Dhomir 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 102

SKRIPSI

AD DHOMAIR AL MUNFASHIL WA AL MUTTASHIL DALAM AL


QUR’AN SURAH AS SAJADAH SUATU ANALISIS BAHASA

OLEH :
IRMA DARWIS
NIM: 18.1500.016

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE

2022 M/1444 H
AD DHOMAIR AL MUNFASHIL WA AL MUTTASHIL DALAM
AL QUR’AN SURAH AS SAJADAH SUATU ANALISIS BAHASA

OLEH :
IRMA DARWIS
NIM: 18.1500.016

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
(S.Hum) pada Program Studi Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Parepare

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE

2022 M/1444 H

i
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING

Judul Skripsi : Ad Dhomair Al Munfashil wa Al Muttashil dalam

Al Qur’an Surah As Sajadah Suatu Analisis Bahasa

Nama Mahasiswa : Irma Darwis

NIM : 18.1500.016

Program Studi : Bahasa dan Sastra Arab

Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dakwah


Dasar Penetapan Pembimbing : Surat Penetapan Pembimbing Skripsi

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah


B-2663/In.39.7/12/2021

Disetujui oleh

Pembimbing Utama : Dr. H. Abd. Halim K., M.A

NIP : 195906241998031001

Pembimbing Pendamping : Dr. Hamsa, M. Hum.

NIP : 2010078702

ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Skripsi : Ad Dhomair Al Munfashil wa Al Muttashil dalam

Al Qur’an Surah As Sajadah Suatu Analisis Bahasa

Nama Mahasiswa : Irma Darwis

NIM : 18.1500.016

Program Studi : Bahasa dan Sastra Arab

Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dakwah


Dasar Penetapan Pembimbing : Surat Penetapan Pembimbing Skripsi

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah.


B-2663/In.39.7/12/2021

Tanggal Kelulusan : 04 Agustus 2022

Disahkan oleh Komisi Penguji

Dr. H. Abd. Halim K., M.A (Ketua)

Dr. Hamsa, M. Hum. (Sekretaris)

H. Muhammad Iqbal Hasanuddin, M.Ag (Anggota)

Drs. H. Abd. Rahman Pasih, M.Ag (Anggota)

iii
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرمحن الرحمي‬


‫امحلد هلل رب العلمني والصالة والسالم عىل أرشف الانبياء واملرسلني وعىل أهل وحصبه امجعني اما‬
.‫بعد‬
Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji bagi Allah Swt. yang telah mengajarkan

kepada manusia apa yang belum diketahuinya dan memberikan hidayah dan rahmat-

Nya sehingga penelit dapat merampungkan penulisan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program Studi

Bahasa dan Sastra Arab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mengucapkan banyak terima kasih

kepada kedua orang tua terhebat saya, bapak Darwis dan ibu Diana, yang telah

membanting tulang dan bersusah payah mengasuh, mendidik dan membesarkan saya

sejak lahir hingga dewasa, serta tidak pernah bosan memberikan semangat, nasihat

dan doa demi kesuksesan anaknya. Berkat merekalah sehingga peneliti tetap bertahan

dan berusaha menyelesaikan tugas akademik ini dengan sebaik-baiknya. Kepada

Saudara kandung tercinta saya Maryani Darwis dan Husni Darwis peneliti
mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya serta tidak pernah bosan

terus memberi motivasi kepada penulis agar cepat meraih gelar sarjana.

Peneliti telah banyak menerima bimbingan dan bantuan dari bapak Dr. H.

Abd. Halim K, MA. selaku pembimbing utama dan bapak Dr. Hamsa, M. Hum.

selaku pembimbing pendamping atas segala bantuan dan bimbingan yang telah

diberikan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan

tepat pada waktunya, peneliti ucapkan terimakasih.

iv
Selanjutnya, peneliti dengan penuh kerendahan hati mengucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hannani, M.Ag. selaku Rektor IAIN Parepare yang telah bekerja keras

mengelola lembaga pendidikan ini demi kemajuan IAIN Parepare.

2. Bapak Dr. A. Nurkidam, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan

Dakwah, dan selaku dosen penasehat Akademik atas pengabdiannya telah

menciptakan suasana pendidikan yang positif bagi mahasiswa (i) IAIN Parepare
dan selama ini telah memberikan berbagai nasehat, motivasi, dukungan dan

bantuannya dalam menjalani aktivitas akademik. .


3. Bapak H. Muh. Iqbal Hasanuddin, M. Ag. selaku Ketua Program Studi Bahasa

dan Sastra Arab yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuannya

kepada kami sebagai mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab.

4. Bapak Dr. Hamsa, M.Hum Selaku pembimbing Akademik selama menempuh

pendidikan di IAIN Parepare.

5. Bapak/ibu Dosen Program Studi ketua Prodi Bahasa dan Sastra Arab, serta

seluruh dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Parepare dalam
mendidik penulis selama menempuh Pendidikan.

6. Bapak dan ibu admin Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah yang telah

meluangkan waktu mereka dalam membantu sistematika perkuliahan.

7. Bapak dan ibu admin perpustakaan IAIN Parepare dan staf lainnya yang telah

memberi banyak bantuan kepustakaan untuk terselesaikannya tugas akhir ini.

8. Ucapan terima kasih kepada teman Prodi Bahasa dan Sastra Arab angkatan

2018, teman-teman seperjuangan SEMA Fakultas 2021, dan terkhusus Abd.

v
Rahim PK, S.Pd yang telah menjadi Support System dan doa senantiasa

menyertai kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

9. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mengambil bagian dalam

penyelesaian skripsi ini namun tidak sempat dituliskan namanya. Terima

kasih sebesar-besarnya. Jerih payah kalian sangat berarti.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan sangat terbuka dan lapang dada
mengharapkan adanya berbagai masukan dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun guna kesempurnaaan skripsi ini. Semoga segala bantuan yang penulis
dapatkan dari berbagai pihak mendapat balasan yang pantas dan sesuai dari Allah

Swt. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bernilai ibadah di sisi-Nya dan

bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya, khususnya pada Program Studi

Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama

Islam Negeri Parepare.

Akhirnya penulis menyampaikan kiranya pembaca berkenaan memberikan

saran konstruksi dan membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Parepare, 17 Juni 2022

NIM. 18.1500.016

vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Irma Darwis

NIM : 18.1500.016

Tempat/Tgl. Lahir : Makassar, 2 Februari 2000

Program Studi : Bahasa dan Sastra Arab

Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dakwah

Judul Skripsi : Ad Dhomair Al Munfashil wa Al Muttashil dalam Al


Qur’an Surah As Sajadah Suatu Analisis Bahasa.
Menyatakan dengan sesungguhnnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi benar
merupakan hasil karya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini
merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian seluruhnya,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Parepare, 17 Juni 2022

NIM. 18.1500.016

vii
‫جتريد البحث‬
‫إرما درويس‪ .‬الضمائر املنفصل واملتصل يف القران يف سورة السجدة (حتليل اللغة‬
‫(علم النحو))‪( .‬بقيادة السيد عبد احلامل والسيد مهزة)‬
‫اهلدف من هذه الدراسة هو وصف الضمائر املنفصل واملتصل يف القران يف‬
‫سورة السجدة (حتليل اللغة (علم النحو))‪.‬‬
‫هذا البحث هو حبث وصفي نوعي‪ .‬أي أن هذ البحث يفحص ويصف ‪.‬‬
‫الضمائر املنفصل واملتصل يف القران يف سورة السجدة (حتليل اللغة (علم النحو))‪،‬‬
‫خاصة فيما يتعلق بضمري وموقعه ‪ /‬إعرابه ومعناه‪ .‬إن املنهج الذي استخدمها‬
‫الباحثة هو منهج لغوي حنوي من خالل حتليل املشكالت املراد دراستها‪ .‬يتم تنفيذ‬
‫تق نيات مجع البياانت من خالل مراجعة األدبيات من خالل البحث يف بياانت‬
‫أحباث املكتبة للحصول على املعلومات العلمية اليت مت مجعها من خالل مراجعة‬
‫األدبيات كمرجع للمشاكل اليت تعترب مناسبة ‪ ،‬أي من خالل البحث عن البياانت‬
‫املتعلقة بعنوان الباحثة‪ .‬يف حتليل البياانت استخدمت الباحثة األساليب الوصفية‬
‫النوعية (حبوث املكتبات)‪.‬‬
‫أظهرت النتائج أن ‪ ٣٠‬آية يف سورة السجادة حتتوي على ‪ ٧٨‬ضمري تتكون‬
‫من ‪ ٥‬آايت حتتوي على ضمري املنفصل و ‪ ٧٣‬كلمة يف اآلية حتتوي على ضمري‬
‫املتصل‪.‬‬
‫الكلمات املفتاحية ‪ . :‬الضمائر املنفصل واملتصل‪ ,‬سورة السجدة‪ ,‬حتليل اللغة‬
‫(علم النحو)‬

‫‪viii‬‬
ABSTRAK

Irma Darwis. Ad Dhomair Al Munfashil wa Al Muttashil dalam Al Qur’an Surah As-


Sajadah (suatu analisis Bahasa (ilmu Nahwu)). (dibimbing oleh Bapak Dr. H. Abd.
Halim K, MA dan Bapak Dr. Hamsa, M.Hum)).

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap Ad Dhomair Al


Munfashil wa Al Muttashil dalam Al Qur’an Surah As-Sajadah (suatu analisis
Bahasa (ilmu Nahwu).

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Artinya, penelitian ini


mengkaji dan mendeskripsikan tentang Ad Dhomair Al Munfashil wa Al Muttashil
dalam Al Qur’an Surah As-Sajadah suatu analisis Bahasa terutama mengenai
Dhomir, kedudukan/I’robnya serta maknanya. Adapun pendekatan yang digunakan
peneliti adalah pendekatan linguistic sintaksis dengan menganalisis permasalahan
yang akan dikaji. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui telaah literature
dengan cara penelusuran data penelitian kepustakaan untuk mendapatkan informasi
ilmiah yang dikumpulkan melalui kajian literature sebagai rujukan terhadap
permasalahan yang dianggap sesuai, yaitu dengan mencari data yang berkaitan
dengan judul peneliti. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan metode
kualitatif deskriptif (Library Research).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 ayat dalam surah as-Sajadah terdapat


77 dhomir yang terdiri dari 5 ayat terdapat dhomir munfashil dan 72 kata dalam ayat
terdapat dhomir muttashil.

Kata Kunci : Dhomir Munfashil dan Muttashil, Surah as-Sajadah, Analisis Bahasa
(Ilmu Nahwu).

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 8
E. Definisi Istilah .......................................................................................... 9
F. Tinjauan Penelitian Relevan ..................................................................... 10
G. Landasan Teoritis ..................................................................................... 12
H. Bagan Kerangka Pikir............................................................................... 21
I. Metode Penelitian ..................................................................................... 23

BAB II KAJIAN TEORITIS BAHASA ARAB, ILMU NAHWU DAN DHOMIR

َّ ‫(أَل‬
)‫ض ِمي ُْر‬
A. Defenisi Bahasa Arab ............................................................................... 26
B. Ilmu Nahwu .............................................................................................. 28
C. Dhomir ..................................................................................................... 32

x
BAB III AL-QUR’AN SURAH AS-SAJADAH

A. Surah As-Sajadah .................................................................................... 37


B. Kandungan Surah As-Sajadah .................................................................. 44
C. Keutamaan Surah As-Sajadah .................................................................. 47

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Bentuk penulisan Dhomir Al Munfashil Wa Al Muttashil dalam Al-Qur’an


Surah As Sajadah .......................................................................................... 56
B. Kedudukan/I’rob Dhomir Al Munfashil wa Al Muttashil dalam Al-Qur’an
Surah As Sajadah .......................................................................................... 75
C. Kedudukan/I’rob Dhomir Al Munfashil wa Al Muttashil dalam Al-Qur’an
Surah As Sajadah ………………………………………………………….110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….…….123
B. Saran……………………………………………………………………124

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... I

LAMPIRAN .............................................................................................................. IV

BIODATA

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Arab merupakan salah satu rumpun bahasa semit yang paling tua dan

tetap eksis sampai sekarang. Kemampuan bahasa Arab tetap eksis sampai sekarang

disebabkan oleh posisinya sebagai bahasa yang dipilih oleh Allah sebagai bahasa

kitab suci Al Qur’an, dan sebagai bahasa agama (dalam shalat, dzikir, dan doa).1

Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat erat dengan unsur-unsur keagamaan,

yaitu agama islam. Bahasa Arab adalah kunci untuk mempelajari islam karena

bersumber-sumber hukum islam semuanya menggunakan bahasa Arab. Adapun ilmu

yang dimaksud yakni Nahwu dan Shorof. Sementara Ilmu Nahwu adalah tentang

pokok-pokokyang dengannya dapat diketahui oleh hal ihwal kata-kata bahasa Arab

dari segi I’rob dan Bina’nya yaitu dari sisi apa yang dihadapinya dalam keadaan kata-

kata itu disusun.

Dalam Kitab “Qawaidul Lughah al Arabiyah” dijelaskan bahwa:

ِ ‫ك َ َِك َم ِة دَا ِخلِ الْ ُج ْم َ َِل َو ِض ْبطُ أَ َوا ِخ ِر الْ َ َِك َم‬
‫ َو ِك ْي ِف َي ُة‬,‫ات‬ ‫النَّ ْح ُو ه َُو قَ َوا ِع ٌد يُ ْع َر ُف ِبِ َا َو ِظ ْيفَ ُة ُ ِ ل‬

.‫اع َْراِبِ َا‬


ِ
Artinya:

1
Abd. Wahab Rosyidi dan Mamlu’atun Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran
Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki Press, Cet.2, 2012), h. 4.

1
2

Ilmu nahwu adalah ilmu yang kaidah untuk mengenal fungsi-fungsi kata yang

masuk pada kalimat, mengenal hukum akhir dan untuk mengenal cara

mengi’rob.2

Sedangkan dalam Kitab Syarah Mukhtasor Jiddan ‘Ala Matni Al Jurumiyah,

dijelaskan bahwa ilmu nahwu adalah:

‫النَّ ْح ُو ه َُو ِع ْ ٌْل ِبقَ َوا ِع ٍد يُ ْع َر ُف ِبِ َا أَ ْح ََك ُم الْ َع َ ِرب َي ِة َحا َل تَ ْر ِك ْيِبِ َا ِم َن اإلع َْر ِاب َوأإلبْنَا ٓ ِء َو َما يَت َّ ِب ُعهُ َما‬
ِ
ُ‫اَس َو َح ْذ ِف الْ َعائِد‬
ِ َ ‫رش ْو ٍط النَّ َو‬ ُ ُ ‫ِم ْن‬

Artinya:

Ilmu Nahwu adalah ilmu yang dengan kaidah tersebut diketahui hukum-hukum

bahasa Arab baik dalam keadaan tersusun dari segi i’rab bina’ dan sesuatu yang

mengikutinya berupa syarat-syarat nawasih (merubah mubtada dengan khabar)

dan terbuangnya ‘aid.3

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu nahwu adalah ilmu

yang mempelajari kaidah tata bahasa Arab agar kita dapat mengetahui hukum-hukum

akhir dari kata, baik dari segi susunan (tarkib), i’rab dan bina’nya, yaitu dari sisi apa

yang dihadapinya dalam kata-kata itu disusun. Adapun tujuan utama penyusunan

ilmu Nahwu ialah agar bahasa Arab yang fasih tetap terjaga sehingga Al Qur’an dan

2
Fuad Nikmah, Mulakhas Qawaidul Lughah Al Arabiyyah (Beirut: Darul Al Islamiyah, tt
) h.17.
3
A.Z Dahlan,Syarah Mukhtasor Jiddan ‘Ala Matni al Jurumiyah (Semarang: Karya Thoha, tt),
h. 2.
3

Al Hadits Nabi juga bisa tetap terjaga dari kesalahan. Disisi lain, ilmu Nahwu juga

bisa dipakai untuk mengungkap keajaiban bahasa Al-Qur’an.4

Tidak diragukan lagi bahwasanya bahasa Arab merupakan bahasa yang paling

utama, paling luas cakupannya dan bahasa Arab dikarenakan bahasa yang digunakan

sejak Nabi Adam A.s.

Abdul Malik bin Habib berkata bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang

pertama kali diturunkan kepada nabi Adam As di surga, juga merupakan bahasa

klasik dalam sejarah umat manusia. Oleh karena itu, bahasa Arab dihapus dan diganti

dengan bahasa Suryaniah; Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Jabir Ketika

Rasulullah SAW Membaca Al Qur’an dalam Surah Al-Fussilat: 3

.... ‫ قُ ْ ٰراًنا َع َرِب ًّيا ِللقَ ْو ٍم ي َّ ْعلَ ُم ْو َن‬....

Terjemahnya:

Kami menurunkan Al Qur’an dalam Bahasa Arab, untuk Kaum yang

mengetahuinya.5

Diriwayatkan dari Ibnu Abas: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam

Bersabda:

‫ َو ُ َّّلُك َم أَ ْه ُل لْ َجنَّ ِة َع َر ِ ٌِّب‬،‫ ِإل ِ ل ْإّن َع َر ِ ٌِّب َوالْ ُق ْرأ ٓ ٌن َع َر ِ ٌِّب‬،‫أُ ِحب ْو ال َع َر َب لث ََال ِث‬

Artinya:

4
Abdul Qodir Zaelani dkk, Memahami Lebih Dalam Keindahan dan Keunikan Bahasa Arab
(Bandar Lampung: Pustaka Raisa, 2012), h. 35.
5
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan. (Jakarta: CV.
Pustaka Jaya Ilmu, 2014). h. 477.
4

Cintailah bahasa Arab karena tiga hal. Karena saya orang Arab, Al Qur’an

berbahasa Arab dan bahasa penduduk ahli surga.6

Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan keanekaragaman kalimat yang

terkandung didalamnya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya syair-syair (puisi-

puisi), novel ataupun prosa.

Bahasa Arab merupakan salah satu diantara bahasa klasik pada saat ini, akan

tetapi keberadaan nya sampai sekarang terus dipelajari dan digali oleh semua umat

dan Allah sendiri yang langsung menjaga nya dengan washilah (perantara) Al

Qur’an.

Tidak diragukan lagi bahwasanya bahasa Arab merupakan bahasa yang paling utama,

paling luas cakupannya dan bahasa yang paling baik, dikarenakan bahasa yang digunakan

sejak nabi Adam AS dari Ibnu Abas meriwayatkan : ”Bahwasanya bahasa nabi Adam AS di

surga adalah bahasa Arab; maka ketika nabi Adam melakukan ma’siat Allah menghilangkan

bahasa Arab, maka nabi Adam berbica dengan Bahasa Suryaniah; ketika nabi Adam

bertaubat Allah mengembalikan Bahasa Arab”.7

Manusia sebagai makhluk hidup memiliki bahasa untuk berkomunikasi antar

sesama atau dalam istilah bahasa Arabnya disebut dengan haywanun naatiq. Dengan

bahasa membedakan manusia dengan makhluk lainnya karena bahasa manusia

sangatlah kompleks dan bersifat sistematis, arbitrer, konveksional, unik, universal,

produktif, memiliki variasi dan memiliki makna. Harimurti memberikan batasan

6
Ibnu Mandhur, Lisanu Al-Arabi, juz 1, h. 336.
7
As- Suyuti, Al- Muzhir Fi Ulumi al- Lughah Wa Anwâihâ, Jilid I, (Bairut: AlMaktabah Al-
Ashriyah, 1986), hlm: 30.
5

bahasa sebagai sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk

bekerja sama, berinteraksi dan mengindentifikasi diri.8

Bahasa yang digunakan baik secara lisan maupun tulisan, tentunya memiliki

makna-makna yang terkandung didalamnya sehingga terjalin sebuah komunikasi

antar manusia dan dapat saling memahami maksud dari bahasa tersebut. Makna

dalam bahasa dapat dipahami dengan mempelajari aturan atau kaidah bahasa dan

menghubungkannya dengan konteks pemakaian bahasa tersebut. Makna merupakan

sesuatu yang penting dalam sebuah bahasa.

Bahasa akan berfungsi jika kata-kata memiliki sebuah makna yang dapat

dipahami oleh suatu masyarakat. Bila melihat makna dari sebuah kata melalui

penjelasan untuk orang atau sesuatu yang tidak berada dalam situasi tersebut maka

pemaknaan tersebut termasuk dalam kajian pragmatik.

Makna sebuah satuan lingual tertentu ditentukan oleh konteks situasi tuturnya.

Oleh karena itu, pragmatik mencakup kajian mengenai deiksis (paling tidak sebagaian

dari deiksis), implikatur, praanggapan (Presupposition), tindak tutur, dan aspek-aspek

tutur wacana.9

Keistimewaan bahasa Arab ialah bahasa Arab yang diambil dari kata shigah

(bentuk), ja’ma (plural), khashaish bentuk tunggal dari khashashiah, yaitu sifat yang

membedakan dan membatasi yang lain.

8
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, edisi Ke-4 (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 24
9
F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009), h. 53-54.
6

Allah SWT telah menurunkan banyak ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang

keistimewaan bahasa Arab sebagaimana dijelaskan dalam Q S Yusuf : 1-2.

ۗ ِ ْ ‫ْل ٰايٰ ُت الْ ِك ٰت ِب الْ ُمب‬


)2( ‫) ِاًنَّ ٓ َانْ َزلْ ٰن ُه قُ ْرٰاًنا َع َ ِرب ًّيا ل َّ َعل َّ ُ ُْك تَ ْع ِقلُ ْو َن‬1( ‫ِني‬ َ ْ ِ‫الۤ ٰر ۗ ت‬

Terjemahnya:

Alif Lam Ra. Ini adalah ayat-ayat kitab ( Al-Qur’an) yang jelas. Sesungguhnya

kami menurunkannya berupa Qur’an berbahasa Arab, agar kamu mengerti”.10

Ibnu Katsir berpendapat: Bahwasanya bahasa Arab merupakan bahasa yang

paling fasih (jelas dan lugas) diantara bahasa-bahasa yang ada, paling jelas, luas

cakupannya dan arti kalimat yang digunakan memiliki pengaruh tersendiri bagi jiwa

(hati) baik bagi yang membaca atau mendengar. Demikian Allah telah menurunkan

Al Qur’an yang mulia dengan bahasa yang paling mulia kepada Nabi yang Mulia,

Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam melalui perantara malaikat Jibril di

penjuru dunia. Begitu pun dengan Al-Qur’an diturunkan pada bulan yang mulia

(Bulan Ramadhan) merupakan kesempurnaan yang satu dengan lainnya.11

Keanekaragaman arti kalimat tidak hanya dilihat dari perluasan arti kalimat,

cakupan arti maupun banyaknya kosakata yang mencapai ratusan ribu kosakata saja,

akan tetapi bisa dilihat dari metode yang menghasilkan arti kalimat yang banyak,

diantara metode nya baik itu berupa at-tauhid (perluasan), Al-istiqaq (derivasi), an-

nahtu (akronim), danat-ta’rib (dibahasan kedalam bahasa Arab).

