Ashif Penghayatan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Pemahaman dan Penghayatan Peserta Didik tentang Ibadah

dalam Pembelajaran Fiqih di MI Manafiul Ulum Gebog Kudus

Ashif Az Zafi
Institut Agama Islam negeri (IAIN) Kudus
Jl. Conge Ngembal Rejo, Kudus, Jawa Tengah
[email protected]

Received: Jan 23, 2020 Revised: March 12, 2020 Accepted: April 10, 2020

Abstract
The purpose of this research was to find out what are the practices of students’ worship and how
students understand and appreciate their worship. This research was a field research with qualitative
data analysis. Data analysis was carried out through some steps, namely data collection, data
reduction, data presentation and conclusion drawing. Test the validity of the data using triangulation.
The results of this study showed that the worship activities taught and accustomed to students were
prayer, fasting, daily prayer, reading and memorizing the Qur’an. The students understood the laws of
worship such as compulsory, sunna, sin, reward, heaven and hell. However, they do not yet understand
about the purpose and benefits of worship that it does. The practice of worship of students was classified
as obedient and has become a daily habit. This shows that the practice of students’ worship has become
a personality (being / moral action) but is still weak in understanding (moral knowledge) and has not
yet reached awareness (moral feelings).
Keywords: understanding of worship, appreciation of worship, value education, Madrasah
Ibtidaiyah

Abstrak
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja pengamalan ibadah
peserta didik dan bagaimana pemahaman serta penghayatan peserta didik tentang ibadah
yang dilaksanakannya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan analisis data
kualitatif. Analisis data dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan datanya menggunakan triangulasi. Hasil dari
penelitian ini adalah ibadah yang diajarkan dan dibiasakan kepada peserta didik adalah
salat, puasa, doa harian, membaca dan menghafal Al Quran. Pemahaman peserta didik
tentang pengamalan ibadah sudah paham mengenai hukum ibadah seperti wajib, sunah,
dosa, pahala, surga dan neraka. Namun peserta didik belum memahami tentang tujuan
dan manfaat ibadah yang dilaksanakannya. Pengamalan ibadah peserta didik tergolong
taat dan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa pengamalan ibadah
peserta didik sudah menjadi kepribadian (being/tindakan moral) namun masih lemah dalam
pemahaman (pengetahuan moral) dan belum mencapai kesadaran (perasaan moral).
Kata Kunci: pemahaman ibadah, penghayatan ibadah, pendidikan nilai, Madrasah Ibtidaiyah

-47-
48| Elementary Vol. 6 No. 1, January-June 2020

Pendahuluan Proses tersebut akan mempengaruhi pribadi


Era disrupsi menimbulakan positive anak dan perkembangan sosialnya 1.
effect dan negative effect. Ciri dari era disrupsi Pendidikan adalah kebutuhan setiap
adalah cepatnya informasi didapat oleh individu dan kebutuhan masyarakat.
semua kalangan, tidak terkecuali oleh anak Kebutuhan akan pendidikan tidak dapat
usia sekolah dasar. Dampak dari cepatnya tergantikan dengan yang lain. Pendidikan
pertukaran informasi terhadap anak usia digunakan sebagai pengembangan kualitas,
sekolah dasar adalah mereka akan semakin pontensi dan bakat diri pada setiap manusia.
banyak mendpaatkan infromasi tetapi kurang Pendidikan membentuk individu menjadi
bisa dalam melakukan filter informasi tersebut. pribadi yang utuh. Menjadi manusia yang tidak
Permasalahan ini berusaha diselesaikan oleh mengetahui menjadi mengetahui, yang bodoh
sekolah-sekolah Islam dengan memberikan menjadi pintar, yang tidak paham menjadi
materi agama (akhlak dan ibadah). Sehingga paham. Pendidikan membentuk manusia
orang tua banyak memilih sekolah-sekolah memiliki jasmani dan rohani yang paripurna.
Islam atau madrasah mengedepankan materi Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
agama. Sekolah Islam dan Madrasahpun dua aspek penting yang ada di dalam diri
juga berbenah diri dalam memberikan materi manusia. Kedua aspek itu adalah aspek rohani
agama agar dapat membentuk karakter peserta dan pendidikan bersifat lahiriyah. Pendidikan
didiknya. Hal terseut sesuai dengan sasaran yang ditujukan untuk mengembangkan aspek
dan tujuan utama pendidikan. rohani merujuk kepada kualitas kepribadian,
Pendidikan merupakan bidang yang akhlak, perilaku, dan karakter peserta
sangat penting bagi kehidupan manusia. didik 2. Pendidikan yang ditujukan untuk
Kemajuan suatu bangsa atau negara ditentukan mengembangkan aspek jasmani, seperti
oleh kemajuan pendidikannya. Pendidikan keterampilan, kesehatan, cakap, kreatif,
berperan dalam mengembangkan potensi inovatif. Pengembangan tersebut dilakukan
manusia. Manusia yang beradab yaitu manusia melalui kegiatan, intrakurkuler, kokurikuler
yang memiliki kualitas ilmu pengetahuan dan dan ekstrakurikuler di dalam sekolah atau
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal madrasah. Selain itu juga dikembangkan di
itu sesuai dengan Undang-undang Sistem dalam keluarga, dan masyarakat.
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang Pendidikan seharusnya berorientasi
mengatakan bahwa “Pendidikan Nasional kepada pengenalan realitas diri manusia dan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan dirinya sendiri. Pengenalan itu tidak cukup
membentuk watak serta peradaban bangsa hanya bersifat objektif atau bersifat subjektif
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan saja, tetapi harus kedua-duanya. Kebutuhan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk objektif untuk mengubah keadaan yang tidak
berkembangnya potensi peserta didik agar manusiawi selalu memerlukan kemampuan
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa subjektif (kesadaran subjektif). Maka dari itu
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak kedua kemampuan ini perlu dilaksanakan
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, secara berbarengan. Tujuan pendidikan
dan menjadi warga negara yang demokratis Islam pada umumnya untuk mencapai
serta bertanggung jawab.” Pendidikan pertumbuhan kepribadian manusia secara
persekolahan merupakan kelanjutan dari
pendidikan yang berlangsing di dalam keluarga
1
Burhanudin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-
Dasar Ilmu Mendidik) (Jakarta: Rineka Cipta, 2000).
dan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga 2
M Saeidi and M Ajilian, “Rights of Children
formal sebagai tempat proses sosialisasi anak. and Parents in Holy Quran,” Farhangi International
Journal, 2014, http://eprints.mums.ac.ir/6833/.
Pemahaman dan Penghayatan Peserta Didik tentang Ibadah.... |49

