Hubungan Pendidikan Spiritual Dengan Tingkat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Journal on Education

Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, pp. 14475-14481


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Hubungan Pendidikan Spiritual Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa

Melani1, Bahtiar siregar2, Januari Simarmata3, M. Randi Al Farizi4, Karmila Astuti5, Trisnawati
Lubis6
1, 2, 3, 4, 5, 6
Universitas Pembangunan Panca Budi, Jl. Gatot Subroto No.km, Simpang Tj., Kec. Medan Sunggal, Kota Medan,
Sumatera Utara 20122
[email protected],

Abstract
Spiritual education is rooted in the belief that educational activities are a form of worship to Allah (God).
Discipline is a gradual process of training the minds and characters of children, enabling them to develop self-
control and contribute positively to society. In this era of globalization, there has been a crisis in discipline and a
decline in the morals of students.This research aims to investigate the relationship between spiritual education
and the level of student discipline in schools. The study adopts a qualitative approach, focusing on the method
of literature review or library research.Based on the literature review, it is found that there is a positive
correlation between students' spiritual education and their level of discipline in school. Initiatives from schools,
particularly educators, are necessary not only to enhance discipline but also to elevate the students' spirituality
through engaging spiritual education.
Keywords: Spiritual Education, Dicipline, School

Abstrak
Pendidikan spiritual berakar pada keyakinan bahwa kegiatan pendidikan merupakan bentuk ibadah kepada
Allah (Tuhan). Disiplin merupakan proses bertahap dalam melatih pikiran dan karakter anak, sehingga
memungkinkan mereka mengembangkan pengendalian diri dan memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat. Di era globalisasi ini telah terjadi krisis kedisiplinan dan kemerosotan akhlak siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan spiritual dengan tingkat kedisiplinan siswa di
sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode kajian pustaka atau studi
kepustakaan. Berdasarkan tinjauan pustaka ditemukan adanya hubungan positif antara pendidikan spiritual
siswa dengan tingkat kedisiplinan di sekolah. Inisiatif dari sekolah, khususnya pendidik, diperlukan tidak
hanya untuk meningkatkan disiplin tetapi juga untuk meningkatkan spiritualitas siswa melalui pendidikan
spiritual.
Kata kunci: Pendidikan Rohani, Disiplin, Sekolah

Copyright (c) 2024 Melani, Bahtiar siregar, Januari Simarmata, M. Randi Al Farizi, Karmila Astuti, Trisnawati
Lubis
�Corresponding author: Melani
Email Address: : [email protected] (Jl. Gatot Subroto No.km, Simpang Tj., Kec. Medan Sunggal,
Kota Medan, Sumatera Utara 20122)
Received 3February 2024, Accepted 6 February 2024, Published 12 February 2024

PENDAHULUAN
Pendidikan, pada dasarnya, merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian
seseorang agar menjadi lebih baik, cerdas, kreatif, dan inovatif (Al-Azwi, 2019) Dalam
pengembangannya, tentu pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang diharapkan dapat menjadi
motivasi bagi seseorang untuk memperbaiki diri. Al-Qur'an, dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11,
mendorong umat Islam untuk kemajuan, memotivasi pencarian ilmu sebagai sarana untuk
meningkatkan kecerdasan. Hadits-hadits Rasulullah Saw juga mengajarkan umat untuk terus belajar.
Pada prinsipnya, sistem pendidikan nasional telah memperhatikan tiga konsep kecerdasan,
yakni Intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ). Inteligensi
spiritual atau pendidikan spiritual memiliki potensi untuk mengembangkan aspek kemanusiaan
14476 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 14475-14481

seseorang, menciptakan kreativitas, fleksibilitas, wawasan luas, spontanitas, dan kemampuan


