Ilmu Dalam Pandangan Alquran (Finish)
Ilmu Dalam Pandangan Alquran (Finish)
Ilmu Dalam Pandangan Alquran (Finish)
Disusun oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah.SWT berkat ridhonya kami
mampu merampungkan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kami haturkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
semua ummatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.
Penulisan makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Islam dan
Ilmu Pengetahuan dengan judul materi “ILMU DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN“ sebagai
bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat. Makalah ini kami
susun dengan segala kemampuan dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran, dan pesan dari
semua yang membaca makalah ini sebagai bahan koreksi untuk saya.
ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................... i
A. Kesimpulan ............................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan menjadi fondasi penting dalam menggali dan memahami misteri alam
semesta ini. Dalam konteks ini, pandangan Al-Qur'an sebagai sumber petunjuk bagi umat Islam
memiliki nilai yang tak ternilai. Al-Qur'an, sebagai kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW, menyentuh berbagai aspek kehidupan, termasuk ilmu pengetahuan.
Pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dalam pandangan Al-Qur'an membawa kita kepada
pemikiran filosofis dan spiritual yang mendalam. Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi
bagaimana Al-Qur'an memberikan pandangan terhadap ilmu pengetahuan, sejauh mana ilmu
pengetahuan dapat membantu manusia memahami penciptaan, dan bagaimana ilmu pengetahuan
dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai keagamaan.
Al-Qur'an tidak hanya memandang ilmu pengetahuan sebagai alat untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia di dunia, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta. Dalam kajian ini, kita akan menjelajahi ayat-ayat Al-Qur'an yang menyoroti kebesaran
Allah melalui ciptaan-Nya dan bagaimana ilmu pengetahuan dapat membuka pintu untuk
memahami tanda-tanda kebesaran-Nya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Al-Qur’an?
1
2. Bagaimana Pandangan Al-Qur’an Terhadap Ilmu Pengetahuan?
3. Apa Aspek-Aspek Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Al-Qur’an
2. Mengetahui Pandangan Al-Qur’an Terhadap Ilmu Pengetahuan
3. Mengetahui Aspek-Aspek Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur’an
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Secara bahasa al Qur’an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja qoro’a
yang bermakna membaca. Sedangkan secara istilah al-Qur’an diartikan Kalam Allah SWT
yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Nabi Muhammad SAW yang
diawali dengan surat Al-Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Naas. Allah SWT
menurunkan Al-Qur’an dengan malaikat Jibril sebagai pengantar wahyu yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hiro pada tanggal 17 Ramadhan ketika Nabi
Muhammad SAW berusia 41 tahun. Surat pertama yang diterima Nabi Muhammad adalah
surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Sedangkan Al-Qur’an terakhir turun pada tanggal 9
Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah yakni surat Al Maidah ayat 3. Perlu diketahui bahwa Al-
Qur’an tidak turun sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat, langsung satu
surat, potongan ayat dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat dalam Al-Qur’an disesuaikan
dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Lama Al- Qur’an diturunkan ke
bumi adalah kurang lebih 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari.1
Al-Qur’an memberikan dalil yang berisi hikmah dan kekuasaannya bahwa Allah
Maha Bijaksana dalam menciptakannya. Segala sesuatu yang diciptakan oleh allah tidak
akan sia-sia, bahkan semua itu menjadi bukti dan bukti tanda-tanda kebesaran Allah SWT,
bahwa Allah ada dan allah yang maha menciptakan atas segala sesuatu yang ada di dalam
alam semesta ini. Jika kita menelaah ayat-ayat di dalam Al-Qur’an maka Bukti-bukti
ciptaan dan hikmah-Nya jelas nyata.2
1
Lailiyah, S. (2018). Korelasi Al-Qur’an dengan Ilmu Pengetahuan. In Prosiding Seminar Nasional.
2
Iryani, E. (2017). al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal ilmiah universitas Batanghari jambi, 17(3),
66-83.
3
ilmiah berdasarkan Al-Quran bertentangan dengan tujuan pokok atau sifat Al-Quran dan
bertentangan pula dengan ciri khas ilmu pengetahuan. Sebab-sebab meluasnya penafsiran
ilmiah (pembenaran teori-teori ilmiah berdasarkan Al-Quran) adalah akibat perasaan
rendah diri dari masyarakat Islam dan akibat pertentangan antara golongan gereja (agama)
dengan ilmuwan yang diragukan akan terjadi pula dalam lingkungan Islam, sehingga
cendekiawan Islam berusaha menampakkan hubungan antara Al-Quran dengan ilmu
pengetahuan. Memahami ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan penemuan-penemuan baru
adalah ijtihad yang baik, selama paham tersebut tidak dipercayai sebagai aqidah
Qur'aniyyah.3
Dalam pandangan M. Quraish Shihab, membahas hubungan Al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan harus diletakkan pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan fungsi Al-
Qur’an sebagai kitab petunjuk (hudan) dan pembeda (furqan). Ini penting agar kita tidak
terjebak pada pandangan-pandangan yang subjektif emosional
Al-Qur’an bukanlah buku atau kitab ilmu pengetahuan. Ini didasarkan pada
beberapa hal. Pertama, tidak semua pernyataan-pernyataan Al-Qur’an kebenarannya dapat
diverifikasi secara empirik. Padahal kebenaran ilmu pengetahuan itu secara mutlak harus
empirik. Kedua, bahasa yang digunakan Al-Qur’an sangat mujmal (global) dan
mengundang berbagai bentuk interpretasi. Sebaliknya Al-Qur’an adalah kitab petunjuk
yang memuat nilai-nilai universal yang harus diterjemahkan manusia sesuai dengan situasi
dan kondisi yang mengitarinya. Berkaitan dengan ilmu pengetahuan, Al-Qur’an hanya
memuat isyarat-isyarat ilmiah sebagai motivasi agar manusia melakukan penelitian guna
menemukan ilmu pengetahuan4.