utuh dan seimbang melalui pendidikan jiwa, satunya dengan memasukkan anak ke dalam
intelektual, rasional, afektif, dan indera 3. Oleh jenjang pendidikan formal atau non formal.
karena itu, pendidikan Islam harus mencapai Penanaman nilai agama berupa pemahaman
tingkat perkembangan manusia dalam berbagi dan pelaksanaan ibadah kepada mereka
bidangnya, baik secara spiritual, kecerdasan merupakan syarat mutlak untuk mendapat
intelektual, imajinatif, jasmani, ilmiah, nilai keharmonisan dalam menjalani kehidupan
kemapuan berbahasa, secara individu maupun di dunia dan akhirat. Pelaksanaan ibadah
kelompok, serta mendorong semua aspek harus diajarkan dan dibiasakan. Pelaksanaan
tersebut menjadi baik dan sempur. Tujuan tersebut juga harus diiringi dengan penanaman
akhir pendidikan Islam terecermin dalam pemahaman peserta didik agar dapat dijadikan
penghambaan yang sempurna kepada Allah pondasi sehingga mereka tidak keluar dari
swt., baik secara individu, komunitas, maupun ajaran-ajaran agama 5. Pada tingkatan sekolah
seluruh umat manusia. dasar atau Madrasah Ibtidaiyah mata pelajaran
Ilmu Pendidikan Islam sebagai suatu Pendidikan Agama Islam diajarkan sejak kelas
proses pengembangan potensi kreatifitas satu sampai kelas enam. Pelajaran ini berisikan
peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan tentang keimanan, akhlak, alqur’an hadits,
manusia yang beriman dan bertakwa kepada ibadah dan sejarah kebudayaan Islam. Yang juga
Allah SWT, cerdas, terampil, memiliki etos di dalamnya menyangkut teori hukum Islam
kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, yaitu tentang kewajiban manusia. Khususnya
mandiri dan tanggung jawab terhadap kewajiban individual kepada Allah SWT.
dirinya, bangsa negara serta agama. Proses itu Proses pendidikan adalah suatu proses
sendri sudah berlangsung sepanjang sejarah pengembangan kemampuan dasar atau
kehidupan manusia. Ilmu pendidikan islam bakat manusia maka dengan sendirinya
merupakan prinsip, struktur metodologi, proses tersebut akan berjalan sesuai dengan
dan objek yang memiliki karakteristik teori perkembangan. Salah satu teori
pengembangan ilmu islam 4. Oleh karena itu perkembangannya yaitu hukum kesatuan
pengembangan pendidikan islam adalah upaya organis, yang menyatakan bahwa perkembangan
memperjuangkan sebuah sistem pendidikan manusia berjalan secara menyeluruh dalam
penyelesaian semua problematika kehidupan seluruh organ-organnya, baik organ jasmaninya
yang mereka hadapi sehari-hari. maupun organ rohaninya, jadi menurut
Tujuan utama dari pemahaman teori ini bahwa perkembangan tidak berdiri
Pendidikan Islam adalah pembentukan sikap, sendiri tetapi semua organ berkembang secara
perilaku, akhlak dan mentak peserta didik dalam bersama. Fungsi kejiwaan manusia berkembang
hubungannya dengan tuhan, masyarakat, alam dan berkaitan satu sama lain. Fungsi ini saling
dan semua makhluk. Anak merupakan aset mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
masa depan, anak harus dididik secara benar Demikian pula fungsi-fungsi organ tubuhnya.
dengan memperhatikan minat dan bakatnya Fungsi-fungsi kejiwaan manusia meliputi
agar bakat mereka tersalurkan dalam kegiatan antara lain pikiran, kemauan, perasaan, ingatan
yang positif. Cara untuk mendidik anak salah dan nafsu-nafsu yang senantiasa berkembang
secara menyeluruh, tidak terpisah antar yang
3
Samhi Muawan Djamal, “Pelaksanaan Nilai- satu dengan lainnya atau tidak berdiri sendri 6.
Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan Masyarakat Di
Desa Garuntungan Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba,” Journal.Uin-Alauddin.Ac.Id 17 (2017), 5
Saeidi and Ajilian, “Rights of Children and
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/ Parents in Holy Quran.”
article/view/3648. 6
Martin E. P. Seligman et al., “Positive Education:
4
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Positive Psychology and Classroom Interventions,”
Bumi Aksara, 2008). Oxford Review of Education 35, no. 3 (June 2009): 293–311,
50| Elementary Vol. 6 No. 1, January-June 2020