mengatasi kecemasan dan kekhawatiran. Selain itu, dapat menjadi penghubung antara individu dan
orang lain, serta meningkatkan kecerdasan spiritual dalam konteks keagamaan (Saputri, 2022).
Menurut Taufik Pasiak dalam bukunya "Revolusi IQ/EQ/SQ antara Neurosains dan Al-
Qur’an," para ahli menemukan bahwa kecerdasan spiritual memiliki akar yang kuat dalam otak
manusia. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak hanya memiliki potensi rasional dan emosional
seperti yang dikonsepkan oleh William Stern dan Daniel Goleman, tetapi juga memiliki potensi
spiritual di dalam otaknya. Melalui kecerdasan spiritual, diharapkan anak dapat mencapai
keseimbangan antara pengetahuan dan keyakinan, menghasilkan generasi yang kuat dan siap bersaing
global. Namun, dalam praktiknya, banyak orang tua masih mendorong anak mencapai sukses materiil
dan popularitas, mengabaikan nilai-nilai spiritual. Dampaknya, anak cenderung fokus pada
pencapaian tujuan tanpa mempertimbangkan nilai-nilai lain.
Kecerdasan spiritual memiliki dampak signifikan pada jiwa seseorang. Kekurangan ini dapat
menyebabkan kekosongan jiwa, kehilangan ketenangan batin, dan mengurangi kebahagiaan (Firdaus,
2023). Dalam lingkup pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dan meraih prestasi
baik di dalam maupun di luar sekolah, lembaga pendidikan harus memperhatikan beberapa faktor
salah satunya kedisiplinan dan berbuat hal-hal yang positif. Kedisiplinan sering dihubungkan dengan
pendidikan spiritual siswa. Hal ini dikarenakan melalui pendidikan spiritual memungkinkan siswa
untuk membedakan antara yang baik dan buruk, beradaptasi dengan lingkungan, dan mempraktikkan
moral yang baik salah satunya kedisiplinan.
Di Indonesia, masih terdapat tantangan dalam menciptakan disiplin di kalangan peserta didik,
dengan banyak yang melanggar aturan sekolah. Pembentukan kebiasaan positif sejak dini memiliki
signifikansi besar, karena melalui kebiasaan, dapat dibentuk sikap disiplin diri. Penerapan disiplin
sejak usia dini didasarkan pada pemahaman bahwa disiplin memainkan peran krusial dalam
membimbing manusia mencapai tujuan hidupnya. Disiplin juga memiliki makna sebagai proses
melatih pikiran dan karakter anak secara bertahap, menjadikannya individu yang memiliki kontrol diri
dan memberi kontribusi positif pada masyarakat. Penting untuk diingat bahwa dalam perilaku disiplin
terdapat pemahaman yang lebih mendalam daripada sekadar hasil latihan atau pemahaman eksternal
terhadap perilaku disiplin (Tasmara, 2001).
Ketika membahas disiplin sekolah, tidak dapat terlepas dari masalah perilaku negatif peserta
didik. Fenomena tingkah laku negatif remaja sering ditemui di masyarakat, dengan media massa
secara rutin melaporkan kasus-kasus tersebut. Gadget dan sinetron remaja turut berperan dalam
menggambarkan aspek-aspek kenakalan remaja, hedonisme, pelanggaran etika, dan percintaan yang
terlalu mencolok. Apalagi dalam era globalisasi yang didominasi oleh kemajuan teknologi informasi,
nilai-nilai kebenaran terkesan semakin menjauh, perkembangan ilmu pengetahuan memengaruhi
struktur nilai kehidupan dan menciptakan dampak negatif seperti kehidupan "permissive" dengan
fenomena seperti free sex, tawuran, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Hubungan Pendidikan Spiritual Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa, Melani, Bahtiar siregar, Januari Simarmata, M.
Randi Al Farizi, Karmila Astuti, Trisnawati Lubis 14477

Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan penghilangan nilai-nilai agama, budaya lokal,
kearifan lokal, dan identitas nasional dari akar budayanya. Dalam menghadapi gejolak sosial dan
budaya ini, rekonstruksi pengalaman keagamaan dianggap sebagai suatu keharusan. Oleh karena itu,
nilai-nilai spiritual atau kecerdasan spiritual memiliki peran krusial dalam membentuk karakter anak-
anak sejak dini melalui disiplin dan kebiasaan baik, agar nilai-nilai spiritual dapat terinternalisasi
secara optimal.

METODE
Penelitian ini mengadopsi pendekatam kualitatif dengan fokus pada metode studi kepustakaan
atau library research. Penelitian kepustakaan didefinisikan sebagai upaya untuk menggambarkan dan
menginterpretasikan fenomena secara teoritis, berdasarkan tinjauan kepustakaan. Sugiyono (2016)
menjelaskan bahwa studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang menitikberatkan pada
pencarian informasi melalui dokumen-dokumen.
Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mempelajari referensi serta hasil penelitian
terdahulu yang terkait dengan pengaruh pendidikan spiritual terhadap tingkat kedisiplinan siswa di
sekolah. Dalam penelitian ini, akses data dan referensi dilakukan melalui media internet, seperti
Google Scholar dan Garba Rujukan Digital Garuda. Referensi yang digunakan berasal dari artikel,
jurnal, dan buku yang relevan. Data atau referensi yang diperoleh akan dipilih berdasarkan tingkat
relevansinya dengan rumusan masalah penelitian yang diangkat. Referensi yang relevan kemudian
dianalisis sehingga mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan judul penelitian yaitu “Hubungan
Pendidikan Spiritual dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa di Sekolah”.