3
H.M. Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur'an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat.
(Bandung: Mizan, 1996)
4
Tarigan, A. A., & Yafiz, M. DISKURSUS INTEGRASI ILMU: Dari Transdisipliner Ke Wahdatul Ulum.
(Medan: FEBI UIN-SU Press, 2022)
4
a) Al-Wahyu (Ayat Qauliyah)
Tentang wahyu Allah SWT. Mereka berisi ucapan langsung dari Allah, termasuk
perintah, larangan, janji, dan penegasan kebenaran, contoh:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. an- Nisaa, 4:59).
َاس َو َما أَنزَ َل هللاُ مِ ن َ َّار َو أالفُ ألكِ الَّتِي تَحأ ِري في البحر بما ينف ُع الن ِ اختِلفِ اللَّ أي ِل َوالنَّ َه ض َو أ ِ ت َو أاْل َ أرِ س َم َاوا ِ إن فِي خ أَل
َّ ق ال َّ
س َّخ ِر بَيأنَ السماء َ ب أال ُم
ِ س َحاَّ الريَاحِ َوال ث فِي َها مِ أن ُك ِل دَابَّ ٍة َوت َ أ
ِ ِص ِريف َ س َماءِ مِ أن َماءٍ فَأ َ أحيَا بِ ِه أاْل َ أر
َّ َض بَ أعدَ َم أوتِ َها َوب َّ ال
َت ِلقَ أو ٍم يَ أع ِقلُون ِ واْل َ أر
ٍ ض ْليَا
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS al-Baqarah [2] 164)
5
Tentang fenomena perilaku manusia sebagai ayat al-insaniyah yang menghasilkan
rumpun ilmu-ilmu sosial dapat dipahami dari ayat:
ِستري ِه أم آيَاتِنَا في اْلفاق وفي أَنفُ ِس ِه أم َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُه أم أَنَّهُ أال َح ُّق أَ َولَ أم يَ أكف
ٌش ِهيد
َ ٍش أيء َ ُيربكَ أَنَّه
َ علَى ُك ِل ِ
6
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengeta- huan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua- nya itu akan diminta
pertanggunganjawabnya. (QS. al-Isra' [17]: 36).
Pada ayat ini Allah menyatakan tentang adanya tiga potensi atau alat yang dapat
digunakan manusia untuk menggali dan mengembangkan ilmu, yaitu: pendengaran,
sebagai bagian dari pancaindra yang utama; penglihatan, yaitu akal pikiran atau rasio
dengan berbagai kekuatannya; dan hati nurani, yaitu intuisi yang dapat merasakan getaran-
getaran cahaya kebenaran yang dipancarkan Tuhan kepada hati manusia.
c) Metodologi Ilmu
a) Undzur
Kata undzur atau intidzar diambil dari kata nadzara yang berarti memandang,
melihat atau berpikir. Yakni menggunakan akal pikiran guna menemukan hukum-hukum,
aturan, hikmah, atau pelajaran dari setiap objek yang dipikirkan. Objek-objek yang
dipikirkan tersebut bisa berupa alam jagat raya, fenomena sosial, dan lain sebagainya.
Islam menganjurkan agar manusia senantiasa menggunakan akal pikirannya untuk
memikirkan segala sesuatu, sebagaimana dinyatakan dalam ayat sebagai berikut.
b) Tabyin/Ijtihad
Tabyin, berasal dari bahasa Arab, bayyana-yubayyinu tabyiinan, yang berarti
menyatakan atau menerangkan." Yakni menyatakan sesua- tu yang masih tersembunyi, dan
menerangkan sesuatu yang masih gelap. Yakni ayat-ayat Allah SWT yang menggunakan
bahasa Arab di mana tidak semua manusia mengerti atau mengetahui makna atau arti dari
setiap ayat tersebut, sehingga mereka tidak memahami yang terkandung dalam ayat
7
tersebut. Dalam keadaan demikian, maka ayat-ayat tersebut perlu dijelaskan atau
diterangkan.