10
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan. (Jakarta: CV.
Pustaka Jaya Ilmu, 2014). h. 235.
11
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 2, hlm: 448.
7

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, digunakan oleh angota suatu

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.12

Memegang kunci utama bahasa berarti memegang kunci jendela dunia. Sebab,

sejuta pengetahuan, seribu peradaban yang tercipta semuanya ada dan terbahasakan,

bahkan sejarah tidak akan terwujud jika tidak ada bahasa. Bahasa merupakan alat

komunikasi antar manusia untuk menyampaikan maksud, tujuan, serta pikirannya.

Sebagai alat komunikasi, bahasa tidak mungkin terpisah dari manusia dan merupakan

hal terpenting didalam kehidupan, untuk bisa bersosialisasi terhadap lingkungannya.

Isim dhomir dalam bahasa Indonesia adalah kata ganti. Kata ganti, sebagaimana

diketahui ada 3 yaitu kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua dan kata ganti

orang ketiga. Dhomir adalah bentuk kata ganti orang. Kata ganti atau dhomir

memiliki kelompok kata tersendiri yang dalam ilmu nahwu disebut isim mabni yaitu

isim yang tidak dapat berubah baris akhirnya walaupun bermacam-macam amil atau

kata yang mempengaruhinya. Sedangkan Muhammad ‘Abdurrahim ‘Adas memberi

defenisi isim dhomir sebagai berikut:

Peneliti memfokuskan pembahasan penelitian ini mengenai isim dhomir serta

analisis bahasa. (analisis dalam surat As-Sajdah ayat 1-30). Selanjutnya, metode (al

thoriqoh), secara etimologis adalah jalan, cara, sistem, madzhab, aliran, haluan,

keadaan, tiang tempat berteduh, orang mulia, goresan (garis pada sesuatu).

Sedangkan pengertian metode secara terminologis adalah cara mengajar yang

12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2016. h. 221.
8

digunakan oleh pengajar dalam sebuah proses pembelajaran bahasa agar tercipta

tujuan yang ingin dicapai. Bahwa metode (al-thariqah) adalah aspek teoritis yang

dapat memotivisir suatu proses aktivitas pembelajaran secara maksimal dan ideal,

namun ia bukan mrupakan tujuan akhir pembelajaran suatu bahasa, karena metode itu

sendiri bersifat prosedural. Dari paparan di atas, maka yang menjadi fokus kajian

tulisan ini adalah: Bentuk penulisan dhomir dalam surah As Sajadah dan kedudukan

isim dhomir dalam surat As-Sajdah ayat 1-30.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Bentuk penulisan Dhomir Al Munfashil Wa Al Muttashil dalam Al-

Qur’an Surah As Sajadah?

2. Bagaimana kedudukan/I’rob Dhomir Al Munfashil wa Al Muttashil dalam Al-

Qur’an Surah As Sajadah?

3. Bagaimana makna Dhomir Al Munfashil Wa Al Muttashil dalam Al-Qur’an

Surah As Sajadah?

C. TujuanPenelitian

1. Untuk mengetahui bentuk penulisan Dhomir Al Munfashil dan Al Muttashil

dalam Al-Qur’an Surah As Sajadah.

2. Untuk mengetahui kedudukan Dhomir Al Munfashil dan Al Muttashil dalam

Al-Qur’an Surah As Sajadah.

3. Untuk menganalisis dan mengetahui i’rob Dhomir Al Munfashil dan Al

Muttashil dalam Al-Qur’an Surah As Sajadah.


9

D. Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teoritis

Diharapkan hasil dari penelitian tersebut dapat menjadi salah satu referensi

untuk memperoleh informasi dan juga sebagai referensi Perpustakaan Fakultas

Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Parepare.

2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa

IAIN Parepare khususnya Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Parepare

serta menjadi sumber informasi yang relevan dengan materi Dhomir Al Munfashil wa

Al Muttashil dalam Al-Qur’an Surah As Sajadah suatu analisis bahasa.

1) Bagi Mahasiswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumber informasi

yang akurat sesuai pedoman penulisan Skripsi IAIN Parepare.

2) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi masyarakat

yang mengetahui dhomir Al Munfashil wa Al Muttashil dalam Al-Qur’an Surah As

Sajadah suatu analisis bahasa.

3) Bagi Peneliti

Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi sumber wawasan bagi peneliti dalam

mengetahui Dhomir Al Munfashil wa Al Muttashil dalam Al-Qur’an Surah As

Sajadah suatu analisis bahasa dan juga sebagai salah satu syarat untuk bisa meraih

gelar sarjana.
10

E. Definisi Istilah

Definisi yaitu berisi tentang istilah-istilah yang menjadikan sebuah judul.

Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman sebagaimana yang telah dimaksud oleh

peneliti serta mengembangkan wawasan agar penelitian ini lebih tearah dan efektif,

maka terlebih dijelaskan dengan pengertian judul sebagai berikut:

1. Definisi Dhomir

Dhomir termasuk dalam kelompok isim ma’rifat, yaitu isim yang menunjukkan

sesuatu yang sudah jelas. Dhomir yaitu isim yang menunjukkan arti kata ganti orang

pertama (mutakallim), orang kedua (mukhatab) atau orang ketiga (ghaib).13

Didalam kitab Jamiud Durus ‘Arabiyah dijelaskan bahwa:

‫الضَّ ِم ْ ُي َما يَ ْك ِن ِب َه أَ ْن ُمتَ َ َِكل ْم أَ ْو ُمخ ََاط ْب أَ ْو غَائِ َب‬

Artinya:

Dhamir adalah suatu kata yang terdiri dari si pembicara (mutakallim), orang

yang diajak bicara (mukhatab) atau orang yang dibicarakan (ghaib).14

Secara etimologi (bahasa) indonesia, dhomir artinya kata ganti. Sedangkan

menurut terminologi (istilah) dhomir adalah isim ma’rifat yang berfungsi sebagai kata

ganti kalimat (aku, kita, kami, dia, mereka, dan lainnya).

13
Imanuddin Sukamto, Tata Bahasa Arab Sistematis (Pendekatan Baru Mempelajari Tata
Bahasa Arab), (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007), h.4.
14
Mushtafa Al-Ghulayaini, Jami’ud Durusil Arabiyah (Beirut, Dar al-Kutub al Islamiyah,
1980), h.116
11

F. Tinjauan Penelitian Relevan

Peneliti menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan dalam penelitian skripsi

yang akan peneliti teliti, mempunyai kemiripan dengan penelitian skripsi yang lain.

Penelitian yang berhubungan dengan dhomir munfashilun wa muttashilun yang dikaji

baik dalam bentuk makalah, buku, penelitian relevan, tinjauan teori, tinjauan

kepustakaan, maupun hasil penelitian. Penulis menyadari bahwa tidak menutup

kemungkinan dalam penelitian skripsi yang akan peneliti teliti, memiliki kemiripan

dengan penelitian yang lain.

Jurnal yang ditulis oleh Basyar, Syarifudin. "Analisis Kata Ganti (Dhamir)

dalam al-Qur'an Surat As-Sajdah serta Metode Pembelajarannya." Jurnal Al Bayan:

Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab . Dengan menggunakan metode penelitian

kepustakaan. Isi pada jurnal ini adalah bagaimana bentuk dhomir munfashilun dan

muttashilun dalam Q.S As Sajadah yang mengacu pada perubahan posisi serta

kedudukan yang terjadi dalam surah As Sajadah. Jika berbicara mengenai dhomir

analisis yang digunakan adalah analisis isi yang merupakan teks berupa kata-kata,

makna gambar, simbol gagasan. Dalam meneliti kata ganti (dhomir) dalam surah As

Sajadah agar kita mampu mengetahui bagaimana kedudukan dhamir dalam surah As

Sajadah.15

Persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian ini adalah sama-sama

membahas mengenai dhomir. Akan tetapi ada letak perbedaannya yaitu pada metode

15
Basyar, Syarifudin. "Analisis Kata Ganti (Dhamir) dalam al-Qur'an Surat As-Sajdah serta
Metode Pembelajarannya." Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab 8.2 (2016): 97-
118.
12

pembelajarannya, sedangkan penelitian ini hanya fokus pada dhomir munfashil dan

muttashil dalam QS. As Sajadaah.

Jurnal yang ditulis oleh Sya’bani, Muhammad Zaky. "Analisis Kemampuan

Mengubah Pronomina (Isim Dhomir) Mahasiswa Semester IB Akhwat STIT Darul

Fattah Bandar Lampung." An Naba . Dengan menggunakan metode penelitian

kualitatif deskriptif. Isi pada jurnal ini menjelaskan bagaimana dhomir munfashil,

muttashil, pronomianya, jika berbicara mengenai pronomia pada jurnal ini juga

berkaitan dengan judul diatas tentang dhomir munfashil dan muttashil suatu analisis

bahasa. Pada jurnal ini juga membahas mengenai perbedaan kalimat serta isim yang

ada Bahasa Arab dan mengkhususkan padasurah An-Naba.16

Persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian ini adalah sama-sama

menjelaskan tentang dhomir pada bahasa arab,akan tetapi letak perbedaannya pada

penelitian ini ialah pada pronomia surah an-Naba, sedangkan penelitian fokus pada

dhomir munfashil dan dhomir muttashil dalam QS. As Sajadah.

Buku yang ditulis oleh Hamsa, Hamsa. "Dhomir (Kata Ganti): Cara Cepat

Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir." buku ini menjelaskan mengenai kajian ilmu

nahwu adalah isim mabni berupa dhomir (Kata Ganti) dhomir ini lah menjadi acuan

dalam perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab, sehingga dhomir bagian yang

sangat penting pendalaman ilmu nahwu shorof. 17

16
Sya’bani, Muhammad Zaky. "Analisis Kemampuan Mengubah Pronomina (Isim Dhomir)
Mahasiswa Semester IB Akhwat STIT Darul Fattah Bandar Lampung." An Naba 2.2 (2019).
17
Hamsa, Hamsa. "Dhomir (Kata Ganti): Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir."
(2019)
13

Adapun persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian ini ialah sama-sama

menjelaskan tentang perbedaan dan pembagian pada dhomir tersebut, akan tetapi

letak perbedaannya ialah penelitian ini hanya berfokus pada dhomir munfashil dan

muttashil pada dhomir.

G. Landasan Teoritis

Secara etimologi (bahasa) indonesia, dhomir artinya kata ganti. Sedangkan

menurut terminologi (istilah) dhomir adalah isim ma’rifat yang berfungsi sebagai kata

ganti kalimat (aku, kita, kami, dia, mereka, dan lainnya).

Dhomir termasuk dalam kelompok isim ma’rifat, yaitu isim yang menunjukkan

sesuatu yang sudah jelas. Dhomir yaitu isim yang menunjukkan arti kata ganti orang

pertama (mutakallim), orang kedua (mukhatab) atau orang ketiga (ghaib).18

Didalam kitab Jamiud Durus ‘Arabiyah dijelaskan bahwa:

‫الضَّ ِم ْ ُي َما يَ ْك ِن ِب َه أَ ْن ُم َت َ َِكل َم أَ ْو ُمخ ََاط ِب أَ ْو غَا ِئ َب‬

Artinya:

Dhomir adalah suatu kata yang terdiri dari si pembicara (mutakallim), orang

yang diajak bicara (mukhatab) atau orang yang dibicarakan (ghaib).19

Dari beberapa pengertian diatas, dapat diketahui bahwa Dhamir adalah

isim/kata yang seorang yang berbicara (mutakallim), orang yang diajak berbicara

(Mukhatab), dan orang yang dibicarakan (ghoib).

18
Imanuddin Sukamto, Tata Bahasa Arab Sistematis (Pendekatan Baru Mempelajari Tata
Bahasa Arab), (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007), h.4.
19
Mushtafa Al-Ghulayaini, Jami’ud Durusil Arabiyah (Beirut, Dar al-Kutub al Islamiyah,
1980), h.116.
14

Jadi, dilihat dari aspek perannya sebagai pelaku didalam dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu sebagai berikut: 20

a) Orang pertama (‫ ) ُم َت ََكَّم‬seperti: ‫ َ َْن ُن‬, َ‫أًَن‬

b) َ ‫ ) ُمخ‬seperti: ‫أَن َْت‬, ‫ أَن ُ ْْت‬,‫ أَن ُ َُّْت‬, ‫أَن ِْت‬


Orang kedua (‫َاط ِب‬

c) َ ِ‫ )غَائ‬seperti: ‫ ه لُن‬,‫ُه‬,‫ا‬
Orang ketiga (‫ب‬ ْ ُ ‫ ُ َُه‬,‫ِه‬
َ ِ ,‫ه َُو‬

Adapun perbandingan Dhomir/Kata ganti dapat dilihat pada tabel berikut:21

Ad–dhomair al-munfashil
Ad-dhomair al-
Al- Al-Marfu’ah Kategori Dhomir
muttashil
Mansubah

Mudzakkar

‫ى ُه‬ ‫ا ََّّي ُه‬ ‫ه َُو‬


ِ G
‫ُ َُها‬ ‫ا ََّّي ُ َُها‬ ‫ُ َُها‬
ِ H
‫ُ ُْه‬ ‫ا ََّّي ُ ُْه‬ ‫ُ ُْه‬ A
ِ
Muannats I

‫َها‬ ‫ا ََّّي ُها‬


ِ َِ
‫ِه‬ B

‫ُ َُها‬ ‫ا ََّّي ُ َُها‬ ‫ُ َُها‬ (Orang Ketiga)


ِ
‫ه َُّن‬ ‫ا ََّّي ُه َّن‬ ‫ُه َّن‬
ِ

20
Nurul Huda, Mudah Belajar Bahasa Arab (Jakarta: Amzah, Cet. 2, 2012), h. 12.
21
Dr. Hamsa, M.Hum, Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir (Makassar:
Cet.1,Gundadarma Ilmu, 2019), h.7
15

Mudzakkar M

َ‫ك‬ َ‫ا ََّّيك‬ ‫أَن َْت‬ U


ِ
‫ُ َُك‬ ‫ا ََّّي ُ َُك‬ ‫أَنْ ُت َما‬ K
ِ
ْ‫ُك‬ ْ‫ا ََّّي ُك‬ H
‫أَنْ ُ ْت‬
ِ
A
Muannats
T
‫ِك‬ ‫ا ََّّي ِك‬ ‫أَنْ ِت‬
ِ A
‫ُ َُك‬ ‫ا ََّّي ُ َُك‬ ‫أَنْ ُت َما‬
ِ B
‫ُك َّن‬ ‫ا ََّّي ُك َّن‬ ‫أَن ُ َُّْت‬ (Orang Kedua)
ِ
Mudzakkar dan Muannats

‫َي‬ ‫ا ََّّي َي‬ َ‫أًَن‬ MUTAKALLIM


ِ
َ‫ًن‬ َ‫ا ََّّيًن‬ ‫َ َْن ُن‬ (Orang Pertama)
ِ
Gambar 1.1 Bagan Perbandingan Dhomir/Kata Ganti

Jenis-Jenis Dhomir

Kata ganti (Dhamir) dalam Bahasa Arab terdiri atas 3 bagian: Munfashil,

Muttashil dan Mustatir.

a) Dhamir Munfashil

Dhamir Munfashil adalah dhamir yang terpisah atau berdiri sendiri, dhamir

munfashil terdiri dari dua bagian:

1. Dhamir rafa’ munfashil yaitu dhamir yang terpisah dari isim dan fi’il yang

menempati mubtada’, khabar, fail, dan naibul fail.


16

2. Dhamir nasab munfashil yaitu dhamir yang terpisah yang ditandai dengan

baris nasab, yang menempati maf’ulun bih (objek) sebagai tanda nasabnya.

Adapun contoh penggunaan dhomir munfashil ketika berada di awal kalimat.

Sebagai berikut: 22

Dhomir Ghaib

Makna Kalimat

Dia (Seorang mahasiswa) ‫ه َُو َطا ِل ٌب‬

Dia ( 2 Orang mahasiswa) ‫ُ َُها َطا ِل َب ِان‬

Mereka (3 orang mahasiswa ٌ‫ُ ُْه ُط َّالب‬

Dia (Seorang mahasiswi) ‫ِه َطا ِل َب َة‬


َِ

Dia ( 2 orang mahasiswi) ‫ُ َُها َطا ِل َبتَ ِان‬

Mereka (3 orang mahasiswi ٌ َ‫ُه َّن َطا ِلب‬


‫ات‬

Dhomir Mukhatab

Kamu (seorang mahasiswa) ‫أَن َْت َطا ِل ٌب‬

Kamu (2 orang mahasiswa) ‫أَنْ ُت َما َطا ِلبَ ِان‬

Kalian (3 orang mahasiswa) ٌ‫أَن ُ ْْت ُط َّالب‬

Kamu (seorang mahasiswi) ‫أَن ِْت َطا ِل َب َة‬

Kamu (2 orang mahasiswa) ‫أَنْ ُت َما َطا ِل َبتَ ِان‬

22
Hamsa, , Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir (Makassar: Cet.1, 2019), h.3
17

Kalian (3 orang mahasiswi) ‫أَن ُ َُّْت َطا ِل َبا ٌت‬

Dhomir Mutakallim

Saya seorang mahasiswa ‫أًَنَ َطا ِل ٌب‬

Saya seorang mahasiswi ‫أًَنَ َطا ِل َب ٌة‬

Kami 2 orang mahasiswa ‫َ َْن ُن َطا ِلبَ ِان‬

Kami 2 orang mahsiswi ‫َ َْن ُن َطا ِلبَتَ ِان‬

Kami mahasiswa ٌ‫َ َْن ُن ُط َّالب‬

Kami mahasiswi ٌ ‫َ َْن ُن َطا ِل َب‬


‫ات‬

Kami guru-guru ‫ُمدَ لِر ُس ْو َن‬

Gambar 1.2 Bagan Contoh Dhomir munfashil ketika berada di awal kalimat.

b) Dhomir Muttashil

Dhomir muttashil adalah dhomir yang bersambung, baik bersambung dengan

isim, fi’il, maupun huruf. Dhamir ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Dhomir rafa’ muttashil, yaitu dhomir yang selalu bersambung dengan fi’il, isim

khana, dan saudara khana.

2. Dhomir nasab muttashil, yaitu dhomir mabni yang bersambung dengan fi’il,

isim inna dan saudara isim inna.

3. Dhomir jar muttashil, yaitu dhomir yang bersambung dengan isim dan huruf

jar.
18

Adapun contoh dhomir muttashil ketika berada di akhir kalimat, sebagai berikut:23

Dhomir Ghaib

Makna Kalimat

Mahasiswanya (dia seorang laki-


‫َطا ِل ُب ُه‬
laki)

Mahasiswanya (dia 2 orang laki-


َ ُ َ‫َطا ِلب‬
‫اُها‬
laki)

Mahasiswa mereka (mereka 3


‫ُط َّالِبُ ُ ْم‬
orang laki-laki)

Mahasiswinya (dia seorang


‫َطا ِل َبُتُ َا‬
perempuan)

Mahasiswinya (dia 2 orang


َ ُ ‫َطا ِل َب ُت‬
‫اُها‬
perempuan)

Mahasiswi mereka (mereka 3


‫َطا ِل َباُتُ ُ َّن‬
orang perempuan

Dhomir Mukhatab

Mahasiswamu (kamu seorang


‫َطا ِل ُب َك‬
laki-laki)

Mahasiswamu (kamu 2 orang َ‫َطا ِل َبا ُكم‬

23
Dr. Hamsa, M.Hum, Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir (Makassar: Cet.1,
2019), h.6
19

laki-laki)

Mahasiswa kalian (kalian 3


‫ُط َّال ُب ُ ُْك‬
orang laki-laki)

Mahasiswimu (kamu seorang


‫َطا ِل َب ُت ِك‬
perempuan)

Mahasiswimu (kamu 2 orang


‫َطا ِل َب ُت ُ َاُك‬
perempuan)

Mahasiswi kalian (kalian 3


‫َطا ِل َباتُ ُك َّن‬
orang perempuan)

Dhomir Mutakallim

Mahasiswaku ‫َطا ِل ِب‬

Mahasiswa kami ‫ُط َّالبُ َنا‬

Gambar 1.3 Bagan Contoh Dhomir muttashil ketika berada diakhir kalimat.24

c) Dhomir Mustatir

Dhomir mustatir adalah isim dhomir yang tidak nampak dalam lafalnya seperti

lafal ‫ أَن َْت‬pada kalimat Dhamir mustatir ada 2 macam yaitu: 25‫اقْ َرا‬
ِ
1. Dhomir Mustatir wujuban, yaitu dhamir yang tersimpan pada fi’il yang tidak

bisa diganti dengan isim dzohir.

24
Dr. Hamsa, M.Hum, Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir (Makassar: Cet.1,
2019), h.6
25
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan Antara Teori dan Praktik(Bandung: Nuansa Aulia,
2008), h.129
20

2. Dhomir mustatir jawazan, yaitu dhomir yang tersimpan pada fi’il yang bisa

diganti dengan isim dzohir.

Adapun ketentuan-ketentuan yang terdapat pada dhomir yaitu, dhomir terdapat yang

menempati status rofa’ nashob dan jar.

a) Apabila dibaca Rofa’ maka kedudukannya sebagai mubtada’, khobar, fail atau

naibul fail, isim kaana.

b) Apabila dibaca nashob maka kedudukannya sebagai maf’ul bih dan isim inna.

c) Apabila dhomir dibaca jar maka kedudukannya sebagai mudhofun ilaihi dan

majrur sebab didahului dengan jar.

d) Tetapi dhomir jangan dibaca jazam, karena tidak terdapat dhomir yang

menempati status jazam, dan dhomir tidak mempunyai isim maka tidak terdapat

majzum.