HASIL DAN DISKUSI

Pendidikan Spiritual
Pendidikan spiritual berakar pada keyakinan bahwa kegiatan pendidikan merupakan bentuk
ibadah kepada Allah swt. Manusia dianggap sebagai hamba Allah yang suci dan diberi tanggung
jawab untuk menjaga kesucian tersebut. Secara keseluruhan, pendidikan spiritual menitikberatkan
perhatiannya pada dimensi spiritualitas sebagai kekuatan utama yang menggerakkan setiap langkah
dalam dunia pendidikan dan pengajaran (Afifah, 2015). Dalam konteks ini, spiritualitas dianggap
sebagai sumber inspirasi normatif yang membimbing kegiatan pendidikan dan pengajaran, sekaligus
dianggap sebagai tujuan pendidikan.
Pendidikan agama Islam mencakup pengetahuan dan nilai-nilai Islam melalui berbagai upaya
seperti pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi,
dengan tujuan mencapai harmoni antara kehidupan saat ini dan kehidupan yang akan datang
(Nasrulah, 2022). Kurikulum pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar untuk melatih peserta
didik agar memahami ajaran Islam secara komprehensif, sehingga tujuan Islam dapat
diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupan (Sholikah, 2017). Ini mencakup materi, kegiatan,
14478 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 14475-14481

pengetahuan, dan pengalaman yang disampaikan secara sadar dan sistematis kepada siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
Pendidikan Islam bersifat sekuler dan ekstra duniawi, dengan dasar-dasar kurikulumnya
mencakup aspek agama, falsafah, psikologis, dan sosial. Al-Qur'an dianggap sebagai sumber
informasi utama dalam pengembangan kurikulum, dan kurikulum pendidikan agama Islam
mendukung keberhasilan pendidikan dengan mengarahkan siswa untuk mengikuti pendidikan agama
Islam. Hal ini didesain sesuai dengan bahan ajar agama Islam untuk mencapai prestasi akademik yang
mencerminkan nilai-nilai luhur. Siswa dibimbing untuk taat dan patuh terhadap norma dan ajaran
agama yang diajarkan dalam pendidikan agama Islam (Asfiati & Pulungan, 2019).
Penerapan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah akan meningkatkan kecerdasan
spiritual peserta didik. Kecerdasan spiritual atau SQ (Spiritual Quotient) memiliki peranan penting
dalam pembentukan individu peserta didik sebagai makhluk yang berakal budi dan disiplin.
Kecerdasan spiritual mencakup kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan tantangan dalam
hal makna dan nilai. Ini melibatkan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan kehidupan dalam
suatu konteks makna yang lebih mendalam dan kaya.
Kedisiplinan
Disiplin mencerminkan ketaatan dan patuh terhadap nilai-nilai yang diakui dan merupakan
tanggung jawab individu. Secara lebih spesifik, disiplin merujuk pada kepatuhan terhadap peraturan
atau ketaatan terhadap pengawasan dan pengendalian, serta pendisiplinan sebagai usaha untuk
menanamkan nilai atau memaksa agar subjek mentaati suatu peraturan (Tugimin, 2018). Implementasi
disiplin pada siswa bertujuan untuk melatih tanggung jawab penuh terhadap tata tertib yang ada,
memanfaatkan waktu dengan efisien, dan menjalankan tata tertib dengan baik. Disiplin dianggap
sebagai karakter penting yang perlu dibangun sejak dini agar peserta didik dapat membiasakan diri
untuk menjalankan tindakan disiplin demi perubahan yang lebih baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap disiplin siswa mencakup aspek internal dan eksternal.
Faktor internal merujuk pada aspek yang ada dalam diri individu, meliputi kesadaran, minat, dan
pengaruh pola pikir. Di sisi lain, faktor eksternal adalah elemen yang berada di luar individu, seperti
teladan, nasihat, latihan, dan lingkungan sekitar. Kesadaran, minat, dan pola pikir individu dapat
dikembangkan melalui proses pembelajaran. Pendidikan spiritual merupakan salah satu media yang
tepat untuk pengembangan diri siswa menjadi individu yang berkarakter. Melalui pendidikan spiritual,
siswa akan diajarkan bagaimana cara berperilaku dan bersikap yang baik ditengah-tengah kehidupan
bermasyarakat.
Pembelajaran yang didapat melalui pendidikan spiritual akan mendorong dukungan dari diri
sendiri untuk melaksanakan sikap disiplin seperti menjalani aturan sekolah tanpa beban. Dukungan
dari teman sebaya menunjukkan bahwa siswa tidak terpengaruh oleh ajakan untuk melanggar aturan,
dan dukungan dari lingkungan mencakup aspek lingkungan yang mendukung pelaksanaan disiplin
siswa di sekolah. Disiplin individu dianggap sebagai prasyarat untuk membentuk kepribadian yang
Hubungan Pendidikan Spiritual Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa, Melani, Bahtiar siregar, Januari Simarmata, M.
Randi Al Farizi, Karmila Astuti, Trisnawati Lubis 14479

