU,
dimana peserta didik diwajibkan menghafalkan surat-surat pendek dan doa-doa
yang ada di dalam SKU tersebut dan kemudian disetorkan kepada pendidik.
Penerapan nilai spiritual yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian
peserta didik dapat dilihat dari kesadaran peserta didik, untuk mengikuti kegiatan
keagamaaan tanpa bermalas-malasan. (2) Proses internalisasi nilai-nilai spiritual
dalam pembentukan karakter siswa di SMP Islam Al-Ma’arif 01 Singosari malang
yaitu Dengan adanya internalisasi nilai-nilai spiritual ini, karakter religius peserta
didik terbentuk. Memang pada awal pelaksanaannya masih nampak terpaksa,
namun seiring berjalannya waktu peserta didik terbiasa. Peserta didik dengan
sukarela berangkat sholat tanpa harus di suruh, menghafalkan surat pendek dengan
lancar, dan sudah terbiasa melafalkan asmaul husna, istighosah, yasin dan tahlil.
(3) faktor yang mendukung internalisasi nilai-nilai spiritual dalam pembentukan
karakter siswa yaitu peserta didik diberi pembinaan, dibimbing dengan seksama
agar peserta didik faham terhadap kaidah-kaidah yang dimiliki seorang muslim
untuk menjadi seseorang yang selamat dunia dan akhirat. Para guru banyak
memberikan dukungan dan semangat kepada siswa,sumber daya disekolah
sebagian besar ada, banyak guru-guru yang muda sehingga mudah diarahkan dan
mempunyai pemahaman yang sama dengan pihak yayasan, faktor penghambatnya
, peserta didik datang dari berbagai macam lingkungan, baik keluarga dan
masyarakat, tidak hanya dari pondok, peserta didik yang berasal dari rumah ada
yang tidak mau membeli buku yang digunakan sebagai acuan membuat soal untuk
peserta didik.

Daftar Rujukan
Aziz,Abdul. (2019). Internalisasi Nilai-Nilai Spiritual Dalam Membentuk Karakter
siswa. Surabaya: FAI UIN Sunan Ampel Surabaya, Tesis Tidak di Terbitkan
Hidayatullah, Fahmi Muhammad. (2019). Model Karakter Pendidikan Sepenuh Hati
Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam. Vol.1
(1),2.
Iskarim, Muchammad. (2016). Dekadensi Moral di Kalangan Pelajar (Revitalisasi
Strategi PAI). Jurnal Edukasi Islamika. Vol.1 (1),3.
Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 193
Nazili Masruri, Nur Hasan, Muhammad Fahmi Hidayatullah

Mulyasa, E. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara


Natta, Abuddin (2011). Studi Islam Komperehensif, Jakarta: Kencana
Sani, R. A., & Kadri, M. (2016). Pendidikan Karater Mengembangkan Karakter Anak
yang Islami. Jakarta: Bumi Aksara.

Vicratina: Volume 6 Nomor 3, 2021 194

Anda mungkin juga menyukai