Madrasah sebagai salah satu bentuk tercemar oleh pengukuran formal. Penelitian
pendidikan Islam bertugas membentuk didasarkan pada persepsi emik untuk
perilaku beragama. Perilaku beragama mengungkapkan dan mengurangi sistem dan
peserta didik merupakan hasil pembelajaran perilaku bersama satuan strukturnya dan
pendidikan agama di madrasah atau sekolah. kelompok struktur satuan-satuan itu. Teknik
Perilaku agama ditunjukkan dengan segala pengumpulan data yang digunakan yaitu
tindakan, perbuatan, dan ucapan yang sesuai wawancara dan observasi yaitu teknik tanya
dengan norma-norma agama, baik berupa jawab secara langsung atau secara lisan serta
perintah ataupun larangan. Perilaku beragama pengamatan langsung di MI NU Manafiul
yang dilakukan tersebut dilaksanakan karena Ulum Gebog Kudus.
adanya kepercayaan kepada Allah Swt. atas
ajaran dan kewajiban-kewajiban sebagai Metode
hamba-Nya 7. Namun pada sisi lain ketika Penelitian ini merupakan penelitian
membicarakan mengenai pendidikan pada lapangan yang diadakan di MI Manafiul
tingkat dasar lebih banyak dilaksanakan dengan Ulum Gebog Kudus. Analisis data yang
pembiasaan terlebih dahulu baru pemahaman digunakan adalah analisis data kualitatif. Data
peserta didik. Bahkan terkadang peserta didik diperoleh melalui proses wawancara dengan
belum memahami terhadap ibadah atau ajaran kepala sekolah, guru dan peserta didik di
agama yang dilaksanakannya. Hal tersebut madrasah. Selain itu juga diadakan observasi
seperti penelitian yang menunjukkan bahwa dan dokumentasi. Proses analisis datanya
pada jenjang anak prasekolah pembiasaan menggunakan langkah-langkah berupa
perilaku ibadah lebih baik dalam membentuk pengumpulan data, reduksi data, penyajian
karakter peserta didik daripada daripada data dan penarikan kesimpulan. Metode
pemaknaan terhadap ibadah tersebut 8. Hal berpikir yang digunakan merupakan metode
ini menjadi menarik untuk diteliti, bagaimana berpikir induktif yang berarti penarikan
pemahaman peserta didik pada tingkat kesimpulan dari data-data khusus dilapangan
dasar tentang pengamalan ibadah yang telah ditarik menjadi data yang bersifat umum. Uji
dilakukannya. keabsahan datanya menggunakan triangulasi.
Penelitian ini merupakan penelitian
Hasil dan Pembahasan
kualitatif karena data hasil penelitian lebih
Pengamalan Ibadah Peserta Didik
berkenaan dengan interprestasi terhadap data
yang ditemukan di lapangan 9. Diharapkan Pengamalan berasal dari kata amal
terangkat gambaran mengenai kualitas, realitas yang berarti perbuatan atau pekerjaan,
sosial dan persepsi sasaran penelitian tanpa mendapan imbuhan pe-an yang mempunyai
arti hal atau perbuatan yang diamalkan 10.
https://doi.org/10.1080/03054980902934563. Pengamalan adalah proses perbuatan atau
7
Sovia Mas Ayu, “Evaluasi Program Praktek pelaksanaan suatu kegiatan, tugas atau
Pengamalan Ibadah Di Sekolah Dasar Ar-Raudah Bandar
Lampung,” Ejournal.Radenintan.Ac.Id 8 (2017), http:// kewajiban. Pengamalan berasal dari kata
www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadzkiyyah/ dasar amal, yang mempunyai arti perbuatan
article/view/2092.
8
Radjasa Radjasa, Sri Sumarni, and Istiningsih baik yang mendatangkan pahala, sedangkan
Istiningsih, “Developing Character Education pengamalan itu sendiri mempunyai arti proses
Grounded on ‘Abk’ (Attitude Before Knowledge) Model
(perbuatan) mengamalkan, melaksanakan,
for Kindergarten at Raudlatul Athfal State Islamic
University „Sunan Kalijaga‟ Indonesia,” IOSR Journal of pelaksanaan, penerapan atau proses
Research & Method in Education (IOSRJRME) 07, no. 01
(2017): 04–11, https://doi.org/10.9790/7388-0701040411.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif 10
Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011). (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Pemahaman dan Penghayatan Peserta Didik tentang Ibadah.... |51

(perbuatan) menunaikan kewajiban atau tugas Upaya-upaya yang dilakukan madrasah


11
. Pengamalan dan pengertian ibadah, maka dalam membantu peserta didik dalam
pengertian pengamalan ibadah yakni perbuatan pengamalan ibadah dapat diketahui melalui
yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha wawancara berikut ini: “Sebelum pelajaran
menghubungkan dan mendekatkan diri dimulai dalam mata pelajaran pendidikan
kepada Allah SWT dengan taat melaksanakan agama Islam dan pelajaran yang lainnya
segala perintah dan anjurannya serta menjauhi ketika memasuki kelas, semua peserta didik
segala larangannya. diwajibkan membaca ayat-ayat Al Qur’an
Jika kita renungi hakikat ibadah, (Juz ‘Amma) dengan bersama-sama. Hal ini
kita pun yakin bahwa perintah beribadah dilakukan agar peserta didik hafal dengan
itu pada hakikatnya berupa peringatan, surat-surat pendek dan juga membiasakan
memperingatkan kita menunaikan kewajiban peserta didik membaca Al Qur’an tidak hanya
terhadap Allah yang telah melimpahkan di madrasah saja.“
karunia-Nya. Firman Allah swt : Disamping itu melakukan variasi
belajar, yaitu dengam mengajak seluruh
‫ﮜﮝﮞﮟﮠﮡ ﮢﮣﮤ‬ peserta didik ke Musholla untuk melakukan
‫ﮥﮦﮧ‬ kegiatan belajar mengajar di Mushalla. Tetapi
sebelum melakukan pelajaran saya wajibkan
Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
Yang telah menciptakanmu dan orangorang yang seluruh peserta didik mengerjakan shalat
sebelummu, agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah Duha berjama’ah. Sedangkan menurut Guru
/ 2: 21) pendidikan agama Islam MI Nu Manafiul
Ulum Gebog Kudus berkata bahwa: “Upaya
Ibadah mempunyai tujuan pokok dan
kami selaku guru pendidikan agama Islam,
tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah
selain melakukan upaya yang ada dalam
menghadapkan diri kepada Allah yang Maha
proses belajar mengajar, kami juga memberikan
Esa dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya
pembinaan atau program-program kegiatan
dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan
yang sifatnya keagamaan. Upaya yang
itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi
dilakukan madrasah, khususnya guru
di akhirat. Sedangkan tujuan tambahan adalah
Pendidikan Agama Islam dalam membantu
agar terciptanya kemaslahatan diri manusia
pengamalan ibadah pada peserta didik secara
dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat
khusus yang dilakukan dalam proses belajar
umpamanya, disyari’atkan pada dasarnya
mengajar, juga perlu didukung oleh kegiatan-
bertujuan untuk menundukkan diri kepada
kegiatan yang diadakan oleh madrasah.
Allah SWT dengan ikhlas, mengingatkan diri
dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
antara lain adalah untuk menghindarkan diri guru pendidikan agama Islam selaku guru
dari perbuatan keji dan munkar 12. pengajar mata pelajaran pendidikan agama
Islam, maupun kegiatan yang diadakan oleh
pihak madrasah, diharapkan dapat tertanam
11
Khoirus Sobirin, “Pemahaman Kitab Fatkhul
Mu’in, Pengamalan Thaharah Dan Shalat Fardlu:(Sebuah dalam masing-masing individu. Sebagai
Penelitian Korelasi Dalam Pendidikan Agama Islam),” bukti yang kuat dalam pelaksanaan sebagai
Qolamuna 1 (2016), http://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.
php/qolamuna/article/download/18/16.
kegiatan keagamaan sebagai salah satu upaya
12
Bayu Prafitri and Subekti, “METODE guru dalam proses pengamalan ibadah pada
PEMBINAAN AKHLAK DALAM PENINGKATAN peserta didik. Hasil dari pengamatan dan
PENGAMALAN IBADAH PESERTA DIDIK DI SMP
N 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR,” Jurnal. wawancara, bahwa guru ternyata tidak hanya
Iain-Padangsidimpuan.Ac.Id 4 (2018), http://jurnal.iain- mengajar berdasarkan yang ada di dalam
padangsidimpuan.ac.id/index.php/F/article/view/954.
52| Elementary Vol. 6 No. 1, January-June 2020