Ad Dhomair merupakan “ kata ganti”, istilah ini dikenal dalam bahasa Arab

dengan tiga kategori yaitu:

a. Mutakallim, yaitu: Dhomir/Kata ganti untuk orang pertama, yakni aku dan

kami.

b. Mukhatab, yaitu: Dhomir/Kata ganti untuk orang kedua, yaitu kamu dan kalian.

c. Ghaib, yaitu: Dhomir/Kata ganti untuk orang ketiga, yaitu dia dan mereka.

Dalam bahasa Arab, kata ganti (Dhomir) lebih luas pembahasannya, karena

terdapat istilah kata ganti untuk laki-laki, kata ganti untuk perempuan, kata ganti

tunggal,serta kata ganti dua orang dan jamak.


21

Dhomir (kata ganti), yaitu kata yang digunakan untuk mengganti nama

seseorang, atau sesuatu agar tidak terjadi pengulangan kata yang sama secara

berurutan. Ada 3 jenis Dhomir dalam bahasa Arab jika ditinjau dari kedudukan

I’robnya, yaitu:

1. Ad-Dhomair Al-Munfashil Al-Marfu’ah

2. Ad-Dhomair Al-Munfashil Al-Mansubah

3. Ad-Dhomair Al-Muttashilah

1. Dhomir Munfashil (‫ )الضَّ ِم ْ ُي امل ُ ْنفَ ِصل‬merupakan dhomir yang penulisannya dipisah

dari isimnya sebab dhomir munfashil ialah dhomir yang berdiri sendiri. Contoh:

1) ‫ = ُه َو َطا ِل ٌب‬Dia (Laki-laki) Seorang Pelajar

2) ٌ‫ = اَنْ َت ن َ ِش ْيط‬Kamu (Laki-Laki) rajin

3) ‫ِه ُمدَ لِر َس ٌة‬


َ ِ = Dia (Perempuan) seorang guru (perempuan)

Dhomir munfashil mempunyai 2 macam yaitu:

1) Dhomir Munfashil yang di Rofa’kan adalah dhomir yang membuat akhir dari

kata yang didampinginya memiliki tanda huruf alif, waw, dan nun. Atau

berharakat fathah, dhommah, serta tanwin.

Contoh : ٌ‫ ُ ُْه ُط َّالب‬,‫ب‬


ٌ ‫ أَنْ َت َطا ِل‬,‫أًَنَ َطا ِل ٌب‬

2) Dhomir Munfashil yang dii’robkan adalah dhomir yang membuat kata yang

didampinginya memiliki huruf akhir “ya” dan harakat “kasrah”.

ْ ُ َّ‫ اي‬,‫ ا ََّّي َي‬,‫اي ل َك‬


Contoh : ‫ُك‬
ِ ِ ِ
22

2. Dhomir Muttashil (‫ )الضَّ ِم ْ ُي امل ُتَّ ِص ْل‬merupakan dhomir yang penulisannya estafet

dengan kata yang berbeda (menyatu). Dhomir ini berkedudukan sebagai objek.

Contohnya: ‫َه ٰذا ِكتَ ِاِب‬

Dhomir muttashil mempunyai 3 macam bentuk:

1) Dhomir Muttashil yang dibaca rofa’

2) Dhomir Muttashil yang dibaca nashob

3) Dhomir Muttashil yang dibaca jarr

2. Surah As Sajadah artinya ‫س‬ujud, surah ini terdiri atas 30 ayat ini termasuk

dalam golongan surah makkiyah dan diturunkan setelah surah Al Mu’minun. Ia

dinamakan As- Sajadah berhubungan pada surah ini terdapat ayat sajadah, yaitu

pada ayat ke-15. Adapun kandungan srah As-Sajadah ialah: aturan mendirikan

shalat malam (shalat tahajjud dan witir); menjelaskan tentang proses kejadian

manusia didalam rahim sampai menjadi manusia; menjelaskan tentang keadaan

orang mukmin didunia dan nikmat yang mereka peroleh diakhirat;

menceritakan kehinaan yang menimpa orang kafir di akhirat hingga mereka

memohon untuk dikembalikan ke dunia kembali; menyatakan tentang Nabi

Muhammad SAW. Benar-benar seorang rasul dan menjelaskan bahwa belum di

utus seorang rasulpun kepada kaum musyrik makkah; serta menjelaskan bahwa

Allah adalah penguasa alam semesta dan yang mengaturnya dengan aturan yang

sempurna.
23

H. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini difokuskan dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran yang dapat menjelaskan dan dipahami dengan mudah terkait

Ad Dhomair Al Munfashil wa Al Muttashil dalam Al-Qur’an As Sajadah suatu

analisis Bahasa. Kerangka pikir ini menjadi alat bantu untuk mudah memahami

maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini.

KERANGKA PIKIR

SURAH AS-SAJADAH

AD-DHOMAIR

DHOMIR AL-MUNFASHIL DHOMAIR AL-MUTTASHIL

HASIL PENELITIAN

Gambar 1.4 Bagan Kerangka pikir


24

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dengan

demikian ini mengkaji dan mendeskripsikan tentang dhomir (kata ganti) dalam Al

Qur’an suatu analisis bahasa ini dikhususkan pada QS As Sajadah. Dengan ini

Dhomir munfashil dan muttashil dalam Qs As Sajadah dikaji dengan menggunakan

analisis bahasa dari segi bentuk penulisan dan kedudukan serta i’robnya.

I. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai

Dhomir )‫ (الضَّ ِم ْ ُي‬dalam al-Qur’an surah As-Sajadah. Dari segi tempat pelaksanaan

penelitian dan objek kajiannya yaitu buku-buku yang berkaitan dengan judul

penelitian ini merupakan penelitian pustaka karena data yang diperoleh dalam

penelitian ini berasal dari dokumen tertulis yakni al-Qur’an. Studi pustaka adalah

serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode pengumpulan data pustaka,

membaca dan mencatat, kegiatan telaah buku perpustakaan serta sumber-sumber

referensi umum, seperti buku-buku tentang nahwu. Serta mengolah bahan penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun penelitian yang dilakukan adalah penelitian bahasa yang mengkaji

tentang Dhomir )‫ (الضَّ ِم ْ ُي‬dalam al-Qur’an surah As-Sajadah suatu analisis bahasa. Maka

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Linguistik Sintaksis, karena

membahas tentang kaidah-kaidah nahwu.


25

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik cara yang dilakukan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

Jenis pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu penelitian kepustakaan

(Library research). Adapun penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam

material yang ada di perpustakaan. Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan semua

buku-buku yang berkaitan tentang pembahasan Dhomir )‫ (الضَّ ِم ْ ُي‬dalam al-Qur’an surah

As-Sajadah dan menganalisis kalimat-kalimat tersebut dengan panduan buku-buku

kaidah nahwu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, kemudian

mendokumentasikan hasil yang telah diperoleh ke dalam laporan penelitian.

4. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

deskriptif.

5. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua buku-buku yang

berkaitan tentang pembahasan Dhomir )‫ (الضَّ ِم ْ ُي‬didalamnya. Sumber data pada

penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu:


26

a. Data Primer adalah data utama atau data pokok yang digunakan dalam

penelitian. Adapun data primer yang dijadikan rujukan utama dalam penelitian

ini adalah al-Qur’an dikhususkan pada surah as-Sajadah.

b. Data Sekunder adalah data pelengkap yang diperoleh tidak melalui tangan

pertama, melainkan melalui tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Seperti buku-

buku, yang berbentuk digital (Digital Library) terkait dengan penelitian ini

yang diperoleh dengan cara melalukan penelusuran informasi berbasis website

diperpustakaan serta sumber-sumber referensi umum, seperti buku-buku

tentang nahwu.

6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Agar pembahasan ini dapat tercapai sesuai dengan maksud dan tujuan yang

diharapkan, maka data atau informasi yang terkumpul akan diolah berdasarkan

metode penelitian kualitatif, karena jenis data digunakan juga data kualitatif

deskriptif.
BAB II

KAJIAN TEORITIS BAHASA ARAB, ILMU NAHWU, DAN

DHOMIR )‫( َألضَّ ِم ْ ُي‬

A. Definisi Bahasa Arab

Bahasa merupakan suatu kebutuhan dasar dan penting bagi manusia, karena

bahasa adalah media penyampaian ide, gagasan, dan pikiran manusia dalam bentuk

ucapan atau tulisan dengan maksud agar dipahami oleh orang lain. Seiring dengan

perjalanan waktu kehidupan manusia ragam bahasa pun semakin banyak, diantaranya

adalah bahasa Arab. Bagi sebagian besar orang, bahasa Arab sangat sulit untuk

dipelajari dan dipahami, karena kata-kata dalam bahasa Arab memiliki pengertian

yang sangat luas dan saling berkaitan. Untuk dapat memahami bahasa Arab, perlu

kiranya bagi mereka untuk mempelajari sintaksis mengenai bahasa Arab.26

Diantara bahasa-bahasa dunia tersebut bahasa Arab menjadi bahasa tertua dan

paling lama digunakan di dunia ini. Sejak Al-Qur’an diturunkan dan agama Islam

semakin berkembang, penutur bahasa Arab semakin bertambah. Alasan lainnya

karena bahasa Arab adalah bahasa kitab suci dan tuntunan agama umat Islam

sedunia, maka tentu saja ia merupakan bahasa yang paling besar signifikasinya bagi

milyaran muslim sedunia, baik yang berkebangsaan arab maupun bukan Arab.27

26
Asna Andriani, Urgensi Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Pendidikan Islam (Semarang:
UNISSULA Press, 2019), h. 39-41.
27
Muhammad Zaky Sya’bani, “Analisis Kemampuan Mengubah Pronomina (Isim Dhomir)
Mahasiswa Semester IB Akhwat STIT Darul Fattah Bandar Lampung,” An Naba 2, no. 2 (2019): 10–
20.

27
28

Bahasa Arab adalah salah satu bahasa asing yang dapat dibilang sangat

populer karena kekayaan kosa katanya juga keterampilan dalam mempelajarinya

sangat bervariasi. Bahasa Arab tersusun dari kata, frase, klausa dan kalimat yang

mengandung makna. Tujuan pemebelajaran bahasa Arab adalah untuk mendorong,

membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap

positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun produktif.28

Kemampuan reseptif adalah kemampuan untuk memahami teks berbahasa

Arab dan memahami pembicaraan. Kemampuan produktif adalah kemampuan

menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tertulis.

Mengingat bahasa arab telah menjadi bahasa resmi internasional, kebutuhan untuk

mempelajarinya pun semakin meningkat, tidak hanya dari segi pergaulan sehari-hari

dengan menggunakan bahasa Arab ‘Amiyah, namun kaidah-kaidah penulisan teks

Arab atau bahasa arab fusha’ pun semakin diperhatikan.29

Pembelajaran bahasa sangatlah penting dalam menunjang perkembangan

ilmu pengetahuan. Sebab, bahasa merupakan alat komunikasi dan informasi

sekaligus menjadi kunci untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.

Pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab selama ini sangat kental dengan

pembelajaran mengenai kaidah atau tata bahasa. Kebutuhan komunikasi dan

perkembangan teknologi pada akhirnya mengubah pendekatan pembelajaran bahasa

28
Asna Andriani, Urgensi Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Pendidikan Islam (Semarang:
UNISSULA Press, 2019), h. 39-41.
29
Akla, Pembelajaran Bahasa Arab Antara Harapan dan Kenyataan (Survey di Madrasah
Kota Metro, 2017), h. 176-177.
29

arab, menjadi lebih berorientasi komunikasi. Dalam kerangka inilah pembelajaran

kaidah bahasa arab menjadi penting, karena menekanan pada aspek komunikasi baik

lisan maupun tulisan. Untuk dapat menguasai bahasa Arab dalam pembelajaran

bahasa Arab terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak

(Maharah al-Istima’), keterampilan berbicara (Maharah al-Kalam), keterampilan

membaca (Maharah al-Qira’ah) dan keterampilan menulis (Maharah al-Kitabah).30

Salah satu pembelajaran yang dapat menunjang seseorang dalam memahami

kaidah-kaidah bahasa arab adalah dengan menggunakan ilmu Nahwu. Kajian ilmu

nahwu dianggap sebagai pengantar dan pondasi bagi keilmuan seorang santri. Ilmu

Nahwu merupakan salah sats cabang ilmu dalam Bahasa Arab yang digunakan untuk

mengetahui hukum dari akhir suatu kata. Jadi, ilmu nahwu merupakan kumpulan

beberapa kaidah dalam Bahasa Arab yang berfungsi untuk mengetahui bentuk kata

beserta keadaan-keadannya ketika masih mufrad (berjumlah satu kata) atau ketika

sudah Murakkab (tersusun). Di dalam ilmu nahwu juga terdapat pembahasan

mengenai ilmu sharaf. Karena ilmu Sharaf merupakan bagian dari Ilmu Nahwu,

dimana fokus pembelajarannya ditekankan kepada pembahasan mengenai bentuk

pada suatu kata beserta keadaannya saat mufrad.31

30
Abu Said, Problematika Pembelajaran Nahwu Menggunakan Kitab al-Jurumiyah Jawan
Kelas Satu Pondok Pesantren Darul Abror Watumas Purwokerto Utara (Purwokerto: IAIN
Purwokerto, 2019), h. 2.
31
Moh. Saifullah al-Aziz Senali, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu (Surabaya: Terbit Terang,
2005), h. 19.
30

B. Ilmu nahwu

Nahwu secara bahasa adalah ‫ ا َّلطريْ ُق َوالْ ِجهَ ُة‬yang artinya jalan dan arah. Sedangkan

menurut Ar-Razi nahwu adalah ُ‫( الْقَ ْصد‬tujuan) dan ‫( ا َّلط ِريْ ُق‬jalan). Akan tetapi nahwu

menurut ulama klasik adalah terbatas pada masalah-masalah yang membahas I’rab

dan Bina yaitu penentuan baris akhir sebuah kata sesuai posisi dan kalimatnya. Ilmu

Nahwu merupakan bagian dari kalam Arab yang mempelajari keadaan kalimat sesuai

aturan atau kaidah kebahasaan Arab. Ilmu nahwu dalam kiprahnya tetap

mempertahankan urgensi I’rab, alasannya adalah i’rab merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam pembentukan kalimat bahasa arab, dimana tanpa i’rab suatu

kalimat bahasa arab tidak akan sempurna.32

Secara umum, ilmu nahwu digunakan untuk menganalisis kedudukan i’rab

sebuah kalimat dalam jumlah. Secara istilah, Nahwu adalah kaidah yang didalamnya

menjelaskan bentuk bahasa Arab baik pada saat berdiri sendiri maupun dalam bentuk

susunan kalimat. Untuk mensukseskan pembelajaran nahwu dan sharaf, salah satu

kunci yang harus diperhatikan adalah pembelajaran qawaid.33

Sebagai salah satu ilmu pokok dalam bahasa Arab, ilmu nahwu tidak dapat

diabaikan karena tanpa ilmu nahwu, bahasa Arab akan menjadi kacau-balau dan

susunan kata serta kalimatnya akan tidak teratur. Karena itu, dalam mempelajari

32
Dicky Nathiq Nauri, Metode Pembelajaran Nahwu Pada Pondok Pesantren Miftakhul Huda
06 Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2018),
h. 24.
33
SAHELA MUSTIKA, “Makna Sujud Dalam Ayat-Ayat Sajdah (Kajian Tafsir Al-Misbâh Karya M.
Quraish Shihab),” 2018.
31

bahasa Arab, ilmu nahwu penting untuk diketahui. Nahwu adalah aturan-aturan yang

dapat mengenal hal ihwal kata-kata bahasa Arab, baik dari segi i’rab maupun bina’.

Nahwu di zaman sekarang ini, setelah berkembangnya penelitian dan

pengkajian tentang analisis kebahasaan, para ulama cenderung mengubah dan

memperluas pengertian ilmu nahwu, bukan hanya terpusat pada pembahasan i’rab

dan bina’ bagi sebuah kata, namun dapat pula mencakup pembahasan tentang

penjaringan kosakata, pertalian interen antara beberapa kata, penyatuan beberapa

kata dalam rentetan bunyi tertentu dan hubungan antara kata-kata yang ada dalam

kalimat serta komponen-komponen yang membentuk sebuah ungkapan.34

Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri ialah perkembangan baru mengenai

pengertian baru tentang ilmu nahwu ini tetap mempertahankan urgensi i’rab.

Alasannya ialah i’rab merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pembentukan

kalimat bahasa Arab, di mana tanpa i’rab, sebuah kalimat bahasa Arab tidak akan

sempurna, ciri khas ke Arabannya akan hilang bila i’rabnya tidak sempurna.35

Ilmu nahwu merupakan salah satu bagian dari ilmu bahasa arab. Ilmu nahwu

adalah ilmu yang sangat berperan dalam memahami segala aspek yang menyangkut

Bahasa Arab terutama al-Qur’an, hadits-hadits Nabi saw dan kitab-kitab yang

menggunakan bahasa Arab. Mustahil orang dapat memahami Bahasa Arab tanpa

34
Nailis Sa’adah, Problematika Pembelajaran Nahwu bagi Tingkat Pemula Menggunakan
Arab Pegon (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2019), h. 17.
35
Mualif, Metodologi Pembelajaran Ilmu Nahwu dalam Pendidikan Bahasa Arab (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 27-28.
32

terlebih dahulu memahami ilmu Nahwu.36 Ilmu nahwu memiliki 3 ruang lingkup

pembahasan yaitu:

a. Kalimat

Definisi kalimat dalam bahas arab tidak sama dengan definisi kalimat

dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, kalimat adalah kumpulan

dua kata atau lebih yang menunjukkan kepada suatu makna / maksud.

Sedangkan dalam bahasa arab, kalimat adalah sebuah kata atau lafazh yang

menunjukkan kepada satu arti. Seperti : Ali adalah sebuah kata dalam bahasa

Indonesia dan disebut satu kalimat dalam bahasa Arab.

b. Jumlah

Definisi jumlah dalam bahasa arab merupakan rangkaian dari dua

kalimat atau lebih untuk menyampaikan suatu maksud atau tujuan. Hal ini

berbeda dengan definisi dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia,

susunan beberapa kata yang tergabung menjadi satu disebut kalimat,

sedangkan dalam bahasa arab disebut jumlah.

c. Syibh Jumlah

Syibhu jumlah adalah sebuah istilah yang terdiri dari dua kata yaitu

syibh dan jumlah. Syibh artinya menyerupai, maka syibh jumlah artinya

menyerupai jumlah. Syibhu jumlah terbagi kepada dua bagian:

36
Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Jogjakarta: Diva Pres, 2015), h. 102.
33

1.) Jar Majrur

Jar Majrur terdiri dari dua kalimat, yaitu huruf jar dan isim

majrur. Contoh: ‫ ْبس ِم‬terdiri dari dua kalimat yaitu : ‫ ِب‬sebagai huruf jar dan

ِ ْ ‫ ا‬sebagai isim majrur. Ini menunjukkan bahwa Jar Majrur menyerupai


‫إس‬

jumlah karena ia terdiri dari dua kalimat sebagaimana jumlah yang

minimal harus terdiri dari dua kalimat. 37

2.) Zharaf Mudhaf Ilaih

Zharaf Mudhaf Ilaih juga terdiri dari dua kalimat yaitu zharaf

zaman / zharaf makan dan mudhaf ilaih. Contoh : ‫ ِع ْندَ هللا‬terdiri dari dua

kalimat yaitu َ‫ ِع ْند‬sebagai zharaf makan, ‫ هللا‬sebagai mudhaf ilaih. Hal ini

juga menunjukkan bahwa zharaf mudhaf ilaih menyerupai jumlah karena

ia terdiri dari dua kalimat sebagaimana jumlah yang minimal harus terdiri

dari dua kalimat.38

C. Dhomir )‫( َألضَّ ِم ْ ُي‬

Secara etimologi (bahasa) indonesia, dhomir artinya kata ganti. Sedangkan

menurut terminologi (istilah) dhomir adalah isim ma’rifat yang berfungsi sebagai kata

ganti kalimat (aku,kita, kami, dia, mereka, dan lainnya).

37
Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Jogjakarta: Diva Pres, 2015), h. 102.
38
Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Jogjakarta: Diva Pres, 2015), h. 102.
34

Definisi dhomir adalah lafadz yang menunjukkan seseorang perkara yang

memiliki keadaan ghoib atau hadir. Dhomir juga dapat diartikan sebagai kata ganti

orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Sementara isim dhomir sebagai isim

mabni yang menunjukkan orang pertama (yang berbicara), orang kedua (yang diajak

bicara) atau orang ketiga (yang dibicarakan). Dari definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa isim dhomir adalah isim yang berfungsi sebagai kata ganti orang dalam bahasa

Arab. Kata ganti orang tersebut menunjukkan orang pertama, orang kedua, dan orang

ketiga.39

Isim dhomir juga berfungsi untuk pengganti atau mewakili penyebutan

sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda atau orang. Dhomir bersifat mabni

(tetap).40

Dhomir adalah “kata ganti”, istilah ini dikenal dalam bahasa Arab dengan

tiga kategori yaitu:

1) Mutakallim yaitu: Dhomir/kata ganti untuk orang pertama, yakni aku dan kami.

2) Mukhatab yaitu: Dhomir/kata ganti untuk orang kedua, yakni kamu dan kalian.

3) Ghaib yaitu: Dhomir/kata ganti untuk orang ketiga, yakni dia dan mereka.

Dalam bahasa Arab , kata ganti (Dhomir) lebih luas pembahasannya, karena

terdapat istilah kata ganti untuk laki-laki, kata ganti untuk perempuan, kata ganti

39
Alifa Dzatun Nitho Qoin, “Nomina Permanen (isim mabni) dalam buku khulashoh Nurul
Yaqin, Juz 3 (Analisis Sintaksis)”, (Skripsi, Program studi pendidikan bahasa Arab Jurusan bahasa dan
Sastra Asing, Bahasa dan Senin Universitas Semarang, 2015), h. 19
40
Hakim Taufiqul, Program Permulaan Baca Kitab Kuning, (Jepara: Al-Falah Mengimbangi
2003), h. 2.
35

tunggal, serta kata ganti dua orang dan jamak. Dhomir (kata ganti) yaitu kata yang

digunakan untuk mengganti nama seseorang, atau sesuatu agar tidak terjadi

pengulangan kosa kata yang sama secara berurutan.41

Adapun penggunaan dhomir pada kata kerja yaitu menyesuaikan dengan

bentuk kata kerja itu sendiri. Apakah kata kerja akhirnya, sekarang, atau perintah.