Penjelasan atau ijtihad digunakan untuk memahami aya-ayat yang terkandung di
dalam Al-Qur'an dan al-Hadis yang menimbulkan rumpun ilmu agama, seperti tafisir,
hadis, dan fikih. Dalam berbagai cabang ilmu agama Islam ini para ulama telah menetapkan
metode penelitiannya, sebagaimana terdapat dalam Tafsir, Hadis, dan Fikih.
c) Tadabbur
Tadabbur berasal dari bahasa Arab, tadabbara-yataddabaru, tadabburan yang berarti
memikirkan sesuatu atau menimbang. Dalam taddabur ini termasuk pula merenungi,
mengamati dan menangkap hik- mah yang terkandung di dalamnya. Tadabbur digunakan
untuk mema- hami fenomena sosial dalam kehidupan, seperti sosial, ekonomi, politik, dan
budaya yang melahirkan rumpun ilmu sosial. Hal ini misalnya dila- kukan melalui
observasi, wawancara mendalam, dan studi kasus.
d) Jadali
Jadali atau mujadalah berasal dari kosakata jaadala yujaadilu mujadalatan, yang
berarti berdebat, dialektika. Kosakata jadali dan reflektif digunakan untuk memahami
hakikat segala sesatu yang melahirkan hikmah atau filsafat. Dan dari fisafat kemudian
berkembang ilmu pengetahuan.
e) Tazkiyah al-Nafs
Tazkiyah al-nafs atau pembersihan diri digunakan untuk memperoleh ilmu
langsung dari Tuhan (ilmu hudluri) yang terkadang disebut makrifat (al-ghazali), ilmu
ladunia (para ulama), ilham (masyarakat), taufiq (masyarakat), hidayah (masyarakat) atau
wangsit (para raja di keraton).
Karena ilmu berasal dari Allah SWT, baik dari segi sumbernya (ontologi), yakni
Al-Qur'an (ayat al-qauliyah), fenomena alam jagat raya (ayat al-kauniyah), fenomena
8
sosial (ayat al-insaniyah), akal pikiran, dan hati nurani; maupun alat untuk mendapatkan
ilmu tersebut (pancaindra, akal dan hati nurani), serta cara untuk mendapatkannya juga
berdasarkan petunjuk dari Allah SWT, maka semua ilmu itu harus digunakan sesuai dengan
ketentuan Allah, mengabdi kepada Allah, mengagungi dan menunjukkan sikap tawadu dan
takut melanggar larangan-Nya. Dengan demikian, seorang yang makin tinggi ilmunya
(ulama) semakin takut kepada Allah SWT, semakin baik akhlaknya; semakin lebih
mengenal Allah SWT. Hal ini dapat dipahami dari ayat yang berbunyi:
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, ha- nyalah ulama
(QS. Fathir [35]: 28)
5
Nata, Abuddin. Islam dan ilmu pengetahuan. (Jakarta:Prenada Media, 2018), hlm. 50.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur'an merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Hubungan antara Al-Quran dan ilmu
pengetahuan tidak dapat direduksi hanya pada sejauh mana teori-teori ilmiah tertentu
tercakup dalam Al-Quran, tetapi lebih penting untuk memperhatikan apakah Al-Quran
mendukung atau menghambat kemajuan ilmu pengetahuan. Menurut pandangan M.
Quraish Shihab, penting untuk menempatkan hubungan ini dalam proporsi yang tepat,
mengakui Al-Quran sebagai kitab petunjuk dan pembeda yang memuat nilai-nilai universal
yang perlu diinterpretasikan sesuai konteksnya. Al-Quran memotivasi manusia untuk
mengeksplorasi ilmu pengetahuan melalui isyarat-isyarat ilmiahnya, menghindari
pandangan subjektif yang emosional. Oleh karena itu, pemahaman yang bijak dan
seimbang diperlukan dalam memahami hubungan antara Al-Quran dan ilmu pengetahuan,
menghormati sifat masing-masing entitas serta mempertimbangkan tujuan dan konteksnya.
Dengan demikian, Islam memberikan landasan yang kokoh bagi epistemologi ilmu,
dengan menekankan totalitas pengalaman dan kenyataan serta menganjurkan berbagai cara
untuk mempelajari alam demi pengembangan ilmu, kebudayaan, dan peradaban dalam
rangka ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
10
DAFTAR PUSTAKA
H.M. Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur'an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. (Bandung: Mizan, 1996)
Iryani, E. (2017). al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal ilmiah universitas Batanghari
jambi, 17(3), 66-83.
Lailiyah, S. (2018). Korelasi Al-Qur’an dengan Ilmu Pengetahuan. In Prosiding Seminar
Nasional.
Nata, Abuddin. Islam dan ilmu pengetahuan. (Jakarta:Prenada Media, 2018)
Tarigan, A. A., & Yafiz, M. DISKURSUS INTEGRASI ILMU: Dari Transdisipliner Ke
Wahdatul Ulum. (Medan: FEBI UIN-SU Press, 2022)
11