kelas saja. Akan tetapi keberadaan guru sangat waktu, dan kelas IV sampai dengan kelas VI
suka begaul dengan para peserta didik ketika mandiri 5 waktu dan diusahakan berjamaah.
jam stirahat. Hal yang dilakukan guru adalah Sedangkan untuk S}alat Jum’at berlaku bagi
memberikan pemahaman-pemahaman yang para peserta didik putera kelas III-VI.
berhubungan dengan keagamaan. Contohnya S}alat Jum’at dilakukan di masjid
mengulas kembali pelajaran yang telah lingkungan tempat tinggal peserta didik di
dipelajari di kelas, memberikan pemahaman- bawah kontrol guru-guru dan orang tua,
pemahaman tentang agama, bercerita tentang dengan mengisi laporan ibadah S}alat Jum’at
kisah-kisah, bahkan guru menerima cerita hati yang di tandatangani oleh imam S}alat jum’at.
yang kadang-kadang dialami oleh salah satu Kemudian S}alat sunnah yang dibiasakan yaitu
peserta didik. S}alat D}uha dan Tahajud. S}alat D}uha ini rutin
Jadi upaya guru dalam membantu dilakukan sebelum masuk kelas, dari mulai
peserta didik dalam pengamalan ibadah adalah kelas III sampai kelas VI. Dalam kontrol guru
dengan cara mengadakan pembelajaran yang kelas masing-masing. Dalam kesehariannya
tidak monoton sehingga dapat menjadikan (diwaktu libur), S}alat D}uha ditekankan bagi
peserta didik sering bosan. Selain itu guru kelas IV sampai kelas VI. Dengan pengawasan
agama juga tidak hanya memperhatikan orang tuanya dengan mengisi buku atau
peserta didik melalui pelajaran formal yang raport harian. Guru Pendidikan Agama
ada di kelas saja, tetapi juga memperhatikan Islam Ibu Eka Menerangkan bahwa, sebagai
peserta didiknya ketika dalam keadaan di tindak lanjut dari program madrasah yaitu
luar jam pelajaran. Perhatian itu dapat berupa menerapkan pembiasaan pengamalan ibadah
teguran kepada peserta didik jika ada yang yaitu pengamalan S}alat, baik itu S}alat wajib dan
berbuat salah, berkumpul dengan peserta S}alat sunnah itu sangat di tekankan sehingga
didik pada jam Istirahat, dan lain-lain. Ibadah diperlukan adanya kerja sama antara madrasah
disini yaitu terkait amalan-amalan agama dengan wali murid agar tujuan dari pengamalan
dalam kehidupan sehari-hari. S}alat itu tercapai. Setiap kegiatan pengamalan
a. Shalat di rumah pihak madrasah mengadakan buku
ibadah yang nantinya diisi oleh peserta didik
Pengamalan s}alat yang dilaksanakan
dan ditanda tangani oleh orang tua. Untuk S}alat
yaitu S}alat Dzuhur untuk shalat wajib, S}alat
Jum’at keterangan ditanda tangani oleh khatib
Jum’at bagi para peserta didik putera dan S}
atau imam S}alat jum’at. S}alat sunnah D}uha
alat D}uha untuk S}alat sunnahnya. Pengamalan
dilakukan di madrasah bersama-sama sebelum
ini dilakukan dengan cara S}alat Dzuhur ini
masuk ke kelas.
dilakukan di mushola atau di masjid dekat
madrasah sewaktu peserta didik beranjak b. Puasa Ramadhan
pulang dari madrasah. Pengawasan dilakukan Puasa merupakan salah satu dari
oleh guru kelas masing-masing dengan rincian pengamalan ibadah yang harus dibiasakan.
untuk S}alat Áshar, Maghrib, Ìsya dan Subuh pembiasaan puasa ramadhan peserta didik
dilakukan di rumah dengan kontrol orang tua dibekali dengan pengetahuan tentang puasa
yang diharapkan mau bekerja sama dengan di madrasah dan dalam pelaksanaannya
pihak madrasah, untuk selalu memantau S} dibantu pengawasannya oleh orang tua
alat putera-puteri mereka di rumah, yaitu peserta didik masing-masing. Pihak madrasah
dengan mengisi buku/raport harian yang telah mengontrol melalui melalui buku ibadah yang
disediakan oleh pihak madrasah. Pembiasaan sudah disediakan oleh madrasah untuk diisi
s}alat ini, bagi kelas I minimal 3 waktu, kelas dan diketahui oleh orang tua peserta didik.
II latihan 5 waktu, kelas III mulai disiplin 5 Untuk pelaksanaan ibadah pada bulan puasa
Pemahaman dan Penghayatan Peserta Didik tentang Ibadah.... |53