Fi’il atau kata kerja dibagi atas tiga golongan besar menurut waktu terjadinya:

a) Fi’il Madhi (‫)فعل ماض‬ atau kata kerja masa lampau. Yaitu lafadz yang

menunjukkan arti pekerjaan dengan disertai zaman yang telah lewat/zaman

madhi, contohnya: ‫كَتَ َب َزيْ ٌد‬ (Zaid telah menulis), sebelum lafadz ini di

khabarkan, pekerjaan menulisnya telah selesai.

b) Fi’il Mudhari’ (‫مضارع‬ ‫)فعل‬ atau kata kerja masa sekarang, yaitu lafadz yang

menunjukkan arti pekerjaan dengan disertai zaman hal/saya istiqbal, contoh:

‫يَ ْر َج ُع َزيْ ٌد غَ َدا‬ (Zaid akan kembali besok), ketika mengkhabarkan lafadz ‫يَ ْرجِ ُع‬

pekerjaan kembali pulang akan dilakukan setelah mengkhabarkan.42

Fi’il madhi atau fi’il mudhari’ mengalami perubahan bentuk sesuai dengan

jenis Dhamir yang gagal (‫ )فاغل‬atau pelaku pada kata kerja tersebut. Untuk fi’il

madhi terjadi perubahan bentuk pada akhir kata, sedangkan fi’il mudhari’

terjadi perubahan pada awal dan akhir kata.

41
Dr. Hamsa, M.Hum, Dhomir (Kata Ganti) Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan
Dhomir, IAIN PAREPARE NUSANTARA PRES,(Cet. 1- Makassar: Gundadarma Ilmu, 2019), h. 1
42
M. Sholehuddin Shofwan, Saya Pengantar Al Qawaid Abu- Shorfiyyah, (Jombang: Darul
Hikmah 2000), h. 9
36

Dhomir ( ‫) الضمي‬ Fi’il Madhi ( ‫ فعل‬Fi’il Mudhari’ ( Terjemah

‫) ماض‬ ‫) فعل مضارع‬

‫فَ َع َل‬ ‫يَ ْف َع ُل‬ Dia (lk)


‫ه َُو‬
melakukan

‫فَ َع َال‬ ‫يَف َع َال ِن‬ Mereka 2 (lk)


‫ُ َُها‬
melakukan

‫فَ َعلُ ْوا‬ ‫يَ ْف َعلُ ْو َن‬ Mereka 3 (Lk)


‫ُ ُْه‬
melakukan

َِ
‫ِه‬ ‫فَ َعلَ ْت‬ ‫تَ ْف َع ُل‬ Dia (Pr)

melakukan

‫فَ َعلَتَا‬ ‫تَ ْف َع َال ِن‬ Mereka 2 (Pr)


‫ُ َُها‬
melakukan

‫فَ َعلْ َن‬ ‫يَ ْف َعلْ َن‬ Mereka 3 orang


‫ه َُّن‬
(Pr) melakukan

‫فَ َع ْل َت‬ ‫تَ ْف َع ُل‬ Kamu (Lk)


‫أَن َْت‬
melakukan

‫فَ َعلْ ُت َما‬ ‫تَ ْف َع َال ِن‬ Kamu 2 (Lk)


‫أَنْ ُت َما‬
melakukan
37

‫فَ َعلْ ُ ْت‬ ‫تَ ْف ُعلُ ْو َن‬ Kalian 3 orang


‫أَنْ ُ ْت‬
(Lk) melakukan

‫فَ َعلْ ِت‬ ‫تَ ْف ِع ِل ْ َني‬ Kamu (Pr)


‫أَنْ ِت‬
melakukan

‫فَ َعلْ ُت َما‬ ‫تَ ْف َع َال ِن‬ Kamu 2 orang (Pr)


‫أَنْ ُت َما‬
melakukan

‫فَ َعلْ ُ َُّت‬ ‫تَ ْف َعلْ َن‬ Kalian 3 orang


‫أَن ُ َُّْت‬
(Lk) melakukan

َ‫أًَن‬ ‫فَ َعلْ ُت‬ ‫أَفْ َع ُل‬ Saya melakukan

‫َ َْن ُن‬ ‫فَ َعلْ َنا‬ ‫ن َ ْف َع ُل‬ Kami melakukan

c) Fi’il Amr ( ‫ ) فعل امر‬atau kata kerja perintah dalam kalimat yang menunjukkan arti

perintah yang sedang dilakukan oleh mutakallim (pembicara) sebagai orang yang

memerintahkan agar dilakukan oleh mukhatab (lawan bicara) sebagai orang yang

diperintah. Jadi perlu diketahui bahwa yang menjadi pelaku dari fi’il amar (kata

kerja perintah) adalah dhomir mukhatab (lawan bicara) atau orang kedua sebagai

orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhomir mukhatab

terdiri dari:
38

Fi’il Amr ( ‫) فعل أمر‬ Terjemah


Dhomir ( ‫) الضمي‬

‫أَن َْت‬ ‫افْ َع ْل‬ Kamu (Lk) lakukanlah


ِ

‫إافْ َع َال‬ Kamu 2 orang (Lk)


‫أَنْ ُت َما‬
lakukanlah

‫أَنْ ُ ْت‬ ‫إافْ َعلُ ْوا‬ Kalian (lk) lakukanlah

‫أَنْ ِت‬ ‫افْ َع ِ ْل‬ Kamu (Pr) Lakukanlah


ِ

‫أَن ُ َُّْت‬ ‫افْ َعلْ َن‬ Kalian (Pr) Lakukanlah


ِ
BAB III

AL QUR’AN SURAH AS-SAJADAH

A. Surah As-Sajadah

Al-Qur’an mendapat perhatian yang tinggi dari umat Islam sejak masa Nabi

Muhammad SAW, sampai pada masa sekarang ini. Sehingga umat terdahulu dan

umat sekarang telah menghafal lafadznya, memahami maknanya dan mengamalkan

isinya. Perhatian terhadap Al-Qur’an merupakan kenyataan yang telah diakui oleh

sejarah dalam menjaga kitab yang paling mulia. Perhatian terhadap Al-Qur’an dari

penympangan dan perubahan.43

Surah ini diberi nama surah As-Sajadah karena didalamnya Allah menuturkan

sifat orang-orang mu’min yang berbakti dan jika mereka mendengar Al-Qur’an yang

agung “mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Tuhannya, dan lagi

pula mereka tidaklah sombong”. Surah As-Sajadah adalah surah makkiyah,

sebagaimana surah-surah makkiyah lainnya, surah ini mengetengahkan pembahasan

pokok-pokok Akidah islam, yaitu iman kepada Allah, hari kiamat, kitab-kitab, Rasul-

rasul, ba’ts dan balasan amal perbuatan.44

Surah As-sajadah tergolong surah makkiyah terdiri dari 30 ayat. Diturunkan

sesudah surah Al-Mu’minun. Surah ini dinamai As-Sajadah berhubung pada surah ini

terdapat ayat sajdah (sujud). Tema utamanya, serupa dengan tema utama surah-surah

makkiyah, yaitu ajakan tunduk kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta Alam raya

43
Muhammad, Studi al-Qur’an al-Karim, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h. 34.
44
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op.cit. h.187-188

39
40

dan manusia, serta Pengaturnya juga tentang kebenaran nabi Muhammad

Shallallahu’alaihi Wa Sallam. Yang kepada beliau diwahyukan Al Qur’an serta

kepercayaan akan keniscayaan kiamat.45

Surah ini turun sesudah surah An-Nahl dan sebelum surah Nuh. Dia adalah

surah ke-73 dari segi penurutan turunnya dan ke-32 dari segi penempatannya di

mushaf.46

Surah As-Sajadah tidak jauh beda dengan tema-tema surah makkiyah lainnya,

yaitu pengukuhan pokok-pokok aqidah berupa iman kepada Allah, hari Akhir, kitab-

kitab, rasul-rasulnya, ba’ts dan pembalasan. Sentral pembicaraan dalam surah ini

adalah pengukuhan dan penegasan ba’ts setelah mati yang disangkal, dilingkari dan

tidak dipercayai oleh orang-orang musyrik dan orang-orang beraliran materialisme,

serta menjadikannya sebagai alat dan alasan mendustakan Nabi Muhammad

Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.47

Dalam surah As-Sajadah ini terdapat ayat As-Sajadah (sujud) yaitu ayat 15.

Surah ini merupakan salah satu dari empat surah dalam Al Qur’an yang mengandung

perintah untuk bersujud.

45
M. Quraish Shihab, Tashrif Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 173
46
R I O SETIAWAN, “Makna Pembacaan Surah AsSajadah Pada Jamaah Masjid Nurul Huda Desa
Sukaraja Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir (Kajian Living Quran)” (UIN
RADEN FATAH PALEMBANG, 2021).
47
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid 11, h. 204
41

Surah As-Sajadah merupakan surah yang terdiri dari atas 30 ayat yang

diturunkan di mekah dan termasuk golongan surah Makkiyah, serta diturunkan

sesudah surah Al-Mu’minun.48

َ secara etimologi adalah bentuk Masdhar dari kata


Adapun kata Sajadah (‫)َسَدَة‬

َ‫ ََسَد‬yang berarti ‫( خَضَ َع‬menunduk), ‫( خَضَ َعا النَّ ْح ُن‬membungkuk atau menundukkan kepala

َ َ ْ‫ك َما ِذ َل فَقَد‬


karena hormat), ‫( َجِبَ ْتَ ُه ِِف ا َإل ْرضُ ْو ِض َع‬meletakkan keningnya kebumi), ‫َس َد‬ ‫( ُ ِ ل‬Setiap hal

yang bersujud untuk penyerahan atau ketaatan adalah sujud). Anggota tubuh yang

digunakan untuk sujud yaitu dahi, hidung, telapak tangan, lutut, dan dua kaki.49

Menurut al-Raqib al-Asfahani, sujud merupakan ungkapan ketundukan kepada

Allah Subhana Wa Ta’ala dan beribadah kepadaNya, yang mana hal itu diberlakukan

umum bagi semua makhluk, baik itu manusia binatang, tumbuhan dan benda mati.50

Sujud terbagi menjadi dua yaitu, Pertama, Sujud Sukarela, ini hanya berlaku

untuk manusia dan karenanya mendapat pahala. Kedua, sujud dengan terpaksa, ini

berlaku bagi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Adapun istilah lain sujud juga

berarti menghormati dan memuliakan.51

Berdasarkan penjelasan di atas surah As-Sajadah merupakan golongan dari

surah Makkiyah, dalam surah As-Sajadah terdapat ayat sajadah yang diperintahkan

untuk bersujud. Adapun penjelasan mengenai kata sajadah (sujud) merupakan

48
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani, 2015) h. 116
49
Manzur, Lisan al-Arab, jilid 11, h. 416-417
50
Al-Asfahani, Mu’jam Mufradat, h. 299
51
Abdul Aziz Dahlan, Suplement Ensiklopedi Islam, Jilid 11, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997), h. 286-288
42

mashdar dari kata sujud yang berarti menunduk, sedangkan dalam Al Qur’an terdapat

istilah lain yang digunakan untuk menjelaskan makna “bersujud” kepada Allah yakni

qanata (‫)قَنَ َت‬, Aslama (‫) اَ ْس َ َْل‬, sabbaha (‫) َس َّب َح‬, saala (‫) َسا َل‬, dan sujud arti penghormatan

terhadap sesuatu selain Allah Subhana Wa Ta’ala.52

Banyak cara yang ditempuh oleh para pengkaji Al-Qur’an untuk mengkajikan

kandungan dan pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Terkadang sebagian

ahli tafsir menggunakan lebih dari satu metode, sedangkan metode yang dipilih ahli

tafsir biasanya tergantung kepada latar belakang keilmuwan musafir, bisa juga

dipengaruhi oleh aspek kehidupan ahli tafsir itu sendiri.53

Didahulukannya penyucian Allah atas pujian kepadanya seperti bunyi ayat

diatas merupakan kebiasaan Al Qur’an dan As-Sunnah. Para malaikat dalam dialog

mereka dengan Allah tentang penciptaan manusia menggabung tasbih dan tasnid

dengan menyatakan: “Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau”

(Qur’an Surah Al Baqarah: 30).54

Ayat diatas menggambarkan dua dari sifat kaum mukminin yang menonjol.

Pertama, pengetahuan dan pertambahan iman mereka setiap mendengar ayat-ayat

Allah dan Kedua, kerendahan hati mereka, yang tercerminkan oleh tasbih dan tahmid

serta dilukiskan dengan kalimat “sedang mereka tidak menyombongkan diri.”55

52
Abd. Muin Salim, Metodelogi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2002), h. 37.
53
M Niati, “ANALISIS KATA GANTI (DHAMIR) DALAM SURAT AS-SAJDAH SERTA
METODE PEMBELAJARANNYA” (IAIN Raden Intan Lampung, 2017).
54
Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Al-Qur’an Al-Karim, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2009), h. 6
55
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 194-195
43

Adapun menurut penafsiran yang lain, ayat ini menerangkan bahwa orang-

orang beriman kepada ayat Al-Qur’an dan mengakui bahwa Muhammad itu adalah

rasul Allah adalah orang-orang yang apabila diperingatkan kepada mereka ayat-ayat

Allah dan dibacakan dihadapan mereka, mereka itu bersujud kepadanya. Mereka juga

bertasbih memujinya seraya membaca “Subhanallah wa bihamdihi, subhanallah

‘azim.” Sujud yang demikian dinamakan sujud tilawah. Hukumnya sunnah, baik

dalam shalat maupun diluar shalat.56

Pada dasarnya ayat-ayat dalam Al-Qur’an bisa diklarifikasikan menjadi ayat

Makkiyah57 dan Madaniyah58, ayat-ayat yang berbasis pada tema, periode dan

sebagainya. Diantara klasifikasi tersebut, ada beberapa ayat yang dikategorikan

sebagai ayat sajadah.59

Tindakan mereka itu adalah ketaatan dan ketundukan mereka. Hal itu juga

sebagai tanda bahwa mereka benar-benar menghayati ajaran dan petunjuk ayat-ayat

yang dibacakan kepada mereka. Tidak sedikit pun terdapat sikap angkuh dan

56
Syarifudin Basyar, “Analisis Kata Ganti (Dhamir) Dalam Al-Qur’an Surat As-Sajdah Serta Metode
Pembelajarannya,” Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab 8, no. 2 (2016): 97–118.
57
Makkiyah adalah surah yang diturunkan di Mekah walaupun turunnya itu setelah hijrah. Ciri-
ciri ayat Makkiyah adalah dimulai dengan lafadz “yaa ayyuha Al-Naasu”, Lafadz “kalla”, kemudian
setiap surat yang didalamnya terdapat ayat sajadah adalah Makkiyah. (Lihat Muhammad Abdul
Adzim Al Zarqani, Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, terj),Qadirun Nur dan Ahmad Musyafiq,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h. 206.
58
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan di Madinah ciri-ciri ayat Madaniyah adalah
yang dimulai dengan lafadz “yaa ayyuha Al-ladzina Aamanu”, setiap surah yang mengandung
penjelasan tentang hudud dan faraidl. (Lihat Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-‘Urfan
Fi ‘Ulum Al-Qur’an), h. 205.
59
Ismail, Penafsiran Filsafat Mistis Ayat Sajadah, (Kajian Pemikiran Ibnu’Arabi), Jurnal
Religia Vol. 14, No. 1, April 2011, h. 129
44

sombong dalam menghambakan diri kepada Allah. Mereka juga senang dan khusyuk

dalam beribadah.60

Namun pendapat dari kebanyakan ulama mengatakan bahwa yang dimaksud

dengan kata sujud adalah sujud yang sebenarnya, yakni mereka menyungkur kepada

Allah SWT dengan menempelkan wajah mereka ketanah, sebagai pengagungan atas

ayat-ayat Allah dan rasa takut akan kemungkaran dan Azab Allah. Ayat sajadah

adalah ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an yang apabila seseorang membaca atau

mendengar dianjurkan untuk melakukan sujud tilawah, baik didalam shalat maupun

diluar shalat.61

Adapun menurut ulama lainnya mengatakan firman Allah SWT yang bunyinya

‫“ ِان َّ َما يُ ْؤ ِم ُن ِبئَايَ ِ َُت‬Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat kami.”

‫“ َّ ِاَّل َين ِا َذا ُذ ِك َر َواِبْ َا ِخ ُر َو َ ل‬orang-


Artinya, yang membenarkan ayat-ayat kami itu hanyalah: ‫َس َدا‬

orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (kami), mereka menyungkur

sujud.” Yaitu mereka mendengarkan dan mentaatinya baik dengan ucapan atau

perbuatan. Dan bertasbih serta memuji Rabbnya, sedang mereka tidak

menyombongkan diri, yaitu dari mengikuti serta mematuhinya, tidak sebagaimana

yang dilakukan kaum kafir yang bodoh dan fajir.62

Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat ini bahwa Allah telah menjelaskan bahwa

dia telah menciptakan segala sesuatu dengan ciptaan yang sebaik-sebaiknya dan

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 7 (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
60

Indonesia, 2012), h. 590.


61
Achmad Subianto, Sujud Tilawah, (Jakarta: CV Kasala Mitra Selaras, 2011), h. 11
62
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 7, (Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi’I, 2008), h. 310.
45

serapi-rapinya. Ibnu Katsir mengutip ungkapan Malik yang telah meriwayatkan dari

Zaid Ibnu Aslam terkait dengan makna kalimat ‫ش ٍء َخلَقَ ُه‬ َّ ُ ‫ ل ِاَّل ْي أ ْح َس َن‬yakni dzat yang
َْ ‫ك‬

menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, seolah-olah Allah menciptakan

dari taqdim dan ta’khir. Kemudian setelah menyebutkan penciptaan langit dan bumi

Allah menyebutkan proses penciptaan manusia.63

Kemudian, Syeikh al-Qusyairi menafsirkan ayat tersebut dengan “agar manusia

selalu berusaha bersujud secara maksimal bukan sujud yang biasa-biasa saja. Kata

tersebut secara dzahir bisa berarti sujud dan secara majaz bisa berarti shalat. 64

Sebagaimana telah diriwayatkan dalam hadits Rasulullaah Shallaallahu’alaihi

wa sallam tentang ayat sajadah, yaitu:

َّ ‫اّلل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َْل ي َ ْق َرأُ عَلَ ْينَا الس ْو َر َة ِفْيْ َا‬


‫الس َج َد ُة‬ ُ ‫ ََك َن النَّ ِب َص َّىل ل‬: ‫اّلل َعْنْ ُ َما قَال‬ َ ِ ‫َح َّدث ِ َِْن ًنَ ِف ٌع ع َِن ا ْب ُن ُ َُع َر َر‬
ُ ‫ِض ل‬

)‫فَي َْس ُجدُ َون َ ْس ُجدُ َح ََّّت َما ََيِدُ أ َحدُ ًنَ َم ْو ِض َع َجِبْ َتِ ِه (رواه البخار‬

Artinya:

Dari Hadits Nafi’ menyampaikan kepadaku bahwa Ibnu Umar berkata: Nabi

Muhammad Shallaahu ‘alaihi Wa Sallam membacakan surah yang ada ayat

sajadahnya kepada kami. Kemudian Nabi sujud , kami pun ikut sujud sampai

salah seseorang dari kami tidak mendapatkan tempat sujud. (HR. Al-Bukhari).65

63
Al Hafidz ‘Imaduddin Abi Al Fida’ ‘Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir Ad Dimasyiqi, Tafsir Ibnu
Katsir, Juz 6, (Beirut: darul Kutb Ilmiyah, 1998), 321-322.
64
Mahmud Syukri Al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Adhim wa al-
Sab’I al-Matsani,(Beirut: Idarah al-Thiba’ah al-Muniriyyah, 2008), Jilid 30, h. 188.
65
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari al-Ju’fi, Shahih al-Bukhari, Juz 2, (tt:
DarThuq an-Najah, 1442 H), h. 41.
46

Syeikh Abd al-Qadir Jilani menafsirkan dengan “bersujudlah kepada tuhanmu

dalam keadaan rendah diri dan rendah hati dan mendekatkan kepadaNya dengan

membuang kebutuhan-kebutuhan kemanusianmu, menutup dirimu atas bagian-bagian

duniamu.66

Ruzbihan al-Baqli al-Syirazi menafsirkan ayat ini dengan panjang lebar. Ia

mengatakan bahwa perintah bersujud dan mendekatkan diri kepada Allah SWT

tersebut dikarenakan terbukanya sifat-sifat Allah SWT untuk memberi proses tahbib

yang memabukkan. Dan memberi keyakinan dalam hatinya bahwa dia berada dalam

naungan cahaya-cahaya ketuhanan yang berikan oleh al-Haqq dari maqam ketuhanan

ke dalam derajat kehambaan dengan cara menegakkan baginya didalam sujudnya

misteri-misteri keakraban dan membentangkan baginya tikar kesucian supaya dia bisa

mendekat kepadaNya dan memastikan kebahagiaan yang azali dan abadi dalam satu

sujud. Sesungguhnya Allah SWT menghendakinya untuk mengosongkan sirr-nya

dari keinginan dunia dan akhirat dan mendidiknya dalam magam kehambaan, sampai

menjadi pemimpin bagi orang-orang ‘arifin (yang mengenal Allah SWT) dan

mu’min dengan memperlihatkan ketawadu’an dan keimanan pada kekuasaan dan

kerajaan Tuhan.67

66
Abd al-Qadir al-Jilani, Tafsir al-Jilani (Quetta: al-Maktabah al-Ma’rufiyyah, 2010), jilid 5, h.
450.
Abu Muhammad Rizbihan bin Abi al-Nashr al-Baqli al-Syirazi, ‘Arais al-Bayanfi Haqiq al-
67

Qur’an (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2008), jilid 3, h. 518-519.


