Ssyarnubi1,+journal+manager,+6 +syarnubi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....

87

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DALAM MEMBENTUK RELIGIUSITAS SISWA KELAS IV
DI SDN 2 PENGARAYAN

Abstract

Syarnubi This study aims to describe and analyze critically the


UIN Raden Fatah Palembang professionalism of teachers in the form of PAI religiosity fourth
email: grade students at SDN 2 Pengarayan. This research is a
[email protected]
qualitative research taking the location of SDN 2 Pengarayan.
Data collection are getting by observation, documentation and
interIVews. Data analysis were carried out by examining all
data, data reduction, data presentation, drawing conclusions
and verifying data. Data checking is done by triangulation with
two modes, namely using multiple sources and multiple
methods.
The results of the study show: (1) PAI teachers in SDN 2
Pengarayan are professional, which is indicated by haIVng four
competencies: pedagogic competency, personality competence,
professional competence and social competence. (2) PAI
teachers is forming the religiosity of fourth grade students in
SDN 2 Pengarayan through five dimensions of religiosity
(Belief, worship, appreciation, knowledge and experience),
using habituation methods related to four competencies as
follows : Pedagogical aspects: Prepare syllabus and lesson
plans. Personality Aspect: Making the dhuhur prayer schedule
in congregation and assistance, praying duha and reciting the
Asmaul Husna. Professional Aspects: BATUHA (Read Write Al-
Qur'an), PHBI (Commemoration of Islamic Day) and Muadzin.
Social Aspects: Making Tambourine Music Group, Ramadhan
pesantren and habit of greeting. (3) The obstacles faced by PAI
teachers in forming the religiosity of students in SDN 2
Pengarayan are the limitations of place, time and superIVsors,
the low support of parents when at home, the lack of
harmonious cooperation between parents of students and the
school, the cleanliness of places of worship become an obstacle
in the implementation of prayer serIVces.

Keywords: Professionalism, PAI Teachers, Religiosity


88 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....

PENDAHULUAN
Pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pengembangan kompetensi diri peserta
didik diharapkan untuk menyiapkan penerus bangsa ini siap menerima tantangan
apa pun di masa yang akan datang.
Pendidikan dapat dipandang sebagai proses penting untuk memenuhi janji
kemerdekaan. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan
yang juga berkualitas. Sebagai contoh, pada 1960-an, Korea Selatan masih
menjadi negara berkembang yang tidak diperhitungkan. Namun saat ini, Korea
Selatan menjadi negara industri yang diperhitungkan dalam percaturan global.
Korea selatan tidaklah mungkin bisa mengejar ketertinggalan tanpa kerja keras
lewat sektor pendidikan. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa
pendidikan adalah kunci kemajuan sebuah bangsa. Kemajuan bangsa Eropa
merupakan efek dari Reinessance (zaman pembaruan Eropa) yang mendorong
kebebasan berpikir. Selanjutnya, muncullah masyarakat terdidik yang mendorong
kemajuan bangsa Eropa. (Munif Chatib, 2012: xii)
Pendidikan (sekolah) merupakan salah satu faktor pembentuk religiusitas
seseorang. Pendidikan di sekolah terutama pendidikan agama mempunyai peranan
yang sangat besar di dalam membentuk religiusitas seseorang. Pengalaman agama
yang ia peroleh (pernah dilakukan) disekolah mempunyai dampak yang cukup
besar dalam praktek keagamaan seseorang di dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi
utama sekolah adalah sebagai media untuk merealisasikan pendidikan berdasarkan
tujuan pemikiran, akidah, syari’at demi terwujudnya penghambaan diri kepada
Allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat ayau
potensi manusia sesuai dengan fitrahnya sehingga manusia terhindar dari berbagai
penyimpangan.
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 89

Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam usaha membentuk


manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT, menghargai dan
mengamalkan ajaran agama dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maka dari itu Pendidikan Agama harus diajarkan pada anak sejak dini. Firman
Allah :
َّ َ ۡ َ َّ ۡ ُ ۡ َ َ َ َ
‫نس إَِّل ِِلَ ۡع ُب ُدو ِن‬‫ٱۡل‬
ِ ‫ٱۡلن و‬
ِ ‫وما خلقت‬
Artinya:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Dalam upaya mencapai pendidikan agama Islam berkualitas, harus dimulai


dengan guru pendidikan agama Islam yang berkualitas. Upaya meningkatkan
kualitas pendidikan agama Islam tanpa memperhitungkan guru agama Islam
secara nyata, hanya akan menghasilkan satu fatamorgana atau sesuatu yang semu
dan tipuan belaka.
Guru pendidikan agama Islam merupakan unsur utama dalam keseluruhan
proses pendidikan agama Islam. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi
slogan muluk karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan
ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan yaitu guru. Sosok guru
yang berakhlak kuat dan cerdas diharapkan mampu mengemban amanah dalam
mendidik peserta didiknya. Untuk menjadi guru atau tenaga pendidik yang handal
harus memiliki seperangkat kompetensi. Kompetensi utama yang harus melekat
pada tenaga pendidik adalah nilai-nilai keamanahan, keteladanan dan mampu
melakukan pendekatan pedagogis serta mampu berfikir dan bertindak tegas.
Ditengah-tengah perkembangan dunia yang begitu cepat dan semakin
canggih, prinsip-prinsip untuk membangun etika, nilai dan akhlak peserta didik
tetap harus dipegang. Akan tetapi perlu dilakukan dengan cara yang berbeda atau
kreatif sehingga mampu mengimbangi perubahan kehidupan. Guru harus memiliki
kemitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang
berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik. Pendidik juga harus mampu
menyiapkan peserta didik untuk bisa menangkap peluang dan kemajuan dunia
dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
90 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....

Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit sebagian generasi


muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya
kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, kriminalitas kekerasan dan
aneka perilaku kurang terpuji lainnya. Dilain pihak, tidak sedikit dari generasi
muda yang gagal menampilkan akhlak terpuji (akhlak mahmudah) sesuai harapan
orang tua. Kesopanan, sifat-sifat ramah, tenggang rasa, rendah hati, suka
menolong, solidaritas sosial dan sebagainya yang merupakan jati diri bangsa
berabad-abad seolah-olah kurang begitu melekat secara kuat dalam diri mereka.
Selama ini pendidikan yang dikembangkan lebih menekankan pada aspek
kognitif saja, kurang memperhatikan sisi afektif dan psikomotorik siswa.
Pelajaran agama seringkali dimaknai secara dangkal dan tekstual. nilai-nilai
agama yang ada hanya dihafal dan tidak diamalkan, padahal nilai-nilai religiusitas
tidak hanya tampak ketika seseorang melakukan praktek ritual peribadatan saja,
seperti sholat, berdo’a, puasa, zakat dan haji. Namun nilai religiusitas nampak
pada semua aktifitas keseharian seseorang yang mencerminkan unsur aqidah,
ibadah dan akhlak.
Pengelolaan pendidikan yang tidak serius akan memberikan dampak
negatif terhadap keberhasilan pendidikan. Dewasa ini pendidikan di Indonesia
belum dapat membawa kepada penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan
akhlak maupun moralitas bangsa.
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Disini peranan guru pendidikan agama Islam sangatlah penting untuk
menanamkan pendidikan akhlak pada siswa. Guru sebagai suri tauladan bagi
siswa-siswanya harus memberikan contoh akhlak yang baik sehingga bisa
mencetak dan membentuk generasi yang memiliki kepribadian baik pula.
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 91