lainnya seperti pelaksanaan S}alat taraweh e. Pembiasaan menghafal Al-Qur’an


di masjid dengan disertakan tanda tangan MI NU Manafiul ulum merupakan
imam taraweh. madrasah yang mengutamakan Al-Qur’an
c. Pembiasaan Doa Harian di dalam kurikulum khas yaitu diantaranya
Doa harian yang dibiasakan do’a sebelum dalam kegiatan membaca Al-Qur’an binazar
memulai dan sesudah pelajaran di kelas, yang dan membaca Al-Quran dengan menghafal.
dilakukan setiap hari di kelas masing-masing Adapun kegiatan membaca Al-Qur’an pada
di bawah kontrol guru dan dipimpin oleh peserta didik berdasarkan tingkat usia dan
beberapa peserta didik secara bergantian, do’a tingkat kemampuan peserta didik, untuk
istirahat yang dilakukan sebelum para peserta peserta didik yang masih duduk di bangku
didik keluar kelas untuk beristirahat, do’a kelas 1 dan kelas 2 khusus diajarkan pada
harian sesuai dengan adab yang diajarkan. Do’a pengenalan huruf hijaiyah dengan makhrajnya
harian dilakukan pada peserta didik dikatakan dengan baik dan benar. Target dalam membaca
oleh kepala madrasah bahwa do’a merupakan Al-Quran yaitu peserta didik mampu membaca
cerminan dari seorang muslim yang memulai Al-Quran dengan baik dan benar menurut
segala aktivitasnya dengan mengingat Allah kaedah ilmu tajwid. Untuk kegiatan menghafal
SWT. di madrasah ditekankan pada peserta Al-Quran peserta didik yang di tekankan
didik dalam hafalan-hafalan do’a harian agar dalam hal ini yaitu peserta didik kelas 4 sampai
peserta didik dapat membiasakan segala dengan kelas 6. Adapun target yang dicapai
aktifitasnya dengan berdoa kepada Allah SWT. adalah peserta didik mampu menghafal Al-
Quran juz amma (juz 30) dari surah Ad-D}uha
d. Pembiasaan Membaca Al-Qur’an
sampai surah An-Nas.
Tadarus ini dilakukan setiap pagi di
kelas masing-masing di bulan ramadhan Pemahaman Peserta Didik Tentang Pengamalan
sesudah doa pembuka di bawah kontrol guru Ibadah
kelas masingmasing. Untuk pembiasaan di
Sikap dan kepribadian seseorang yang
rumah, pihak madrasah bekerja sama dengan
telah memiliki pemahaman tentang ajaran
para orang tua peserta didik untuk memantau
agama akan berbeda jika dibandingkan
aktivitas harian (tilawah Qur’an dan hafalan)
dengan seseorang yang tidak, belum, kurang
putera-puteri mereka di rumah dengan
memiliki pemahaman tentang ajaran agama.
mengisi buku ibadah yang telah disediakan
perbedaan tersebut akan terlihat dalam sikap
oleh pihak madrasah. Sedangkan di hari-
dan perbuatannya sehari-hari. seseorang yang
hari biasa peserta didik melakukan aktivitas
telah memahami ajaran agamanya cenderung
membaca dan menyetorkan hafalan Al-Qur’an
akan melakukan perbuatan-perbuatan yang
pada hari jum’at dan sabtu dipandu oleh
diperbolehkan dalam agamanya dan selalu
guru kelas masing-masing. Keterangan oleh
melaksanakan kewajiban-kewajibannya
guru pendidikan agama Islam bahwa untuk
selaku hamba Allah. Orang tersebut juga akan
kegiatan tadarus Al-Qur’an itu di lakukan
selalu berusaha agar tidak melakukan hal-hal
di bulan ramadhan di madrasah pada saat
yang dilarang bahkan yang diharamkan oleh
pesanteren kilat yang dipandu oleh guru
agamanya. Kaitannya dengan ibadah, seperti
kelasnya masing-masing. Untuk tadarus di
shalat, puasa, dan mengaji, merupakan hal
tempat tinggal masing-masing itu dilakukan
yang diwajibkan dalam ajaran agama Islam
dibantu oleh kontrol orang tua peserta didik
yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap
dengan mengisi buku ibadah yang telah
Muslim. Kewajiban tersebut harus selalu
disediakan oleh madrasah.
dilakukan pada waktu-waktu yang telah
54| Elementary Vol. 6 No. 1, January-June 2020

ditentukan. Shalat dilakukan 5 kali dalam rajin dalam pengamalan ibadah. Menariknya,
sehari semalam, puasa wajib dilakukan ketika bagaimana anak-anak pada tingkat sekolah
memasuki bulan Ramadhan, dan mengaji dasar memahami tentang pengamalan ibadah
harus selalu dilakukan setiap harinya. yang mereka kerjakan setelah mendapat
Bagi anak yang memiliki pemahaman pemahaman dan pembiasaan ibadah
tentang ajaran agama Islam, ia cenderung akan dari sekolah.
selalu melakukan kewajiban-kewajibannya Pemahaman dan pengamalan ibadah
kepada Allah dengan melaksanakan ibadah dapat dilihat menjadi satu kesatuan ketika
secara rutin dan selalu berusaha agar tidak melihat beberapa pendapat para ahli
pernah meninggalkan ibadahnya dimanapun pendidikan karakter. Oleh jarena itu perlu
ia berada, karena ia menyadari bahwa ibadah melihat bagaimana pendapat mengenai
yang diwajibkan benar-benar wajib untuk karakter untuk menjawab pemahaman
dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkan 13. peserta didik tentang pegamalan ibadah yang
Anak melaksanakan ibadah tersebut semata- dilaksanakannya 14.
mata untuk memperoleh ridha dan pahala dari Karakter adalah watak,tabiat, akhlak,
Allah. Jika ia meninggalkan ibadah tersebut atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dengan sengaja, maka ia akan berdosa dan dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
kelak akan mendapatkan ganjaran dari Allah. (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
Sebaliknya, bagi orang yang tidak landasan untuk cara pandang, berpikir,
atau kurang memiliki pemahaman tentang bersikap, dan bertindak. Karakter diajarkan
ajaran agama Islam, ia akan bersikap acuh dengan mengenalkan, memahamkan, hingga
untuk melaksanakan ibadah yang sebenarnya mengajak peserta didik sehingga pada
diwajibkan dalam ajaran Islam. Ia hanya akan akhirnya mereka mampu mempraktikkan dan
melakukan ibadah ketika ada waktu dan memaknainya sebagai suatu yang melekat dan
kesempatan dan ketika ia mau saja, bahkan menjadi tindakan perenungan (reflective action)
bisa saja ia meninggalkan ibadah dengan serta mengembangkannya menjadi pusat
sengaja untuk melakukan pekerjaan lain. Ia keunggulan insani (center of human excellence).
belum betul-betul memahami bahwa ibadah Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi
wajib yang ia tinggalkan sebenarnya akan landasan pendidikan karakter, menghendaki
membawa kerugian bagi dirinya sendiri suatu proses yang berkelanjutan dilakukan
kelak. Tinggi rendahnya tingkat pelaksanaan melalui berbagai tema yang diprogramkan 15.
ibadah seseorang dapat ditentukan dari tinggi Jika melihat pengertian tersebut maka
rendahnya pemahaman ajaran agama yang seharusnya pemahaman dan pengamalan
dimilikinya. ibadah seseorang berjalan beriringan.
Walaupun demikian, tidak menutup Maksudnya ketika seseorang memahami suatu
kemungkinan ada orang yang memiliki bentuk ibadah maka ibadah itu juga akan
pengetahuan agama yang sangat luas bisa dilaksankan sesuai pemahamannya. Begitu
meninggalkan ibadah dan bahkan melakukan juga sebaliknya, jika seseorang melakukan
hal-hal yang dilarang agama. Dimungkinkan
ada juga orang yang tidak memahami ibadah
yang dilakukannya secara mendalam tetapi 14
Ashif Az Zafi, “Nilai Nasionalisme Kebangsaan
Aktivis Rohis,” BELAJEA: Jurnal Pendidikan Islam 4, no.
13
Ashif Az Zafi and Firda Falasifah, “Model 2 (December 3, 2019), https://doi.org/10.29240/belajea.
Pembelajaran Quantum Teaching Pada Mata Pelajaran v4i2.861.
PAI Di SDN Purworejo 02 Pati,” JURNAL AL-QALAM: 15
Puskur Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan
JURNAL KEPENDIDIKAN 1, no. 1 (January 4, 2019): Budaya Dan Karakter Bangsa (Jakarta: Kemendiknas,
1–12. 2010).
Pemahaman dan Penghayatan Peserta Didik tentang Ibadah.... |55

suatu bentuk ibadah berarti orang tersebut Internalisasi (internalization) diartikan


paham tentang ibadah yang dilaksanakannya. sebagai penggabungan atau penyatuan
Pendidikan karakter menurut Thomas sikap, standar tingkah laku, pendapat, dan
Lickona, adalah pendidikan untuk membentuk seterusnya di dalam kepribadian 17. Reber,
kepribadian seorang melalui pendidikan budi sebagaimana dikutip Mulyana mengartikan
pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan internalisasi sebagai menyatunya nilai dalam
nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi
baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati merupakan penyesuaian keyakinan, nilai,
hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.. sikap, praktik dan aturan-aturan baku pada
Thomas Lickona mengemukakan bahwa diri seseorang 18. Sedangkan Ihsan memaknai
karakter terdiri atas tiga bagian yang saling internalisasi sebagai upaya yang dilakukan
berhubungan yaitu pengetahuan moral, untuk memasukkan nilai-nilai kedalam jiwa
perasaan moral, dan perilaku moral. Ketiga hal sehingga menjadi miliknya 19. Pengertian ini
tersebut diperlukan untuk mengarahkan suatu mengisyaratkan bahwa pemahaman nilai
kehidupan moral. Dengan adanya tiga bagian yang diperoleh harus dapat dipraktikkan dan
tersebut seseorang akan mampu menilai apa berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini akan
yang benar, sangat peduli apa yang benar, bersifat permanen dalam diri seseorang.
dan melakukan apa yang diyakini benar Dalam kaitannya dengan nilai,
dalam segala kondisi. Berikut diagram yang pengertian-pengertian yang diajukan oleh
menunjukkan bagian atau komponen karakter beberapa ahli tersebut pada dasarnya memiliki
yang baik 16. substansi yang sama. Dengan demikian
penulis menyimpulkan bahwa internalisasi
sebagai proses penanaman nilai kedalam jiwa
seseorang sehingga nilai tersebut tercermin
pada sikap dan prilaku yang ditampakkan
dalam kehidupan sehari-hari (menyatu dengan
pribadi). Suatu nilai yang telah terinternalisasi
pada diri seseorang memang dapat diketahui
ciri-cirinya dari tingkah laku.
Jika mengacu pada konsep tentang
internalisasi nilai maka internalisasi
Diagram 1. Komponen Karakter yang Baik
pengamalan ibadah peserta didik melalui
Anak panah pada diagram menunjukkan
beberapa tahapan, yaitu:
bahwa masing-masing komponen karakter
a. Tahap transformasi nilai
saling berhubungan. Pengetahuan moral,
perasaan moral, dan tindakan moral tidak Tahap ini merupakan suatu proses
akan berfungsi sebagai bagian yang terpisah yang dilakukan oleh pendidik dalam
namun saling mempengaruhi satu sama lain menginformasikan nilai-nilai yang baik dan
dalam cara apapun. Pendapat Thomas Lickona yang kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi
menguatkan asumsi bahwa antar komponen 17
James P. (James Patrick) Chaplin and Kartini
karakter saling mempengaruhi dan berjalan Kartono, Kamus Lengkap Psikologi (Rajawali Pers, 1989).
beriringan.
18
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan
Nilai (Bandung: Alfabeta, 2005).
19
H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan
(Penerbit Rineka Cipta, 1997), https://books.google.
16
Thomas Lickona, Educating for Character co.id/books?id=z3rBtQEACAAJ&dq=Dasar-Dasar+Kep
(Mendidik Untuk Membangun Karakter) (Jakarta: Bumi endidikan+fuad&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiPqJfnnu
Aksara, 2013). blAhWBRo8KHTOoCkkQ6AEILDAA.
56| Elementary Vol. 6 No. 1, January-June 2020

komunikasi verbal antara pendidik dan peserta c. Tahap tran internalisasi


didik 20. Transformasi nilai ini sifatnya hanya Tahap ini jauh lebih mendalam dari
pemindahan pengetahuan dari pendidik ke tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya
peserta didiknya. Nilai-nilai yang diberikan dilakukan dengan komunikasi verbal tapi
masih berada pada ranah kognitif peserta juga sikap mental dan kepribadian. Jadi
didik dan pengetahuan ini dimungkinkan pada tahap ini komunikasi kepribadian yang
hilang jika ingatan seseorang tidak kuat. Pada berperan aktif 23. Dalam tahap ini pendidik
anak usia sekolah dasar yang cara berpikirnya harus betul-betul memperhatikan sikap dan
konkret 21 maka pemberian informasi mengenai prilakunya agar tidak bertentangan yang
ibadah juga harus disesuaikan dengan tahap ia berikan kepada peserta didik. Hal ini
berpikirnya. Maka dari itu guru memberikan disebabkan adanya kecenderungan peserta
pengertian bahwa ibadah yang dijalankan didik untuk meniru apa yang menjadi sikap
sifatnya wajib atau sunah, mendapat pahala mental dan kepribadian gurunya. Pada tahap
atau dosa, masuk surga atau neraka. Hal ini ini peserta didik sudah mampu melaksanakan
sama dengan yang diutarakan oleh peserta dan membiasakan pengamalan ibadah yang
didik ketika ditanya mengenai makna dari diberikan oleh guru meskipun terbatas dalam
kegiatan ibadah yang dilaksanakannya. Mereka pemahaman. Pemahaman peserta didik
hanya menjawab bahwa salat lima waktu wajib, hanya sebatas memahami tentang hukum dan
mendapat pahala dan dapat masuk surga. imbalan yang diberikan oleh Allah tentang
Belum terdapat pemaknaan lebih mengenai pengamalan ibadahnya. Belum mampu
pengamalan ibadah yang dilaksanakan. memaknai secara mendalam tentang apa
b. Tahap transaksi nilai tujuan dan manfaat ibadah bagi kehidupan
Pada tahap ini pendidikan nilai secara spiritual dan sosial.
dilakukan melalui komunikasi dua arah yang Melihat konsep tentang tujuan
terjadi antara pendidik dan peserta didik yang pembelajaran yang memuat tiga aspek pokok,
bersifat timbal balik sehingga terjadi proses yaitu: knowing, doing, dan being atau dalam
interaksi 22. Adanya transaksi nilai pendidik istilah yang umum dikenal aspek kognitif,
dapat memberikan pengaruh pada siswanya psikomotor, dan afektif. Internalisasi merupakan
melalui contoh nilai yang telah dijalankan. Di pencapaian aspek yang terakhir (being) 24. Untuk
sisi lain siswa akan menentukan nilai yang selanjutnya penulis akan memaparkan ketiga
sesuai dengan dirinya. Jika melihat dari tahap aspek tujuan pembelajaran tersebut berkaitan
ini, peserta didik pada cenderung untuk dengan pemahaman dan pengamalan ibadah
menerima nilai yang diajarkan oleh gurunya. peserta didik. Pertama, mengetahui (knowing),
Jadi apa yang diajarkan guru dipahami dan disini guru telah mengupayakan agar siswa
dilaksanakan sesuai dengan perkataan guru mengetahui suatu konsep. Dalam bidang
tersebut. Peserta didik hanya akan menanyakan keagamaan peserta didik diajarkan mengenai
apabila mereka belum paham mengenai ajaran pengertian shalat, syarat dan rukun shalat, tata
ibadah yang dilaksanakan. cara shalat, hal-hal yang membatalkan shalat,
dan lain sebagainya. Guru menggunakan
berbagai metode seperti ceramah tanya jawab
dan penugasan. Pemaknaan peserta didik
20
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: tentang ibadah bukan tentang tujuan dan
Citra Media, 1996).
21
JS Benninga, Moral, Character, and Civic 23
Muhaimin.
Education in the Elementary School. (New York: Teachers 24
Ahmad Tafsir, FIlsafat Pendidikan Islam: Integrasi
College Press, 1991), https://eric.ed.gov/?id=ED396970. Jasmani, Rohani Dan Kalbu Memanusiakan Manusia
22
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).
Pemahaman dan Penghayatan Peserta Didik tentang Ibadah.... |57