47

Hadist ini juga berbeda yang menjelaskan bahwa ada lima belas ayat Sajdah

yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu Hadits Ibnu Majah No. 1057 Kitab Iqamah al-

Salah wa al-Sunnah Fiha, bab ‘Adad Sujud al-Qur’an:68

B. Kandungan Surah As-Sajadah

Surah As-Sajadah dibuka dengan pengukuhan Al-Qur’an tanpa sedikitpun yang

diragukan sebagai kitabullah yang diturunkan kepada Rasulnya, Muhammad

Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, penegasan risalah Nabi Muhammad Shallallaahu

‘alaihi Wa Sallam, meruntuhkan persangkaan dan tuduhan orang-orang musyrik

bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, membuat-buat dan mengarang-

arang sendiri Al-Qur’an. Serta penjelasan bahwa belum pernah ada seorang rasul

seperti beliau yang datang kepada mereka sebelumnya.69

Kemudian surah ini melanjutkan pembicaraan dengan memaparkan bukti-bukti

keesaan Allah SWT dan kuasanya, yaitu Allah SWT mengatur dan mengelola alam

semesta ini, menciptakan manusia, merawatnya dan memberikan perhatian

kepadaNya dalam tahapan kehidupan yang dilaluinya, kemudian membangkitkan dan

menghidupkan kembali makhluk, dengan gaya bahasa dan ungkapan yang

menyanggah sikap orang-orang musyrik yang menyingkari adanya, ba’ts karena

mereka berfikir disebabkan oleh kelemahan mereka bahwa tubuh manusia yang sudah

Cholisotun Nisa, “Tafsir Ayat-Ayat Sajdah Perspektif Al-Qurtubi Dan Sayyid Qutb” (UIN Sunan
68

Ampel Surabaya, 2017).


69
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, Jilid 11, h. 204.
48

mati dan hancur menjadi partikel-partikel kecil yang berserakan tidak mungkin untuk

disatukan dan dikembalikan lagi sebagai makhluk yang baru seperti semula. 70

Adapun orang mukmin , ketika di dunia mereka tidak pernah lepas sedikitpun

dari ketaatan siang dan malam, senantiasa berdao kepada Allah Subhana Wa Ta’ala

mereka dengan penuh harap-harap cemas, serta senantiasa menginfakkan harta benda

mereka dijalan keridhaan Allah Subhana Wa Ta’ala di akhirat mereka memperoleh

penghargaan atas amal perbuatan mereka dengan pahal yang melimpah, karunia

agung yang menyenangkan dan menentramkan hati mereka, serta taman-taman surga

tempat menetap yang abadi.71

Setelah itu, surah ini memberikan catatan yang menegaskan bahwa tidak

mungkin menyamakan diantara kedua golongan tersebut karena tidak masuk akal

ganjaran para pendurhaka sama seperti ganjaran orang-orang yang taat.72

Kemudian surah ini ditutup dengan kembali mengukuhkan apa yang disebutkan

dibagian awal surah. Dalam bagian penutup ini, surah As Sajadah menuturkan risalah

dan kerasulan, menerangkan tujuan dari penurunan Taurat kepada Nabi Musa, yaitu

untuk menjadi petunjuk dan bimbingan bagi Bani Israil. Hal ini untuk mengingatkan

tentang benang merah yang menjadi point kesamaan antara risalah Nabi Muhammad

SAW dan risalah Nabi Musa.73

70
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, Jilid 11, h. 204-205.
71
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, “Kementrian Agama Republik Indonesia.“,”
Qur’an Kemenag in Microsoft Word Versi 2 (2012).
72
Hamsa Hamsa, “Dhomir (Kata Ganti): Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir”
(IAIN Parepare Nusantara Press, 2019).
73
Moh Jazuli, “Ayat-Ayat Sajadah Dalam Al-Qur’an Perspektif Fenomenologi,” Jurnal
Pemikiran Dan Ilmu Keislaman 3, no. 1 (2020): 170–95.
49

Kemudian surah ini menuturkan tentang tauhid dan kuasa Allah SWT, serta

memaparkan bukti atas hal itu berupa pembinasaan dan penghancuran terhadap

umat-umat terdahulu yang zalim. Terakhir, surah ini mengaskan kembali tentang

kejadian hasyr yang dianggap sebagai hal yang mustahil oleh orang-orang kafir.74

Dengan begitu, bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa bagian depan surah As-

Sajadah, kandungannya dan bagian penutupnya adalah mengukuhkan pokok-pokok

aqidah, yaitu sebagaimana yang sudah pernah kami sebutkan sebelumnya, tauhid,

risalah dan ba’ts.

Adapun pokok-pokok kandungan surah As-Sajadah ialah sebagai berikut:

1. Aturan mendirikan shalat malam (Tahajjud dan Witir).

2. Menjelaskan tentang proses kejadian manusia didalam rahim sampai menjadi

manusia.

3. Menjelaskan tentang keadaan orang mukmin didunia dan nikmat yang mereka

peroleh diakhirat.

4. Menceritakan kehinaan yang menimpa orang kafir diakhirat hingga mereka

memohon untuk dikembalikan kedunia.

5. Menyatakan tentang Nabi Muhammad SAW, benar-benar seorang rasul dan

menjelaskan bahwa belum diutus seorang rasulpun kepada kaum musyrik makkah.

6. Menjelaskan bahwa Allah adalah penguasa alam semesta dan yang mengaturnya

dengan aturan yang sempurna.75

74
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, Jilid 11, h. 205
75
Abusyuja, Surah As-Sajadah pokok kandungan,keutamaan dan manfaat, 2020. h. 11.
50

C. Keutamaan Surah As-Sajadah

Surah As-Sajadah memuat keistimewaan besar bagi siapapun yang

mengamalkannya dengan sepenuh hati. Berikut ini beberapa keutamaan dari surah

As-Sajadah, yaitu:

1. Menerima buku catatan amalannya dengan tangan kanan diakhirat.

2. Seperti menghidupkan malam lailatul qadr, terhindar dari demam, sakit kepala dan

persendian.

3. Salah surah yang ditakuti oleh syaitan.

4. Menyelamatkan diri dari kejahatan.

5. Membaca surah As-Sajadah akan mendapatkan pahala yang sama besar seperti

menunaikan shalat di malam Lailatu Qadar.

6. Mendapat cahaya di diri kita selama mati.

7. Sebagai doa agar mendapatkan anak sholeh/sholehah.

Menurut riwayat yang dicatat dalam Majma’ al-Bayan, Rasulullah SAW biasa

membaca surah As-Sajadah ini dan surah Al Mulk setiap malam, tepatnya sebelum

tidur. Akhir riwayat dari kaum kafir juga disebutkan disini untuk meneguhkan iman

dan kegigihan kaum mukmin dalam melawan dan menghadapi tekanan musuh-musuh

islam.

Abu Daud juga mengatakan bahwa jumlah tempat sujud adalah sebelas. Akhir

surah al-Hajj dan tiga dalam surah-surah dibawah seratus ayat digugurkan. Inilah
51

yang populer dalam madzhab Maliki dan seperti ini juga diriwayatkan dari Ibnu

Abbas Radhiallaahu ‘anha, Ibnu Umar Radhiallahu ‘anha dan lainnya.76

Ibnu majah dan Abu dawud meriwayatkan dalam kitab sunanNya dari Abdullah

bin munim, salah seorang warga bani Abdi Kilal, dari Amr bin Al Ash, bahwa

Rasulullah membacakan kepadanya lima belas tempat sujud dalam AL Qur’an.

Diantaranya tiga dalam surah-surah dibawah seratus ayat dan dua didalam surah al-

Hajj.77

Surah ini merupakan salah satu dari 29 surah yang diawali dengan huruf-huruf

singkatan, yang setelah huruf-huruf tersebut Al-Qur’an dimuliakan. Pertama. Surah

ini merupakan salah satu dari empat dalam Al-Qur’an yang mengandung perintah

untuk bersujud. Kedua, sama halnya dengan surah-surah makkiyah lainnya, dalam

surah ini juga terdapat penjelasan tentang mabda dan ma’ad. Ketiga, anjuran pada

saat rukuk dan bersujud dimalam hari (yaitu shalat tahajjud), tepatnya ketika banyak

orang yang tertidur lelap, disebutkan dalam surah ini sebagai salah satu sifat orang

beriman, yaitu pada ayat 15, ketika membaca ayat ini diwajibkan bersujud. 78

Ayat-ayat sajadah merupakan beberapa ayat dalam al-Qur’an yang apabila

dibaca disunnahkan untuk melakukan sujud tilawah bagi orang yang membaca dan

76
HR. Abu Daud dalam pembahasan tentang shalat, bab: Pembagian Bab-bab Sujud dan
Jumlah Tempat Sujud dalam Al Qur’an.
77
H.R Ibnu Majah dalam pembahasan tentang iqomah shalat, bab: Jumlah tempat Sujud dalam
al-Qur’an (1/335) dan Abu Daud dalam pembahasan tentang shalat, bab: pembagian bab-bab sujud dan
jumlah tempat sujud dalam Al-Qur’an (2/58).
78
Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, (Jakarta: Al-Huda, 2008). H. 351.
52

mendengarnya. Menurut Muhammad Shaikin, ayat-ayat sajadah adalah ayat-ayat

yang disunnahkan bersujud sesuai membacanya.79

Dalam mushaf al-Qur’an termasuk ayat-ayat sajadah terdapat 15 ayat. Biasanya

ayat-ayat tersebut dibubuhi tanda khusus, semisal tanda kubah yang menunjukkan

bahwa ayat-ayat tersebut adalah ayat-ayat sajadah. Di kalangan para ulama’, jumlah

tersebut masih diperselisihkan. Ada ulama’ yang mengatakan bahwa jumlahnya

hanya ada 14 ayat. Di antara ulama’ yang berpendapat demikian adalah imam asy-

Syafi’i dan Imam Abu Hanifah.80

Dari kelima belas ayat tersebut ada sepuluh ayat yang disepakati, yakni Qs. Al-

A’raf ayat 206, Qs. Al-Ra’d ayat 15, Qs. An-Nahl ayat 49-50, Qs. Al-Isra’ ayat 109,

Qs. Maryam ayat 58, Qs. al-Hajj ayat 18, Qs. al-Furqan ayat 60, Qs. an-Naml ayat

25-26, Qs. as-Sajadah ayat 15, Qs. Fushshilat ayat 37.

Dalam Sunan Ibnu Majah, dari Abu al-Darda, dia berkata, “aku pernah bersujud

bersama Rasulullah Shallaahu ‘ alaihi wa Sallam sebanyak sebelas kali sujud. Tidak

ada satupun tempat-tempat sujud pada surah-surah dibawah seratus ayat: Al-A’raf,

Ar-Ra’d, An-Nahl, Al-Isra’, Maryam satu pada surah Al-Hajj, An-Naml, As-Sajadah

dan Sad.81

79
Muhammad Shaikin, Panduan Shalat Lengkap dan Praktis, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 87
80
Abi Zakaria Yahya Bin Syarifuddin An-Nawawi Asy-Syafi’I, At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil
Qur’an , (Surabaya: Alhidayah, TT), 108-110.
81
HR. Ibnu Majah dalam Iqamah bab: Jumlah Tempat Sujud dalam Al-Qur’an (1/335).
53

Quraisy Syihab dalam buku kaidah tafsir, mengatakan bahwa perintah

yang menggunakan redaksi berita jauh lebih tegas daripada perintah yang

menggunakan

lafadz-lafadz perintah, karena dengan redaksi perintah, terbuka kemungkinan

dari yang membangkang untuk melanggarnya dan ketika itu yang memerintah

tidak dinilai berbohong. Jika yang memerintah menyampaikan perintahnya dalam

bentuk berita, lalu terbukti ada yang melakukan apa yang bertentangan

dengan yang diberitakan, maka si pengucap dapat dinilai berbohong karena

telah memberitakan sesuatu yang keliru. Jika demikian, siapa yang melanggar

berita yang dimaksudkan sebagai perintah, maka ia bagaikan menyatakan

bahwa Allah berbohong atau tidak tahu.82

Dari lima belas ayat-ayat sajadah, penulis akan menjelaskan beberapa ayat

yang menggunakan redaksi khabari(berita). Pertama, QS. al-A’raf ayat 206. Ibn

Katsir menafsirkan ayat ini dengan tafsiran bahwa pada ayat penutup surat

al-A’rof ini, Allah menceritakan kepada manusia tentang ketekunan ibadah

para malaikat supaya manusia meneladaninya. Dalam sebuah hadits, Nabi

menganjurkan untuk meniru shafnya para malaikat, yakni memenuhi shaf yang

pertama baru kemudian membuat shaf baru. Pada ayat ini, orang yang membaca

atau yang mendengarnya dianjurkan untuk melakukan sujud yang disebut

82
Quraish Syihab,Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan Dan Aturan Yang Patut AndaKetahui
Dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2013),61.
54

dengan sujud tilawah. Ayat ini merupakan ayat pertama yang mengandung

sujud tilawah.83

Berbeda dengan Ibn Katsir, as-Suyuti dalam menafsirkan ayat ini lebih

menyoroti pada sajadah yang terkandung dalam ayat ini beserta kesunnahan untuk

melakukan sujud tilawah bagi yang membaca dan mendengar ayat ini. Penafsiran

yang digunakan oleh as-Suyuti pada ayat ini adalah “Ibn Abi Syaibah meriwayatkan

dari Abil ‘Uryan al-Muja Sy’ie dari Ibn Abbad bahwasanya beliau menyebutkan

Sajdatil qur’an itu adalah al-A’rof , ar-Ro’du, an-Nahl, Bani Isro’il, Maryam, al-Hajj,

an-Naml, al-Furqon, Alif Lam Mim Tanzil, Hamim Tanzil dan Shod.84

Dari dua penafsiran tersebut, jelaslah bahwa ayat ini mengandung kesunnahan

untuk melakukan sujud tilawah bagi orang yang membaca atau mendengarnya.

Penafsiran as-Suyuti dalam menafsirkan ayat ini terlihat seperti bukan penafsiran,

karena beliau tidak menjelaskan sedikitpun penafsiran ayat ini. Beliau hanya

menjelaskan bahwa ayat ini merupakan ayat sajadah yang mengaharuskan seseorang

melakukan sujud tilawah. Seharusnya, beliau menjelaskan terlebih dahulu penafsiran

ayat tersebut, baru kemudian menjelaskan Sajadah (Kesunnahan untuk melakukan

sujud tilawah), sebagaimana yang dilakukan oleh Ibn Katsir.

Penafsiran Qs. al-Ra’d ayat 15, penafsiran Ibn Katsir pada ayat ini adalah

dengan menjelaskan bahwa Allah Subhana Wa Ta’alaa, memberi tahu hamba-

83
Imam Abi al-Fida’ al-Hafidz ibn Katsir ad-Damsyiqi,Tafsir al-Qur’anul adzim, jus 2,
(Bairut: Darul Qutub al-Ilmiyah, 1971), 268-269.
84
Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir as-Durrul Mansur fi Tafsir bil Ma’tsur, Juz, Pdf (Qahirah: TP,
2003), h. 728-731.
55

hambaNya tentang keagungan dan kekuasaanNya yang meliputi segala sesuatu,

sehingga segala sesuatu ini tunduk kepadaNya, baik dengan sukarela (bagi orang-

orang mu’min) maupun dengan terpaksa (bagi orang-orang kafir).85

Ibn Katsir menjelaskan bahwa dalam ayat ini, Allah mengingatkan kepada

makhlukNya akan kekuasaanNya yang agung dan Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu. Allah menciptakan malam dengan kegelapannya dan siang dengan

terangnya, keduanya bergiliran dengan tanpa terpisahkan. Allah menciptakan

matahari dengan sinarnya dan bulan dengan cahayanya serta telah ditentukan

perbedaan perjalanan keduanya.86

Perbedaan perjalanan keduanya ini dapat menjadi petunjuk akan perubahan

siang, malam, minggu, bulan dan tahun serta dapat mengetahui waktu-waktu, baik

waktu untuk beribadah maupun waktu untuk bekerja. Matahari dan bulan merupakan

benda yang paling bagus di ala mini, namun Allah mengingatkan bahwa dua benda

yang paling bagus di ala mini, namun Allah mengingatkan bahwa dua benda tersebut

hanyalah makhluk Allah, janganlah menyembah keduanya, karena menyembah

keduanya berarti menyekutukan Allah dan Allah tidak akan mengampuni dosa orang-

orang yang menyekutukan Allah.

Orang yang beriman yang ingin mendapatkan kemenangan duniawi dan

ukhrawi hendaklah mereka senantiasa melakukan ruku’ sujud’ serta senantiasa

melakukan amal-amal shaleh sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Katsir dalam

85
Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir al-Durrul Mansur Juz 8, h. 415.
86
Imam Abi al-Fida’ al-Hafidz Ibn Katsir ad-Damsyiqi, Tafsir al-Qur’anul adzim, Juz 4, h.
92.
56

penafsiran ayat tersebut. Hal ini juga mungkin dimaksud dengan nasehat menurut al-

Sututhi.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti membahas tentang Dhomir Al

Munfashil wa Al Muttashil dalam Al Qur’an Surah As Sajadah suatu analisis bahasa.

Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian dari Surah As-Sajadah

menunjukkan bahwa 30 ayat dalam surah As-Sajadah terdapat 77 Dhomir diantaranya

5 dhomir munfashil yang terdapat dalam ayat As-Sajadah dan 72 Dhomir Muttashil

dalam surah As-Sajadah.

Adapun ayat yang termasuk dalam dhomir Al Munfashil wa Al Muttashil

dalam Al-Qur’an surah As-Sajadah suatu analisis bahasa ialah sebagai berikut.

1. Dhomir Al Munfashil

No Ayat Isi

٣ َ ِ ‫اَ ْم يَ ُق ْولُ ْو َن افْ َ ٰىَت ُه ۚ بَ ْل ه َُو الْ َحق ِم ْن َّرب ل َِك ِل ُت ْن ِذ َر قَ ْو اما َّمآ اَتٰهىُ ْم ِلم ْن ن َّ ِذيْ ٍر ِلم ْن قَ ْب‬
}٣{ – ‫ْل لَ َعلَّهُ ْم َيَ ْتَدُ ْو َن‬
١

١٠ }١٠{ – ‫َوقَالُ ْوْٓا َء ِا َذا ضَ لَلْنَا ِِف ْ َاإل ْر ِض َء ِاًنَّ لَ ِف ْي َخلْ ٍق َج ِديْ ٍد ەۗ بَ ْل ُ ُْه ِب ِلقَ ۤا ِء َر ِ لِب ِْم ٰك ِف ُر ْو َن‬
٢

١٥ }١٥{ - ۩ ‫ِان َّ َما يُ ْؤ ِم ُن ِ ِٰبيٰتِنَا َّ ِاَّليْ َن ِا َذا ُذ ِكل ُر ْوا ِبِ َا خَر ْوا َُسَّدا ا َّو َس بَّ ُح ْوا ِ َِب ْم ِد َر ِ لِب ِْم َو ُ ُْه َإل ي َْس تَ ْك ِِب ُْو َن‬
٣

٢٥ }٢٥{ – ‫ِا َّن َرب َّ َك ه َُو يَ ْف ِص ُل بَيْْنَ ُ ْم يَ ْو َم الْ ِق ٰي َم ِة ِف ْي َما ََكن ُْوا ِف ْي ِه َ َْيتَ ِل ُف ْو َن‬
٤

57
‫‪58‬‬

‫‪٢٩‬‬ ‫قُ ْل يَ ْو َم الْفَ ْت ِح َإل يَ ْنفَ ُع َّ ِاَّل ْي َن كَف َُر ْوْٓا ِايْ َماُنُ ُ ْم َو َإل ُ ُْه يُ ْن َظ ُر ْو َن – {‪}٢٩‬‬
‫‪٥‬‬

‫‪2. Dhomir Al Muttashil87‬‬

‫‪No‬‬ ‫‪Ayat‬‬ ‫‪Isi‬‬

‫‪٢‬‬ ‫ت ْ َِْنيْ ُل الْ ِك ٰت ِب َإل َريْ َب ِف ْي ِه ِم ْن َّر ِ لب الْ ٰعلَ ِم ْ َ ۗني – {‪}٢‬‬
‫‪١‬‬

‫اَ ْم يَ ُق ْولُ ْو َن افْ َ ٰىَت ُه ۚ بَ ْل ه َُو الْ َحق ِم ْن َّرب ل َِك ِل ُت ْن ِذ َر قَ ْو اما َّمآ اَتٰهىُ ْم ِلم ْن ن َّ ِذيْ ٍر ِلم ْن قَ ْب ِ َ‬
‫ْل لَ َعلَّهُ ْم‬
‫‪٢‬‬ ‫‪٣‬‬
‫َيَ ْتَدُ ْو َن – {‪}٣‬‬

‫اَ ٰ ل ُّلل َّ ِاَّل ْي َخلَ َق ا َّلس ٰم ٰو ِت َو ْ َاإل ْر َض َو َما بَيْْنَ ُ َما ِ ِْف ِس تَّ ِة اَ ََّّي ٍم ُ َُّث ْاس تَ ٰوى عَ َىل الْ َع ْر ِ ۗش َما لَ ُ ُْك‬
‫‪٣‬‬ ‫‪٤‬‬
‫ِلم ْن د ُْوِن ٖه ِم ْن َّو ِ ٍ لل َّو َإل شَ ِف ْي ۗع ٍ اَفَ َال تَتَ َذكَّ ُر ْو َن – {‪}٤‬‬

‫الس َم ۤا ِء ِا ََل ْ َاإل ْر ِض ُ َُّث يَ ْع ُر ُج ِالَ ْي ِه ِ ِْف يَ ْو ٍم ََك َن ِم ْق َد ُارهٓ اَلْ َف َس نَ ٍة ِلم َّما‬
‫يُدَ بل ُِر ْ َاإل ْم َر ِم َن َّ‬
‫‪٤‬‬ ‫‪٥‬‬
‫تَ ُعد ْو َن – {‪}٥‬‬

‫‪٧‬‬ ‫ش ٍء َخلَقَه َوبَ َداَ َخلْ َق ْ ِاإلن ْ َس ِان ِم ْن ِط ْ ٍني – {‪}٧‬‬ ‫َّ ِاَّل ْ ٓي اَ ْح َس َن ُ َّ‬
‫ك َْ‬
‫‪٥‬‬