Pembinaan akhlak peserta didik disekolah oleh guru pendidikan agama


islam merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka pembentukan akhlak
peserta didik yang identik dengan pembinaan akhlak mulia. Metode keteladanan
dan pembiasaan yang dilakukan oleh guru pendidikan agama islam sangat
berpengaruh terhadap kejiwaan siswa. Jika nilai religius sudah tertanam dalam diri
siswa dan di pupuk dengan baik maka dengan sendirinya akan tumbuh menjadi
pribadi yang baik.
Pemilihan SDN 2 Pengarayan sebagai objek penelitian karena ada hal yang
menarik dengan suasana religi yang ada di SDN 2 Pengarayan. Penulis heran,
bagaimana bisa sekolah umum (negeri) yang tidak berlatar belakang agama
namun tercermin suasana keagamaan yang tidak kalah jauh dengan sekolah
berasrama (boarding school) atau sekolah-sekolah yang berlatar belakang agama
atau sekolah-sekolah yang berlabel sekolah Islam Terpadu (IT). Padahal pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada di SDN 2 Pengarayan tidak jauh berbeda
dengan sekolah negeri pada umumnya, yakni hanya terbatas 2 jam pelajaran
dalam seminggu. Materi yang ada pun merupakan satu kesatuan yang utuh antara
materi ibadah, qur’an-hadits, akhlak, sejarah kebudayaan Islam yang tergabung
menjadi satu mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI).
Hal tersebut di atas dibuktikan dengan banyaknya siswi putri yang
berjilbab, kegiatan sholat dhuha yang berjalan tertib, kegiatan sholat jama’ah
dhuhur dan kegiatan keagamaan lainya. Terlintas dalam pikiran penulis, inilah
sekolah negeri yang bernuansa madrasah. Hal ini melatarbelakangi keinginan
penulis untuk mengetahui lebih jauh, bagaimana peran guru PAI dalam
membentuk akhlaksiswa, sehingga para siswa menjalankan ibadah keagamaan
yang di dasari oleh kesadaran dan kemauan dari para siswanya, bukan merupakan
paksaan dari gurunya. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui lebih jauh terkait
dengan akhlak para siswa apakah hanya sebatas pada kegiatan agama secara
formal saja (dapat diamati dan tampak atau terlihat oleh mata) atau nilai-nilai
akhlak sudah membentuk dalam diri siswa dan terwujud pada perilaku sehari-hari
siswa seperti kejujuran, kedisiplinan, ketaatan, kepatuhan dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu penelitian yang berkaitan dengan peran guru pendidikan agama
92 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....

islam dalam pembentukan religiusitas siswa di SDN 2 Pengarayan ini sangat


penting dilakukan.

METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
dimana dalam penelitian ini lebih menekankan pada makna dan proses daripada
hasil suatu aktiIVtas, serta data yang dihasilkan berupa data deskriptif bukan
angka-angka. Sedang jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis
deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata
cara kerja yang berlaku.
Tempat penelitian yang akan peneliti gunakan adalah SDN 2
Pengarayan, pemilihan SDN 2 Pengarayan sebagai objek penelitian karena ada hal
yang menarik dengan suasana religi yang ada di SDN 2 Pengarayan. Penulis
heran, bagaimana bisa sekolah umum (negeri) yang tidak berlatar belakang agama
namun tercermin suasana keagamaan yang tidak kalah jauh dengan sekolah
berasrama (boarding school) atau sekolah-sekolah yang berlatar belakang agama
atau sekolah-sekolah yang berlabel sekolah Islam Terpadu (IT). Sedangkan
Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar tahu dan
menguasai masalah, serta terlibat lansung dengan masalah penelitian. Informan
dalam penelitian ini yaitu guru yang mengampu mata pelajaran PAI di SDN 2
Pengarayan kelas IV adalah Hindun, S.Pd.I, pengalaman mengajar sudah 11
tahun. Sertifikasi pada tanggal 17 November 2016.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan
menelaah seluruh data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan
verifikasi terhadap data yang berhasil dikumpulkan. Pemeriksaan data dilakukan
dengan trianggulasi dengan dua modus, yakni menggunakan sumber ganda dan
metode ganda.
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 93