manfaat pengamalan ibadah yang dilakukan didik belum mengkristal menjadi nilai atau
tetapi hanya sebatas mengetahui wajib, sunah, perasaan moral.
pahala, dosa, surga dan neraka. Jadi pelaksanaan
pengamalan ibadah hanya seperti rutinitas yang Kesimpulan
dilaksanakan tanpa kesadaran dan pemaknaan Proses pembelajaran tentang
yang mendalam. pengamalan ibadah di MI NU Manafiul Falah
Kedua, mampu melaksanakan atau Gebog Kudus bermaksud untuk memberikan
mengerjakan yang diketahui (doing). Dalam solusi terhadap kegelisahan orang tua peserta
mengajarkan hal ini guru menggunakan didik tentang praktek keagamaan (ibadah
metode demonstrasi. Salah satu contoh yang dan akhlak). Ibadah yang diajarkan dan
dilakukan Guru yaitu mendemonstrasikan dibiasakan kepada peserta didik adalah salat,
slalat untuk diperlihatkan kepada siswa. puasa, doa harian, membaca dan menghafal
Guru juga memutarkan film tentang tata cara Al Quran. Pemahaman peserta didik tentang
shalat selanjutnya siswa secara bergantian pengamalan ibadah sudah paham mengenai
mempraktikkan seperti apa yang telah ia hukumnya seperti wajib, sunah, dosa, pahala,
lihat di bawah bimbingan guru. Peserta didik surga dan neraka. Namun peserta didik
sudah mampu untuk melaksanakan ibadah. belum memahami tentang tujuan dan manfaat
Ibadah yang dilaksanakan juga sudah menjadi ibadah yang dilaksanakannya. Menariknya,
kebiasaan. Pengamalan ibadah sudah berjalan pengamalan ibadah peserta didik tergolong
dengan baik berupa salat, puasa Ramadhan, taat dan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.
membaca doa harian, membaca dan menghafal Ini menunjukkan bahwa pengamalan ibadah
Al Quran. peserta didik sudah menjadi kepribadian
(being/tindakan moral) namun masih lemah
Ketiga, menjadi seperti yang diketahui
dalam pemahaman (pengetahuan moral) dan
(being). Konsep ini seharusnya tidak sekedar
belum mencapai kesadaran (perasaan moral).
menjadi milik seseorang tetapi menjadi satu
dengan kepribadian orang tersebut. Peserta
Daftar Pustaka
didik sudah bisa melaksankaan ibadah yang
telah dipelajari dalam kehidupan sehari-harinya. Ayu, Sovia Mas. “Evaluasi Program Praktek
Peserta didik telah terbiasa dalam melaksanakan Pengamalan Ibadah Di Sekolah Dasar
pengamalan ibadah. Ketika ibadah telah Ar-Raudah Bandar Lampung.” Ejournal.
melekat menjadi kepriadiannya, maka seorang Radenintan.Ac.Id 8 (2017). http://www.
ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
peserta didik akan berusaha sekuat tenaga
tadzkiyyah/article/view/2092.
untuk menjaga ibadahnya. Namun pelaksanaan
ibadah yang sudah menjadi kebiasaannya Benninga, JS. Moral, Character, and Civic
belum sepenuhnya dihayati dan dimaknai Education in the Elementary School. New
secara spiritual dan sosial. York: Teachers College Press, 1991.
https://eric.ed.gov/?id=ED396970.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat
Chaplin, James P. (James Patrick), and Kartini
dijelaskan bahwa pengamalan ibadah peserta
Kartono. Kamus Lengkap Psikologi.
didik pada jenjang pendidikan dasar di MI
Rajawali Pers, 1989.
NU Manafiul Ulum Gebog Kudus sudah
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
menjadi kebiasaan atau being. Peserta didik
Bumi Aksara, 2008.
sudah dapat memahami namun belum bisa
memaknai tentang manfaat dan tujuan ibadah Djamal, Samhi Muawan. “Pelaksanaan Nilai-
secara spiritual dan sosial. Dapat dikatakan Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan
bahwa ibadah yang diamalkan oleh peserta Masyarakat Di Desa Garuntungan
58| Elementary Vol. 6 No. 1, January-June 2020

Kecamatan Kindang Kabupaten International Journal, 2014. http://eprints.


Bulukumba.” Journal.Uin-Alauddin. mums.ac.ir/6833/.
Ac.Id 17 (2017). http://journal.uin- Salam, Burhanudin. Pengantar Pedagogik (Dasar-
alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/ Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta: Rineka
article/view/3648. Cipta, 2000.
Ihsan, H. Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Seligman, Martin E. P., Randal M. Ernst,
Penerbit Rineka Cipta, 1997. Jane Gillham, Karen Reivich, and
h tt p s : / / b o o k s . g o o g l e . c o . i d / Mark Linkins. “Positive Education:
books?id=z3rBtQEACAAJ&dq=Dasar- Positive Psychology and Classroom
Dasar+Kependidikan+fuad&hl=id&sa= Interventions.” Oxford Review of Education
X&ved=0ahUKEwiPqJfnnublAhWBRo 35, no. 3 (June 2009): 293–311. https://
8KHTOoCkkQ6AEILDAA. doi.org/10.1080/03054980902934563.
Lickona, Thomas. Educating for Character Sobirin, Khoirus. “Pemahaman Kitab Fatkhul
(Mendidik Untuk Membangun Karakter). Mu’in, Pengamalan Thaharah Dan
Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Shalat Fardlu:(Sebuah Penelitian
Muhaimin. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Korelasi Dalam Pendidikan Agama
Citra Media, 1996. Islam).” Qolamuna 1 (2016). http://
Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/
Nilai. Bandung: Alfabeta, 2005. qolamuna/article/download/18/16.
Poerwadaminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.
Prafitri, Bayu, and Subekti. “METODE Tafsir, Ahmad. FIlsafat Pendidikan Islam: Integrasi
PEMBINAAN AKHLAK DALAM Jasmani, Rohani Dan Kalbu Memanusiakan
PENINGKATAN PENGAMALAN Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya,
IBADAH PESERTA DIDIK DI SMP 2006.
N 4 SEKAMPUNG LAMPUNG Zafi, Ashif Az. “Nilai Nasionalisme Kebangsaan
TIMUR.” Jurnal.Iain-Padangsidimpuan. Aktivis Rohis.” BELAJEA: Jurnal
Ac.Id 4 (2018). http://jurnal.iain- Pendidikan Islam 4, no. 2 (December 3,
padangsidimpuan.ac.id/index.php/F/ 2019). https://doi.org/10.29240/belajea.
article/view/954. v4i2.861.
Puskur Kemendiknas. Pengembangan Pendidikan Zafi, Ashif Az, and Firda Falasifah. “Model
Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pembelajaran Quantum Teaching Pada
Kemendiknas, 2010. Mata Pelajaran PAI Di SDN Purworejo
Radjasa, Radjasa, Sri Sumarni, and Istiningsih 02 Pati.” JURNAL AL-QALAM: JURNAL
Istiningsih. “Developing Character KEPENDIDIKAN 1, no. 1 (January 4,
Education Grounded on ‘Abk’ 2019): 1–12.
(Attitude Before Knowledge) Model for
Kindergarten at Raudlatul Athfal State
Islamic University „Sunan Kalijaga
Indonesia.” IOSR Journal of Research
& Method in Education (IOSRJRME)
07, no. 01 (2017): 04–11. https://doi.
org/10.9790/7388-0701040411.
Saeidi, M, and M Ajilian. “Rights of Children
and Parents in Holy Quran.” Farhangi

Anda mungkin juga menyukai