unggul dan sukses, sementara disiplin sekolah diperlukan untuk menciptakan lingkungan pendidikan
yang kondusif. Tata tertib dalam penegakan disiplin memiliki peran penting untuk membiasakan
individu dengan standar perilaku yang diakui di lingkungannya.
Hubungan Pendidikan Spirituan dengan Kedisiplinan Siswa
Seseorang yang cerdas secara spiritual akan mampu menilai bahwa tindakan atau jalur hidup
tertentu memiliki makna yang lebih signifikan dibandingkan dengan yang lain. Dengan
mengembangkan kecerdasan spiritual melalui pembelajaran pendidikan agama, seseorang dapat
meningkatkan fungsi kemanusiaannya, menjadi kreatif, fleksibel, memiliki wawasan yang luas,
bersikap spontan, mampu menghadapi kecemasan dan kekhawatiran, serta dapat menjembatani
hubungan antara diri sendiri dan orang lain. Selain itu, kecerdasan spiritual membantu seseorang
menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam konteks keagamaan (Prawira, 2012).
Kecerdasan spiritual secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kedisiplinan seseorang.
Dengan keberadaan kecerdasan spiritual dalam diri siswa, mereka akan memiliki kesadaran yang
mendorong motivasi belajar, menjalankan tata tertib sekolah sebagai suatu kebutuhan yang tumbuh
secara alami, dan menunjukkan eksistensinya sebagai pelajar tanpa adanya tekanan eksternal
(Wantah, 2005). Komitmen siswa pada dirinya sendiri mencerminkan tingkat kesadaran siswa, yang
bertujuan untuk mencapai keberhasilan demi kebaikan bersama, bukan karena kewajiban atau
paksaan.
Kecerdasan spiritual, secara konseptual, merupakan gabungan antara kecerdasan dan aspek
spiritual. Faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan spiritual mencakup faktor internal, seperti
kepercayaan terhadap suatu zat yang memiliki kekuatan untuk mendatangkan kebaikan atau
kemudharatan, dan faktor eksternal, termasuk lingkungan keluarga dan masyarakat yang dapat
memberikan dampak positif pada pembentukan jiwa keagamaan anak (Yusuf, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dan Fiqri (2023) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual terhadap tingkat kedisiplinan siswa. Dalam
penelitian tersebut diperoleh pengaruh yang signifikan atau moderat terhadap kecerdasan spiritual
peserta didik yang terkategori sebagai cukup atau sedang, sebesar 0,518 atau 51%. Apabila
pendidikan spirituam terus dikembangkan dan diberikan pada peserta didik, maka kecerdasan spiritual
merekapun akan meningkat. Peningkatan kecerdasan tersebut berjalan beriringan dengan tingkat
kedisiplinan mereka di sekolah.
Hal yang serupa juga ditemukan dalam penelitian Al-Azqi dan Rohmah (2019) yang
menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi kompetensi spiritual siswa maka semakin tinggi pula
tingkat kedisiplinan siswa. Orang yang memiliki tingkat disiplin tinggi umumnya menunjukkan
kesadaran diri dan kemampuan kontrol diri yang tinggi dalam perilaku mereka, sesuai dengan
karakteristik individu yang memiliki kecerdasan spiritual.
Dengan adanya pendidikan spiritual maka akan tumbuh kecerdasan spiritual dalam diri siswa,
sebagaimana dijelaskan, diharapkan kesadaran siswa untuk mempunyai motivasi dalam belajar dan
14480 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 14475-14481

menjalankan tata tertib di sekolah dapat berkembang sebagai suatu kebutuhan alami siswa, dengan
tujuan menunjukkan eksistensinya sebagai pelajar, bukan karena tekanan atau keterpaksaan.
Komitmen siswa pada dirinya sendiri mencerminkan tingkat kesadaran siswa, yang bertujuan
mencapai keberhasilan demi kebaikan bersama.

