Ssyarnubi1,+journal+manager,+6 +syarnubi
Ssyarnubi1,+journal+manager,+6 +syarnubi
Ssyarnubi1,+journal+manager,+6 +syarnubi
87
Abstract
PENDAHULUAN
Pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pengembangan kompetensi diri peserta
didik diharapkan untuk menyiapkan penerus bangsa ini siap menerima tantangan
apa pun di masa yang akan datang.
Pendidikan dapat dipandang sebagai proses penting untuk memenuhi janji
kemerdekaan. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan
yang juga berkualitas. Sebagai contoh, pada 1960-an, Korea Selatan masih
menjadi negara berkembang yang tidak diperhitungkan. Namun saat ini, Korea
Selatan menjadi negara industri yang diperhitungkan dalam percaturan global.
Korea selatan tidaklah mungkin bisa mengejar ketertinggalan tanpa kerja keras
lewat sektor pendidikan. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa
pendidikan adalah kunci kemajuan sebuah bangsa. Kemajuan bangsa Eropa
merupakan efek dari Reinessance (zaman pembaruan Eropa) yang mendorong
kebebasan berpikir. Selanjutnya, muncullah masyarakat terdidik yang mendorong
kemajuan bangsa Eropa. (Munif Chatib, 2012: xii)
Pendidikan (sekolah) merupakan salah satu faktor pembentuk religiusitas
seseorang. Pendidikan di sekolah terutama pendidikan agama mempunyai peranan
yang sangat besar di dalam membentuk religiusitas seseorang. Pengalaman agama
yang ia peroleh (pernah dilakukan) disekolah mempunyai dampak yang cukup
besar dalam praktek keagamaan seseorang di dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi
utama sekolah adalah sebagai media untuk merealisasikan pendidikan berdasarkan
tujuan pemikiran, akidah, syari’at demi terwujudnya penghambaan diri kepada
Allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat ayau
potensi manusia sesuai dengan fitrahnya sehingga manusia terhindar dari berbagai
penyimpangan.
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 89
METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
dimana dalam penelitian ini lebih menekankan pada makna dan proses daripada
hasil suatu aktiIVtas, serta data yang dihasilkan berupa data deskriptif bukan
angka-angka. Sedang jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis
deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata
cara kerja yang berlaku.
Tempat penelitian yang akan peneliti gunakan adalah SDN 2
Pengarayan, pemilihan SDN 2 Pengarayan sebagai objek penelitian karena ada hal
yang menarik dengan suasana religi yang ada di SDN 2 Pengarayan. Penulis
heran, bagaimana bisa sekolah umum (negeri) yang tidak berlatar belakang agama
namun tercermin suasana keagamaan yang tidak kalah jauh dengan sekolah
berasrama (boarding school) atau sekolah-sekolah yang berlatar belakang agama
atau sekolah-sekolah yang berlabel sekolah Islam Terpadu (IT). Sedangkan
Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar tahu dan
menguasai masalah, serta terlibat lansung dengan masalah penelitian. Informan
dalam penelitian ini yaitu guru yang mengampu mata pelajaran PAI di SDN 2
Pengarayan kelas IV adalah Hindun, S.Pd.I, pengalaman mengajar sudah 11
tahun. Sertifikasi pada tanggal 17 November 2016.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan
menelaah seluruh data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan
verifikasi terhadap data yang berhasil dikumpulkan. Pemeriksaan data dilakukan
dengan trianggulasi dengan dua modus, yakni menggunakan sumber ganda dan
metode ganda.
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 93
HASIL PENELITIAN
A. Profesionalisme Guru PAI di SDN 2 Pengarayan
Guru yang mengampu mata pelajaran PAI di SDN 2 Pengarayan kelas IV
adalah Hindun, S.Pd.I, pengalaman mengajar sudah 11 tahun. Sertifikasi pada
tanggal 17 November 2016. Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan Ibu
Hindun beliau berpendapat bahwa, profesionalisme adalah, “Melakukan tugas
atau pekerjaan sesuai dengan kemampuan (keahlian). Maksud dari penjelasan di
atas adalah seorang guru bekerja atau bertugas sesuai dengan keahlian atau
kemampuan dan mempunyai ilmu tentang kependidikan yang ditunjukkan dengan
adanya legalitas ijazah tertentu.” (Hasil wawancara dengan Ibu Hindun pada hari
Selasa tanggal 9 September 2018)
Untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh guru PAI SDN 2
Pengarayan dapat dilihat di dalam tabel sebagai berikut:
Kompetensi
Hindun, S.Pd.I
Pedagogik
Dari hasil observasi pembelajaran pada hari Senin tanggal 15 September
2018 dapat dilihat beberapa kompetensi yang dilakukan Ibu Hindun dalam
kompetensi pedagogik
diantaranya sebagai berikut:
a. Mampu mengkonsep pembelajaran dengan baik, yang ditunjukkan
dengan membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
b. Keterampilan bertanya dikuasai dengan baik, terlihat dalam
pembelajaran dengan adanya penyebaran, pemindahan giliran dan
pemberian waktu berpikir.
c. Mengadakan variasi metode sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah
satunya menggunakan metode demonstrasi, beliau langsung melibatkan
seluruh peserta didik seperti dalam pembelajaran salat.
d. Keterampilan memberi penguatan beliau menggunakan penguatan
verbal sekaligus non verbal yakni mendekati peserta didik memegang
94 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....
4. PHBI. Peserta didik dapat memahami makna dari peringatan hari besar
Islam
5. Muadzin. Peserta didik mamahami bahwa panggilan salat telah
diperdengarkan.
6. Group musik rebana. Peserta didik memahami makna dari syair-syair yang
di lantunkan
7. Pesantren kilat. Peserta didik didoktrin untuk menjadi manusia yang
religius melalui kegiatan-kegiatan yang dapat membentuk religius peserta
didik. Seperti kultum (kuliah tujuh menit) yang disampaikan setelah salat
berjamaah.
8. Mengucapkan salam. Peserta didik dapat memahami makna yang
terkandung dalam pengucapan salam yakni dapat mempererat silaturahim.
Kedua, dimensi peribadatan atau praktek agama. Dalam hal ini guru PAI
SDN 2 Pengarayan memberikan buku aktivitas kegiatan keagamaan yang terkait
dengan ibadah seperti: puasa, salat duha, salat malam, salat berjamaah dan
tadarus. Sehingga dengan demikian peserta didik akan selalu beribadah, baik di
sekolah maupun di rumah.
Ketiga, dimensi pengetahuan. Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan yang penulis lakukan upaya yang dilakukan oleh guru PAI SDN 2
Pengarayan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik dengan cara membuat
kegiatan ilmiah di luar kelas. Seperti mengadakan pelatihan baca tulis huruf al-
Qur’an, ini dilakukan agar peserta didik dapat membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar. Mengadakan peringatakan hari besar Islam seperti Nuzul Qur’an, Isra’
Mi’raj. Ini dilakukan be rtujuan untuk menambah pengetahuan peserta didik dan
mengetahui makna dari Nuzul Qur’an dan Isra’Mi’raj tersebut.
Keempat, dimensi pengalaman. Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan yang penulis lakukan, penulis melihat peserta didik kelas IV di SDN
2 Pengarayan sudah mampu beribadah dengan ikhlas tanpa harus diawasi dan
diperintah oleh guru PAI SDN 2 Pengarayan. Ada beberapa cara yang dilakukan
guru PAI SDN 2 Pengarayan yang terkait dengan profesionalisme guru dalam
membentuk religiusitas diantaranya dengan dengan metode pembiasaan melalui
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 97
program kerja yang terkait empat kompetensi dengan indikator sebagai berikut:
(Dokumentasi, diambil dari data program kerja bidang keagamaan SDN 2
Pengarayan, pada hari Kamis 20 September 2018)
Ini dilakukan agar peserta didik dapat menghayati apa yang telah mereka lakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun untuk melihat penghayatan peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Salat. Khidmat dalam menjalankan ibadah salat
2. Adzan. Ketika adzan dzuhur berkumandang mereka pergi ke musola,
mengikuti salat dzuhur berjamaah dengan khidmat dan tertib’. Seperti yang
dikatakan oleh Ainun siswa kelas IV A SDN 2 Pengarayan, mengatakan:
“Ketika adzan dzuhur berkumandang saya langsung ke musola, bukan takut
karena guru atau dihukum akan tetapi saya lakukan itu, berdasarkan hati
nurani saya karena panggilan salat sudah dikumandangkan”. (Wawancara
dengan Ainun Siswa Kelas IV A SDN 2 Pengarayan pada hari Jum’at tanggal
21 September 2018 )
3. Asmaul Husna. Peserta didik mampu memaknai nama-nama Allah
4. BATUHA. Peserta didik memahami makna dari ayat al-Qur’an yang ia baca.
5. PHBI. Peserta didik memahami makna dari peringatan hari besar Islam
6. Group musik rebana. Peserta didik dapat melantunkan syair-syair lagu Islami
dan dapat mengambil makna yang terkandung dalam lagu-lagu Islami
tersebut.
7. Pesantren kilat. Dengan pembiasaaan lingkungan yang baik, peserta didik
akan terbiasa dengan hal yang baik.
8. Mengucapkan salam. Peserta didik mengucapkan salam ketika bertemu guru,
orang tua dan sahabatya.
C. Hambatan (kendala) yang di hadapi oleh guru PAI dalam membentuk
religiusitas siswa kelas IV SDN 2 Pengarayan
Dalam menerapkan suatu program kerja tentunya akan mengalami
berbagai kendala yang akan ditemui demikian juga guru PAI dihadapkan
dengan beberapa permaslahan yang menjadi kendala dalam membentuk
religiusitas siswa kelas IV SDN 2 Pengarayan.
Adapun hambatan (kendala) yang dialami guru PAI dalam membentuk
religiusitas siswa kelas IV di SDN 2 Pengarayan adalah sebagai berikut:
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 99
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi serta
penganalisisan data yang dilakukan, penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan tentang profesionalisme guru PAI dalam membentuk religiusitas
siswa kelas IV di SDN 2 Pengarayan. Adapun kesimpulan tersebut sebagai
berikut:
1. Guru PAI di SDN 2 Pengarayan sudah profesional, yang ditunjukkan dengan
memiliki empat kompetensi yakni: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
2. Cara yang dilakukan oleh guru PAI dalam membentuk religiusitas siswa kelas
IV di SDN 2 Pengarayan melalui lima dimensi keberagamaan (keyakinan,
peribadatan, penghayatan, pengetahuan dan pengalaman), menggunakan
metode pembiasaan yang tertuang dalam program kerja terkait dengan empat
kompetensi adalah sebagai berikut: Aspek Pedagogik: Menyiapkan Silabus
dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Aspek Kepribadian:
100 Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama....
Pembuatan jadwal salat dzuhur berjamaah dan pendampingan, salat duha dan
pembacaan nadham Asmaul Husna. Aspek Profesional: BATUHA (Baca Tulis
Hururf Al-Qur’an), PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dan Muadzin. Aspek
Sosial: Pembuatan Group Musik Rebana, pesantern Kilat Ramadhan dan
pembiasaan mengucapkan salam.
3. Hambatan (kendala) yang di hadapi oleh guru PAI dalam membentuk
religiusitas siswa kelas IV SDN 2 Pengarayan adalah keterbatasan tempat,
waktu dan tenaga pengawas, rendahnya dukungan orang tua dalam
membentuk religius siswa ketika dirumah, belum adanya kerjasama yang
harmonis antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, Kebersihan tempat
beribadah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan ibadah salat.
Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Profesionalisme Guru Pendidikan Agama.... 101
DAFTAR PUSTAKA