‫‪٨‬‬ ‫ُ َُّث َج َع َل ن َ ْس ََل ِم ْن ُسلٰ َ ٍَل ِلم ْن َّم ۤا ٍء َّمه ْ ٍِني ۚ – {‪}٨‬‬
‫‪٦‬‬

‫ُ َُّث َس ٰ لوى ُه َونَفَخَ ِف ْي ِه ِم ْن ر ْو ِح ٖه َو َج َع َل لَ ُ ُُك ا َّلس ْم َع َو ْ َاإلبْ َص َار َو ْ َاإلفْـدَ َةۗ قَ ِل ْي اال َّما تَشْ ُك ُر ْو َن –‬
‫‪٩‬‬ ‫ِ‬
‫‪٧‬‬
‫{‪}٩‬‬

‫‪١٠‬‬ ‫َوقَالُ ْوْٓا َء ِا َذا ضَ لَلْ َنا ِِف ْ َاإل ْر ِض َء ِاًنَّ لَ ِف ْي َخلْ ٍق َج ِديْ ٍد ەۗ بَ ْل ُ ُْه ِب ِلقَ ۤا ِء َر ِ لِب ِْم ٰك ِف ُر ْو َن –{‪}١٠‬‬
‫‪٨‬‬

‫‪87‬‬
‫‪Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Bandung: 2020), h. 415.‬‬
‫‪59‬‬

‫‪١١‬‬ ‫ك ب ُ ُِْك ُ َُّث ِا َٰل َ برل ُ ُِْك ُت ْر َج ُع ْو َن ࣖ ‪}١١{ -‬‬


‫ْل الْ َم ْو ِت َّ ِاَّل ْي ُو ِ ل َ‬ ‫قُ ْل يَ َت َو ٰفل ُ ْ‬
‫ىُك َّم َ ُ‬
‫‪٩‬‬

‫َولَ ْو تَ ٰر ٓى ِا ِذ الْ ُم ْج ِر ُم ْو َن ًنَ ِك ُس ْوا ُر ُء ْو ِسه ِْم ِع ْن َد َر ِ ل ِِب ْ ۗم َربَّنَآ اَبْ َ ْ‬


‫َصًنَ َو َ َِس ْعنَا فَ ْارجِ ْعنَا ن َ ْع َم ْل‬
‫‪١٠‬‬ ‫‪١٢‬‬
‫َصا ِل احا ِاًنَّ ُم ْو ِقنُ ْو َن – {‪}١٢‬‬

‫ك ن َ ْف ٍس هُدٰ هىَا َوٰل ِك ْن َحقَّ الْقَ ْو ُل ِم ِ ل ِْن َ َإل ْملَـَ َّن َ ََجَّنَّ َ ِم َن الْ ِجنَّ ِة َوالنَّ ِاس‬
‫َولَ ْو ِشئْنَا َ ٰإلتَيْنَا ُ َّ‬
‫‪١١‬‬ ‫‪١٣‬‬
‫اَ ْ َمج ِع ْ َني – {‪}١٣‬‬

‫فَ ُذ ْوقُ ْوا ِب َما ن َ ِسي ُ ْْت ِلقَ ۤا َء يَ ْو ِم ُ ُْك ٰه َذاۚ ِاًنَّ ن َ ِسيْن ُ ُْٰك َو ُذ ْوقُ ْوا عَ َذ َاب الْخ ْ ُِْل ِب َما ُك ْن ُ ْت تَ ْع َملُ ْو َن –‬
‫‪١٢‬‬ ‫‪١٤‬‬
‫{‪}١٤‬‬

‫ِان َّ َما يُؤْ ِم ُن ِ ِٰبيٰتِنَا َّ ِاَّليْ َن ِا َذا ُذ ِكل ُر ْوا ِبِ َا خَر ْوا ُ َّ‬
‫َس ادا َّو َس بَّ ُح ْوا ِ َِب ْم ِد َر ِ لِب ِْم َو ُ ُْه َإل ي َْس تَ ْك ِِب ُْو َن‬
‫‪١٣‬‬ ‫‪١٥‬‬
‫۩ ‪}١٥{ -‬‬

‫‪١٦‬‬ ‫تَتَ َج ٰاِف ُجنُ ْوِبُ ُ ْم ع َِن الْ َمضَ اجِ ع ِ يَدْ ع ُْو َن َرِبَّ ُ ْم خ َْوفاا َّو َط َم اعاۖ َّو ِم َّما َر َزقْْنٰ ُ ْم يُ ْن ِف ُق ْو َن – {‪}١٦‬‬
‫‪١٤‬‬

‫‪١٧‬‬ ‫فَ َال تَ ْع َ ُْل ن َ ْف ٌس َّمآ ُا ْخ ِف َي لَهُ ْم ِلم ْن قُ َّر ِة اَعْ ُ ٍۚني َج َزۤا ًۢء ِب َما ََكن ُْوا يَ ْع َملُ ْو َن – {‪}١٧‬‬
‫‪١٥‬‬

‫‪١٨‬‬ ‫اَفَ َم ْن ََك َن مُؤْ ِمناا ََكَ ْن ََك َن فَ ِاسقااۗ َإل ي َْس تَو َن – {‪}١٨‬‬
‫‪١٦‬‬

‫‪١٩‬‬ ‫اَ َّما َّ ِاَّل ْي َن ٰا َمنُ ْوا َو َ ُِعلُوا ا ٰ للص ِل ٰح ِت فَلَهُ ْم َج ٰنل ُت الْ َمأْ ٰو ۖى نُ ُز اإل ۢ ِب َما ََكن ُْوا يَ ْع َملُ ْو َن – {‪}١٩‬‬
‫‪١٧‬‬

‫َواَ َّما َّ ِاَّل ْي َن فَ َس ُق ْوا فَ َمأْ ٰوهىُ ُم النَّ ُار َُكَّ َمآ اَ َراد ُْوْٓا اَ ْن َّ َْي ُر ُج ْوا ِمْنْ َآ ُا ِع ْيدُ ْوا ِفْيْ َا َو ِق ْي َل لَهُ ْم ُذ ْوقُ ْوا‬
‫‪١٨‬‬ ‫‪٢٠‬‬
‫عَ َذ َاب النَّا ِر َّ ِاَّل ْي ُك ْن ُ ْت ِب ٖه ُتكَ لِذبُ ْو َن – {‪}٢٠‬‬

‫‪٢١‬‬ ‫َولَ ُن ِذيْقَْنَّ ُ ْم ِلم َن الْ َع َذ ِاب ْ َاإلد ْٰٰن د ُْو َن الْ َع َذ ِاب ْ َاإل ْك َ ِِب لَ َعلَّهُ ْم يَ ْرجِ ُع ْو َن – {‪}٢١‬‬
‫‪١٩‬‬
‫‪60‬‬

‫‪٢٢‬‬ ‫َو َم ْن اَ ْظ َ ُْل ِم َّم ْن ُذ ِكل َر ِ ِٰب ٰي ِت َ ِرب ل ٖه ُ َُّث اَع َْر َض َعْنْ َا ۗ ِاًنَّ ِم َن الْ ُم ْج ِر ِم ْ َني ُمنْ َت ِق ُم ْو َنع – {‪}٢٢‬‬
‫‪٢٠‬‬

‫َولَقَدْ ٰاتَيْنَا ُم ْو ََس الْ ِك ٰت َب فَ َال تَ ُك ْن ِ ِْف ِم ْريَ ٍة ِلم ْن ِللقَ ۤاى ٖه َو َج َعلْ ٰن ُه هُدا ى ِللبَ ِ ْ ِٓن ِا ْ َ‬
‫ْسۤا ِءيْ َۚل –‬
‫‪٢٣‬‬ ‫ِ‬
‫‪٢١‬‬
‫{‪}٢٣‬‬

‫‪٢٤‬‬ ‫َو َج َعلْنَا ِمْنْ ُ ْم اَى َّم اة َّ َْيدُ ْو َن ِ َِب ْم ِرًنَ لَ َّما َص َِب ُْواۗ َو ََكن ُْوا ِ ِٰبيٰتِنَا يُ ْو ِقنُ ْو َن – {‪}٢٤‬‬
‫‪٢٢‬‬ ‫ِ‬

‫‪٢٥‬‬ ‫ِا َّن َرب َّ َك ه َُو يَ ْف ِص ُل بَيْْنَ ُ ْم يَ ْو َم الْ ِق ٰي َم ِة ِف ْي َما ََكن ُْوا ِف ْي ِه َ َْيتَ ِل ُف ْو َن – {‪}٢٥‬‬
‫‪٢٣‬‬

‫اَ َولَ ْم َيَ ْ ِد لَهُ ْم َكْ اَهْلَ ْكنَا ِم ْن قَ ْب ِلهِ ْم ِلم َن الْ ُق ُر ْو ِن يَ ْمشُ ْو َن ِ ِْف َم ٰس ِكْنِ ِ ْم ۗ ِا َّن ِ ِْف ٰذ ِ َِل َ ٰإليٰ ٍ ۗت اَفَ َال‬
‫‪٢٤‬‬ ‫‪٢٦‬‬
‫ي َْس َم ُع ْو َن – {‪}٢٦‬‬

‫اَ َولَ ْم يَ َر ْوا اًَنَّ ن َ ُس ْو ُق الْ َم ۤا َء ِا ََل ْ َاإل ْر ِض الْ ُج ُر ِز فَنُ ْخ ِر ُج ِب ٖه َز ْرعاا تَأْ ُ ُ‬
‫ك ِمنْ ُه اَنْ َعا ُمه ُْم َواَنْ ُف ُسه ْ ُۗم‬
‫‪٢٥‬‬ ‫‪٢٧‬‬
‫اَفَ َال يُ ْب ِ ُ‬
‫َص ْو َن – {‪}٢٧‬‬

‫‪٢٨‬‬ ‫َويَ ُق ْولُ ْو َن َم َّٰت ٰه َذا الْفَ ْت ُح ِا ْن ُك ْن ُ ْت ٰص ِد ِق ْ َني – {‪}٢٨‬‬


‫‪٢٦‬‬

‫‪٢٩‬‬ ‫قُ ْل يَ ْو َم الْفَ ْت ِح َإل يَ ْنفَ ُع َّ ِاَّل ْي َن كَف َُر ْوْٓا ِايْ َماُنُ ُ ْم َو َإل ُ ُْه يُ ْن َظ ُر ْو َن – {‪}٢٩‬‬
‫‪٢٧‬‬

‫‪٣٠‬‬ ‫فَ َا ْع ِر ْض َعْنْ ُ ْم َوانْتَ ِظ ْر ِاُنَّ ُ ْم منْتَ ِظ ُر ْو َن ࣖ ‪}٣٠{ -‬‬


‫‪٢٨‬‬

‫‪Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa ayat-ayat yang terdapat‬‬

‫‪dalam dhomir munfashil dan muttashil adalah sebagai berikut:‬‬

‫‪a.‬‬ ‫‪Dhomir Al Munfashil‬‬


‫‪61‬‬

‫املعن‬ ‫اإعراب‬ ‫تأليف‬ ‫رمق‬


‫‪Pada Ayat ke-3‬‬ ‫ه َُو ‪ :‬مضي منفصل ‪ ,‬مبِن عىل الفتح ِف‬ ‫ه َُو الْ َح ُق‬ ‫‪١.‬‬
‫‪dijelaskan “Dia‬‬ ‫حمل رفع ‪ .‬مبتدأ‬
‫‪(Al-Qur’an) itu‬‬
‫‪benar”.‬‬ ‫ا ْل َحق ‪ :‬خِب املبتدأ‪ ,‬مرفوع وعىل مة رفعه‬
‫الضمة ل نه اإس مفرد‬
‫‪Pada ayat ke-10‬‬ ‫ُ ُْه ‪ :‬مضي منفصيل ‪ ,‬مبِن‬ ‫ُ ُْه ِب ِلقَ ۤا ِء‬ ‫‪٢.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬ ‫عىل السكون ِف حمل رفع ‪.‬‬
‫‪“mereka‬‬
‫)‪(mengingkari‬‬ ‫مبتدأ‬
‫‪pertemuan‬‬ ‫ا ْل َبا ُء ‪ :‬حرف جر‬
‫‪dengan‬‬ ‫القاء ‪ :‬جمرور ِبلباء ‪ ,‬وعال مة رفعه الكرسة‬
‫”)‪(Tuhannya‬‬
‫لنه اإس مفرد ‪ .‬اجلر واجملرور متعلق‬
‫مبحذوف وجوِب تقديره َكئن أو اإس تقر ِف‬
‫حمل رفع خِب املبتدأ‬
‫‪Pada ayat ke-15‬‬ ‫الواو ‪ :‬واو حال‬ ‫َو ُ ُْه َإل‬ ‫‪٣.‬‬
‫‪dijelaskan “Dan‬‬ ‫ُه ‪ :‬مبتد إا مبِن عىل‬
‫‪mereka tidak‬‬ ‫ي َْس َت ْك ِ ُِب ْو َن‬
‫‪menyombongkan‬‬ ‫السكون ِف حمل رفع‬
‫”‪diri-Nya‬‬ ‫الالم ‪ :‬نفي‬
‫يس تكِبون ‪ :‬فعل‬
‫مضارع مرفوع لتجرده‬
‫عن الناصب واجلزم‬
‫وعالمة رفعه النون إلإنه‬
‫من الفعال امخلسة‬
‫الواو ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون ِف حمل رفع‬
‫‪ ,‬ومجَل من فعل والفا عل ِف حمل نصب‬
‫خِب حال‬
‫‪Pada ayat ke-25‬‬ ‫ُ ُْه ‪ :‬مضي منفصل مبِن عىل‬ ‫ُه َو ي َ ْف ِص ُل‬ ‫‪٤.‬‬
‫‪dijelaskan “Dia‬‬ ‫السكون ِف حمل رفع ‪,‬‬
‫‪yang‬‬
‫”‪memberikan‬‬ ‫مبتد إا‬
‫ي َ ْف ِص ُل ‪ :‬فعل مضارع مرفوع‬
‫لتجرده عن الناصب واجلزم‬
‫وعال مة رفعه الضمة لنه‬
‫فعل املضارع اَّلي مل يتصلل‬
‫‪62‬‬

‫ِبخره شء وفاعَل مس تَت‬


‫جوازا تقديره هو‬
‫‪Pada ayat ke-29‬‬ ‫ُ ُْه ‪ :‬مضي منفصل مبِن‬ ‫ُ ُْه يُ ْن َظ ُر ْو َن‬ ‫‪٥.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬ ‫السكون ِف حمل رفع ‪,‬‬
‫‪“mereka‬‬
‫‪diberikan‬‬ ‫مبتد إا‬
‫”‪penangguhan‬‬ ‫يُ ْن َظ ُر ْو َن ‪ :‬فعل مضارع‬
‫جمهول مرفوع لتجرده عن‬
‫الناصب واجلزم وعال مة‬
‫رفعه النون لنه من الفعال‬
‫امخلسة‬
‫الواو ‪ً :‬نئب الفاعل‪ ,‬مبِن عىل السكون ِف‬
‫حمل رفع ‪ ,‬ومجَل من الفعل والفاعل ِف حمل‬
‫رفع خِب املبتد إا‬
‫‪Jadi dapat disimpulkan bahwa dhomir munfashil terdapat 5 ayat dalam al-‬‬
‫‪Qur’an Surah As Sajadah.‬‬

‫‪b. Dhomir Al Muttashil‬‬


‫المعنى‬ ‫اإعراب‬ ‫تأليف‬ ‫رمق‬
‫‪Pada ayat ke-2‬‬ ‫َإل َريْ َب ِف ْي ِه‬ ‫‪١.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬ ‫إل ‪ً :‬نفية للجنس تعمل ُعل‬
‫‪“Didalamnya al-‬‬ ‫اإن‪ ,‬تنصب اإس وترفع اخلِبا‬
‫‪Qur’an tidak ada‬‬
‫‪keraguan dari‬‬
‫ريب ‪ :‬اإس إل‪ ,‬مبِن عىل الفتح‬
‫”‪Allah‬‬ ‫ِف حمل نصب ‪ .‬إلإنه اإس مفرد‬
‫ِف ‪ :‬حرف جر‬
‫الهاء ‪ :‬جمرور بفي مبِن عىل الكرسه ِف حمل جر ‪.‬‬
‫اجلر واجملرور متعلق مبحذوف وجوب تقديرها َكئن‬
‫أو اإس تقر ِف حمل رفع خِب إل‬
‫‪Pada ayat ke-3‬‬ ‫افْ َ ٰ ىَت ُه‬ ‫‪٢.‬‬
‫‪dijelaskan “Dia‬‬ ‫اإفَتى ‪ :‬فعل ماض ‪ ,‬مبِن عىل‬
‫)‪(Muhammad‬‬ ‫فتح مقدر إلحمل لها من اإعراب‬
‫‪telah mengada-‬‬
‫”‪adakan-Nya‬‬
‫‪ ,‬وفعَل مضي مس تتي جوزا‬
‫تقديره هو يعود اإَل (محمد)‬
‫‪63‬‬

‫الهاء ‪ :‬مفعول به ‪ ,‬مبِن عىل‬


‫مض ِف حمل نصب‬
‫‪Pada ayat ke-3‬‬ ‫ِم ْن َّرب ل َِك‬ ‫‪٣.‬‬
‫‪dijelaskan “(Yang‬‬ ‫ِم ْن ‪ :‬خرف جر‬
‫‪datang) dari‬‬ ‫َّر ِ لب ‪ :‬جمرور مبن وعال مة جره‬
‫”‪Tuhanmu‬‬
‫الكرسة لنه اإس مفرد وهو‬
‫مضاف‬
‫الَكف ‪ :‬مضاف اإليه ‪ ,‬مبِن عىل فتح ِف حمل جر‬
‫‪ ٤.‬لَ‬
‫‪Pada ayat ke-3‬‬
‫‪dijelaskan‬‬ ‫اَ ٰت ‪ :‬فعل ماض مبِن عىل‬
‫‪“Datang kepada‬‬ ‫الفتح مقدر‬
‫”‪mereka‬‬
‫ع‬
‫إل حمل لها من العراب‬
‫الهاء ‪ :‬مفعول به ‪ ,‬مبِن عىل‬
‫َا‬
‫الضم ِف حمل نصب‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكر‬
‫تٰ‬
‫هىُ‬
‫ْم‬
‫ََ‬
‫ل َّ‬
‫ُ ُْٰه‬
‫هىُ‬
‫ْم‬
‫‪Pada ayat ke-3‬‬ ‫ِ لم ْن قَ ْب ِ َ‬
‫ْل‬ ‫‪٥.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬ ‫من ‪ :‬حرف جر‬
‫‪“Mereka datang‬‬ ‫قبل ‪ :‬جمرور مبن ‪ ,‬وعال مة‬
‫”‪sebelum kamu‬‬
‫جره الكرسة لنه اإس مفراد‬
‫وهو مضاف‬
‫الَكف ‪ :‬مضاف اليه مبِن عىل‬
‫الفتح ِف حمل جر‬

‫‪Pada ayat ke-3‬‬ ‫لَ َعلَّهُ ْم َيَ ْ َتدُ ْون‬ ‫‪٦.‬‬


‫‪dijelaskan‬‬ ‫لعل ‪ :‬حرف نصب وتوقيد‬
‫‪64‬‬

‫‪“(TuhanMu‬‬ ‫تنصب اإس وترفع اخلِبا‬


‫‪datang) dengan‬‬ ‫الهاء ‪ :‬اإس لعل مبِن عىل مض‬
‫‪memberikan‬‬
‫”‪mereka petunjuk‬‬ ‫ِف حمل نصب‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكر‬
‫َيتدون ‪ :‬فعل مضارع مرفوع‬
‫لتجرده عن الناصب واجلزم‬
‫وعال مة رفعه النون لنه من‬
‫الفعال امخلسة‬
‫النون ‪ :‬فاعل ‪ ,‬مبِن عىل‬
‫السكون ِف حمل رفع ‪ .‬ومجَل‬
‫من الفعل والفاعل ِف حمل رفع‬
‫خِب لعل‬
‫‪Pada ayat ke-4‬‬
‫بني ‪ :‬منصوب عىل ظرفية ‪ ,‬وهو‬
‫بَيْْنَ ُ َما‬ ‫‪٧.‬‬
‫)‪dijelaskan “(Ada‬‬
‫‪diantara kedua-‬‬ ‫مضاف‬
‫”‪Nya‬‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬حرف عمد‬
‫اللف حرف دل عىل التثنية‬
‫‪Pada Ayat ke-4‬‬
‫ما ‪ :‬ما نفي‬
‫َما لَ ُ ُْك‬ ‫‪٨.‬‬
‫‪dijelaskan “Tidak‬‬
‫”‪ada bagi kalian‬‬ ‫الالم ‪ :‬حرف جر‬
‫الَكف ‪ :‬جمرور ِبلالم ‪ ,‬مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكر‬

‫‪Pada ayat ke-4‬‬ ‫ِ لم ْن د ُْوِنه‬ ‫‪٩.‬‬


‫“ ‪dijelaskan‬‬ ‫من ‪ :‬حرف جر‬
‫‪(Selain dia) tidak‬‬ ‫دون ‪ :‬جمرور مبن وعال مة جره‬
‫‪ada memberikan‬‬
‫”‪pertolongan‬‬
‫الكرسة لنه اإس مفراد وهو‬
‫مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫الكرسه ِف حمل جر‬
‫‪65‬‬

‫‪Pada ayat ke-5‬‬ ‫ي َ ْع ُر ُج ِالَ ْي ِه‬ ‫‪١٠.‬‬


‫‪dijelaskan‬‬ ‫َيرج ‪ :‬فعل مضارع ‪ ,‬مرفوع ‪,‬‬
‫‪“Kemudian‬‬ ‫لتجرده عن الناصب واجلزم‬
‫)‪(Urusan itu‬‬
‫”‪kepada-Nya‬‬
‫وعال مة رفعه الضمة إلإنه فعل‬
‫مضارع اَّلي مل يتصل بأخره‬
‫شئ ‪ ,‬وفاعَل مضي مس تتي‬
‫جواز تقدير هو يعود اإَل المر‬
‫اإَل ‪ :‬حرف جر‬
‫الهاء ‪ :‬جمرور ِب اإَل مبِن عىل السكون ِف حمل‬
‫جر‬
‫‪Pada ayat ke-5‬‬ ‫ََك َن ِم ْقدَ ُارهٓ‬ ‫‪١١.‬‬
‫‪dijelaskan “Yang‬‬ ‫َكن ‪ :‬فعل ماض ًنقص‪ ,‬ترفع‬
‫‪kadar-Nya‬‬ ‫اإلإس وتنصب اخلِب‬
‫َالْ َف‬
‫‪(lamanya) adalah‬‬
‫”‪seribu Tahun‬‬
‫مقدار ‪ :‬اإس َكن‪ ,‬مرفوع وعال‬
‫مة رفعه الضمة إلإنه اإس مفراد‪,‬‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه ‪ ,‬مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫ألف ‪ :‬حِب َكن‪ ,‬منصوب وعال‬
‫مة نصب الفتحة إلإنه اإس مفراد‬

‫‪Pada ayat ke-7‬‬ ‫خلق ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬ ‫َخلَقَه‬ ‫‪١٢.‬‬
‫‪dijelaskan “Dia‬‬ ‫الفتح ظهر إلهمل لها من‬
‫”‪menciptakanNya‬‬
‫إلإعراب ‪ ,‬وفعَل مضي مس تتي‬
‫جواز تقدرهو يعود اإَل هللا‬
‫الهاء ‪ :‬مفعول به‪ ,‬مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل نصب‬

‫‪Pada ayat ke-8‬‬ ‫جعل ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬ ‫َج َع َل ن َ ْس ََل‬ ‫‪١٣.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬ ‫الفتح ظهر إلهمل لها من‬
‫)‪“Kemudian (Dia‬‬
‫‪telah menjadikan‬‬ ‫إلإعراب ‪ ,‬وفعَل مضي مس تتي‬
‫”‪keturunanNya‬‬ ‫جواز تقدرهو يعود اإَل هللا‬
‫‪66‬‬

‫نسل ‪ :‬مفعول به¸ منصوب‬


‫وعال مة نصب الفتحة إلإنه اإس‬
‫مفراد¸وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه ‪ ,‬مبِن عىل الضم ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-9‬‬
‫سوى ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬
‫َس ٰ لوى ُه‬ ‫‪١٤.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫)‪“Kemudian (Dia‬‬ ‫الفتح ظهر إلهمل لها من‬
‫‪telah‬‬
‫‪menyempurnakan‬‬
‫إلإعراب ‪ ,‬وفعَل مضي مس تتي‬
‫”‪Nya‬‬ ‫جواز تقدرهو يعود اإَل هللا‬
‫الهاء ‪ :‬مفعول به‪ ,‬مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل نصب‬
‫‪Pada ayat ke-9‬‬
‫نفخ ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬
‫ن َفَخَ ِف ْي ِه‬ ‫‪١٥.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫)‪“Kemudian (Dia‬‬ ‫الفتح ظهر إلهمل لها من‬
‫‪telah meniupkan‬‬
‫‪ke dalam‬‬
‫إلإعراب‬
‫”)‪(TubuhNya‬‬ ‫ِف ‪ :‬حرف جر‬
‫الهاء ‪ :‬جمرور بفي‪ ,‬مبِن عىل‬
‫الكرس ِف حمل جر‬

‫‪Pada ayat ke-9‬‬


‫من ‪ :‬حرف جر‬
‫ِم ْن ر ْو ِح ٖه‬ ‫‪١٦.‬‬
‫‪dijelaskan “Roh‬‬
‫”‪(Ciptaan)Nya‬‬ ‫روح ‪ :‬جمرور مبن ‪ ,‬وعال مة‬
‫جره الكرسة إلإنه اإس مفراد‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل الكرس ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-9‬‬
‫الواو ‪ :‬واو عطف‬
‫َو َج َع َل لَ ُ ُُك‬ ‫‪١٧.‬‬
‫‪dijelaskan “Dan‬‬
‫‪(Dia) menjadikan‬‬ ‫جعل ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬
‫”‪BagiMu‬‬
‫الفتح ظهر إلهمل لها من‬
‫إلإعراب‬
‫الالم ‪ :‬حرف جر‬
‫الَكف ‪ :‬جمرور ِبلالم مبِن عال‬
‫مض ِف حمل جر‬
‫‪67‬‬

‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكر‬


‫‪Pada ayat ke-10‬‬
‫ضلل ‪ :‬فعل ماض مبِن عىل‬
‫ضَ لَلْ َنا‬ ‫‪١٨.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Apabila kami‬‬ ‫فتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫‪telah lenyap‬‬
‫”)‪(Hancur‬‬
‫متحرَكت‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون ِف حمل رفع‬
‫‪Pada ayat ke-10‬‬
‫اإًن ‪ :‬حرف نصب وتوقد تنصب‬
‫ِاًنَّ لَ ِف ْي َخلْ ٍق‬ ‫‪١٩.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Apakah kami‬‬ ‫اإس و ترفع اخلِب‬
‫‪berbeda dalam‬‬
‫”‪CiptaanNya‬‬
‫ًن مدمغة ‪ :‬اإس اإن ‪ ,‬مبِن عىل‬
‫السكون ِف حمل نصب‬
‫الالم ‪ :‬مل التوقد‬
‫ِف ‪ :‬حرف جر‬
‫خلق ‪ :‬جمرور بفي‪ ,‬وعال مة جره الكرسة لنه اإس‬
‫مفراد‪ ,‬اجلر واجملرور متعلق مبحذوف وجوِب تقديره‬
‫َكئن أو اإس تقر ِف حمل رفع خِب اإن‬
‫‪Pada ayat ke-10‬‬
‫رب ‪ :‬مضاف اإليه ‪ ,‬جمرور‬
‫َر ِ ل ِِب ْم‬ ‫‪٢٠.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Dengan‬‬ ‫وعال مة جره الكرسة إلإنه اإس‬
‫”‪TuhanNya‬‬
‫مفراد وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫كرسه ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلوكر‬
‫‪Pada ayat ke-11‬‬ ‫ْل‬ ‫يَ َت َو ٰفل ُ ْ‬
‫ىُك َّم َ ُ‬ ‫‪٢١.‬‬
‫‪dijelaskan “ Akan‬‬ ‫يتوف ‪ :‬فعل مضارع مرفوع‬
‫‪mewakafkan‬‬ ‫لتجرده عن الناصب واجلزم‬
‫”)‪kamu (Malaikat‬‬
‫وعال مة رفعه الضمة املقدر عىل‬
‫ألف منع من ظهرها التغذر‬
‫الَكف ‪ :‬مفعول به مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل نصب‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكر‬
‫مْل ‪ :‬فاعل مرفوع وعالمة رفعه الضمة إلإنه اإس‬
‫مفرد‬
‫‪68‬‬

‫‪Pada ayat ke-11‬‬


‫الباء ‪ :‬حرف جر‬
‫ِب ُ ُْك‬ ‫‪٢٢.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫”‪“Dengan kalian‬‬ ‫الَكف ‪ :‬جمرور ِبلباء مبِن عىل‬
‫الضم‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلوكر‬
‫‪Pada ayat ke-11‬‬
‫اَل ‪ :‬حرف جر‬
‫ِا َٰل َ ِبرل ُ ُْك‬ ‫‪٢٣.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Kemudian‬‬ ‫رب ‪ :‬جمرور ِبإَل وعال مة رفعه‬
‫‪kepada‬‬
‫”‪TuhanNya‬‬
‫الضمة إلإنه اإس مفرد وهو‬
‫مضاف‬
‫الَكف ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫مض ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلوكر‬
‫‪Pada ayat ke-12‬‬
‫ًنكسوا ‪ :‬خِب املبتد إا مرفوع‬
‫ًنَ ِك ُس ْوا‬ ‫‪٢٤.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Menundukkan‬‬ ‫وعال مة رفعه الواو إلإنه مجع‬ ‫ُر ُء ْو ِسه ِْم‬
‫”‪kepalaNya‬‬
‫املذكر السامل وهو مضاف‬
‫روس ‪ :‬مضاف اإليه جمرور‬
‫وعال مة جره الكرسة إلإنه اإس‬
‫مفراد وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن‬
‫الكرسِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّل كر‬
‫‪Pada ayat ke-12‬‬
‫عند ‪ :‬منصوب عىل ظرفية وهو‬
‫ِع ْندَ َر ِ ل ِِب ْ ۗم‬ ‫‪٢٥.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Dihadapan‬‬ ‫مضاف‬
‫”‪TuhanNya‬‬
‫رب ‪ :‬مضاف اإليه جمرور وعال‬
‫مة جره الكرسة إلإنه اإس مفراد‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫الكرسه ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّل كر‬
‫‪69‬‬

‫‪Pada ayat ke-12‬‬ ‫َرب َّ َنا ٓ‬ ‫‪٢٦.‬‬


‫‪dijelaskan “Tuhan‬‬ ‫رب ‪ :‬مناد خذفت َّيء التدا‬
‫”‪kami‬‬ ‫تقديره َّي ربنا‪ ,‬منصوب وعال مة‬
‫نصبه الفتحة إلإنه اإس مفراد‪,‬‬
‫وهو مضاف‬
‫ًن ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل السكون ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-12‬‬
‫‪dijelaskan “Kami‬‬ ‫أبَص ‪ :‬فعل ماض مبِن عىل‬ ‫َابْ َ ْ‬
‫َصًنَ‬ ‫‪٢٧.‬‬
‫”‪melihat‬‬ ‫فتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫متحرَكت‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون ِف حمل رفع‬
‫‪Pada ayat ke-12‬‬
‫الواو ‪ :‬حرف عطف‬
‫َو َ َِس ْعنَا‬ ‫‪٢٨.‬‬
‫‪dijelaskan “Kami‬‬
‫”‪mendengarkan‬‬ ‫َسع ‪ :‬فعل ماض مبِن عىل‬
‫الفتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫متحرَكت‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون ِف حمل رفع‬
‫‪Pada ayat ke-12‬‬
‫فا ‪ :‬فاء الفصيحة‬
‫فَ ْار ِج ْعنَا‬ ‫‪٢٩.‬‬
‫‪dijelaskan “Maka‬‬
‫‪kembalikanlah‬‬ ‫اإرجع ‪ :‬فعل أمر مبِن عىل‬
‫”‪kepada kami‬‬
‫السكون إل حمل لها من‬
‫إلإعراب ‪ ,‬وفاعَل مضي مس تتي‬
‫جوزا تقدره أنت‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون ِف حمل رفع‬
‫‪Pada ayat ke-13‬‬
‫شئنا ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬
‫ِشئْنَا‬ ‫‪٣٠.‬‬
‫‪dijelaskan “Jika‬‬
‫‪kami‬‬ ‫الفتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫”‪menghendaki‬‬
‫متحرَكت إل حمل لها من اإعراب‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل الكسون ِف حمل رفع‬
‫‪Pada ayat ke-13‬‬
‫اتينا ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬
‫اتَيْنَا‬ ‫‪٣١.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Niscaya kami‬‬ ‫الفتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫‪akan‬‬
‫”‪memberikan‬‬
‫متحرَكت إل حمل لها من اإعراب‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل الكسون ِف حمل رفع‬
‫‪70‬‬

‫‪Pada ayat ke-14‬‬


‫هدا ‪ :‬مفعول الثِن ‪ ,‬منصوب‬
‫ه ُٰد َهىا‬ ‫‪٣٢.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Petunjuk‬‬ ‫وعال مة نصبه الفتفة املقدرة‬
‫”‪(bagi)Nya‬‬
‫عىل الف منع من ظهلرها‬
‫التعذر وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل السكون حفل جر‬
‫‪Pada ayat ke-14‬‬
‫نسيت ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬
‫ن َ ِسي ُ ْْت‬ ‫‪٣٣.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Disebabkan telah‬‬ ‫الفتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫‪kamu‬‬
‫”‪melalaikanNya‬‬
‫متحرَكت إل حمل لها من اإعراب‬
‫التاء ‪ :‬فاعل مبِن عىل الضم ِف‬
‫حمل رفع‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬

‫‪Pada ayat ke-14‬‬ ‫ي َ ْو ِم ُ ُْك ه َٰذاۚ‬ ‫‪٣٤.‬‬


‫‪dijelaskan “Ini‬‬ ‫يوم ‪ :‬مضاف اإليه جمرور‬
‫‪harimu (Hari‬‬ ‫وعالمة جره الكرسة إلنه اس‬
‫”)‪Kiamat‬‬
‫مفراد وهو مضاف‬
‫الَكف ‪ :‬مضاف اليه مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫هذا ‪ :‬حرف نصب وتوقيد تنصب اإس وترفع اخلِبا‬
‫‪Pada ayat ke-14‬‬
‫نيس ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬
‫ن َ ِسيْ ٰن ُ ُْك‬ ‫‪٣٥.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“melalaikan‬‬ ‫الفتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫”‪kamu‬‬
‫متحرَكت إل حمل لها من اإعراب‬
‫النون ‪ :‬فاعل مبِن عىل‬
‫السكون ِف حمل رفع‬
‫الَكف ‪ :‬مفعول به مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل نصب‬
‫املمي ‪ :‬عالمة امجلع اَّلكولر‬
‫‪Pada ayat ke-14‬‬
‫كنت ‪ :‬فعل ماض ًنقص ترفع‬
‫ُك ْن ُ ْت تَ ْع َملُ ْو َن‬ ‫‪٣٦.‬‬
‫‪dijelaskan “Atas‬‬
‫‪apa yang telah‬‬ ‫إلإس وتنصب احلِب‬
‫‪71‬‬

‫”‪kamu kerjakan‬‬ ‫التاء ‪ :‬اإس ها‪ ,‬مبِن عىل الضم‬


‫ِف حمل رفع‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫تعملون ‪ :‬فعل مضارع مرعوع‬
‫لتجرده عن الناصب واجلزم‬
‫وعىل مة رفعه النون إلإنه من‬
‫الفعال امخلسة‬
‫الواو ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون ِف حمل رفع ‪,‬‬
‫ومجَل من فعل والفا عل ِف حمل نصب خِب كنت‬
‫‪Pada ayat ke-15‬‬
‫الباء ‪ :‬حرف جر‬
‫ِ ِٰبيٰ ِتنَا‬ ‫‪٣٧.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Dengan ayat-‬‬ ‫ايَّت ‪ :‬جمرور ِب الباء وعالمة‬
‫”‪ayatNya‬‬
‫جره الكرسة إلإنه مجع املؤنث‬
‫السامل وهو مضاف‬
‫ًن ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل السكون ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-15‬‬
‫ذكرو ‪ :‬فعل ماض مبِن‬
‫ُذ ِكل ُر ْوا ِبِ َا‬ ‫‪٣٨.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Apabila‬‬ ‫للمجهول‬
‫‪diperingatkan‬‬
‫‪denganNya (ayat-‬‬
‫الواو ‪ :‬فاعل مبِن عىل‬
‫”)‪ayat kami‬‬ ‫السكون ِف حمل رفع‬
‫الباء ‪ :‬حرف جر‬
‫الهاء ‪ :‬جمرور ِبلباء ‪ ,‬مبِن عىل السكون ِف حل‬
‫جر‬
‫‪Pada ayat ke-15‬‬
‫الباء ‪ :‬حرف جر‬
‫ِ َِب ْم ِد َر ِ ل ِِب ْم‬ ‫‪٣٩.‬‬
‫‪dijelaskan “Serta‬‬
‫‪memuji‬‬ ‫محد ‪ :‬جمرور ِبلباء وعالمة جره‬
‫”‪TuhanNya‬‬
‫الكرسة إلإنه اإس مفراد وهو‬
‫مضاف‬
‫رب ‪ :‬مضاف اإليه جمرور وعال‬
‫مة جره الكرسة إلإنه اس مفراد‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫الكرس ِف حمل جر‬
‫‪72‬‬

‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬


‫‪Pada ayat ke-16‬‬
‫تتجاِف ‪ :‬فعل مضارع مرعوع‬
‫تَ َت َج ٰاِف‬ ‫‪٤٠.‬‬
‫‪dijelaskan “jauh‬‬
‫‪dari lambung‬‬ ‫لتجرده عن الناصب واجلزم‬ ‫ُجنُ ْوِبُ ُ ْم‬
‫”‪mereka‬‬
‫وعىل مة رفعه لاف إلإنه من‬
‫الفعال امخلسة‬
‫جنوب ‪ :‬فاعل مرفوع وعال مة‬
‫رفعه الضمة إلإنه مجع التكسي‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫امض ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-16‬‬
‫يدعون ‪ :‬فعل مضارع مرعوع‬
‫يَدْ ع ُْو َن َرِبَّ ُ ْم‬ ‫‪٤١.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“mereka berdoa‬‬ ‫لتجرده عن الناصب واجلزم‬
‫‪kepada‬‬
‫”)‪(TuhanNya‬‬
‫وعال مة رفعه النون إلإنه من‬
‫الفعال امخلسة‬
‫الواو ‪ :‬فاعل مبِن عىل‬
‫السكون ِف حمل رفع‬
‫رب ‪ :‬مفعول به منصوب وعال‬
‫مة نصبه الفتحة إلإنه اإس مفرد‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫مض غي حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-17‬‬
‫رزقن ‪ :‬فعل ماض‪ ,‬مبِن عىل‬
‫َر َزقْْنٰ ُ ْم‬ ‫‪٤٢.‬‬
‫‪dijelaskan “Atas‬‬
‫‪sebagian rezeki‬‬ ‫الفتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫‪yang kami‬‬
‫‪berikan kepada‬‬
‫متحرَكت إل حمل لها من‬
‫”‪mereka‬‬ ‫إلإعراب‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون‬
‫ِف حمل رفع‬
‫الهاء ‪ :‬مفعول به مبِن عىل مض‬
‫‪73‬‬

‫ِف حمل نصب‬


‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-17‬‬
‫الْل ‪ :‬حرف جر‬
‫لَه ُْم‬ ‫‪٤٣.‬‬
‫‪dijelaskan “untuk‬‬
‫”‪mereka‬‬ ‫الهاء ‪ :‬جمرور ِبلْل مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayaat ke-19‬‬
‫الفاء ‪ :‬فاء جوف‬
‫فَلَه ُْم َج ٰنل ُت‬ ‫‪٤٤.‬‬
‫‪dijelaskan “maka‬‬
‫‪bagi mereka‬‬ ‫الْل ‪ :‬حرف جر‬
‫”‪surga-surga‬‬
‫الهاء ‪ :‬جمرور ِبلْل مبِن عىل‬
‫مض ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور ‪ ,‬اجلر‬
‫واجمرور متعلق مبحذف وجوب‬
‫تقدر هو عني اإس تقر ِف حمل‬
‫رفع خِب مبتد إا مقدم‬
‫جنت ‪ :‬مبتد إا مؤخر‪ ,‬مرفوع‬
‫وعال مة رفعه الضمة إلإنه مجع‬
‫املؤنث السامل‬
‫‪Pada ayat ke-20‬‬
‫من ‪ :‬حرف جر‬
‫ِمْنْ َا ٓ ُا ِع ْيدُ ْوا‬ ‫‪٤٥.‬‬
‫“ ‪dijelaskan‬‬
‫‪DariNya mereka‬‬ ‫الهاء ‪ :‬جمرور مبن مبِن عىل‬
‫‪akan‬‬
‫”‪dikembalikan‬‬
‫السكون ِف حمل جر‬
‫أعيد ‪ :‬فعل ماض مبِن‬
‫للمجهول‬
‫الواو ‪ :‬نئب الفاعل مبِن عال‬
‫السكون حمل رفع‬

‫‪Pada ayat ke-20‬‬


‫ِف ‪ :‬حرف جر‬
‫ِفْيْ َا َو ِق ْي َل لَه ُْم‬ ‫‪٤٦.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“didalamNya dan‬‬ ‫الهاء ‪ :‬جمرور بفي مبِن عىل‬
‫‪dikatakan kepada‬‬
‫”)‪(mereka‬‬
‫السكون ِف حمل جر‬
‫الواو ‪ :‬واو عطف‬
‫‪74‬‬

‫قيل ‪ :‬فعل ماض جمهول وفعَل‬


‫نئب الفاعل مضي مس تتي‬
‫جواز تقدير هو يعود اإَل هللا‬
‫الْل ‪ :‬حرف جر‬
‫الهاء ‪ :‬جمرور ِبلْل مبِن عىل‬
‫مض ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-20‬‬
‫كنت ‪ :‬فعل ماض ًنقص‬
‫ُك ْن ُ ْت ِب ٖه‬ ‫‪٤٧.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“dahulu kamu‬‬ ‫تنصب اإس ترفع اخلِب‬ ‫ُتكَ لِذبُ ْو َن‬
‫‪mendustakanNya‬‬
‫”‬
‫التاء ‪ :‬اَسها مبِن عىل الضم ِف‬
‫حمل رفع‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫الباء ‪ :‬حرف جر‬
‫الهاء ‪ :‬جمرور ِبلباء مبِن عىل‬
‫كرسه ِف حمل جر‬
‫تكذبون ‪ :‬فعل مضارع مرفوع‬
‫لتجرده عن الناصب واجلزم‬
‫وعال مة رفعه النون إلإنه من‬
‫الفعال امخلسة‬
‫الواو ‪ :‬فاعل مبِن عىل‬
‫السكون ِف حمل رفع ‪ ,‬ومجَل‬
‫من فعل والفا عل ِف حمل‬
‫نصب خِب كنت‬
‫‪Pada ayat ke-21‬‬
‫الواو ‪ :‬واو اإبتدا‬
‫َولَنُ ِذيْقَْنَّ ُ ْم‬ ‫‪٤٨.‬‬
‫‪dijelaskan “Dan‬‬
‫‪pasti kami‬‬ ‫مل ‪ :‬وقعة‬
‫‪timpakan kepada‬‬
‫”‪mereka‬‬
‫نذيقن ‪ :‬فعل مضارع منصوب‬
‫بأن مضمرة جوازا بعدا إلم‬
‫التعليل وعال مة نصبه الفتحة‬
‫إلإنه من الفعل املضاري اَّلي مل‬
‫يتصل بأٓخر شئ ‪ .‬وفاعَل مضي‬
‫مس تتي وجوِب تقدر َنن‬
‫‪75‬‬