KESIMPULAN
Pembelajaran pendidikan spiritual di sekolah akan menumbuhkan kecerdasan spiritual dalam
diri siswa. Dengan keberadaan kecerdasan spiritual dalam diri siswa, mereka akan memiliki kesadaran
yang mendorong motivasi belajar, menjalankan tata tertib sekolah sebagai suatu kebutuhan yang
tumbuh secara alami, dan menunjukkan eksistensinya sebagai pelajar tanpa adanya tekanan eksternal.
Disiplin mencerminkan ketaatan dan patuh terhadap nilai-nilai yang diakui dan merupakan tanggung
jawab individu. Orang yang memiliki tingkat disiplin tinggi umumnya menunjukkan kesadaran diri
dan kemampuan kontrol diri yang tinggi dalam perilaku mereka, sesuai dengan karakteristik individu
yang memiliki kecerdasan spiritual.
Dengan demikian, diperlukan inisiatif dari pihak sekolah khususnya tenaga pendidik untuk
tidak hanya meningkatkan kedisiplinan, tetapi juga meningkatkan tingkat spiritualitas peserta didik.
Peningkatan spiritualitas siswa dapat dibentuk melalui pembelajaran pendidikan spiritual yang
menarik dan bervariasi. Hal ini bertujuan agar peserta didik tidak hanya didorong untuk memiliki
disiplin, tetapi juga mengalami pembentukan kompetensi spiritual.

REFERENSI
Firdaus., & Fiqri, A.S. (2023). Pengaruh Kedisiplinan terhadap Kecerdasan Spiritual Peserta Didik di
SMKN 34 Jakarta. Al-Ubuduyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 4(2), 30-35.
Al-Azwi, N.M., & Rohmah, S. (2019). Pengaruh Kompetensi Spiritual dengan Disiplin Siswa di
Lingkungan Sekolah. IQ (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam, 2(02), 189-201.
Saputri, J.H. (2022). Pengaruh Pengembangan Kecerdasan Spiritual terhadap Disiplin Peserta Didik di
SMK Muhammadiyah 1 Metro Lampung. PROFETIK: Jurnal Mahasiswa Pendidikan Agama
Islam, 2(2), 35-41.
Pasiak, T. (2008). Revolusi IQ/EQ/SQ: Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an dan
Neurosains Mutakhir. Bandung: Mizan.
Tasmara, T. (2001). Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellgence: Membentuk Kepribadian
Yang Bertanggung Jawab, Professional, dan Berakhlak). Jakarta: Gema Insani.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan : Penedekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(23rd ed.). ALFABETA.
Afifah, N. (2015). Peranan Pendidikan Spiritual/Spiritual Quotient (SQ) dalam Membangun Karakter
Bangsa. Seminar Nasional “Pembangunan Karakter Melalui Pendidikan dan Pembelajaran”.
Nasrullah, M., Khafiyya, N., Zulkhaini, I.A., & Putra, A.F.M. (2022). Moderasi Beragama sebagai
Hubungan Pendidikan Spiritual Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa, Melani, Bahtiar siregar, Januari Simarmata, M.
Randi Al Farizi, Karmila Astuti, Trisnawati Lubis 14481

Penguatan Karakter pada Peserta Didik melalui Pendidikan Agama Islam. ICIE: International
Conference on Islamic Education, 2(2022), 139-156.
Sholikah, S. (2017). Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Kuttab, 1(2), 168
179. https://doi.org/10.30736/kuttab.v1i2.110.
Asfiati, & Pulungan, I. (2019). Redesign Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menuju Revolusi
Industri 4.0 (Edisi ke-1). Prenadamedia Group.
Prawira, P. A. (2012). Psikologi pendidikan dalam perspektif baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Wantah, Maria J. (2005). Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tugimin. (2018). Mengubah Karakter Peserta Didik. Surabaya: CV. Pustaka Media.
Yusuf, S. (2012). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Remaa Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai