Makalah Urgensi Ilmu Dan Pendidikan Menurut Al-Qur’an-1
Makalah Urgensi Ilmu Dan Pendidikan Menurut Al-Qur’an-1
Makalah Urgensi Ilmu Dan Pendidikan Menurut Al-Qur’an-1
Dosen Pengampu:
Abdul Rahman, S. Hum., M. Ag
Disusun Oleh:
Aisyah Hanun Nadia : 211.221.075
Fifi Adelia : 211.221.021
Laila Sahlah : 211.220.070
Lovi Nur Jannah : 211.220.071
Maspupatu Dikriah : 211.220.072
Sani Nurfarida : 211.220.082
Khomsatun : 211.220.069
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….2
BAB I………………………………………………………………………………………….3
PENDAHULUAN…………………………………………………………………...………..3
A. Latar belakang Masalah……………………………………………………….…….3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..…………..3
BAB II…………………………………………………………………………………………5
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………5
A. Definisi Ilmu dan Pendidikan Menurut Al-Qur’an……………………..…………5
a. Definisi Ilmu Menurut Al-Qur’an……………………………………………..5
b. Definisi Pendidikan Menurut Al-Qur’an……………………………………...8
B. Ayat-ayat Tentang Ilmu dan Pendidikan Dalam Al-Qur’an…………………….11
a. Ayat-ayat Tentang Ilmu………………………………………………………12
b. Ayat-ayat Tentang Pendidikan………………………...……………………..18
C. Urgensi Ilmu dan Pendidikan Menurut Al-Qur’an…………………..…………..20
BAB III………………………………………………………………………………………26
PENUTUP………………………………………………………………...…………………26
A. Kesimpulan…………………………………………..……………………………...26
B. Saran………………………………………………...……………………………….26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..……………………………...27
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an diyakini oleh umat Islam sebagai Kalamullah (firman Allah), hal ini
berlaku dari zaman dahulu hingga sekarang, yang dimana didalamnya mengandung
sejarah dan petunjuk tentang semua hal yang berkaitan dengan kehidupan makhlukNya.
Al-Qur’an juga berbicara tentang pokok-pokok ajaran tuhan, rasul, manusia,
alam, akhirat, akal, nafsu, amar ma’ruf nahi mungkar, pembinaan generasi muda,
kerukunan hidup antar umat lainnya, pembinaan masyarakat, penegakan disiplin, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya. Ajaran Al-Qur’an tampil dan sifatnya yang global,
ringkat dan general. Adapun untuk dapat memahami Al-Qur’an kita harus melewati
jalur ilmu penafsiran yang sebagaimana para ulama zaman dahulu diterapkan.
Al-Qur’an menyertakan berbagai macam petunjuk dalam menyelesaikan
permasalahan umat manusia untuk menuju dalam kehidupan akhirat nanti. Petunjuk-
petunjuk yang ditautkan di dalam Al-Qur’an ada yang sudah jelas atau sudah dipahami
tanpa penafsiran dan ada pula yang maknanya secara global, maka dari itu kita
memerlukan ilmu penafsiran untuk dapat pemahaman. Sebagaimana dijelaskan dalam
Qur’an surah An-Nahl ayat 44 yang berbunyi:
َاس َما نُ ِز َل ِا َل ْي ِه ْم َو َل َع َّل ُه ْم يَتَفَ َّك ُر ْون ِ َالزب ُِِۗر َواَ ْنزَ ْلنَا ٓ ِا َليْك
ِ َّالذ ْك َر ِلتُبَيِنَ ِللن ِ بِ ْالبَيِ ٰن
ُّ ت َو
Artinya: “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami
turunkan kepadamu Al-qur’an, agar kamu menerapkan kepada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir”. (QS.
An-Nahl : 44).
Al-Qur’an tidak hanya sebagai kitab suci melainkan sebagai pedoman bagi
kehidupan manusia. Akan tetapi Al-Qur’an juga merupakan kitab yang mengandung
ilmu pendidikan yang sudah ditemukan orang non muslim sekalipun.
Pendidikan menurut An-Nawawi berasal dari akar kata bahasa arab raba - yarbu
yang mempunyai arti “bertambah” dan “berkembang”. adapun menurut istilah yang
diambil dari pendapat Ahmad D. Marimba dalam A. Izzam dan Saehudin bahwa
pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
3
Berdasarkan uraian di atas penyusun mencoba mengupas lebih luas lagi tentang
urgensi ilmu dan pendidikan menurut Al-Qur’an. Makalah ini akan mungopas tuntas
mengenai dari pengertian ilmu dan pendidikan, ayat-ayat yang menjelaskan tentang
ilmu dan pendidikan dan dilengkapi dengan urgensi serta relevansinya menurut Al-
Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ilmu dan pendidikan?
2. Apa saja ayat-ayatnya yang dicantumkan di dalam Al-Qur’an?
3. Bagaimana urgensi ilmu dan pendidikan menurut Al-Qur’an?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ilmu dan Pendidikan Menurut Al-Qur’an
a. Definisi Ilmu Menurut Al-Qur’an
Kata ‘Ilm dalam Bahasa Arab berasal dari satu akar kata ‘alam (bendera atau
lambang), ‘alamah (alamat atau pertanda), dan a’lam (jagad raya atau semesta). Dari
ketiga istilah tersebut mewakili gejala yang harus diketahui. Yakni, disepadankan
dengan kata ma’rifah (pengetahuan) dan hikmah (kebijaksanaan).
Term kata (‘ilm) yang berarti pengetahuan, merupakan lawan kata dari kata jahl
yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Sumber lain mengatakan bahwa kata ‘ilm
adalah bentuk masdar dari ‘alima-ya’lamu-‘ilman. Menurut Ibn Zakaria, pengarang
buku Mu’jam Maqayi’s al-Lughah bahwa kata ‘ilm mempunyai arti denotatif “bekas
sesuatu yang dengannya dapat dibedakan sesuatu dari yang lainnya”. Menurut Ibn
Manzur ilmu adalah antonim dari tidak tahu (naqi’id al-jahl), sedangkan menurut al-
Asfahani dan al-Anbari , ilm adalah mengetahui hakikat sesuatu (idra’k al-syabi’I haqi
qatih).1
Pengertian ilmu secara istilah, sebagaimana yang dikemukan oleh Allamah al-
Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Mufradat Alfazh al-Qur’an adalah ;
العلم: وذلك بحقيقته الشيئ إدراك، احدهما ضربان: والثانى الشيئ ذات إدراك: على الحكم
موجود هو شيئ بوجود الشيئ،عنه منفي هو شيئ نفي او له
“Ilmu adalah mengetahui esensi dari sesuatu yang dari segi objeknya terdiri atas
dua, yakni ; pertama, mengetahui zat sesuatu; kedua, menetapkan sesuatu
berdasarkan ada atau tidak adanya sesuatu yang lain”.2
Dapat dipahami bahwa ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau dapat dipahami
bahwa ilmu sesungguhnya tidak berbeda dengan pengetahuan. Ilmu hanya berbeda
dengan pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmu.
Pengetahuan biasa atau umum diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya
kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran pengalaman, panca indera dan intuisi untuk
1
Andi Baso Darussalam, Achmad Abu Bakar, & M. Sadik Sabry. 2021. “Konsep Ilmu dalam
Perspektif Al-Qur’an”. Risalah Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, Vol. 7, No. 1
2
Indo Santalia. 2023. “Metode Ilmu Menurut Perspektif Al-Qur’an”. Jurnal Tafsere, Vol. 1, No. 1
5
mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, caa dan kegunaannya. Dalam Bahasa
inggris jenis pengetahuan ini disebut knowledge. Pengetahuan ilmu (ilmiah) diperoleh
melalui upaya tertentu untuk mengetahui sesuatu dengan memperoleh objek yang
ditelaah, cara yang digunakan dan kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata lain,
pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis, landasan epistemologis, dan
landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini dalam Bahasa
Inggris disebut dengan science.
Term ‘ilm disebutkan sebanyak 105 kali dalam al-Qur’an, jika dengan
derivasinya maka ditemukan sebanyak 744 kali disebutkan di dalam al-Qur’an. Term-
term ilmu dan derivasinya dalam Al-Qur’an dapat dirinci sebagai berikut ; term ‘alima
disebut 35 kali; term ya’lamu disebut 215 kali; term i'lam disebut 31 kali; term yu’lamu
disebut 1 kali; term ilm disebut 105 kali; term ‘alim disebut 18 kali; term ma’lum
disebut 13 kali; term alamin disebut 73 kali; term ‘alam disebut 3 kali; term a’lam
disebut 49 kali; term ‘alim atau ulama disebut 163 kali; term ‘allama disebut 4 kali;
term a’lama disebut 12 kali; term yu'allimu disebut 16 kali; term ‘ulima disebut 3 kali;
term mu’lam disebut 1 kali; dan term ta'allama disebut 2 kali.3 Sedangkan menurut M.
Quraish Shihab kata ilmu dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 845 kali di
dalam al-Qur’an.
Dengan melihat penggunaan kata ‘ilm dengan segala derivasinya dalam al-
Qur’an dapat ditemukan dua maksud yakni kata ‘ilm mengandung pengertian lebih
umum atau pengetahuan secara lebih khusus (pengetahuan ilmiah). Akan tetapi karena
Al-Qur’an menggunakan keduanya dengan kata ‘ilm, maka keduanya harus diberi
predikat ilmiah dalam pengertian mengandung syarat kebenaran.4
Ilmu secara Terminologi dalam artian pengetahuan identik dengan al ma’rifah
yang ditegaskan dalam Q.s Yusuf ayat 58:
3
Ibid. Indo Santalia
4
Ibid. Andi Baso darussalam, Achmad Abu Bakar, & M. Sidik Sabry
6
Al-Asfahani menyatakan bahwa al-ma’rifah adalah pengetahuan terhadap
sesuatu dengan cara berpikir dan merenung. Sedangkan Ibnu Katsir berpendapat bahwa
kata ma’rifah dalam ayat tersebut bukan saja dalam pengertian persepsi dan bukan pula
ilmu yang diperoleh melalui kegiatan berfikir dan merenung, tetap pengetahuan yang
diperoleh melalui panca indera berupa penglihatan.
Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa term al hikmah pengertiannya
identik dengan ilmu. Firman Allah SWT dalam Q.s Luqman /31: 32.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa term hikmah dalam ayat ini berarti al fahmu wa
al-’ilmu (pemahaman dan pengetahuan). Pengertian al-‘ilmu secara substansial
memang masuk ke dalam term al-hikmah yang diartikan pelajaran.
Dapat dirumuskan bahwa terminology ‘ilm dalam al-Qur’an dapat
disinonimkan dengan ma’rifah dan hikmah. Namun, jika dilihat makna aslinya jelas
berbeda. Pengertian ilmu secara umum adalah pengetahuan, ma’rifah adalah persepsi
dan al-hikmah adalah kebijaksanaan.
Ayat-ayat makkiyah tentang ilmu umumnya berbicara tentang kemusyrikan,
ketauhidan dan keimanan. Sedangkan ayat-ayat madaniyah tentang ilmu berbicara
tentang hukum-hukum Allah dalam bermasyarakat dan keluasan ilmu-Nya.
Dalam al-Qur`an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia
dipandang lebih unggul ketimbang makhluk lain guna menjalankan fungsi
kekhalifahannya. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan al-
Qur`an pada Surat Al-Baqarah, 31-32: “Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang
yang benar!”. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
7
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.5
Perwujudan ‘ilmu dalam al-Qur’an bahwa ‘ilmu-ilmu pada hakikatnya
merupakan perpanjangan dari ayat-ayat Allah yang terkandung dalam semua ciptaan-
Nya, serta ayat-ayat allah yang tersurat dalam al-Qur’an, sehingga konsep ilmu-ilmu
dalam al-Qur’an pada hakikatnya bercorak integratif yaitu pada pandangan filosofisnya
yang melihat kajian ilmu-ilmu itu pada dasarnya bermuara dari prinsip kebenaran Allah
yang ditetapkan allah dalam setiap ciptaan-Nya. di dalam al-Qur’an ada 3 komponen
yang terlibat dalam proses penemuan ilmu pengetahuan yaitu al-sama’ (pendengaran),
al- bashar (penglihatan) dan al- fu’ad (pemahaman). Dengan ketiga saat inilah yang
merupakan alat potensial yang dimiliki manusia untuk memperoleh pengetahuan.
➢ Tarbiyah
5
Baskoro Adhiguna, Bramastia. 2021. “Pandangan Al-Qur’an Terhadap Ilmu pengetahuan dan
Implementasinya dalam Pembelajaran Sains”. Jurnal INKURI Jurnal Pendidikan IPA Vol. 10, No. 2, 2021.
8
mengajar ( ) تعليمdan belajar ( ) تدريس. Seperti firman Allah Qs. Ali imran
ayat 79.
2. Berbentuk masdar ( ) رب. Bentuk ini terulang sebanyak 947 kali, empat
kali berbentuk jama’ satu kata berbentuk tunggal dan selebihnya
diidomatikkan dengan isim sebanyak 141 kali yang mayoritas
dikontekskan dengan alam, selebihnya dikontekskan dengan masalah,
Nabi, manusia, sifat Allah, dan ka’bah.
Kata ربانيdalam Q.s Ali Imran ayat 79 dinisbahkan kepada kata ربyang
mendidik manusia dengan ilmu pengajaran pada masa kecil. Sebagian ulama
berpendapat bahwa kata ربانيmempunyai arti tokoh ilmuwan yang mendidik
dan memperbaiki kondisi sosialnya, ada juga yang berpendapat bahwa kata
tersebut bermakna orang ahli dan mengamalkan agama sesuai yang ia ketahui,
maka kata tersebut identic dengan kata al-alim dan al-hakim, yang mempunyai
arti orang yang sempurna iman dan taqwanya.
➢ Ta’lim
Kata تعليمmerupakan bentuk masdar dari kata علمyang kata dasarnya عليم,
mempunyai arti mengetahui. Kata عليمdapat berubah menjadi bentuk اعلمdan
kadang dapat berubah menjadi علمyang mempunyai arti transformasi ilmu. Kata
اعلمdikhususkan untuk menjelaskan informasi secara sepintas, sedangkan kata
علمmenunjukkan adanya proses rutin dan terus menerus serta adanya upaya
yang luas cakupannya sehingga dapat memberi pengaruh pada muta’allim.
ta’allum mempunyai arti sentuhan jiwa, yang ditunjukkan dalam firman Allah
9
SWT dalam Q.s al-baqarah ayat 31. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
pengajaran yang dilakukan oleh Allah SWT kepada nabi Adam untuk menyebut
nama-nama benda, mempunyai makna bahwa Allah menjadikan Adam dapat
mengucapkan dan memberi nama sesuatu sebagaimana hal tersebut telah
diajarkan kepadanya.
➢ Ta’dib
Kata ta’dib berasal dari derivasi kata ادبyang berarti perilaku dan sikap
sopan. Kata ini yang membimbing manusia kepada sifat yang terpuji dan
melarang sifat yang tidak terpuji. Kata ادبdalam berbagai konteksnya
mencakup arti ilmu dan ma’rifat, abik secara umum maupun dalam kondisi
tertentu.
Kata Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba yang berarti
mendidik atau memberi adab, da nada yang memahami arti kata tersebut sebagai
proses atau cara Tuhan mengajari para nabi-Nya.
Syed Muhammad naquib Al-Attas, ia menggunakan istilah Ta’dib
dalam pendidikan Islam untuk menjelaskan proses penanaman adab kepada
manusia.
➢ Tazkiyah
Kata tazkiyah berasal dari kata derivasi زكيyang berarti tumbuh dan
berkembang berdasarkan barakah dari Allah. Sehingga kata زكاةdalam ajaran
Islam berarti sesuatu yang dikeluarkan oleh manusia yang diambil dari hak
Allah, diberikan kepada golongan fakir atau miskin, baik diniati untuk
mengharap barakah , untuk membersihkan jiwanya, untuk melapangkan dada
atau untuk mendapat keberkahan dalam melakukan kebajikan. Hal tersebut
dijelaskan dalam Q.s al-baqarah ayat 43. Selain itu kata tazkiyah berbentuk
imbuhan yang berubah menjadi كي زyang dikontekskan dengan nafs. Kata
tersebut terulang sebanyak 26 kali, 24 kali dalam bentuk kata kerja dan 2 akli
dalam bentuk masdar yang dinisbahkan kepada manusia, karena manusia dari
satu posisi mempunyai potensi untuk mensucikan jiwanya.
Dari beberapa istilah mengenai pendidikan dan pengajaran ada 4 di kursus yaitu:
1. Tarbiyah yakni merupakan proses pengembangan, pemeliharaan, pengurusan,
penyampaian ilmu, pemberi petunjuk, bimbingan dan penyempurnaan, perasaan
10
memiliki bagi anak didik baik jasad, akal, jiwa, potensi, penuh kasih sayang,
penuh perhatian, kelembutan hati, menyenangkan, bijak, mudah diterima,
sehingga membentuk kesempurnaan fitrah manusia, kesenangan, kemuliaan
untuk mencapai ridha Allah SWT.
2. Ta’lim merupakan pemberitahuan dan penjelasan tentang sesuatu yang meliputi
isi dan maksudnya secara berulang-ulang, bertahap, menggunakan cara yang
mudah diterima, menuntut adab-adab tertentu, bersahabat, kasih sayang,
sehingga muta’allim (pencari ‘ilmu) mengetahui, memahami, yang dapat
melahirkan amal sholih yang bermanfaat didunia dan akhirat untuk mencapai
ridha Allah SWT.
3. Ta’dib merupakan penanaman, pembinaan, pengokohan akhlak pada diri anak
manusia itu sendiri sesuai dengan syari’at Allah SWt dan cara yang baik agraria
mu’addib berhati bersih, berperilaku baik, beriman, beramal shalih, dan
bertakwa untuk mencapai ridha Allah SWT.
4. Tazkiyah merupakan proses penyucian jiwa seorang manusia dari segala hal-
hal nafsu duniawi untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Yang dapat ditempuh
dengan dua proses yakni melalui perbuatan dan ucapan.6
6
Mikyal Hardiyati, dan Umi Baroroh. 2019. “Pendidikan Perspektif Al-Qur’an (Studi Tafsir Tarbawi
Karya Ahmad Munir)”. Jurnal pendidikan, Vol. 13, No. 1.
11
َ عد ًْوا ِبغَي ِْر ِع ْل ٍم َكذَلِكَ زَ يَّنَّا ِلكُ ِل أ ُ َّم ٍة
ع َملَ ُه ْم ث ُ َّم ِإلَى َر ِب ِه ْم َم ْر ِج ُع ُه ْم َ َّ َّللا فَ َيسُبُّوا
َ َّللا ِ َّ ُون ْ ََو َال تَسُبُّوا ا َّلذِينَ َي ْدعُون
ِ مِن د
فَ ُين َِبئ ُ ُه ْم ِب َما كَانُوا َي ْع َم ُلون
karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan. (Al-An'am: 108)
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, bahwa dahulu
orang-orang muslim sering mencaci maki berhala-berhala orang-orang kafir, maka
orang-orang kafir balas mencaci maki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan. Oleh sebab itu, turunlah ayat ini. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah
meriwayatkan dari As-Saddi yang telah mengatakan sehubungan dengan tafsir
(asbabun nuzul) ayat ini,
12
:ب َ قَا َل أَبُو. فَأ َ َب ْوا َوا ْش َمأ َ ُّزوا."َُّللا
ٍ طا ِل َّ "قُولُوا َال ِإلَهَ ِإ َّال:َِي؟ قَالَ عش ََرة َ أ َ ْمثَا ِل َها [قَالَ] فَ َما ه
َ وأبيك ْلعطينكها َو:" قال أبو جهل
َّ َحتَّى َيأْتُوا ِبال،غي َْرهَا
َ ش ْم ِس فَ َي
ض ُعوهَا فِي َ َما أَنَا ِبالَّذِي أَقُو ُل،ع ِم َ قُ ْل،َيا ابْنَ أَخِ ي
َ " َيا:َ قَال. فَإِ َّن قَ ْو َمكَ قَدْ فَ ِزعُوا ِم ْن َها،غي َْرهَا
َ ُضعُوهَا فِي يَدِي َما قُ ْلت
."غي َْرهَا َّ َولَ ْو أَت َْوا بِال،يَدِي
َ ش ْم ِس فَ َو
bahwa ketika Abu Thalib di ambang kematiannya, orang-orang Quraisy berkata, "Mari
kita berangkat ke rumah orang ini, lalu kita perintahkan dia agar mencegah
keponakannya dari kita, karena sesungguhnya kita benar-benar merasa malu bila
membunuhnya sesudah dia meninggal dunia. Lalu orang-orang Arab akan memberikan
komentarnya, bahwa dahulu Abu Thalib melindunginya, tetapi setelah Abu Thalib
meninggal dunia mereka baru berani membunuhnya. Maka berangkatlah Abu Sufyan,
Abu Jahal, Nadr ibnul Haris, Umayyah serta Ubay (keduanya anak Khalaf), Uqbah ibnu
Abu Mu'it, Amr ibnul As, dan Al-Aswad ibnul Bukhturi. Mereka terlebih dahulu
mengutus seorang lelaki dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama Al-Muttalib.
Mereka berpesan kepadanya, "Mintakanlah izin bagi kami kepada Abu Thalib (agar
kami diizinkan masuk menjenguknya)." Lalu utusan itu datang menemui Abu Thalib
dan berkata kepadanya, "Mereka adalah para tetua kaummu, mereka ingin masuk
menjengukmu" Abu Talib mengizinkan mereka menjenguk dirinya, lalu mereka masuk
menemuinya dan berkata, "Hai Abu Talib engkau adalah pembesar dan pemimpin
kami. Sesungguhnya Muhammad telah menyakiti kami dan sembahan-sembahan kami,
maka kami menginginkan agar sudilah engkau memanggilnya, lalu cegahlah dia,
jangan mengata-ngatai sembahan-sembahan kami lagi, maka kami pun akan
membiarkannya bersama Tuhannya." Nabi Saw. dipanggil, maka Nabi Saw. datang,
dan Abu Thalib berkata kepadanya, "Mereka adalah kaummu, juga anak-anak
pamanmu." Rasulullah Saw. bertanya, "Apa yang kalian kehendaki?" Mereka
menjawab, "Kami menginginkan agar engkau membiarkan kami dan sembahan-
sembahan kami, maka kami pun akan membiarkan engkau dan Tuhanmu." Nabi Saw.
berkata, "Bagaimana pendapat kalian jika aku menyetujui hal itu? Apakah kalian mau
memberiku suatu kalimat yang jika kalian ucapkan kalimat ini niscaya kalian akan
merajai semua orang Arab dengannya dan tunduklah kepada kalian semua orang Ajam
(selain Arab), serta akan membayar upeti kepada kalian?" Abu Jahal bertanya, "Demi
ayahmu, kami benar-benar akan memberimu sepuluh kali lipat dari apa yang engkau
minta, tetapi apakah yang engkau maksudkan dengan kalimat itu?" Nabi Saw. bersabda:
Ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah" Tetapi mereka menolak dan merasa
enggan untuk mengucapkannya. Abu Thalib berkata, "Hai anak saudaraku, katakanlah
yang lainnya, karena sesungguhnya kaummu merasa kaget dengan ucapan itu."
Rasulullah Saw. berkata: Wahai paman, aku sekali-kali tidak akan mengatakan yang
lainnya hingga mereka mendatangkan matahari, lalu mereka letakkan di tanganku; dan
seandainya mereka dapat mendatangkan matahari, lalu meletakkannya di tanganku
ini, aku tetap tidak akan me-ngatakan yang lainnya.
Nabi Saw. mengatakan demikian dengan maksud memutuskan harapan mereka untuk
dapat membujuk dirinya. Maka mereka marah dan mengatakan, "Kamu benar-benar
menghentikan cacianmu terhadap sembahan kami, atau kami akan balas mencacimu
dan Tuhan yang memerintahmu?" Yang demikian itu adalah yang dimaksudkan di
13
dalam firman-Nya: karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa pengetahuan. (QS Al An’am: 108)
lalu Dia memberikan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al-
An'am: 108)
Yakni Dia akan membalas mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Jika
amal perbuatan mereka baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatan mereka
buruk, maka balasannya buruk pula.
14
2. Surat Thaha ayat 114
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan”.
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu”.
َب َوأُخ َُر ُمتَشَابِ َهات ۖ فَأ َ َّما الَّذِينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم زَ يْغ فَيَتَّبِعُون ِ َاب مِ ْنهُ آيَات ُم ْح َك َمات هُ َّن أ ُ ُّم ا ْل ِكت َا َ علَيْكَ ا ْل ِكت َ ه َُو الَّذِي أ َ ْنزَ َل
الرا ِس ُخونَ فِي ا ْل ِع ْل ِم يَقُولُونَ آ َمنَّا بِ ِه كُ ٌّل مِ ْن ِع ْن ِد َّ َما تَشَابَهَ ِم ْنهُ ا ْبتِغَا َء ا ْل ِفتْنَ ِة َوا ْبتِغَا َء ت َأ ْ ِوي ِل ِه ِۗ َو َما يَ ْعلَ ُم ت َأ ْ ِويلَهُ إِ َّال
َّ َّللاُ ِۗ َو
َِر ِبنَا ِۗ َو َما يَذَّ َّك ُر ِإ َّال أُولُو ْاْل َ ْلبَاب
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-
ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
ُ َّللاُ أَنَّهُ َال إِ ٰلَهَ إِ َّال ه َُو َوا ْل َم َالئِ َكةُ َوأُولُو ا ْل ِع ْل ِم قَائِ ًما بِا ْل ِقسْطِ ۚ َال إِ ٰلَهَ إِ َّال ه َُو ا ْلعَ ِز
يز ا ْل َحكِيم َّ َش ِهد
َ ُ
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
15
ً الرو ُح مِ ْن أ َ ْم ِر َر ِبي َو َما أُوتِيت ُ ْم ِمنَ ا ْل ِع ْل ِم ِإ َّال قَل
ِيال ُّ وح ۖ قُ ِل
ِ الر َ ََو َي ْسأَلُونَك
ُّ ع ِن
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
ُسو ِل َو ِإلَ ٰى أُولِي ْاْل َ ْم ِر مِ ْن ُه ْم لَ َع ِل َمه َّ َو ِإذَا َجا َءهُ ْم أ َ ْمر ِمنَ ْاْل َ ْم ِن أ َ ِو ا ْلخ َْوفِ أَذَاعُوا ِب ِه ۖ َولَ ْو َردُّوهُ ِإلَى
ُ الر
ً طانَ إِ َّال قَل
ِيال َ ش ْي َّ علَ ْيكُ ْم َو َر ْح َمتُهُ َالتَّبَ ْعت ُ ُم ال ْ َالَّذِينَ يَ ْست َ ْنبِطُونَهُ مِ ْن ُه ْم ِۗ َولَ ْو َال ف
ِ َّ ض ُل
َ َّللا
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan
Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu,
tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
َ َّللاُ ۚ قُ ْل أَفَات َّ َخذْت ُ ْم ِم ْن دُونِ ِه أ َ ْو ِليَا َء َال يَ ْم ِلكُونَ ِْل َ ْنفُ ِس ِه ْم نَ ْفعًا َو َال
ۚ ض ًّرا ِ ت َو ْاْل َ ْر
َّ ض قُ ِل ِ اوا َّ قُ ْل َم ْن َربُّ ال
َ س َم
َّلِل شُ َركَا َء َخلَقُوا َك َخ ْل ِق ِه فَتَشَابَه
ِ َّ ِ ور ِۗ أ َ ْم َج َعلُوا
ُ ُّظلُ َماتُ َوالنُّ ير أ َ ْم َه ْل ت َ ْست َ ِوي ال
ُ صِ َقُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوي ْاْل َ ْع َم ٰى َوا ْلب
يءٍ َوه َُو ا ْل َواحِ دُ ا ْلقَ َّهار
ْ ش َ ُا ْل َخ ْل ُق
َّ ع َل ْي ِه ْم ۚ ُق ِل
َ َّللاُ خَا ِل ُق ُك ِل
16
apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat
menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan
Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.
َاجدًا َوقَائِ ًما يَحْ ذَ ُر ْاْلخِ َرة َ َويَ ْر ُجو َر ْح َمةَ َر ِب ِه ِۗ قُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوي الَّذِينَ يَ ْعلَ ُمون
ِ س َ أ َ َّم ْن ه َُو قَانِت آنَا َء اللَّ ْي ِل
َِوا َّلذِينَ َال َي ْعلَ ُمونَ ِۗ ِإنَّ َما َيتَذَ َّك ُر أُولُو ْاْل َ ْل َباب
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.
َّللاُ لَكُ ْم ۖ َو ِإذَا قِي َل ا ْنشُ ُزوا فَا ْنشُ ُزوا يَ ْرفَ ِع
َّ ح َ س ُحوا يَ ْف
ِ س َ س ُحوا فِي ا ْل َم َجال ِِس فَا ْف َّ َيَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإذَا قِي َل لَكُ ْم تَف
َّللاُ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َخ ِبير ٍ ٌَّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْنكُ ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ا ْل ِع ْل َم دَ َر َجا
َّ ت ۚ َو َّ
Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.
ََّللا َ َّ اب َو ْاْل َ ْنعَ ِام ُم ْختَلِف أ َ ْل َوانُهُ َك ٰذَلِكَ ِۗ إِنَّ َما يَ ْخشَى
َّ َّللا ِم ْن ِعبَا ِد ِه ا ْلعُلَ َما ُء ِۗ إِ َّن ِ ََّو ِمنَ الن
ِ اس َوالد ََّو
غفُور
َ ع ِزيز
َ
17
b. Ayat-ayat Tentang Pendidikan
Ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas Tentang perintah berilmu dan
berpendidikan berjumlah sangat banyak. Diantara ayat-ayat yang berkaitan dengan
pendidikan diantaranya sebagai berikut:
“Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka
menghayati ayat-ayat-Nya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat
pelajaran“.
ب ِزدْنِي ِع ْل ًما
ِ َوقُ ْل َر
18
ِ ي ِإنِي أ َ َر ٰى فِي ا ْل َمن َِام أَنِي أَذْ َبحُكَ فَا ْنظُ ْر َماذَا ت ََر ٰى ۚ قَا َل َيا أ َ َب
ت ا ْف َع ْل َما َّ َي قَا َل َيا بُن َّ فَلَ َّما َبلَ َغ َم َعهُ ال
َ س ْع
صا ِب ِرين
َّ َّللاُ مِنَ ال َ ۖ َتُؤْ َم ُر
َّ ست َِجدُنِي ِإ ْن شَا َء
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar“.
َ َو َما َكانَ ا ْل ُمؤْ ِمنُونَ ِل َي ْنف ُِروا كَافَّةً ۚ فَلَ ْو َال نَف ََر ِم ْن كُ ِل ف ِْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم
ِ طائِفَة ِل َيتَفَقَّ ُهوا فِي الد
ِين َو ِليُ ْنذ ُِروا قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا
ََر َج ُعوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َع َّل ُه ْم َيحْ ذَ ُرون
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya“.
َ علَى ا ْل َم َالئِ َك ِة فَقَا َل أ َ ْن ِبئُونِي ِبأ َ ْس َماءِ ٰ َهؤ َُالءِ ِإ ْن كُ ْنت ُ ْم
صا ِدقِين َ ض ُه ْم َ علَّ َم آدَ َم ْاْل َ ْس َما َء كُلَّ َها ث ُ َّم
َ ع َر َ َ َو
Beberapa hadits yang berkaitan dengan ilmu atau pendidikan telah diposting
pada tulisan sebelumnya. Berikut ini ada beberapa tambahan dalil berupa hadits tentang
pendidikan.
ْ ِب ا َ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َو ق َِرأَة ُ ْالقُ ْرأ َ ِن فَإِ َّن َح ْملَةَ ْالقُ ْرأَنُ ف
ي ظِ ِل هللاِ يَ ْو َم َال ظِ ٌّل ِ ب نَبِيِكُ ْم َو ُح
ِ ُح: صا ٍل ِ علَى ث َ َال
َ ِث خ َ ا َ ِدب ُْوا ا َ ْو َالدَكُ ْم
ْ َ ِظِ لَّهُ َم َع ا َ ْنبِيَائِ ِه َوا
ص ِفيَائِه
“Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi
kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang
yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah,
diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan
kekasihnya”. (HR. Ad-Dailami)
19
ع ِل َمهُ ث ُ َّم َكت َ َمهُ أ ُ ْل ِج َم َي ْو َم ا ْلقِيا َ َم ِة ِب ِل َج ٍام مِنَ النَّار
َ ع ْن ِع ْل ٍم
َ ِ َم ْن سُئِ َل
“Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau
orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah
engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.” (HR Baehaqi)
علَى ِع ْلمِ ه
َ َعلَى َج ْه ِل ِه َو َال ِل ْلعَال ِِم ا َ ْن يَ ْسكُن
َ ََِال يَتْبَ ِغ ِل ْل َجا ِه ِل ا َ ْن يَ ْسكُن
“Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan
tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya.” (HR. Ath-
Thabrani)
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan
dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar“. (HR. Bukhari)
“Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah
tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu
mengamalkannya“. (HR. Abu Hasan)
ضئ ُ ْوا ِل َم ْن تَت َ َعلَّ ُم ْونَ مِ ْنه ِ َس ِك ْينَ ِة َوا ْل َوق
َّ ار َوت ََو َّ ُت َ َعلَّ ُم ا ْل ِع ْل َم َوت َ َعلَّ ُم ْوا ِل ْل ِع ْل ِم ال
اجع
ِ ضَ ي ْال َم
ْ ِعش ََر َو فَ ِرقُ ْوا َب ْينَ ُه ْم ف َّ ِ ُم ُر ْوا ا َ ْو َالدَكُ ْم ِبال
َ ص َالةِ َوهُم ا َ ْبنَا ُء ِسنِيْنَ َواض ِْربُ ُه ْم ا َ ْبنَا َء
“Suruhlah anakmu melakukan sholat ketika berumur tujuh tahun. Dan pukullah
mereka karena mereka meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun.
Dan pisahlah mereka (anak laki-laki dan perempuan) dari tempat tidur“. (H.R.
Abu Dawud)
20
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang
menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil tersebut hanya sebagian dari sekumpulan ayat dan hadits tentang
pendidikan. Karena pendidikan mencakup banyak hal, seperti pendidikan dalam
beribadah, berpakaian, bertamu, adab berbicara, bergaul dan lain sebagainya.
7
Rasyid Ridho, I.A. (2023). Urgensi Pendidikan Menurut dan Pendidikan Dalam Al-Qur’an dan hadist.
Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Vol. 2, No. 3.
21
pola interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan tuhan.
Atau biasa disebut dengan pengetahuan agama.
Pengetahuan umum (duniawi) tidak dapat diabaikan begitu saja, karena sulit
bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa melalui kehidupan dunia
ini yang mana dalam menjalani kehidupan dunia ini pun harus mengetahui ilmunya.
Demikian halnya dengan pengetahuan agama (ukhrawi), manusia tanpa pengetahuan
agama niscaya kehidupannya akan menjadi hampa tanpa tujuan. Karena kebahagiaan
di dunia akan menjadi sia-sia ketika kelak di akhirat menjadi Nista. Imam Syafi’i pernah
mengatakan: “Barang Siapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu.
Barangsiapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu dan barangsiapa
menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu”. Dengan demikian Islam
menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia. Karena tanpa
pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini bagaikan orang
tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-lunta kelak di hari
akhirat.
Berikut ini urgensi ilmu dan pendidikan dalam Al-Qu’an :
1. Perintah untuk Membaca dan Mencari Ilmu
Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk
membaca, yaitu dalam Surat Al-'Alaq (96:1-5): "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." Ayat ini menegaskan pentingnya
membaca, belajar, dan mencari ilmu sebagai langkah pertama dalam mengenal Tuhan
dan dunia.8
2. Kedudukan Orang yang Berilmu
Ilmu menempati kedudukan yang mulia, banyak ayat Al-Qur'an yang memandang
orang berilmu sebagai orang yang mulia. Dalam Surat Al-Mujadilah (58:11), Allah Swt
berfirman, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." Ini menunjukkan bahwa orang-
orang yang memiliki ilmu memiliki kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah Swt. Ilmu
8
Rasyid Ridho, I.A. (2023). Urgensi Pendidikan Menurut dan Pendidikan Dalam Al-Qur’an dan hadist.
Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Vol. 2, No. 3.
22
pengetahuan adalah ibadah dan Al-Qur’an menjadikan proses pencarian ilmu
pengetahuan sebagai ibadah.9
3. Ilmu Sebagai Cahaya
Ilmu digambarkan sebagai cahaya yang menerangi jalan kehidupan manusia. Dalam
Surat An-Nur (24:35), Allah Swt berfirman yang artinya "Cahaya di atas cahaya", dan
ilmu adalah salah satu cara untuk mendapatkan petunjuk dan pencerahan dari Allah.
Dimana Agama dan ilmu harus saling melengkapi, sehingga tanpa ilmu keimanan akan
kering. Serta dengan Pendidikan sebagai fondasi utama untuk memahami dan
menyebarkan nilai-nilai agama dan ilmu pengetahuan. Pendidikan juga merupakan
salah satu kasih sayang Allah kepada manusia agar bisa hidup dengan bekal ilmu
pengetahuan. Selain itu, Pendidikan juga untuk membimbing dan mengarahkan pikiran
dan perasaan manusia sehingga dapat menjadi hamba Allah Swt yang dapat beribadah
dengan benar.
4. Penggunaan Akal dan Refleksi
Al-Qur'an sering mengajak manusia untuk menggunakan akal dan melakukan refleksi
atas tanda-tanda kebesaran Allah Swt di alam semesta, seperti dalam Surat Ali Imran
(3:190): "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."
5. Pendidikan dan Pembelajaran Sepanjang Hayat: Al-Qur'an mendorong umat Islam
untuk terus belajar dan memperdalam ilmu sepanjang hidup mereka. Rasulullah SAW
juga bersabda, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu
Majah).
6. Pendidikan untuk mencetak manusia beriman dan berakhlak mulia
Pendidikan bertujuan untuk mencetak manusia yang berilmu, beriman, bertaqwa, dan
berakhlak mulia.
7. Pendidikan untuk mengembangkan fitrah manusia
Pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan fitrah manusia agar terwujud
kehidupan yang makmur dan bahagia. Karena Pendidikan sebagai usaha terencana dan
bertahap yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap
kepada peserta didik.10
9
Bramastia, B.A. (2021). Pandangan Al-Qur’an Terhadap Ilmu dan Implekasinya Dalam Pembelajaran
Sains. INKUIRI Jurnal Pendidikan IPA Vol. 10, No. 2.
10
Djunaid, H. (2014). Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur’an. Jurnal Lentera Pendidikan. Vol. 17, No.
1.
23
Dengan demikian, ilmu dan pendidikan memiliki posisi yang sangat penting dalam
Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, memahami kebenaran, dan
meningkatkan kualitas hidup individu serta masyarakat. Al-Qur'an mendorong umat Islam
untuk terus belajar, mencari pengetahuan, dan memanfaatkan ilmu untuk kebaikan dan
kemajuan bersama.
Dari sini dapat kita pahami dan ketahui, dan sudah seharusnya manusia selalu berusaha
untuk menambah kualitas ilmu pengetahuan dengan terus berusaha mencarinya hingga akhir
hayat. Secara alamiah, manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami
proses pertumbuhan dan berkembang tahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta ini
diciptakan oleh Allah SWT dalam proses tingkat demi tingkat. Dengan demikian, pendidikan
dapat dikatakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia
dalam usaha manusia melestarikan hidupnya. Islam menghendaki pengetahuan yang benar-
benar dapat membantu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia. Yaitu
pengetahuan terkait urusan duniawi dan ukhrawi, yang dapat menjamin kemakmuran dan
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Dalam Al-Qur'an, ilmu memiliki relevansi yang sangat kuat dengan pendidikan karena
ilmu merupakan fondasi pendidikan itu sendiri. Pendidikan bertujuan untuk membangun
karakter yang berlandaskan pengetahuan, membimbing manusia kepada kebenaran dan
ketakwaan, serta meningkatkan derajat individu dan masyarakat. Dengan ilmu, manusia dapat
mencapai kebijaksanaan, mengambil keputusan yang bijak, dan memikul amanah serta
tanggung jawab yang lebih besar. Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk
pengetahuan duniawi, tetapi juga untuk membentuk manusia yang utuh, baik dalam hal
spiritual maupun moral.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pembahasan ini adalah ilmu pengetahuan yang sangat penting dipelajari bagi
umat Islam, karena pembahasan ini bisa diimplementasikan pada keseharian karena
para tasawuf mengingatkan kita untuk selalu ingat dengan ketakwaan dengan cara
melakukan kebaikan dan menghindari keburukan. Makalah ini kami harapkan bisa
menambah cakrawala pengetahuan dan khazanah keilmuan di bidang ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir.
25
DAFTAR PUSTAKA
Darussalam Andi Baso, Bakar Achmad Abu, & Sabry M. Sadik. 2021. “Konsep Ilmu dalam
Perspektif Al-Qur’an”. Risalah Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, Vol. 7, No. 1
Santalia Indo. 2023. “Metode Ilmu Menurut Perspektif Al-Qur’an”. Jurnal Tafsere, Vol. 1,
No. 1.
Adhiguna Baskoro, Bramastia. 2021. “Pandangan Al-Qur’an Terhadap Ilmu pengetahuan dan
Implementasinya dalam Pembelajaran Sains”. Jurnal INKURI Jurnal Pendidikan IPA
Vol. 10, No. 2, 2021.
Hardiyati Mikyal, dan Baroroh Umi. 2019. “Pendidikan Perspektif Al-Qur’an (Studi Tafsir
Tarbawi Karya Ahmad Munir)”. Jurnal pendidikan, Vol. 13, No. 1.
Ridho Rasyid, I.A. (2023). Urgensi Pendidikan menurut Al-Qur’an dan hadits. Mashadiruna:
jurnal ilmu Al-Qur’an dan tafsir. Vol.(2). No.(3)).
Bramastia, B.A. (2021). Pandangan Al-Qur’an terhadap ilmu pengetahuan dan implikasinya
dalam pembelajaran sains.INKUIRI jurnal Pendidikan IPA. Vol.(10). No.(2)
Junaidi. (2018). Urgensitas ilmu menurut konsep islam. Jurnal at-tarbawi media Pendidikan,
social dan kebudayaan. Vol.(10)No.(2) Juli-Desember
Djunaid, H. (2014). Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an. Jurnal lentera Pendidikan. Vol.17
No.(1) Juni
25 hadits dan Ayat Al-Qur’an tentang Pendidikan. www.orami.co.id. religi. Islami.
Learn Qur’an Tafsir. tafsir. learn-qur’an.com
26