‫الهاء ‪ :‬مفعول به مبِن عىل‬


‫الضم ِف حمل نصب‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-21‬‬ ‫لَ َعلَّهُ ْم يَ ْرجِ ُع ْو َن‬ ‫‪٤٩.‬‬
‫‪dijelaskan “agar‬‬ ‫لعل ‪ :‬حرف نصب‬
‫‪mereka kembali‬‬ ‫الهاء ‪ :‬اس ها مبِن عىل الضم‬
‫‪(kejalan yang‬‬
‫”)‪benar‬‬
‫ِف حمل نصب‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫يرجعون ‪ :‬فعل مضارع مرفوع‬
‫لتجرده عن الناصب واجلازم‬
‫وعال مة رفعه النون إلإنه من‬
‫الفعال امخلسة‬
‫الواو ‪ :‬فاعل مبِن عىل‬
‫السكون ِف حمل رفع‬
‫‪Pada ayat ke-22‬‬
‫الباء ‪ :‬حرف جر‬
‫ِ ِٰبيٰ ِت َرِب ل ٖه‬ ‫‪٥٠.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“dengan ayat-ayat‬‬ ‫ايَّت ‪ :‬جمرور ِبلباء وعال مة‬
‫”‪TuhanNya‬‬
‫جره الكرسة إلإنه مجع مؤنث‬
‫السامل وهو مضاف‬
‫رب ‪ :‬مضاف اإليه جمرور وعال‬
‫مة جره الكرسة إلإنه اإس مفراد‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫كرس ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-22‬‬
‫عن ‪ :‬حرف جر‬
‫َعْنْ َا‬ ‫‪٥١.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫”‪“dariNya‬‬ ‫الهاء ‪ :‬جمرور بعن مبِن عىل‬
‫السكون ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-23‬‬
‫ايت ‪ :‬فعل ماض مبِن عىل فتح‬
‫ٰاتَيْنَا‬ ‫‪٥٢.‬‬
‫‪dijelaskan “telah‬‬
‫‪kami anugrahkan‬‬ ‫مقدر كرهة تول أربع متحرَكت‬
‫”‪kepadaNya‬‬
‫إل حما لها من إلإععاب‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون‬
‫‪76‬‬

‫ِف حمل رفع‬


‫‪Pada ayat ke23‬‬
‫الواو ‪ :‬واو اإبتدا‬
‫َو َج َعلْ ٰن ُه‬ ‫‪٥٣.‬‬
‫‪dijelaskan “Dan‬‬
‫‪kami jadikan‬‬ ‫جعل ‪ :‬فعل ماض مبِن عىل‬
‫”)‪kitab (TauratMu‬‬
‫فتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫متحرَكت إل حما لها من إلإععاب‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون‬
‫ِف حمل رفع‬
‫الهاء ‪ :‬مفعول به مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل نصب‬
‫‪Pada ayat ke-24‬‬
‫الواو ‪ :‬واو اإبتدا‬
‫َو َج َعلْنَا‬ ‫‪٥٤.‬‬
‫‪dijelaskan “Dan‬‬
‫”‪kami jadikan‬‬ ‫جعل ‪ :‬فعل ماض مبِن عىل‬
‫فتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫متحرَكت إل حما لها من إلإععاب‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون‬
‫ِف حمل رفع‬
‫‪Pada ayat ke-24‬‬
‫من ‪ :‬حرف جر‬
‫ِمْنْ ُ ْم‬ ‫‪٥٥.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Diantara mereka‬‬ ‫الهاء ‪ :‬جمرور مبن ‪ ,‬مبِن عىل‬
‫”‪itu‬‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-24‬‬
‫الباء ‪ :‬حرف جر‬
‫ِ َِب ْم ِرًنَ‬ ‫‪٥٦.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Dengan perintah‬‬ ‫أمر ‪ :‬جمرور ِبلباء‪ ,‬وعالمة جره‬
‫”‪kami‬‬
‫الكرسة إلإنه اإس مفراد وهو‬
‫مضاف‬
‫ًن ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫السكون ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-24‬‬
‫الباء ‪ :‬حرف جر‬
‫ِ ِٰبيٰ ِتنَا‬ ‫‪٥٧.‬‬
‫‪dijelaskan “Atas‬‬
‫”‪ayat kami‬‬ ‫أيَّت ‪ :‬جمرور ِبلباء وعالمة جره‬
‫الكرسة إلإنه مجع املؤ نث السامل‬
‫وهو مضاف‬
‫‪77‬‬

‫مضاف اإليه مبِن عىل السكون‬


‫ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-25‬‬
‫اإن ‪ :‬حرف نصب وتوقد‬
‫ِا َّن َرب َّ َك‬ ‫‪٥٨.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Sungguh‬‬ ‫تنصب إلإس و ترفع اخلِب‬
‫”‪TuhanMu‬‬
‫رب ‪ :‬اَسها منصوب وعال مة‬
‫نصبه الفتحة إلإنه اإس مفراد‬
‫وهو مضاف‬
‫الَكف ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫فتح ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-25‬‬
‫بني ‪ :‬منصوب عىل ظرفية‬
‫بَيْْنَ ُ ْم‬ ‫‪٥٩.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Diantara‬‬ ‫وهو مضاف‬
‫”‪mereka‬‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-25‬‬
‫ِف ‪ :‬حرف جر‬
‫ِف ْي ِه‬ ‫‪٦٠.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫”‪“didalamNya‬‬ ‫الهاء ‪ :‬جمرور بفى مبِن عىل‬
‫كرس ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-26‬‬
‫املهزة ‪ :‬اإلإس تفهام‬
‫َا َولَ ْم َيَ ْ ِد لَه ُْم‬ ‫‪٦١.‬‬
‫‪dijelaskan “Dan‬‬
‫‪tidaklah mereka‬‬ ‫الواو ‪ :‬حرف عطف‬
‫”‪memerintahkan‬‬
‫مل ‪ :‬حرف نفي وجزم وقلب ‪,‬‬
‫جتزم الفعل املضارع‬
‫َيد ‪ :‬فعل مضارع جمزوم بْل‬
‫وعال مة جزمه حذف حرف‬
‫العَل وِه الياء‬
‫الْل ‪ :‬حرف جر‬
‫الهاء ‪ :‬جمرور بْل مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪78‬‬

‫‪Pada ayat ke-26‬‬


‫أهلكنا ‪ :‬فعل ماض مبِن عىل‬
‫َاهْلَ ْكنَا‬ ‫‪٦٢.‬‬
‫‪dijelaskan “Yang‬‬
‫‪telah kami‬‬ ‫فتح مقدر كرهة تول أربع‬
‫”‪binasakan‬‬
‫متحرَكت إل حما لها من إلإععاب‬
‫ًن ‪ :‬فاعل مبِن عىل السكون‬
‫ِف حمل رفع‬
‫‪Pada ayat ke-26‬‬
‫من ‪ :‬حرف جر‬
‫ِم ْن قَ ْب ِله ِْم‬ ‫‪٦٣.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“sebelum‬‬ ‫قبل ‪ :‬جمرور مبن وعالمة جره‬
‫”‪mereka‬‬
‫الكرسة إلإنه اإس املفراد وهو‬
‫مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫كرسه ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-26‬‬
‫ِف ‪ :‬حرف جر‬
‫ِ ِْف َم ٰس ِكْنِ ِ ْم‬ ‫‪٦٤.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“ditempat-tempat‬‬ ‫مساكن ‪:‬جمرور بفي وعالمة‬
‫‪kediaman mereka‬‬
‫”‪itu‬‬
‫جره الكرسة إلإنه مجع التكسي‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫كرسه ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-26‬‬
‫اإن ‪ :‬حرف نصب وتوقد‬
‫إ َّن ِ ِْف ٰذ ِ َِل‬ ‫‪٦٥.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Sungguh pada‬‬ ‫تنصب إلإس و ترفع احلِب‬
‫‪yang demikian‬‬
‫”‪itu‬‬
‫ِف ‪ :‬حرف جر‬
‫ذا ‪ :‬اإلإس اإلإشارة جمرور يفي‬
‫مبِن عىل السكون ِف حمل جر‬
‫الالم ‪ :‬للبعد‬
‫الَكف ‪ :‬حرف خطاب‪ ,‬اجلر‬
‫واجملرور متعلق مبحذف وجوِب‬
‫تقدره َكئن أو اإس تقر ِف حمل‬
‫رفع خِب اإن مقدم‬
‫‪79‬‬

‫‪Pada ayat ke-27‬‬


‫فا ‪ :‬حرف عطف‬
‫فَ ُن ْخ ِر ُج ِب ٖه‬ ‫‪٦٦.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫”‪“Dengan air itu‬‬ ‫خنرج ‪ :‬معطوف اإَل نسوق‬
‫ومعطوف املرفوع مرفوع وعالمة‬
‫رفعه الضمة إلإنه الفعل املضارع‬
‫اَّلي مل يتصل بأخره شئ‪,‬‬
‫وفاعَل مضي مس تتي وجوِب‬
‫تقديره َنن‬
‫الباء ‪ :‬حرف جر‬
‫الهاء ‪ :‬جمرور ِبلباء مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-27‬‬
‫من ‪ :‬حرف جر‬
‫ِمنْ ُه‬ ‫‪٦٧.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫”‪Darinya‬‬ ‫الهاء ‪ :‬جمرور مبن مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫‪Pada ayat ke-27‬‬
‫انعام ‪ :‬فاعل مرفوع وعالمة‬
‫َانْ َعا ُمه ُْم‬ ‫‪٦٨.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“hewan-hewan‬‬ ‫رفعه الضمة إلإنه مجع التكسي‬
‫”‪ternak mereka‬‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-28‬‬
‫الواو ‪:‬حرف عطف‬
‫َو َانْ ُف ُسه ْ ُۗم‬ ‫‪٦٩.‬‬
‫‪dijelaskan “Dan‬‬
‫”‪mereka sendiri‬‬ ‫أنفس ‪ :‬معطوف اإَل نسوق‬
‫ومعطوف املرفوع مرفوع وعالمة‬
‫رفعه الضمة إلإنه مجع التكسي‬
‫وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-28‬‬
‫اإن ‪ :‬حرف رشط‬
‫ِا ْن ُك ْن ُت‬ ‫‪٧٠.‬‬
‫‪dijelaskan “jika‬‬
‫”‪engkau‬‬ ‫كنت ‪ :‬فعل ماض ًنقص تنصب‬
‫‪80‬‬

‫اإس ترفع اخلِب‬


‫التاء ‪ :‬اَسها مبِن عىل الضم ِف‬
‫حمل رفع‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-29‬‬
‫اإميان ‪ :‬فعل مضارع مرفوع‬
‫ِايْ َماُنُ ُ ْم‬ ‫‪٧١.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“keimanan‬‬ ‫وعالمة رفعه الضمة إلإنه فعل‬
‫”‪mereka‬‬
‫املضارع اَّلي مل يتل بأخره‬
‫شء وهو مضاف‬
‫الهاء ‪ :‬مضاف اإليه مبِن عىل‬
‫الضم ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Pada ayat ke-30‬‬
‫عن ‪ :‬حرف جر‬
‫َعْنْ ُ ْم‬ ‫‪٧٢.‬‬
‫‪dijelaskan “dari‬‬
‫”‪mereka‬‬ ‫الهاء ‪ :‬جمرور مبِن عىل الضم‬
‫ِف حمل جر‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬

‫‪Pada ayat ke-30‬‬


‫اإن ‪ :‬حرف نصب وتوقيد‬
‫ِاُنَّ ُ ْم‬ ‫‪٧٣.‬‬
‫‪dijelaskan‬‬
‫‪“Sesungguhnya‬‬ ‫تنصب اإلإس وترفع اخلِب‬
‫”‪mereka‬‬
‫الهاء‪ :‬اس لان مبِن عىل الضم‬
‫ِف حمل نصب‬
‫املمي ‪ :‬عال مة مجع اَّلكور‬
‫‪Berdasarkan hasil penelitian dari dhomir muttashil terdapat 73 kata dalam surah‬‬

‫‪As-Sajadah yang terdapat dhomir.‬‬

‫‪BAB V‬‬

‫‪PENUTUP‬‬
81

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada poin hasil

penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, dimana yang dibahas secara

mendalam berkaitan dengan penelitian Sintaksis atau disebut dengan Ilmu

Nahwu, yang fokus kepada Dhomir Munfashil dan Dhomir Muttashil dalam

Qur’an Surah As-Sajadah (Suatu analisis Bahasa (Ilmu Nahwu)), sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Hasil penelitian dari Surah As-Sajadah menunjukkan bahwa 30 ayat dalam

surah As-Sajadah terdapat 78 Dhomir diantaranya 5 dhomir munfashil yang

terdapat dalam ayat As-Sajadah dan 73 Dhomir Muttashil.

2. Kedudukan/I’rob Dhomir Munfashil dalam Al-Qur’an Surah As Sajadah

secara keseluruhan adalah Mubtada sedangkan kedudukan/I’rob Dhomir Al

Muttashil, ketika bersambung dengan isim kedudukannya adalah mudhafun

ilaih, jika bersambung dengan fi’il kedudukannya adalah maf’ulun bih, dan

jika bersambung dengan huruf kebanyakan menempati posisi majrur

contohnya (‫ )فيه‬namun adapula yang tidak seperti (‫َيَ ْتَدُ ْون‬ ‫ )لَ َعلَّه ُْم‬ha’ menempati

posisi isim dari ‫لعل‬.

3. Penggunaan Dhomir dalam Al-Qur’an salah satunya adalah untuk meringkas

kalimat, sehingga tanpa mengulang ayat tersebut, maksud yang dikehendaki

ayat tersebut sudah tercapai. Makna Dhomir Al Munfashil Wa Al Muttashil


82

dalam Surah As Sajadah pun demikian sehingga penulisan lafaz tidak

dilakukan berulang kali melainkan menggunakan dhomir.

B. Saran

Peneliti menyadari tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

peneliti mengharapkan kiranya pembaca dapat memberikan perhatian yang

lebih terhadap penelitian Sintaksis atau disebut dengan ilmu nahwu khususnya

dalam hal menganalisis Dhomir Munfashil dan Dhomir Muttashil dalam

Qur’an Surah as-Sajadah (Suatu analisis Bahasa (Ilmu Nahwu)).


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

A. Z Dahlan, Syarah Mukhtasar Jiddan ‘Ala Matni al-Jurumiyah (Semarang: Karya


Thoha, tt).

Abd. Wahab Rosyidi dan Mamlu’atun Ni’mah, Memahami Konsep Dasar


Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki Press, Cet.2. 2012).

Abdul Qodir Zaelani dkk, Memahami Lebih Dalam Keindahan dan Keunikan Bahasa
Arab (Bandar Lampung: Pustaka Raisa, 2012.

Abdul Rahman Sholeh, Pendidikan Agama dan Pengembangan untuk bangsa,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005).

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,

Ar Ruzz Media, Yogyakarta, Cet.III, 2016.

Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Salemba Empat, 2016).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit

Jumanatul Ali, 2005.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1989.


F.X Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik (Yogyakarta: Garaha Ilmu, 2009).

Fuad Nikmah, Mulakhas Qawaidul Lughah Al-Arabiyyah (Beirut: Darul Al-

Islamiyyah, tt).
Hamsa, Hamsa. “Dhomir (Kata Ganti): Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan

Dhomir.” IAIN Parepare Nusantara Press, 2019.

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, edisi ke-4 (Jakarta: Gramedia, 2008).

I
Imanuddin Sukamto, Tata Bahasa Arab Sistematis (Pendekatan Baru mempelajari

tata bahasa Arab), (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007).

Jacob L Mey, Pragmatics: An Introduction (Oxford UK & Cambridge USA: Black

Well, 1994).

Josep Bleicher, Contemporary Hermenutic ac Method, Philosphy and Crique

(London: Routledge, 1980).


Jazuli, Moh. “Ayat-Ayat Sajadah Dalam Al-Qur’an Perspektif Fenomenologi.”

Jurnal Pemikiran Dan Ilmu Keislaman 3, No. 1 (2020): 170–95.

Kamalia, Pronomia (Isim Dhomir atau kata ganti dalam Bahasa Arab).

Lexjy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung:

2007.

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, CV: Pustaka Setia, Bandung, 2011.

Milea & Huberman dalam Gunawan, 2013.

Musthafa Al-Ghulayani, Jami’ud Durusil Arabiyah (Beirut, Dar al Kutub al

Islamiyyah, 1980.

MUSTIKA, SAHELA. “Makna Sujud Dalam Ayat-Ayat Sajdah (Kajian Tafsir Al-

Misbâh Karya M. Quraish Shihab),” 2018.

Niati, M. “Analisis Kata Ganti (Dhamir) Dalam Surat As-Sajdah Serta Metode

Pembelajarannya.” IAIN Raden Intan Lampung, 2017.

Nisa, Cholisotun. “Tafsir Ayat-Ayat Sajdah Perspektif Al-Qurtubi Dan Sayyid Qutb.”

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017.

II
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, (Jakarta: Yayasan

Idayu, 1978).

Nurul Huda, Mudah Belajar Bahasa Arab (Jakarta: Amzah, Cet.2, 2012).

Nyoman Kutha, Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora pada umumnya, Pustaka Pelajar: 2010.

Saifuddin Anwar, Metode Penelitian Kualitatif, CV: Pustaka Setia, Bandung: Cet.II,

2021.
Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).

Sarjono Soekarno dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006).

Sarjono. DD, Panduan Penulisan Skripsi. (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan

Pendidikan Agama Islam, 2008).

Setiawan, R I O. “Makna Pembacaan Surah Assajadah Pada Jamaah Masjid Nurul

Huda Desa Sukaraja Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir

(Kajian Living Quran).” Uin Raden Fatah Palembang, 2021.

Sumanto, Teori dan Metode Penelitian, CAPS (Center of Academic Publishing

Service), Yogyakarta: 2014.

Sutrisno Hadi, Metodologi research, Ardi Offset, (Yogyakarta: 2002).


Sya’bani, Muhammad Zaky. “Analisis Kemampuan Mengubah Pronomina (Isim

Dhomir) Mahasiswa Semester IB Akhwat STIT Darul Fattah Bandar Lampung.”

An Naba 2, No. 2 (2019): 10–20.

III
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara teori dan praktik (Bandung:

Nuansa Aulia, 2008).

Syarifuddin dan Mahyiddin Niuti, Analisis Kata Ganti (Dhomir)dalam Al-Qur’an

Surah As-Sajadah serta Metode Pembelajarannya.

Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Rosda).

Zed Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Bogor Indonesia,

2004).

IV
LAMPIRAN

V
‫سرية الكاتبة‬
‫إرما درويس من الطلبة لقسم اللغة العربية‬
‫واداهبها ابجلامعة اإلسالمية احلكومية فري فاري‪.‬‬
‫ولدت يف التاريخ ‪ 2‬من فرباير ‪ 2000‬ماكاسر‪.‬‬
‫وكان ولد الثاين من ثالثة األخوات من ابيها‬
‫درويس و أمها داينة العنوان يف شارع فرتانو‬
‫فلتيان فنرانج‪ .‬بدأت الكاتبة دراستها يف املدرسة‬
‫احلكمية ‪ 247‬فنرانج يف السنة ‪-2006‬‬
‫‪ ,2012‬وإستمرت دراستها يف املدرسة املتوسطة‬
‫إستمرت يف املدرسة الثانوية‬
‫ّ‬ ‫احلكومية ‪ 2‬فنرانج يف السنة ‪ ,2015-2012‬مث‬
‫إستمرت دراستها ابجلامعة‬
‫ّ‬ ‫احلكومية ‪ 1‬فنرانج يف السنة ‪ .2018-2015‬مث‬
‫االسالمية احلكومية فري فاري وخيرت قسم اللغة العربية وتدريسها والتحق كطلب يف‬
‫السنة ‪.2018‬‬
‫أيضا يف املنظمات الطالبية مثل‬‫فأما عن جتربة الباحثة‪ .‬نشطت الباحثة ً‬
‫مجعية طالب برانمج الدراسة ‪ ، 2019‬واجمللس التنفيذي لطالب الكلية يف‬
‫السنة‪ ، )DEMA( 2020‬أمينة عام جمللس الشيوخ طلبة كلية أصول الدين واألدب‬
‫والدعوة (‪ )SEMA FUAD‬يف السنة ‪ 2021‬وانئبة وزير متكني املرأة ‪DEMA-I IAIN‬‬

‫فري فاري يف السنة ‪ .2022‬الباحثة تنفذ خربة ميدانية عملية يف مكتب الشؤون‬
‫الدينية يف أوجونغ فري فاري‪ .‬مث قم إبجراء حماضرات خدمة اجملتمع يف فنراج يف‬

‫‪VI‬‬
‫السنة‪ .‬يقوم واجبة آخره حلصول درجة سرجنا مبوضوع الرسالة العلمية ‪ :‬الضمائر‬
‫املنفصل واملتصل يف القران يف سورة السجدة (حتليل اللغة (علم النحو))‪.‬‬

‫‪VII‬‬
RIWAYAT HIDUP PENELITI

IRMA DARWIS, lahir di Makassar pada tanggal 2


Februari 2000 merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dengan ayah Darwis dan Ibu Diyana.
Alamat Jl. Veteran, Kecamatan Paleteang,
Kabupaten Pinrang. Peneliti memulai Pendidikan di
TK RA Ilham, lulus pada tahun 2006 peneliti
melanjutkan pendidikan di SDN 247 Pinrang, lulus
pada tahun 2012. kemudian peneliti melanjutkan
pendidi kan di SMPN 2 Pinrang, lulus pada tahun
2015. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Pinrang, lulus pada tahun 2018.
Selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikan Program S1 di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Parepare dengan mengambil Program Studi Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah.

Peneliti juga pernah aktif di Organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan


Mahasiswa Prodi tahun 2019, Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA)
Fakultas tahun 2020, Sekertaris Umum Senat mahasiswa Fakultas Ushuluddin, adab
dan dakwa (SEMA FUAD) tahun 2021 dan wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan
DEMA-I IAIN Parepare tahun 2022. Peneliti melaksanakan Praktik Pengalaman
Lapangan di Kantor Urusan Agama Ujung Parepare. Kemudian melaksanakan Kuliah
Pengabdian Masyarakat di Pinrang Kec. Paleteang, Kab. Pinrang. Pada tahun 2022
peneliti menyelesaikan Skripsinya dengan judul Ad-Dhomair Al-Munfashil wa Al
Muttashil dalam Qur’an Surah As-Sajadah Suatu analisis Bahasa.

VIII

Anda mungkin juga menyukai