HASIL PENELITIAN
A. Profesionalisme Guru PAI di SDN 2 Pengarayan
Guru yang mengampu mata pelajaran PAI di SDN 2 Pengarayan kelas IV
adalah Hindun, S.Pd.I, pengalaman mengajar sudah 11 tahun. Sertifikasi pada
tanggal 17 November 2016. Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan Ibu
Hindun beliau berpendapat bahwa, profesionalisme adalah, “Melakukan tugas
atau pekerjaan sesuai dengan kemampuan (keahlian). Maksud dari penjelasan di
atas adalah seorang guru bekerja atau bertugas sesuai dengan keahlian atau
kemampuan dan mempunyai ilmu tentang kependidikan yang ditunjukkan dengan
adanya legalitas ijazah tertentu.” (Hasil wawancara dengan Ibu Hindun pada hari
Selasa tanggal 9 September 2018)
Untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh guru PAI SDN 2
Pengarayan dapat dilihat di dalam tabel sebagai berikut:
Kompetensi
Hindun, S.Pd.I
Pedagogik
Dari hasil observasi pembelajaran pada hari Senin tanggal 15 September
2018 dapat dilihat beberapa kompetensi yang dilakukan Ibu Hindun dalam
kompetensi pedagogik
diantaranya sebagai berikut:
a. Mampu mengkonsep pembelajaran dengan baik, yang ditunjukkan
dengan membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
b. Keterampilan bertanya dikuasai dengan baik, terlihat dalam
pembelajaran dengan adanya penyebaran, pemindahan giliran dan
pemberian waktu berpikir.
c. Mengadakan variasi metode sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah
satunya menggunakan metode demonstrasi, beliau langsung melibatkan
seluruh peserta didik seperti dalam pembelajaran salat.
d. Keterampilan memberi penguatan beliau menggunakan penguatan
verbal sekaligus non verbal yakni mendekati peserta didik memegang
94 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....

bahunya dengan mengucapkan bagus itu terlihat dalam pembelajaran


thaharah.
e. Mampu mengelola kelas dengan baik, itu terlihat proses pembelajaran
berjalan dengan efektif dan menyenangkan.
Kepribadian
Dari hasil Observasi pembelajaran Rabu 24 September 2018 yang penulis
lakukan, dapat dilihat beberapa kompetensi yang dimiliki Ibu Hindun
dalam kompetensi kepribadian
diantaranya sebagai berikut:
a. Ibu Hindun mempunyai kepribadian yang mantap, stabil, arif dan
berwibawa itu terlihat emosinya terjaga ketika menghadapi peserta didik
yang bermasalah dalam proses pembelajaran di kelas. Mempunyai etos
kerja yang tinggi dalam meningkatkan kualitas peserta didik,
mempunyai rasa bangga menjadi guru yang senantiasa tiada henti-
hentinya memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap peserta didik.
b. Terbuka menerima saran dan kritik dari peserta didik, itu terlihat dalam
proses pembelajaran beliau memberikan waktu luang atau kesempatan
untuk memberikan pendapat atau ide yang terkait dengan memajukan
dan meningkatkan dalam proses pembelajaran.
c. Dapat menjadi tauladan bagi peserta didik dengan menampilkan akhlak
yang baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
Profesional
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, dapat dilihat beberapa
kompetensi yang dilakukan Ibu Hindun dalam kompetensi professional
diantaranya sebagai berikut:
a. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam terhadap mata pelajaran
yang beliau ampu. Itu terlihat dalam proses pembelajaran, beliau mampu
mengkaitkan ilmu fiqih dengan disiplin ilmu lain. Contoh, waktu salat
dikaitkan dengan ilmu fisika, puasa dengan ilmu kesehatan, gerakan
salat dengan ilmu kesehatan dan jual beli dengan ilmu ekonomi.
b. Memahami jenis-jenis materi pembelajaran, yaitu dalam
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 95

mempertimbangkan validitas, keberartian, relevansi, kemenarikan dan


kepuasan materi yang akan diajarkan.
c. Mengurutkan dan mengorganisasikan materi pembelajaran.
Sosial
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, dapat dilihat beberapa
kompetensi yang dilakukan Ibu Hindun dalam kompetensi social
diantaranya sebagai berikut:
a. Mampu berinteraksi dengan baik dengan kepala sekolah, guru-guru,
peserta didik, karyawan dan masyarakat. Seperti saling bertukar
pendapat dengan guru mata pelajaran yang lain ketika jam istirahat,
berbagi cara mengatasi peserta didik yang bermasalah di dalam kelas,
bekerja sama dengan Waka Kurikulum terkait dengan penjadwalan salat
berjamaah dan salat duha.
b. Selain itu juga penulis mendapat keterangan Ibu Hindun aktif dalam
beberapa kegaitan yang ada di masyarakat, pengajian rutin, mengikuti
kegiatan Isra’ Mi’raj dll, dan aktif dalam kegaitan sosial seperti kerja
bakti dll.

B. Upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam membentuk religiusitas


siswa kelas IV di SDN 2 Pengarayan
Pertama, dimensi keyakinan. Berdasarkan wawancara dan pengamatan
yang penulis lakukan, cara yang dilakukan oleh guru PAI SDN 2 Pengarayan
dalam meyakinkan peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai agama yaitu
dengan akidah Islam.
Cara yang dilakukan oleh guru PAI SDN 2 Pengarayan dalam membentuk
keyakinan peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Salat. Peserta didik khidmat dalam menjalankan ibadah salat
2. Asmaul Husna. Peserta didik berdo’a dengan menggunakan nama-nama
Allah
3. BATUHA. Peserta didik dapat menghayati makna dari ayat Al-Qur’an
96 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....

4. PHBI. Peserta didik dapat memahami makna dari peringatan hari besar
Islam
5. Muadzin. Peserta didik mamahami bahwa panggilan salat telah
diperdengarkan.
6. Group musik rebana. Peserta didik memahami makna dari syair-syair yang
di lantunkan
7. Pesantren kilat. Peserta didik didoktrin untuk menjadi manusia yang
religius melalui kegiatan-kegiatan yang dapat membentuk religius peserta
didik. Seperti kultum (kuliah tujuh menit) yang disampaikan setelah salat
berjamaah.
8. Mengucapkan salam. Peserta didik dapat memahami makna yang
terkandung dalam pengucapan salam yakni dapat mempererat silaturahim.
Kedua, dimensi peribadatan atau praktek agama. Dalam hal ini guru PAI
SDN 2 Pengarayan memberikan buku aktivitas kegiatan keagamaan yang terkait
dengan ibadah seperti: puasa, salat duha, salat malam, salat berjamaah dan
tadarus. Sehingga dengan demikian peserta didik akan selalu beribadah, baik di
sekolah maupun di rumah.
Ketiga, dimensi pengetahuan. Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan yang penulis lakukan upaya yang dilakukan oleh guru PAI SDN 2
Pengarayan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik dengan cara membuat
kegiatan ilmiah di luar kelas. Seperti mengadakan pelatihan baca tulis huruf al-
Qur’an, ini dilakukan agar peserta didik dapat membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar. Mengadakan peringatakan hari besar Islam seperti Nuzul Qur’an, Isra’
Mi’raj. Ini dilakukan be rtujuan untuk menambah pengetahuan peserta didik dan
mengetahui makna dari Nuzul Qur’an dan Isra’Mi’raj tersebut.
Keempat, dimensi pengalaman. Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan yang penulis lakukan, penulis melihat peserta didik kelas IV di SDN
2 Pengarayan sudah mampu beribadah dengan ikhlas tanpa harus diawasi dan
diperintah oleh guru PAI SDN 2 Pengarayan. Ada beberapa cara yang dilakukan
guru PAI SDN 2 Pengarayan yang terkait dengan profesionalisme guru dalam
membentuk religiusitas diantaranya dengan dengan metode pembiasaan melalui
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 97

program kerja yang terkait empat kompetensi dengan indikator sebagai berikut:
(Dokumentasi, diambil dari data program kerja bidang keagamaan SDN 2
Pengarayan, pada hari Kamis 20 September 2018)

No Program Standar Kompetensi Dasar


Kerja kompetensi
1 Salat berjamaah Melaksanakan 1.1 Menjelaskan keutamaan
dan tata cara salat salat berjamaah
pendampingan berjamaah 1.2 Menjelaskan tata cara
menjadi makmum yang baik
2 Pembacaan Memahami 2.1 Menjelaskan keutamaan
nadham Asmaul nadham Asmaul Asmaul Husna
Husna Husna 2.2 Menyebutkan nadham
Asmaul Husna
3 BATUHA (Baca Melaksanakan 3.1 Menjelaskan hukum tajwid
Tulis Huruf Al- tata cara dalam membaca Al-Qur’an
Qur’an) membaca Al- 3.2 Menerapkan hukum tajwid
Qur’an dalam membaca Al-Qur’an
4 PHBI (Peringatan Memahami hari 4.1 Menjelaskan keutamaan
Hari Besar Islam) besar Islam hari besarIslam
4.2 Menjelaskan pentingnya
memperingati hari besar
Islam
5 Muadzin Melaksanakan 5.1 Menjelaskan taat cara adzan
tata cara adzan
6 Pembuatan group Memahami syair- 6.1 Memberikan contoh syair-
musik rebana syair Islami syair Islami
7 Pesantren kilat Memahami 7.1 Menjelaskan lingkungan
ramadhan lingkungan yang yang baik
Islami 7.2 Memberikan contoh
lingkungan yang baik
8 Mengucapkan Mendeskripsikan 8.1 Menjelaskan akhlak yang
salam akhlak yang baik baik
8.2 Memberikan contoh akhlak
yang baik.
kelima, dimensi penghayatan. Berdasarkan wawancara dan pengamatan
yang penulis lakukan, upaya yang dilakukan oleh guru PAI SDN 2 Pengarayan
agar peserta didik dapat menghayati aktiIVtas keagamaan yang telah mereka
lakukan dengan cara memberikan pemahaman agama sesuai dengan nilainya
seperti keutamaan-keutamaan ibadah sunnah yang telah mereka lakukan,
seperti: salat berjmaaah, salat duha dan puasa dan ibadah-ibadah sunnah lainnya.
98 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....

Ini dilakukan agar peserta didik dapat menghayati apa yang telah mereka lakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun untuk melihat penghayatan peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Salat. Khidmat dalam menjalankan ibadah salat
2. Adzan. Ketika adzan dzuhur berkumandang mereka pergi ke musola,
mengikuti salat dzuhur berjamaah dengan khidmat dan tertib’. Seperti yang
dikatakan oleh Ainun siswa kelas IV A SDN 2 Pengarayan, mengatakan:
“Ketika adzan dzuhur berkumandang saya langsung ke musola, bukan takut
karena guru atau dihukum akan tetapi saya lakukan itu, berdasarkan hati
nurani saya karena panggilan salat sudah dikumandangkan”. (Wawancara
dengan Ainun Siswa Kelas IV A SDN 2 Pengarayan pada hari Jum’at tanggal
21 September 2018 )
3. Asmaul Husna. Peserta didik mampu memaknai nama-nama Allah
4. BATUHA. Peserta didik memahami makna dari ayat al-Qur’an yang ia baca.
5. PHBI. Peserta didik memahami makna dari peringatan hari besar Islam
6. Group musik rebana. Peserta didik dapat melantunkan syair-syair lagu Islami
dan dapat mengambil makna yang terkandung dalam lagu-lagu Islami
tersebut.
7. Pesantren kilat. Dengan pembiasaaan lingkungan yang baik, peserta didik
akan terbiasa dengan hal yang baik.
8. Mengucapkan salam. Peserta didik mengucapkan salam ketika bertemu guru,
orang tua dan sahabatya.
C. Hambatan (kendala) yang di hadapi oleh guru PAI dalam membentuk
religiusitas siswa kelas IV SDN 2 Pengarayan
Dalam menerapkan suatu program kerja tentunya akan mengalami
berbagai kendala yang akan ditemui demikian juga guru PAI dihadapkan
dengan beberapa permaslahan yang menjadi kendala dalam membentuk
religiusitas siswa kelas IV SDN 2 Pengarayan.
Adapun hambatan (kendala) yang dialami guru PAI dalam membentuk
religiusitas siswa kelas IV di SDN 2 Pengarayan adalah sebagai berikut:
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 99

a. Keterbatasan tempat, waktu dan tenaga pengawas yang harus


mengawasi peserta didik kelas IV yang mencapai 144 peserta didik.
b. Rendahnya dukungan orang tua dalam membentuk religius siswa
ketika dirumah anaknya kurang diperhatikan karena disibukkan oleh
pekerjaan yang menyebabkan pengawasan dari orang tua tidak ada
ketika anak berada dirumah.
c. Belum adanya kerjasama yang harmonis antara orang tua siswa dengan
pihak sekolah untuk saling membantu dan mencari metode yang paling
tepat dalam menangani anak-anak yang tergolong nakal, karena orang
tua siswa merasa telah memberi tanggung jawab penuh kepada
sekolah, sehingga guru PAI sulit untuk mengetahui keadaan siswa
sewaktu di rumah, dan hal itu dapat menghambat kinerja guru PAI
dalam membentuk religiusitas siswa.
d. Kebersihan tempat beribadah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
ibadah salat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi serta
penganalisisan data yang dilakukan, penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan tentang profesionalisme guru PAI dalam membentuk religiusitas
siswa kelas IV di SDN 2 Pengarayan. Adapun kesimpulan tersebut sebagai
berikut:
1. Guru PAI di SDN 2 Pengarayan sudah profesional, yang ditunjukkan dengan
memiliki empat kompetensi yakni: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
2. Cara yang dilakukan oleh guru PAI dalam membentuk religiusitas siswa kelas
IV di SDN 2 Pengarayan melalui lima dimensi keberagamaan (keyakinan,
peribadatan, penghayatan, pengetahuan dan pengalaman), menggunakan
metode pembiasaan yang tertuang dalam program kerja terkait dengan empat
kompetensi adalah sebagai berikut: Aspek Pedagogik: Menyiapkan Silabus
dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Aspek Kepribadian:
100 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....

Pembuatan jadwal salat dzuhur berjamaah dan pendampingan, salat duha dan
pembacaan nadham Asmaul Husna. Aspek Profesional: BATUHA (Baca Tulis
Hururf Al-Qur’an), PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dan Muadzin. Aspek
Sosial: Pembuatan Group Musik Rebana, pesantern Kilat Ramadhan dan
pembiasaan mengucapkan salam.
3. Hambatan (kendala) yang di hadapi oleh guru PAI dalam membentuk
religiusitas siswa kelas IV SDN 2 Pengarayan adalah keterbatasan tempat,
waktu dan tenaga pengawas, rendahnya dukungan orang tua dalam
membentuk religius siswa ketika dirumah, belum adanya kerjasama yang
harmonis antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, Kebersihan tempat
beribadah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan ibadah salat.
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 101

DAFTAR PUSTAKA

A. Partanto, Pius dan M. Dahlan Al Barry , Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:


Akola, 1994
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006
Alma, Buchari, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
Bandung: Alfabeta, 2008
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002
Bugin, Burhan, Analisis dan Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005
_________, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial
lainnya, Jakarta: Kencana, 2007
Danim, Sudarman, Inovasi Pendidikan, Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Balai Pustaka, 1990.
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja
Rodaskarya, 2008
_________, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008
Herdananto, Bagus, Menjadi Guru Bermoral Profesional Disertai Peraturan
Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru, Yogyakarta: Kreasi Wacana,
2009
Harefa, Andrias, Membangkitkan Roh Profesionalisme, Jakarta: Gramedia:1999
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: Bumi Aksara, 1994
Jalaluddin, Psikologi Agama, Memahami perilaku keagamaan dengan
mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008
102 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....

Jamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2008
Kusnandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru,
Jakarta: PT Grapindo Persada, 2007
La Susilo Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005
Meleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006
________, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994
Miles, Mathew B, dkk, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press, 1993
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004
Mulkhan Abdul Munir, Religiusitas Iptek Rekontruksi Pendidikan dan Tradisi
Pesantren, Yogyakarta: Fak. Tarbiyah UIN-SUKA bekerja sama
dengan Pustaka Pelajar, 1998
Muslich, Mansur, Sertifikasi Guru menuju Profesionalisme Pendidik, Jakarta:
Bumi Aksara, 2007
Naim, Ngainun, Rekontruksi Pendidikan Nasional, Membangun Paradigma Yang
mencerahkan, Yogyakarta: Teras, 2009
Nasrori, Fuad, dkk., Mengembangkan Kreatifitas dalam Perspektif Psikologi
Islam, Yogyakarta: Menera Kudus, 2002
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran Implementasi Konsep, Karakteristik dan
Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Yogyakarta:
Teras, 2007
Nurdin, Muhammad, Kiat Menjadi Guru Profesional Yogyakarta:
Prismasophie, 2004
Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:
Ciputat Pers, 2002
Nizar Samsul Al- Rasyidin, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 103

Sudjana, nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru


Algesindo, 2005
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), Bandung: Alfabeta, 2008
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat Publising, 2006
Syaiful Bahri Djaramah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Undang-Undang Guru dan Dosen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Uhbiyati Nur Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2001
Usman, Uzer, Menjadi guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rodaskarya,
1995.

Anda mungkin juga menyukai